Vous êtes sur la page 1sur 14

ENERGI DAN ELEKTRIFIKASI PERTANIAN

PENGUKURAN ENERGI SURYA

Oleh:
Reni Rahmawati
NIM A1H008003

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2010
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Krisis energi dan masalah lingkungan yang terjadi membuat manusia berusaha
mencari sumber energi alternatif yang bersifat terbarukan dan memberi dampak
minimal terhadap lingkungan. Energi matahari merupakan salah satu sumber
energi yang memenuhi kriteria tersebut. Selain itu, energi matahari juga
mempunyai jumlah yang tidak terbatas sehingga merupakan sumber cadangan
energi yang terbesar di bumi. Oleh sebab itu, energi matahari selalu mendapat
perhatian untuk diteliti dan dikembangkan untuk berbagai tujuan.
Terkait dengan energi surya, sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai
potensi energi surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari
yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat
diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur
Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar
4,5 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur
Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Dengan demikian, potesi angin rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari
dengan variasi bulanan sekitar 9% (Anynomous, 2010).
Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh
permukaan bumi sebesar 69% dari total energi pancaran matahari. Suplai energi
surya dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa
besarnya yaitu mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x
1017 Watt. Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi
di seluruh dunia saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1 % saja permukaan
bumi dengan divais solar sel yang memiliki efisiensi 10 % sudah mampu untuk
menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia saat ini.
Perencanaan sebuah stasiun pembangkit tenaga matahari membutuhkan data
mengenai radiasi matahari yang terpancar pada lokasi yang akan dijadikan stasiu
tersebut, sehingga praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui cara mengukur
energi radiasi matahari.

B. Tujuan

1. mengetahui cara menggunakan pyranometer.


2. mengatahui cara mengukur iradiasai surya.
3. Mengetahui cara mengukur energi surya.
I. TINJAUAN PUSTAKA

Sumber energi berjumlah besar dan bersifat kontinyu terbesar yang tersedia
bagi manusia adalah energi surya. Energi surya dihasilkan melalui rekasi fusi
yang terjadi dalam inti matahari, jika cahaya menempa pada zat kimia pada sel
matahari maka akan dihasilkan energi listrik potensial atau voltase (Jack
Challoner, 1998). Energi surya merupakan energi yang ramah lingkungan karena
pemanfaatan energi ini tidak menimbulkan polusi, namun energi ini tidak konstan
tergantung dari keadaan lingkungan selain itu untuk memanfaatkannya menjadi
bentuk energi lain diperlukan biaya yang sangat besar.
Energi surya dapat dikonversi secara langsung menjadi bentuk energi lain
dengan tiga proses yaitu (Anynomous, 1997):
1. Proses helochemical yaitu proses fotosintesis, proses ini merupakan sumber
dari semua bahan bakar fosil dan bioenergi.
2. Proses helioelectrical yaitu proses produksi listrik oleh sel-sel surya.
3. Proses heliothermal adalah penyerapan radiasi matahari dan pengkonversian
energi matahari menjadi energi thermal.
Energi matahari yang sampai ke bumi merupakan sebuah pancaran gelombang
pendek dalam bentu radiasi. Menurut Christopher Plafin (1998) radiasi adalah
energi pancaran berupa gelombang elektromagnetik. Berdasarkan sumbernya
radiasi dapat dikolompokkan menjadi tiga yaitu (Adjie, 2009):
1. Radiasi Solar
Radiasi solar merupakan radiasi yang berasal dari matahari, sekitar 99,9% dari
radiasi solar merupakan gelombang elekromagnetik dengan panjang
gelombang antara 0,15µm - 0,4µm dengan persentasi tertinggi pada intensitas
0,4 µm – 0,7µm berupa cahaya dan selebihnya berupa gelombang inframerah
dan ultraviolet. Terdapat beberapa macam radiasi solar yang mampu
menembus lapisan atmosfher terendah yaitu:
a. Radiasi solar langsung yaitu radiasi solar yang datang dari sudut bulat
cakram matahari.
b. Radiasi solar global yaitu radiasi solar yang diterima oleh permukaan
horizontal berupa radiasi solar langsung dan radiasi yang dihamburkan
kearah bawah sewaktu melewati lapisan atmospher.
c. Sky radiasi yaitu radiasi solar yang dihamburkan kearah bawah oleh
lapisan atmosphir (bagian kedua dari radiasi global).
d. Radiasi solar yang dipantulkan yaitu radiasi solar yang dipantulkan ke arah
atas oleh permukaan bumi dan dihamburkan oleh lapisan atmospher antara
permukaan bumi dan titik pengamatan.
1. Radiasi Terrestrial
Radiasi terrestrial adalah radiasi yang dikeluarkan oleh planet bumi termasuk
atmosphernya, radiasi ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu radiasi
permukaan terrestrial adalah radiasi yang dikeluarkan oleh permukaan bumi
dan radiasi atmospher adalah radiasi yang dikeluarkan oleh atmosphir.
2. Radiasi total
Radiasi total adalah jumlah radiasi solar dan terrestrial, radiasi ini dapat
dibedakan menjadi dua yaitu radiasi gelombang pendek (< 4 μm) dan radiasi
gelombang panjang (> 4 μm)
Pancaran energi surya atau bisa disebut dengan radiasi surya yang diterima di
setiap permukaan bumi berbeda-beda menurut ruang dan waktunya. Artinya
pancaran energi matahari akan sangat bergantung pada waktu, tempat dan keadaan
lingkungan dalam hal ini adalah kondisi iklim dan topografi masing-masing
wilayah. Radiasi diukur dalam satuan kW/m2, setiapsatuan waktu radiasi yang
memancar dapat disebut dengan intensitas radiasi atau dengan kata lain intensitas
radiasi matahari ialah jumlah energi matahari yang jatuh pada suatu bidang
persatuan luas dalam satu satuan waktu. Dalam atmosfer bumi terdapat
bermacam-macam radiasi seperti (Bryan Yuliarto, 2007) :
1. Direct Solar Radiation (S) yaitu radiasi langsung dari matahari yang sampai
ke permukaan bumi.
2. Radiation Difus (D) yang berasal dari pantulan-pantulan oleh awan dan
pembauran-pembauran oleh partikel-partikel atmosfer.
3. Surface Raflectivity (r) yaitu radiasi yang berasal dari pantulan-pantulan oleh
permukaan bumi.
4. Out Going Terrestial radiation (O), yaitu radiasi yang berasal dari bumi yang
berupa gelombang panjang.
5. Back Radiation (B) yaitu radiasi yang berasal dari awan-awan dan butir-butir
uap air dan CO2 yang terdapat dalam atmosfer.
6. Global (total) Radiation (Q), dan
7. Net Radiation (R)
Dikarenakan banyaknya jenis radiasi yang dipancarkan maka alat pengukur
radiasi pun bermacam-macam diantaranya adalah (Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika, 2007):
1. Pyrheliometer untuk mengukur radiasi langsung (S)
Pyrheliometer terdiri dari 2 bagian pokok, yaitu sensor yang menghasilkan
gaya gerak listrik dan recorder yang berisi battery, galvanometer dan
amperemeter. Sensor berada didalam sebuah tabung/silinder logam yang dapat
diputar horizontal dan vertikal. Tabung diputar mengikuti gerakan matahari
sehingga sinar selalu jatuh tegak lurus ke permukaan sensor. Pada bagian
ujung/ muka tabung terdapat tutup yang dapat diputar terhadap permukaan
silinder. Penutup ini berfungsi sebagai pelindung sensor terhadap matahari dan
juga sebagai pemutus dan penghubung kontak listrik.
2. Solarimeter dan Pyranometer untuk radiasi total (Q)
Solarimeter dihubungkan ke sebuah alat pencatat yang dinamakan chart
recorder untuk menjaga kekontinyuan hasil pengukuran. Chart recorder
memilki sifat self balancing potentiometric yaitu suatu recorder yang
bekerjanya berdasarkan keseimbangan antara tenaga listrik dari solarimeter
yang bertindak sebagai sinyal dengan tenaga listrik dari power supply.
Gerakan dan kedudukan pena ditentukan oleh keseimbangan kedua unsur
tersebut. Recorder dari alat ini sangat pekak, sehingga ketika beroperasi harus
dihindarkan dari getaran.
3. Pyrgeometer untuk mengukur radiasi bumi (O)
4. Net Pyrradiometer untuk mengukur radiasi total (R)
I. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah:


1. Pyranometer
2. Multimeter
3. Stopwatch
4. Alat tulis
5. Cahaya matahari
6. kalkulator

A. Langkah Kerja

1. Pyranometer ditaruh di bawah cahaya matahari.


2. Pyranometer dan multimeter dihubungkan.
3. Mengamati perubahan iradiasi yang terjadi setiap satu menit.
4. Mencatat hasil pegamatan.
I. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Waktu pengukuran : 10 menit (waktu mulai pukul 07.35)


Tabel pengamatan:
menit ke- tegangan (mV) I (watt/m2)
1 3,9 557,154
2 4,2 600,012
3 11 1571,46
4 16,7 2385,762
5 21,2 3028,632
6 28,8 4114,368
7 24,5 3500,07
8 5,5 785,73
9 5,5 785,73
10 6,4 914,304

Perhitungan:
E= joule
 I1 + I 2   I 2 + I 3  I + I 
 ∆t  +  ∆t  + ..... +  9 10 ∆t 
 2   2   2 

E=
 557,154+ 600,012   600,012+ 1571,46   785,73+ 914,304 
 x1 +  x1 + .... +  x1
 2   2   2 

E = 578,583 + 1085,736 + 1978,611 + 2707,197 + 3571,5 + 3807,219 + 2142,9 +


785,73 + 850,17
E = 17804,646 J = 17,805 kJ
Jadi besarnya energi surya yang praktikan amati selama 10 menit dari pukul
07.35– 07. 45 adalah sebesar 17,805 kJ.

B. Pembahasan
Energi surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya
(matahari) melalui peralatan tertentu menjadi sumber daya dalam bentuk lain
(wikipedia, 2010). Energi surya dapat dihitung dengan mengasumsikan matahari
sebagai sebuah benda htam atau radiator sempurna pada suhu sekitar 5762 K.
Energi surya yang dipancancarkan oleh permukaan matahari dapat dihitung
dengan menggunakan rumus di bawah ini (Wiranto Arismunandar, 1995):
Es=σxπxds3Ts4
Keterangan:
Es = energi Surya (W)
π = phi (22/7)
σ = konstanta Stefan- Boltzman (5,67 x 10-8 W/(m2.K4))
d = diameter matahari
T = temperatur permukaan matahari absolut
Rumus di atas adalah rumus untuk menetukan energi total yang dipancarkan
matahari. Energi radiasi yang diterima oleh bumi pada suatu tempat tertentu
dengan keadaan tertentu pula dapat diukur dengan menggunakan alat ukur radiasi
matahari. Acara praktikum energi surya adalah mengukur dan melakukan
pengamatan terhadap pancaran radiasi sinar matahari di sekitar kampus pertanian,
dimana lokasi tersebut dapat dijangkau oleh sinar matahari.
Alat yang praktikan gunakan untuk mengukur radiasi matahari adalah
pyranometer. Pyranometer adalah alat yg digunakan untuk mengukur radiasi
global. Komponen-komponen utama dari instrumen ini adalah:
1. sensor terdiri dari beberapa lempeng logam yang di cat hitam dan putih dan
terkadang hanya cat hitam saja di dalamnya terdapat tumpukan termal kawat
konstan yang dilapisi tembaga.
2. Glass dome
3. Pengatur level (perata-rata air) / waterpass.
4. Bagian internal terdiri dari diagram circuit thermo dan kontainer silica gel.
Gambar 1. Salahsatu jenis piranometer

Prinsip kerja dari piranometer adalah sinar matahari atau radiasi yang datang
secara langsung maupun yang dipancarkan oleh atmospher serta yang
dihamburkan oleh langit akan menembus glass dome. Radiasi dengan panjang
gelombang sampai dengan 3.0µm akan diteruskan ke lempeng logam
hitam dan putih. Lempeng logam hitam akan mengabsorbsi panas radiasi
sementara lempeng putih akan memantulkan radiasi sehingga terjadi perbedaan
temperatur diantara kedua jenis lempeng logam ini. Perbedaan temperatur dari
kedua lempeng ini dihubungkan ke circuit thermojunctions yang mengubah
besaran panas menjadi perbedaan tegangan potensial diantara kedua ujung
lempeng. Selanjutnya Perbedaan potensial ini dianologikan sebagai besaran
intensitas radiasi global (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, 2007).
Apabila piranometer tersebut disambungkan dengan actinografh akan
dihasilkan sebuah gambaran gelombang (seperti pada seismografh) dimana selisih
antara kedua pasang bilah logam hitam dan putih menimbulkan suatu lenturan
mekanis yang dapat dipindahkan ke sebuah tabel mingguan yang dipasangkan
pada sebuah silinder yang digerakakkan oleh sebuah jam (Wiranto Aris
Munandar, 1995).
Pada praktikum yang dilakukan praktikan piranometer yang digunakan
disambungkan pada mulimeter dan diperhatikan tegangan yang ditimbulkan,
kemudian tegangan tersebut praktikan konversikan menjadi satuan radiasi dalam
satuan Watt/m2 dengan cara mengalikannya dengan faktor konversi yakni 142,86.
Berikut data yang diperoleh dari praktikum:
Tabel 1. Data pengamatan
menit ke- tegangan (mV) I (watt/m2)
1 3,9 557,154
2 4,2 600,012
3 11 1571,46
4 16,7 2385,762
5 21,2 3028,632
6 28,8 4114,368
7 24,5 3500,07
8 5,5 785,73
9 5,5 785,73
10 6,4 914,304

Tabel 2. Data untuk grafik


Waktu (x) Radiasi (y)
07.36 557,154
07.37 600,012
07.38 1571,46
07.39 2385,76
07.40 3028,63
07.41 4114,37
07.42 3500,07
07.43 785,73
07.44 785,73
07.45 914,304

Grafik hasil dari ploting data adalah sebagai berikut

Perhitungan:
E= joule
 I1 + I 2   I 2 + I 3  I + I 
 ∆t  +  ∆t  + ..... +  9 10 ∆t 
 2   2   2 

E=
 557,154+ 600,012   600,012+ 1571,46   785,73+ 914,304 
 x1 +  x1 + .... +  x1
 2   2   2 
E = 578,583 + 1085,736 + 1978,611 + 2707,197 + 3571,5 + 3807,219 + 2142,9 +
785,73 + 850,17
E = 17804,646 J = 17,805 kJ
Jadi besarnya energi surya yang praktikan amati selama 10 menit dari pukul
07.35– 07. 45 adalah sebesar 17,805 kJ.
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa besarnya radiasi yang terbaca oleh
alat dari waktu ke waktu berbeda. Dari menit pertama sampai pada menit ke enam
terjadi peningkatan radiasi, sedangkan menit seterusnya radiasi menurun. Hal
tersebut dapat terjadi karena radiasi surya sebelum mencapai permukaan bumi
diserap dan dipantulkan oleh atmosfer. Ozon di atmosfer bumi menyerap radiasi
gelombang panjang-pendek (ultraviolet) sedangkan inframerah diserap oleh uap
air (awan). Kemungkinan besar pada saat terjadinya penurunan nilai radiasi,
terdapat akumulasi awan pada langit arah sinar matahari datang pada lokasi yang
praktikan amati.
Berdasarkan modul praktikum dapat diketahui faktor yang mempengaruhi
penerimaan radiasi surya di permukaan bumi, faktor tersebut diantaranya:
1. Tempat dan waktu pegamatan,
2. Letak lintang dan keadaan pengamatan (skala makro),
3. Arah lereng (kemiringan penerima radiasi matahari), dan
4. Cuaca.
Keuntungan pembacaan radiasi dengan menggunakan pyranometer yang
digunakan adalah alat tersebut mudah instalasinya dan mudah diamati serta sangat
sensitif sehingga data yang diperoleh akan akurat. Dibandingkan dengan alat lain
yang outputnya berupa grafik (seperti seismoghraf) pembacaan alat ini lebih
mudah karena praktikan hanya melihat perubahan tegangan sedangkan untuk
mengetahui jumlah pancaran tiap waktu dapat digunakan pengkonversi, untuk
mengetahui total energi yang dihasilkan radiasi tersebut dimasukan ke dalam
rumus sebagai berikut:
E= joule
 I1 + I 2   I 2 + I 3   I + In 
 ∆t  +  ∆t  + ..... +  n −1 ∆t 
 2   2   2 
I. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Alat ukur radiasi surya yang praktikan gunakan adalah pyranometer, alat
tersebut disambungkan pada multimeter untuk mengetahui tegangan yang
dihasilkan. Penggunaan alat ini harus pada tempat yang datar karena sudut
datang matahari akan mempengaruhi penerimaan radiasi.
2. Pengukuran radiasi dari piranometer yang dibaca dalam multimeter masih
berupa tegangan sehingga perlu dikonversi ke dalam satuan radiasi dengan
menggunakan faktor konversi senilai 142,86.
3. Energi surya dapat dihitung dengan menggunakan data radiasi, formulasi
perhitungan energi adalah sebagai berikut:
E= joule
 I1 + I 2   I 2 + I 3   I + In 
 ∆t  +  ∆t  + ..... +  n −1 ∆t 
 2   2   2 

A. Saran

Untuk memperjelas faktor tempat sebaiknya dalam satu kelompok mengamati


dua kondisi yang berbeda dalam satu waktu.
DAFTAR PUSTAKA

Anynomous. 2010. Pemanfaatan Energi Surya di Indonesia (online).


http://www.esdm.go.id/news-archives/56-artikel/3347-pemanfaatan-
energi-surya-di-indonesia.html diakses tanggal 15 Oktober 2010.

Anynomous. 2007. Modul dasar fisika energi babII


http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/dasar_fisika_energi/bab2
_energi_surya.pdf diakses tanggal 15 Oktober 2010.

Arismunandar, Wiranto. 1995. Teknologi Rekayasa Surya. PT Pradnya Paramitha,


Jakarta.

Adjie. 2009. Pyranometer Sensor(online).


http://adjiesensei19.blogspot.com/2009/12/pyranometer-
sensor_03.html diakses tanggal 13 Oktober 2010.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2007. Peralatan Klimatologi


(online). http://www.bmkgjateng.com/peralatan.htm diakses tanggal
13 Oktober 2010.

Chaloner Jack. Jendela Iptek.1998. Balai Pustaka, Jakarta.

Flapin, Christopher. 1998. Gelombang Revolusi Energi. Elexcom, Yogyakarta.

Vous aimerez peut-être aussi