Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penyakit stroke sampai saat ini masih merupakan suatu masalah kesehatan yang
menyebabkan angka kematian yang tinggi, stroke juga sebagai penyebab kecacatan yang
utama. Stroke merupakan penyebab kematian nomor tiga di dunia, bahkan di banyak
rumah sakit dunia stroke merupakan penyebab kematian nomor satu. Banyak ahli
kesehatan dunia juga yakin bahwa serangan stroke adalah penyebab kecacatan nomor
Angka kecacatan akibat stroke umumnya lebih tinggi dari angka kematian,
perbandingan antara cacat dan mati dari penderita stroke adalah empat berbanding satu.
Stroke paling banyak menyebabkan orang cacat pada kelompok usia diatas 45 tahun.
Banyak penderitanya yang menjadi cacat dan tidak mampu lagi mencari nafkah seperti
Diungkapkan bahwa angka kejadian kasus stroke mencapai 63,5 per 1000 pada
kelompok usia 65 tahun keatas. Secara kasar, setiap dua hari orang Indonesia terkena
stroke. Dari semua kasus stroke, 87% kasus adalah stroke infark trombotik
(Anonymus,2008).
1
Kita ketahuai, bahwa stroke merupakan suatu penyakit serebrovaskuler
(pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral)
yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. WHO
mendefinisikan bahwa stroke adalah gejala-gejala defisit fungsi susunan saraf yang
diakibatkan oleh penyakit pembuluh darah otak dan bukan oleh yang lain dari itu. Ada
sekitar 30%-40% penderita stroke yang masih dapat sembuh secara sempurna asalkan
ditangani dalam jangka waktu 6 jam atau kurang dari itu. Hal ini penting agar penderita
jenis terapi yang akan diberikan. Selain itu, dengan terapi yang tepat juga akan
radiologi diagnostik, yang merupakan salah satu metode untuk mendiagnosis stroke
terus berkembang. Yaitu dengan mencari modalitas pemeriksaan radiologi yang tidak
saja membuat diagnosis stroke lebih akurat, tetapi juga lebih cepat dan menghasilkan
identifikasi lesi (apakah benar stroke atau lainnya), infark atau hemorrhagic, lokasi, luas
infark, umur lesi, dan lainnya. CT scan telah menjadi tulang punggung untuk imaging
stroke sejak awal. Namun dalam beberapa kasus, gambaran infark seringkali tidak
tampak pada CT-scan dalam 48 jam pertama. Padahal prognosis stroke akan lebih baik
MRI terbukti lebih spesifik dan sensitif daripada CT scan untuk deteksi stroke. Dengan
2
keunggulannya yang dimiliki MRI yaitu Diffusion Weighted Image (DWI), yang sangat
sensitif untuk menangkap gambaran stroke yang hiperakut. Tak hanya itu, MRI dengan
MRI saat ini dapat menghasilkan gambar yang relatif tajam pada penderita yang tidak
Maka dari itu perlu dibahas peranan yang lebih mendalam tentang MRI,
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. STROKE
DEFINISI
Stroke merupakan suatu gangguan neurologis akut, yang disebabkan oleh karena
gangguan peredaran darah ke otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik),
atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala dan tanda yang sesuai dengan
Stroke dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu stroke infark (stroke
Stroke iskemik adalah defisit neurologis yang terjadi secara mendadak dan
menetap 24 jam atau lebih yang disebabkan oleh kelainan vaskuler. Stroke merupakan
penyebab kematian ketiga di dunia, tetapi merupakan penyebab kecacatan fisik dan
mental. Stroke iskemik terjadi karena perfusi oksigen serebral yang tidak adekuat, hal
ini disebabkan oleh adanya penyembuhan sementara atau permanen dari feeding artery
ekstra kranial atau intra kranial.Penyebab stroke meliputi hipertensi, aterosklerosis dan
thrombosis (Giantini,2003).
Berdasarkan gejala klinis, Infark serebri dapat dibagi menjadi 3, yaitu Infark
4
Warlow, dari penelitian pada populasi masyarakat, Infark aterotrombotik merupakan
penyebab stroke yang paling sering terjadi, yaitu ditemukan pada 50% penderita
Patofisiologi aterotrombotik
1. Aterotrombotik in situ, terjadi akibat adanya plak yang terbentuk akibat proses
membesar yang dapat disertai dengan adanya trombus yang melapisi pembuluh darah
arteri tersebut. Apabila proses tersebut terus berlangsung maka akan terjadi
penyumbatan pembuluh darah tersebut dan penghentian aliran darah disebelah distal.
aterotrombolik yang disebut sebagai emboli, yaitu akan menyumbat arteri disebelah
Plak aterotrombotik yang terjadi pada pembuluh darah ekstrakranial dapat lisis
akibat mekanisme fibrinotik pada dinding arteri dan darah, yang menyebabkan
terbentuknya emboli, yang akan menyumbat arteri yang lebih kecil, distal dari pembuluh
darah tersebut. Trombus dalam pembuluh darah juga dapat akibat kerusakan atau
ulserasi endotel, sehingga plak menjadi tidak stabil dan mudah lepas membentuk emboli.
Emboli dapat menyebabkan penyumbatan pada satu atau lebih pembuluh darah. Emboli
5
tersebut akan mengandung endapan kolesterol, agregasi trombosit dan fibrin. Emboli
akan lisis, pecah atau tetap utuh dan menyumbat pembuluh darah sebelah distal,
tergantung pada ukuran, komposisi, konsistensi dan umur plak tersebut, dan juga
tergantung pada pola dan kecepatan aliran darah. Sumbatan pada pembuluh darah
tersebut (terutama pembuluh darah di otak) akan meyebabkan matinya jaringan otak,
dimana kelainan ini tergantung pada adanya pembuluh darah yang adekuat
(Jupardi,2002).
Otak yang hanya merupakan 2% dari berat badan total, menerima perdarahan 15%
dari cardiac output dan memerlukan 20% oksigen yang diperlukan tubuh manusia,
sebagai energi yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan neuronal. Energi yang
diperlukan berasal dari metabolisme glukosa, yang disimpan di otak dalam bentuk
glukosa atau glikogen untuk persediaan pemakaian selama 1 menit, dan memerlukan
oksigen untuk metabolisme tersebut, lebih dari 30 detik gambaran EEG akan mendatar,
dalam 2 menit aktifitas jaringan otak berhenti, dalam 5 menit maka kerusakan jaringan
otak dimulai, dan lebih dari 9 menit, manusia akan meninggal (Jupardi,2002).
Bila aliran darah jaringan otak berhenti maka oksigen dan glukosa yang diperlukan
untuk pembentukan ATP akan menurun, akan terjadi penurunan Na-K ATP ase,
sehingga membran potensial akan menurun. K+ berpindah ke ruang CES sementara ion
Na dan Ca berkumpul di dalam sel. Hal ini menyebabkan permukaan sel menjadi lebih
negatif sehingga terjadi membran depolarisasi.Saat awal depolarisasi membran sel masih
reversibel, tetapi bila menetap terjadi perubahan struktural ruang menyebabkan kematian
jaringan otak. Keadaan ini terjadi segera apabila perfusi menurun dibawah ambang batas
kematian jaringan, yaitu bila aliran darah berkurang hingga dibawah 0,10 ml/100
6
gr.menit (Jupardi,2002).
yang ditandai pembengkakan sel, terutama jaringan glia, dan berakibat terhadap
mikrosirkulasi. Oleh karena itu terjadi peningkatan resistensi vaskuler dan ekmudian
(Jupardi,2002).
Peranan ion Ca pada sejumlah proses intra dan ekstra seluler pada keadaan ini
sudah makin jelas, dan hal ini menjadi dasar teori untukmengurangi perluasan daerah
Komplikasi lebih lanjut dari iskemia serebral adalah edema serbral. Kejadian ini
terjadi akibat peningkatan jumlah cairan dalam jaringan otak sebagai akibat pengaruh
dari kerusakan lokal atau sistemis. Segera setelah terjadi iskemia timbul edema serbral
sitotoksik.Akibat dari osmosis sel cairan berpindah dari ruang ekstraseluler bersama
membran sel dimana transpor Na dan air kembali keluar ke dalam ruang ekstra
Edema sitotoksik adalah suatu intraseluler edema.Apabila iskemia menetap untuk waktu
Hal ini terjadi akibat kerusakan dari sawar darah otak, dimana cairan plasma akan
mengalir ke jaringan otak dan ke dalam ruang ekstraseluler sepanjang serabut saraf
serbral merupakan suatu edema ekstraseluler. Pada stadium lanjut vasigenic edema
7
serebral tampak sebagai gambaran fingerlike pada substansia alba. Pada stadium awal
edema sitotoksik serbral ditemukan pembengkakan pada daerah disekitar arteri yang
terkena.Hal ini menarik bahwa gangguan sawar darah otak berhungan dengan
reperfusy) (Jupardi,2002).
Edema serbral yang luas setelah terjadinya iskemia dapat berupa space occupying
untuk menjaga keseimbangan cairan didalam otak akan menyebabkan penekanan sistem
ventrikel, sehingga cairan serebrospinalis akan berkurang. Bila hal ini berlanjut,maka
Kedua pemeriksaan tersebut juga bisa membantu menentukan penyebab dari stroke,
STROKE PERDARAHAN
8
a. Perdarahan Intraserebral (PIS)
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini
banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah aneurisma
(50%), pecahnya malformasi arteriovena atau MAV (5%), berasal dari PIS (20%) dan
c. Perdarahan Subdural
jembatan (bridging veins) yang menghubungkan vena di permukaan otak dan sinus
9
Perdarahan intraserebral biasanya timbul karena pecahnya mikroaneurisma
(Berry aneurysm) akibat hipertensi maligna. Hal ini paling sering terjadi di daerah
arteriola berdiameter 100 – 400 mikrometer mengalami perubahan patologi pada dinding
aneurisma tipe Bouchard. Pada kebanyakan pasien, peningkatan tekanan darah yang
tiba-tiba menyebabkan rupturnya penetrating arteri yang kecil. Keluarnya darah dari
pembuluh darah kecil membuat efek penekanan pada arteriole dan pembuluh kapiler
yang akhirnya membuat pembuluh ini pecah juga. Hal ini mengakibatkan volume
dan sekitarnya lebih tertekan lagi. Gejala neurologik timbul karena ekstravasasi darah ke
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala
berat, mual, muntah dan adanya darah di rongga subarakhnoid pada pemeriksaan pungsi
10
lumbal merupakan gejala penyerta yang khas. Serangan sering kali di siang hari, waktu
beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran biasanya menurun dan cepat masuk koma
(65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher dan
punggung, mual, muntah, fotofobia. Pada pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan
pemeriksaan kaku kuduk, Lasegue dan Kernig untuk mengetahui kondisi rangsangan
selaput otak, jika terasa nyeri maka telah terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada
gangguan fungsi saraf otonom terjadi demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi
ulkus pepticum karena pemberian obat antimuntah disertai peningkatan kadar gula
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam
penglihatan mundur akibat edema papil yang terjadi, tanda-tanda defisit neurologik
daerah otak yang tertekan. Gejala ini timbul berminggu-minggu hingga berbulan-bulan
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda-tanda klinis dari hasil pemeriksaan.
11
Elektroensefalografi (EEG), Ultrasonografi (USG), dan Angiografi cerebral. (Anita,
2006).
c. Perdarahan Subdural
anteroposterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan CT-
Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk
memudahkan pemeriksaan dapat dilakukan dengan sistem lain, misalnya sistem skoring
yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk Rumah
(3 x atheroma) – 12.
1. Kesadaran:
2. Muntah:
tidak = 0 ; ya = 1
12
3. Sakit kepala dalam 2 jam:
tidak = 0 ; ya = 1
4. Tanda-tanda ateroma:
Pembacaan:
penampang tubuh berdasarkan prinsip resonansi magnetik inti atom hidrogen. Tehnik
penggambaran MRI relatif komplek karena gambaran yang dihasilkan tergantung pada
coronal, sagital, aksial dan oblik tanpa banyak memanipulasi tubuh pasien. Bila
pemilihan parameternya tepat, kualitas gambaran detil tubuh manusia akan tampak
jelas, sehingga anatomi dan patologi jaringan tubuh dapat dievaluasi secara teliti
(Notosiswoyo,2004)
Magnetic Resonance Imaging yang disingkat dengan MRI adalah suatu alat
diagnostik mutahir untuk memeriksa dan mendeteksi tubuh dengan menggunakan medan
13
magnet dan gelombang frekuensi radio, tanpa operasi, penggunaan sinar X ataupun
bahan radioaktif.
1,5 tesla (1 tesla = 1000 Gauss) dan resonansi getaran terhadap inti atom hydrogen
(Notosiswoyo,2004).
Untuk menghasilkan gambaran MRI dengan kualitas yang optimal sebagai alat
TIPE MRI
a. MRI yang memiliki kerangka terbuka (open gantry) dengan ruang yang luas
a. MRI Tesla tinggi ( High Field Tesla ) memiliki kekuatan di atas 1 – 1,5 T
14
c. MRI Tesla rendah (Low Field Tesla) memiliki kekuatan di bawah 0,5 T.
PERKEMBANGAN MRI
Pada tahun 1946, Felix Bloch dan Purcell mengemukakan teori, bahwa inti atom
bersifat sebagai magnet kecil, dan inti atom membuat spinning dan precessing. Dari
hasil penemuan kedua orang diatas kemudian lahirlah alat Nuclear Magnetic Resonance
Setelah lebih dari sepuluh tahun Raymond Damadian bekerja dengan alat NMR
Spectometer, maka pada tahun 1971 ia menggunakan alat tersebut untuk pemeriksaan
pasien. Pada tahun 1979, The University of Nottingham Group memproduksi gambaran
potongan coronal dan sagittal (disamping potongan aksial) dengan NMR. Selanjutnya
karena kekaburan istilah yang digunakan untuk alat NMR dan di bagian apa sebaiknya
NMR diletakkan, maka atas saran dari American College of Radiology (1984), NMR
Radiologi (Notosiswoyo,2004)
Struktur atom hidrogen dalam tubuh manusia saat diluar medan magnet
mempunyai arah yang acak dan tidak membentuk keseimbangan. Kemudian saat
diletakkan dalam alat MRI (gantry), maka atom H akan sejajar dengan arah medan
magnet . Demikian juga arah spinning dan precessing akan sejajar dengan arah medan
15
magnet. Saat diberikan frekuensi radio , maka atom H akan mengabsorpsi energi dari
dan lamanya energi radio frekuensi yang diberikan. Sewaktu radio frekuensi dihentikan
maka atom H akan sejajar kembali dengan arah medan magnet. Pada saat kembali inilah,
atom H akan memancarkan energi yang dimilikinya. Kemudian energi yang berupa
sinyal tersebut dideteksi dengan detektor yang khusus dan diperkuat. Selanjutnya
komputer akan mengolah dan merekonstruksi citra berdasarkan sinyal yang diperoleh
INSTRUMEN MRI
Agar dapat mengoperasikan MRI dengan baik, kita perlu mengetahui tentang tipe
magnet, efek medan magnet, magnet shielding, shimming coil dari pesawat MRI
tersebut.
b. Sistem pencitraan
berfungsi membentuk citra yang terdiri dari tiga buah kumparan koil, yaitu:
16
3. Gradien koil Z untuk membuat citra potongan aksial
Bila gradien koil X, Y dan Z bekerja secara bersamaan maka akan terbentuk
potongan oblik.
e. Sistem pencetakan citra, berfungsinya untuk mencetak gambar pada film rongent
17
APLIKASI KLINIS PEMERIKSAAN MRI
ukuran, bentuk, perluasan dan lain lain) dari keadaan patologis. Tujuan tersebut dapat
diperoleh dengan menilai salah satu atau kombinasi gambar penampang tubuh aksial,
sagital, koronal atau oblik tergantung pada letak organ dan kemungkinan patologinya.
Adapun jenis pemeriksaan MRI sesuai dengan organ yang akan dilihat, misalnya:
1. Pemeriksaan kepala untuk melihat kelainan pada kelenjar pituitary, lobang telinga
pergelangan kaki, kaki, untuk mendeteksi robekan tulang rawan, tendon, ligamen,
5. Pemeriksaan Abdomen untuk melihat hati , ginjal, kantong dan saluran empedu,
18
KELEBIHAN MRI DIBANDINGKAN DENGAN CT SCAN
1. MRI lebih unggul untuk mendeteksi beberapa kelainan pada jaringan lunak seperti
4. Mampu membuat gambaran potongan melintang, tegak, dan miring tanpa merubah
posisi pasien.
oksigen, alat resusistasi, kursi roda, dll yang bersifat feromagnetik tidak boleh dibawa ke
ruang MRI. Untuk keselamatan, pasien diharuskan mema-kai baju pemeriksaan dan
pasien bila dilakukan pemeriksaan MRI, misalnya: pasien menggunakan alat pacu
jantung, logam dalam tubuh pasien seperti IUD, sendi palsu, neurostimulator, dan klip
19
Transfer pasien menuju ruangan MRI, khususnya pasien yang tidak dapat
Hal ini karena medan magnet pesawat MRI selalu dalam keadaan “on” sehingga setiap
saat dapat terjadi resiko kecelakaan, dimana benda-benda feromagnetik dapat tertarik
dan kemungkinan mengenai pasien atau personil lainnya. Salah satu upaya untuk
mengatasi hal tersebut, meja pemeriksaan MRI dibuat mobile, dengan tujuan pasien
dapat dipindahkan ke meja MRI di luar ruang pemeriksaan dan dapat segera dibawa ke
luar ruangan MRI bila terjadi hal-hal emergensi. Selain itu meja cadangan pemeriksaan
antara lain dengan penggunaan Earplugs bagi pasien untuk mengurangi kebisingan,
kepala .
1. Persiapan console yaitu memprogram identitas pasien seperti nama, usia dan lain-
lain, mengatur posisi tidur pasien sesuai dengan obyek yang akan diperiksa.
2. Memilih jenis koil yang akan digunakan untuk pemeriksaan, misalnya untuk
pemeriksaan kepala digunakan Head coil, untuk pemeriksaan tangan, kaki dan
3. Memilih parameter yang tepat, misalnya untuk citra anatomi dipilih parameter yang
Repetition Time dan Echo Time pendek, sehingga pencitraan jaringan dengan
konsentrasi hidrogen tinggi akan berwarna hitam. Untuk citra pathologis dipilih
parameter yang Repetition Time dan Echo Time panjang, sehingga misalnya untuk
20
gambaran cairan serebro spinalis dengan konsentrasi hidrogen tinggi akan tampak
berwarna putih. Untuk kontras citra antara, dipilih parameter yang repetition time
panjang dan echo time pendek sehingga gambaran jaringan dengan konsentrasi
Untuk mendapatkan hasil gambar yang optimal, perlu penentuan center magnet
(land marking patient) sehingga coil dan bagian tubuh yang diamati harus sedekat
mungkin ke senter magnet, misalnya pemeriksaan MRI kepala, pusat magnet pada
hidung.
dengan parameter, ketebalan irisan dan jarak antar irisan serta format gambaran tertentu.
Ini merupakan gambaran tiga dimensi dari sejumlah sinar yang telah diserap. Setelah
tertentu saja. Salah satu kontras media untuk pemeriksaan MRI adalah Gadolinium
DTPA yang disuntikan intra vena dengan dosis 0,0 ml/kg berat badan
(Notosiswoyo,2004).
Artefak adalah kesalahan yang terjadi pada gambar yang menurut jenisnya dapat
21
a. Artefak yang disebabkan oleh pergerakan fisiologi, karena gerakan jantung gerakan
pernafasan, gerakan darah dan cairan cerebrospinal, gerakan yang terjadi secara
c. Artefak yang terjadi karena letak gambaran tidak pada tempat yang seharusnya.
d. Artefact yang terjadi akibat dari data pada gambaran yang tidak lengkap.
e. Artefak sistem penampilan yang terjadi misalnya karena perubahan bentuk gambaran
kabur, terjadi kesalahan geometri, tidak ada gambaran, gambaran tidak bersih, terdapat
beraturan.
Upaya untuk mengatasi artefak pada gambaran MRI, antara lain dilakukan
dengan cara waktu pemotretan dibuat secepat mungkin memeriksa keutuhan tabir
memungkinkan, perlu kerja sama yang baik dengan pasien. (Notosiswoyo, 2004)
22
BAB 3
PEMBAHASAN
accident (CVA) masih belum jamak dilakukan di Indonesia, karena harga pemeriksaan MRI
yang relatif mahal dan hanya ada di kota-kota besar. Walaupun demikian MRI sebenarnya
CT-Scan, yaitu resolusi kontras yang lebih tinggi dan tidak terdistorsi oleh artefak tulang.
Dengan keunggulan ini, maka MRI dapat digunakan untuk mendiagnosis stroke infark
ataupun perdarahan dalam kondisi hiperakut. Selain itu, MRI juga mampu mendeteksi
adanya potensi untuk mengalami stroke pada pasien (Culebras et al, 1997).
Dengan kemajuan zaman, peran MRI dalam diagnosis stroke semakin penting,
Advanced MRI menggunakan medan magnit dengan kekuatan tinggi (1,5-3,0 Tesla),
sehingga hasil pencitraan yang diperoleh dapat menjadi lebih baik dalam hal resolusi, dan
bahkan menghasilkan potongan-potongan baru. Ada beberapa teknik MRI yang sering
23
Spin density-weighted imaging, dalam teknik ini cairan serebro spinal
(Sen et al,2011).
24
B. Gambaran MRI Stroke Infark
Pada MRI konvensional gambaran infark harus dipastikan dengan adanya gambaran
hiperintens pada T2-WI, gambaran ini juga harus muncul sebagai gambaran hipointens pada
T1-WI (Culebras et al,1997). Gambaran ini muncul karena pada sel yang mengalami
iskemia terjadi kegagalan pompa Na-K ATPase, sehingga terjadi akumulasi ion dalam ruang
intraseluler. Akumulasi ion ini akan diikuti dengan masuknya cairan kedalam sel (edema
sitotoksik). Gambaran cairan akan terlihat sebagai hipointens pada T1-WI dan terlihat
Selain itu American Stroke Association juga membuat sebuah kriteria diagnosis stroke
Akut: Hipointens pada T1 yang sering sulit ditemukan dan hiperintens pada
spin density dan T2. Efek massa terlihat maksimal pada 24 jam setelah
kejadian stroke, namun sering sudah mulai terlihat pada 2 jam setelah onset
25
stroke. Tidak ada peningkatan intensitas parenkim dengan kontras
Subakut (sampai dengan 1 minggu) : low signal pada T1, dan high signal
Kronik (beberapa minggu sampai beberapa tahun): Low signal pada T1, high
berkurang sebanyak 50% pada areal iskemik, yang dalam hasil pencitraan akan tampak
sebagai gambaran hiperintens. Perubahan ADC ini dapat terjadi bahkan hanya berselang 10
26
Gambar 3.3 Perbandingan Hasil Pencitraan T2WI, DWI, ADC
Gambar di atas menunjukkan bahwa gambaran hiperintens pada DWI dapat muncul
sejak fase akut (bahkan beberapa menit) lalu memuncak pada minggu pertama. Sedangkan pada
T2WI kita melihat bahwa gambaran hiperintens baru muncul setelah 24 jam dan menjadi
semakin jelas setelah beberapa minggu (Thumher,2008). Beberapa peneliti juga mengatakan
bahwa DWI dapat digunakan untuk menentukan areal ireversibel akibat stroke (Srinivasan et al,
2006)
Untuk Perfusion Weighted Imaging, biasanya model pencitraan ini digunakan untuk
mengetahui luas area yang masih dapat kembali seperti semula (reversibel). Oleh karena itu
27
gambaran PWI dan DWI seringkali digunakan bersamaan. Srinivasan et al, 2008 mengemukakan
beberapa kemungkinan gambaran pada PWI dan DWI dan kaitannya dengan terapi pilihan untuk
pasien. Adanya mismatch pada gambaran PWI yang lebih besar daripada DWI menunjukkan
Gambar 3.4 Mismatch perfusion and diffusion, gambar di kiri adalah gambar PWI
MRI dapat juga digunakan untuk menegakkan diagnosis dini stroke perdarahan.
MRI dapat mendeteksi area transformasi perdarahan lebih dulu daripada CT-Scan. Pada
pada T2, akan didapatkan gambaran patchy area of low signal dengan latar high signal.
28
Penggunaan MRI juga dapat dikembangkan untuk mengetahui penyebab awal terjadinya
Pada gambar 3.5 dapat dilihat bahwa pada gambaran T1 (kiri) areal perdarahan akan
tampak sebagai daerah isointens, sedangkan pada gambar T2, akan terlihat sebagai gambaran
hiperintens.
American Stroke Association pada tahun 1997 mengeluarkan guideline untuk diagnosis
29
Ta
Untuk mendeteksi stroke perdarahan dalam waktu cepat bisa digunakan GRE (Gradient
Resolution), EPI (Echoplantar Imaging), and DWI, karena pemeriksaan ini dapat mendeteksi
perdarahan intraparenkim dalam beberapa jam pertama. Sedangkan gambaran T1 dan T2 hanya
Pada akhirnya, dapat disimpulkan bahwa MRI sangat berguna untuk mendeteksi
perdarahan kecil (lebih sensitif daripada CT-Scan sebesar 90%). American Stroke Association
merekomendasikan penggunaan MRI untuk deteksi dini stroke perdarahan (kelas II) (Srinivasan
et al, 2006).
30
D. Peran MRI dalam Pemilihan Terapi Pasien
MRI sangat bermanfaat dalam pemilihan terapi pasien, berikut adalah diagram alur
31
BAB 4
KESIMPULAN
penyakit stroke yang terbukti lebih spesifik dan sentitif untuk deteksi dini stroke.
Hal ini terutama dalam mendeteksi stroke fase hiperakut baik dalam diagnosis
prognosa dari pasien. Namun kenyatannya penggunaan MRI ini masih belum
pemeriksaan suatu MRI yang relatif mahal dan biasanya pemeriksaan MRI hanya
2. Dalam diagnosis stroke infark pada MRI ditemukan gambaran hipointens pada
3. Untuk mendapatkan diagnosis yang lebih cepat lagi dapat digunakan teknik
Imaging (PWI) yang sering digunakan bersamaan. Dalam beberapa menit sudah
dapat terdeteksi dengan teknik DWI dan dapat diketahui luas area yang masih
32
4. Dalam diagnosis stroke perdarahan pada MRI, pencitraan T1 akan didapatkan
gambaran high signal. Sedangkan pada T2, akan didapatkan gambaran patchy
33
DAFTAR PUSTAKA
Culebras et al, 1997. Practice Guidelines for the Use of Imaging in Transient Ischemic
Attacks and Acute Stroke : A Report of the Stroke Council, American Heart
Association. Dapat diakses di : http://stroke.ahajournals.org/cgi/content/full/
28/7/1480. Diakses pada 21 Mei 2011, 11:14 WIB.
Dunbabin DW, Sandercock PAG, 1991. Investigation of Acute Stroke. Dapat diakses di :
www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.../pdf/postmedj00075-0044.pdf. Dia-
kses pada : 21 Mei 2011, 12:09 WIB
http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2003-astuti-
34
Japardi,I.2002. Patofisisiologi Stroke Infark akibat Tromboemboli. Dapat diakses di :
http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi31.pdf.
Srinivasan et al, 2006. State-of-the-Art Imaging of Acute Stroke. Dapat diakses di:
http://radiographics.rsna.org/content/26/suppl_1/S75.full. Diakses pada: 21
Mei 2001, 13:41 WIB
Thumher Majda et al, 2008. Brain Ischemia - Imaging in Acute Stroke. Dapat diakses di:
http://www.radiologyassistant.nl/en/483910a4b6f14 . Diakses pada : 21 Mei
2011, 13:26 WIB
Washington University Stroke Center. 2010. Diagnosis Criteria of Stroke. Dapat diakses
di : http://www.strokecenter.org/education/ct-mri_criteria/ . Diakses pada :
21 Mei 2011, 11:26 WIB.
Yuh WT et al, 1991. Imaging of cerebral ischemia: findings in the first 24 hours. AJNR
Am J Neuroradiol. Dapat diakses di: http://stroke.ahajournals.org/cgi/ijlink?
linkType=ABST&journalCode=ajnr&resid=12/4/621. Diakses pada: 21 Mei
2011, 11:31 WIB.
35