Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
0910232004
Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam senua hal yang material sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).Prosess diagonostik untuk
membuat pertimbangan tentang akun yang mungkin mengandung salah saji yang material
serta memperoleh bukti tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan melibatkan
sejumlah langkah.
Bab ini berfokus pada tujuh langkah pokok yang diperlukan dalam perencanaan dan
pelaksanaan audit laporan keuangan:
Berikut ini adalah ikhtisar singkat bagaimana elemen-elemen ini dapat dipadukan bersama
dalam pelaksanaan suatu audit. Seorang auditor harus mengembangkan pemahaman tentang
bisnis dan industri agar dapat memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas dan
bagaimana GAAP diterapkan dalam industri tersebut, serta untuk mengembangkan harapan
tentang laporan entitas. Agar dapat mengelola audit tersebut dengan baik, maka auditor harus
membagi audit menjadi audit-audit atas saldo akun pertama dan golongan transaksi, dan
kemudian audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi.
ASERSI MANAJEMEN
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah
laporan keuangan klien telah menyatakan secara wajar, dalamj semua hal yang material,
sesuai dengan GAAP.Untuk mencapai tujuan tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit
adalah mengidentifikasi sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap akunyang
dilaporankan dalam laporan keuangan. Tujan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat
oleh manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang eksplisit dan implisit. Asersi ini
merupakan hal yang penting karena menjadi pedoman auditor dalam pengumpulan bukti.
Sebagai contoh, perhatikan komponen neraca berikut ini:
Untuk melaporkan pos ini dalam neraca, manajemen membuat dua asersi eksplisit, yaitu (1)
piutang usaha tersebut memang ada, dan (2) Jumlah piutang usaha yang benar setelah
dikurangi penyisihan piutang tak tertagih adalah $40252900. Manajemen juga membuat tiga
asersi implisit sebagai berikut: (1) semua piutang usaha yang harus dilaporkan telah
dilaporkan semuanya, (2) semua piutang usaha yang dilaporkantersebut adalah benar milik
entitas, dan (3) semua pengungkapan yang sesuai berkaitan dengan piutang usaha telah
dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan. Apabila ada salah satu asersi tersebut
yang salah saji, berarti laporan keuangan telah salah saji secara material.
Asersi serupa merndasari semua komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam
laporan keuangan. Sesuai dengan itu, Auditing Standard Board (ASB) dalam SAS 31,
Evidential Matter (AU 326.03), telah mengakui lima kategori asersi laporan kuangan sebagai
berikut:
Lima kategori asersi ini merupakan hal yang penting karena dapat emmbantu auditor
memahami jenis salah saji potensial yang dapat terjadi dalam laporan keuangan, dan dapat
membantu auditor mengembangkan perencanaan audit untuk mengumpulkan bukti yang
berkaitan dengan kewajaran penyajina laporan keunagan. Dalam bagian tersebut akan
disajikan uraian setiap kategori asersi beserta contohnya.
Asersi tentang keberadaan atau kejadian (existence or occurrence) berkaitan dengan apakah
aktiva atau kewajiban entitas memang benar-benar ada pada tanggal tertentu dan apakah
transaksi yang dicapat benar-benar telah terjadi selama periode tersebut.
- KELENGKAPAN
Asersi mengenai kelengkapan (completeness) berkaitan dengan apakah semua transaksi dan
akun yang harus disajikan dalam laporan keuangan benar-benar telah dicantumkan.
- HAK DAN KEWAJIBAN
Asersi mengenai hak dan kewajiban (right and obligation) berkaitan dengan apakah aktiva
telah menjadi entitas dan hutang memang telah menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal
tertentu.
Asersi mengenai penilaian atau alokasi (valuation or allocation) berkaitan dengan apakah
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban telah dicantumkan dalam laporan
kuangan dengan jumlah yang semestinya.
- MATERIALITAS
- RISIKO AUDIT
Laporan audit standar menjelaskan bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang
memadai – bukan absolut – bahwa laporan keunagan telah bebas dari salah saji yang
material. Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji
yang material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan keuangan mengandung
salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor. SAS 47 (AU 312.02, Audit Risk and materiality
in Conducting the Audit (Risiko Audit dan materialitas dalam Pelaksanaan Audit),
mendefinisikan risiko audit sebagai berikut:
Risiko audit (audit risk) adalah risiko auditor tanpa sadar tidak melakukan modifikasi
pendapat sebagaiman mestinya atas laporan keuangan yang mengandung salah saji material.
Dalam praktik, seorang auditortidak hanya harus mempertimbangkan risiko audit untuk
setiap saldo akun dan golongan transaksi saja , tetapi juga setiap asersi yang relevan dengan
saldo akun dan golongan transaksi yang material.
- Risiko Bawaan
Risiko Bawaan adalah (inherent risk) adalah kerentalan suatu asersi terhadap kemungkinan
salah saji yang material, dengan asumsi tidak terdapat pengendalian internal yang terkait.
- Risiko pengendalian
Risiko Pengendalian (control risk) adalah risiko terjadinya salah saji yang material dalam
suatu asersiyang tidak akan dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh struktur
pengendalian intern entitas.
- Risiko Deteksi
Risko deteksi (detection risk) adalah risiko yang timbul karena auditor tidak dapat
mendeteksi salah sai material yang terdapat dalam satu asersi.
- BUKTI AUDIT
Bukti audit sangat mudah mempengaruhi sifat pekerjaan audit yang tercantum pada standar
ketigha pekerjaan lapangan dari standar auditing yang berlaku umum (GAAS). Standar ketiga
pekerjaan laporan menyatakan bahwa: Bahan bukti (evidential matter) kompeten yang
mencukupi dapat diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan
konfirmasi, yang digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
Elemen dari standar ketiga pekerjaan lapangan ini berkaitan dengan kuantitas bahan bukti.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor atas kecukupan meliputi:
Secara umum, untuk akun yang material pada laporan keuangan diperlukan bukti yang lebih
banyak dibandingkan untuk akun yang tidak material. Dengan demikian, dalam mengaudit
sebuah perusahaan manufaktur, maka sifat, dan luasnya bukti audit untuk medukung tujuan
audit atas akun persediaan akan lebih meyakinkan dibandingkan dengan bukti yang
diperlukan untuk tujuan audit atas akun beban dibayar di muka.
2. Faktor-faktor ekonomi
Seorang auditor bekerja dalam batasan ekonomi yang menentukan bahwa kecukupan bukti
harus diperoleh dalam batasan waktu dan biaya yang memadai. Dengan demikian, seorang
auditor seringkali menghadapi keputusan apakah penambahan waktu dan biaya akan
memberikan manfaat yang sepadan berupa perolehan bukti audit yang lebih meyakinkan.
Ukuran populasi berkaitan dengan jumlah item yang terdapat dalam populasi tersebut, seperti
jumlah transaksi penjualan dalam jurnal penjualan. Ukuran populasi akuntansi mendasari
banyak item laporan keunagan yang digunakan dalam penarikan sampel yang diperlukan
untuk pengumpulan bukti audit. Secara umum, semakin besar populasinya akan semakin
besar pula jumlah bukti yang diperlukan untuk memperoleh dasar yang memadai guna
menarik kesimpulan tentang hal itu.