Vous êtes sur la page 1sur 12

KISI-KISI SOAL UJI KOMPETENSI

STAGE KEPERAWATAN GERONTIK

CONTOH SOAL PENGKAJIAN DAN PEMBAHASAN

1. Seorang laki-laki berusia 62 tahun tinggal bersama keluarga dirumahnya, mengeluh pusing,
telinga berdengung, Penglihatan kabur dan rasa berat di tengkuk pada perawat yang
berkunjung.Hasil pengakajian genogram, didapatkan data orang tua klien menginggal
karena serangan stroke.
Apakah Pemeriksaan fisik yang tepat dilakukan pada kasus tersebut?
A. Mengukur JVP
B. Mengispeksi area dada
C. Mengukur tekanan darah
D. Menghitung frekuensi nafas
E. Melakukan tes rinne dan swabach
Pembahasan:
Data berupa keluhan pusing, telinga berdengung, penglihatan kabur, rasa berat di tengkuk,
dan riwayat penyakit keluarga mengindiksikan adanya gangguan sistem kardiovaskular
khususnya hipertensi. Pemeriksaan fisik yang tepat dilakukan oleh perawat kepada klien
adalah mengukur tekanan darah.
Strategi :
Identifikasi keluhan-keluhan yang dirasakan klien, kemudian identifikasi data objektif yang
paling tepat dikaji untuk memvalidasi jenis gangguan kesehatan pada kasus.
Jawaban: C

2. Seorang laki-laki berusia 75 tahun tinggal di Panti Wreda. Sejak 4 hari yang lalu mengeluh
mual dan muntah, porsi makan hanya dihabiskan ¼ porsi saja. Klien terbaring lemah di
tempat tidur.
Apakah data yang harus dikaji lebih lanjut pada kasus?
A. Koping individu
B. Kemampuan mobilisasi
C. Aktivitas kegiatan sehari-hari
D. Jenis dan pola makan
E. Pola istirahat
Pembahasan:
Masalah yang nampak dominan pada kasus di atas adalah terkait pencernaan dan
pemenuhan nutrisi. Hal ini Nampak dari data:mual muntah, porsi makan yang dihabiskan ¼
porsi saja. Untuk bisa menentukan masalah keperawatan yang tepat pada lansia tersebut
dibutuhkan pengkajian lebih lanjut tentang hal-hal yang terkait pemenuhan nutrisi,seperti
apa jenis makanan yang dikonsumsi oleh lansia, apakah ada kesulitan mengunyah atau
menelan.
Strategi:
Lengkapi data pada kasus di atas dengan mengkaji lebih lanjut data yang relevan untuk
menegakkan masalah keperawatan ketidakseimbngan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Jawaban: D

3. Saat kunjungan rumah perawat menjumpai perempuan berusia 75 tahun bersama keluarga.
Keuarga mengatakan klien lebih banyak memilih diam di kamar, cenderung marah dan tidak
ingin keluar kamar semenjak suaminya meninggal dunia. Keluarga sudah membantu
membersihkan kamar dan tempat tidur klien agar tidak berbau.
Apakah pengkajian yang tepat pada kasus di atas ?
A. Tanda-tanda vital
B. Skala aktivitas sehari-hari
C. Kolaborasi untuk pemeriksaan urin
D. Tingkat depresi dengan Geriatric Depression Scale
E. Status kognitif dengan Mini Mental State Examinition
Pembasahan:
Kehilangan pasangan adalah salah satu tugas perkembangan bagi lansia yang perlu
disiapkan, karena kondisi ini dapat menjadi pemicu terjadinya depresi pada lansia. Tanda
yang dapat ditemui pada lansia depresi adalah menarik diri dari lingkungan, emosi yang
tidak stabil dan tidak tertarik melakukan aktivitas. Adanya tanda gejala tersebut perlu
ditindaklanjuti dengan melakukan pengkajian depresi. Generiatric Depression Scale (GDS)
adalah instrumen pengkajian yang sudah sangat lazim di gunakan di berbagai setting baik
dirumah, rumah sakit maupun panti untuk mendeteksi masalah depresi. Instrumen ini terdiri
dari 30 pernyataan (long form) dan 15 (shot form) pernyataan lansia mengenai kondisinya
belakangan ini. Jawaban lansia akan di jumlahkan dan di tentukan tingkat depresi yang
dialami dengan kategori skor lebih dari 5 dinyatakan sebagai depresi.
Strategi:
Identifikasi permasalahan pada kasus, kemudian tentukan intrumen pengumpulan data yang
paling tepat untuk mengkajinya.
Jawaban: D

CONTOH SOAL DIAGNOSIS DAN PEMBAHASAN


1. Seorang perempuan berusia 70 tahun tinggal di Panti Wreda sejak satu tahun yang
lalu.Klien mengeluh badannya terasa lemas dan susah mnejangkau toilet sehingga sering
ngompol di tempat duduk ataupun tempat tidur. Tercium bau pesing dari pakaian dan
kamar klien. Hasil pengkajian fungsional berdasarkan Indeks KATZ, klien termasuk
dalam kategori D.
Apa masalah keperawatan pada kasus di atas?
A. Risiko intoleransi aktivitas
B. Gangguan mobilitas fisik
C. Deficit perawatan diri
D. Inkotinensia urin
E. Keletihan
Pembahasan:
Salah atu masalah yang paling sering dialami lansia adalah ketidakmampuan mengontrol
BAK karena berbagai faktor baik internal (misalnya proses penuaan) maupun eksternal (
mialnya toilet jauh). Dengan adanya data mayor klien sering ngompol dan berbau pesing,
maka diagnosis yang paling tepat adalah inkontensia urin.
Strategi:
Identifikasi definisi, karakteristik dan factor yang membangun dengan masalah
keperawatan inkontensia urin.
Jawaban: D

2. Seorang laki-laki berusia 72 tahun tinggal di Panti Wreda sejak satu minggu yang lalu.
Klien mengeluh sering tebangun malam hari degan penyebab yang tidak jelas dan sulit
untuk tidur kembali. Klien juga mengeluh lemah dan tidak bisa berkonsentrasi. Klien
nampak kusut, konjuctiva terlihat pucat.
Apa masalah keperawatan pada kasus di atas?
A. Keletihan
B. Risiko cidera
C. Intoleransi aktifitas
D. Gangguan pola tidur
E. Deficit perawatan diri
Pembahasan:
Keluhan sulit tidur lansia perlu diperhatikan, diagnosis keperawatan terkait pola tidur di
NANDA ada dua, yaitu gangguan pola tidur dan insomnia. Batsan karateristik tiap
diagnosis memiliki perbedaan yang jelas, gangguan yang terjadi karena faktor eksternal
dari lingkungan yang baru,panas, berisik, terlalu terang diberikan diagnosis gangguan
pola tidur. Gangguan yang disebabkan karena masalah internal lansia seperti penyakit
tertentu,nyeri ataupun siklus yang terganggu diberi diagnosis insomnia. Pada kasus di
atas jelas disebutkan bahwa klien baru saja tinggal dipanti dan mungkin belum
beradaptasi dengan lingkungan, sehingga diagnosis yang tepat adalah gangguan pola
tidur.
Strategi:
Identfikasi definisi, Karakteristik dan faktor yang berhubungan dengan masalah
keperawatan gangguan pola tidur.
Jawaban: D
3. Seorang perempuan berusia 64 tahun tinggal dip anti sejak lima tahun yang lalu. Klien
mengalami katarak dan gangguan gaya berjalan,sejak saat itu klien menggunakan tongkat
untuk membantunya berjalan. Klien menyatakan tidak berani berjalan jauh karena takut
jauh disebabkan lingkungan sekitar panti yang berundak lantai yang licin.
Apakah diagnosis keperawatan yang tepat unutk kasus di atas?
A. Nyeri
B. Risiko jatuh
C. Risiko cedera
D. Gangguan mobilitas fisik
E. Koping individu tidak efektif
Pembahasan:
Pada lansia, risiko jatuh memiliki faktor risiko yang teerdiri dari faktor internal dan
eksternal. Faktor internal diantaranya adalah umur, penyakit (diabetes, hipertensi,
demensia), gangguan gaya berjalan, gangguan pendengaran dan gangguan penglihatan.
Sementara faktor eksternal dari risiko jatuh adalah kondisi lingkungan seperti lantai licin,
penerangan yang tidak adekuat, tempat tidur terlalu tinggi dam tanpa side rail, alas kaki
yang licin, tanggal/undakan yang curam,kamar mandi tanpa pegangan,dan juga
penggunaan alat bantu yang tidak tepat. Hasil penelititan juga menunjukan bahwa lansia
yang berada di institusi lebih beresiko jatuh dibandingkan lansia yang berada di
rumah.Pada kasus diatas tampak jelas faktor risiko jatuh dari Klien baik faktor internal
maupun eksternal. Risiko cidera tidak dipilih karena kasus diatas spesifik cidera yang
beresiko terjadi adalah jatuh bukan cidera karena hal lainnya.
Strategi :
Identifikasi definisi, karakteristik dan faktor yang berhubungan dengan masalah
keperawatan risiko jatuh.
Jawaban: B

4. Seorang perempuan berusia 69 tahun sudah dirawat di bangsal geriatri dengan diagnosis
medis CHF dan DM. Hasil wawancara klien mengatakan bahwa semakin hari keluhan
berkurang,tetapi klien masih merasa lemah. Klien mengatakan,”saya masih merasa sesak
jika harus berjalan ke kamar mandi”.Hasil pemeriksaan barthel indeks nilai:8, morse
scale:9.TD:160/100 mmHg, frekuensi napas: 26 x/mnt, frekuensi nadi: 88 x/mnt.
Apakah masalah keperawatan pada kasus di atas?
A. Keletihan
B. Risiko jatuh
C. Intoleransi aktivitas
D. Deficit perawatan diri
E. Ketidakefektifan pola napas
Pembahasan:
Intoleransi aktivitas adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan aktivitas
sehari-hari karena ketidakmampuan secara fisiologis psikkologis yang salah salah
satunya ditandai oleh respon abnormal pada TTV (Herdman, 2014). Klien telah memiliki
diagnose medis CHF yang merupakan faktor resiko terjadinya intoleransi
aktivitas.Jawaban A (keletihan) bukan merupakan pilihan yang tepat, karena kelemahan
yang terjadi pada klien terutama pada saat melakukan aktivitas.
Strategi:
Identifikasi definisi, karakteristik dan factor yang berhubungan dengan masalah
keperawatan intoleransi aktivitas.
Jawaban: C

5. Seorang laki-laki berusia 72 tahun, tinggal bersama anak dan cucunya. Saat bekunjung
ke rumah, klien tampak terbaring di kasur tanpa laken, tercium bau oesing, dan terdapat
sisa makanan di sela gigi dan sekitar mulut. Klien mengatakan jarang mandi karena tidak
mau merepotkan menantunya untuk memandikannya. Klien bersyukur dengan kondisi
saat ini dan menerima apa adanya.
Apakah diagnosis keperawatan yang sesuai denga klien?
A. Kesepian
B. Inkontensia
C. Pengabaian diri
D. Sindrom lansia lemah
E. Deficit perawatan diri: mandi
Pembahasan:
Pengabaian diri adalah perilaku yang terbentuk secara kultural, melibatkan satu atau
lebih kegagalan dalam mempertahanan aktivitas perawatan diri yang diterima secara
sosial (Herdman & Kamitsuru: 2014).Batasan karakteristik dari diagnosis keperawatan
ini juga dengan jelas menjelaskan bahwa pengabaian diri dicirikan dengan higenis
lingkungan dan personal yang tidak adekuat, dan tidak mematuhi aturan aktifitas yang
sehat. Pada kasus diatas pengabaian diri terjadi dikarenakan oleh gangguan fungsi peran
dalam keluarga, berpura-pura atau karena hal tersebut pilihan lansia sendiri.
Strategi:
Identifikasi definisi, karakteristik dan factor yang berhubungan dengan masalah
keperawatan pengabaian diri.
Jawaban: C
CONTOH SOAL INTERVENSI DAN PEMBAHASAN
1. Seorang perempuan berusia 65 tahun tinggal di panti wreda mengeluh sering ngompol di
celana terutama saat batuk dan tertawa sejak 1 bulan lalu. Klien terbiasa minum kopi
sejak 30 tahun lalu. Tercium bau pesing dari pakaian klien, fungsi kognitif utuh.
Apakah tindakan yang paling tepat untuk kasus tersbut?
A. Memasang diapers
B. Mengurangi asupan cairan
C. Mengajarkan latihan otot otot dasar panggul
D. Mengajak klien untuk BAK setiap 2 jam sekali
E. Menganjurkan klien untuk berhenti minum kopi\
Pembahasan:
Sebagian dari data (mengompol saat batuk dan tertawa, tercium baupesing) di atas
merupakan indicator mayor kejadian stress inkontensia urin. Inkontensia jenis ini
disebabkan oleh pelemahan otot dasar panggul dan otot-otot yang terlibat dalam proses
berkemih. Kondisi ini merupakan indikasi pelaksanaan latihan otot-otot dasar panggul.
Strategi:
Memasang diapers (pampers) pada klien di panti wreda bukan merupakan suatu pilihan
utama karena terkait dengan biaya.Mengurangi asupan cairan juga tidak tepat karena bisa
menimbulkan komplikasi seperti dehidrasi. Mengajak untuk BAK setiap 2 jam sekali
juga bukan merupakan pilihan yang tepat untuk klien dengan fungsi kognitif utuh (tidak
demensia). Dengan kebiasaan lama minum kopi, kafein dalam kopi bukanlah faktor
penyebab terjadinya inkontensia.
Jawaban: C
2. Seorang perempuan berusia 60 tahun tinggal di panti wreda semenjak suaminya
meninggal sebulan yang lalu. Klien terlihat kurus dan lemah. BB 33 kg, TB 145 cm.
Klien mengatakan sama sekali tidak nafsu makan, karena biasanyaada suaminya yang
selalu makan bersamanya.Klien juga mengatakan jarang minum, dalam sehari ia hanya
menghabiskan ±500 cc air.
Apakah tindakan yang tepat untuk kasus di atas?
A. Oral hygiene
B. Terapi nutrisi
C. Bantuan makanan
D. Manajemen nurisi
E. Monitoring nutrisi
Pembahasan:
Padda kasus di atas kondisi malnutrisi pada lansia yang penyebabnya kompleks, disertai
dengan adanya penurunan fisiologis fungsi sistem gastrointestinal. Malnutrisi pada lansia
dapat diatasi dengan intervensi menajemen nutrisi, yang aktivitasnya meliputi melakukan
modifikasi lingkungan untuk mendukung makan, memilih makanan kesukaan,
menghitung jumlah kebutuhan dan melibatkan keluarga dalam memberikan motivasi
untuk makan (Bulechek, Dochterman: 2013). Pilihan jawaban yang lain merupakan
intervensi yang dapat diberikan pada klien dengan masalah nutrisi, namun dalam kasus
ini yang paling tepat dan mengatasi masalah secara langsung adalah manajemen nutrisi.
Strategi:
Identifikasi masing-masing indikasi tindakan di atas. Oral hygine ditujukan untuk
mempertahankan kebershihan rongga mulut, gusi, dan lidah. Terapi nutrisi adaalah
tindakan yang diberikan kepada pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi. Monitoring nutrisi merupakan tindakan pengumpulan dan analisis data pasien
untuk mencegah/meminimalkan kekurangan nutrisi.
Jawaban: D

3. Seorang laki-laki berusia 60 tahun datang di klinik panti wreda dengan keluhan diare
sejak satu hari yang lalu. Hasil pengkajian diperoleh data:BAB cair 4 kali/hari, kulit dan
membrane mukosa kering, TD:110/70 mmHg,dan suhu 36,2 °C.
Apakah intervensi keperawatan pada kasus tersebut?
A. Anjurkan menghindari penyebab diare
B. Rujuk ke fasilitas kesehata terdekat
C. Monitor tanda-tanda vital
D. Control risiko: hipertermina
E. Jaga keseimbangan cairan
Pembahasan:
Kasus diatas menunjukan bahwa keluhan utama klien adalah diare dengan masalah
Dehidrasi ringan. Lansia juga beresiko mengalami dehidrasi karena proses penuaan
seperti perubahan komposisi masa oto, lemak subkutan, dan penurunan rangsang haus
(Meiner, 2015). Dehidrasi merupakan masalah yang harus segera ditangani dengan
menjaga keseimbangan cairan klien.
Strategi:
Identifikasi masalah pokok pada kasus klien di atas dan tentukan intervensi yang seusai
untuk mengatasinya. Pilihan jawaban selain menjaga keseimbangan ciran, tidak relevan
untuk mengatasi masalah dehidrasi pada kasus. Intervensi anjurkan menghindari
penyebab diare digunakan untuk mencegah kejadian diare; rujuk ke fasilitas kesehatan
terdekat dilakukan pada kasus dehidrasi sedang berat;monitor tanda-tanda vital, dan
control risiko; hipertemia dilaksanakan untuk memantau keberhasilan terapi dan
mencegah terjadinya komplikasi.
Jawaban: E
4. Seorang perempuan berusia 69 tahun dirawat di rumah dengan kasus paska stroke sejak
6 bulan yang lalu. Klien hanya tinggal bersama suaminya.Pada saat dilakukan pengkajian
didapatkan data bahwa kekuatan otot bagian tubuh sebelah kanan 3 dan sebelah kiri 5.
Klien mengatakan bahwa ia masih bisa perlahan dengan menggunakan tongkat.
Apakah tindakan keperawatan pada kasus tersebut?
A. Melatih penggunaan alat bantu jalan
B. Melatih gerakan tubuh aktif dan pasif
C. Memberi anjuran tentang bantuan aktivitas fisik
D. Memodifikasi lingkungan untuk memperluas gerakan klien
E. Mengatur jadwal aktivitas klien sesuai dengan kemampuan fisik
Pembahasan:
Kasus yang menunjukan kondisi klien yang membutuhkan tindakan rebabilitasi karena
mengalami kelemahan pada anggota gerak. Seiring proses penuaan, masa dan kekuatan
otot juga akan mengalami penurunan secara berangsur (Meiner, 2015). Kasus di atas
diperburuk dengan kejadian stroke hemoragik. Kekuatan otot ekstrmitas klien tidak
maksimal untuk mengembalikan fungsi asal klien perlu terus menerus melakuan latihan
agar kekuatan otot dapat kembali meningkat sehingga kemandirian klien akan meningkat.
Latihan pergerakan efektif untuk meningkatkan fungsi musculoskeletal (Chen et al,
2013).
Strategi:
Identifikasi pokok permasalahan yang dialami klien, kemudian tentukan intervensi yang
sesuai untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Ekstremitas kiri klien dalam
kondisi normal, sedangkan ekstremitas sebelah kanan mengalami hemiparesis. Kondisi
ini merupakan indikasi latihan gerakan tubuh aktif dan pasif.
Jawaban: B

5. Seorang laki-laki berusia 67 tahun dirawat di klinik geriatric dengan keluhan rasa panas
pada daerah bokong dan punggung. Klien lebih banyak berbaring di tempat tidur sejak 2
minggu yang lalu, setelah kaki dan tangan sebelah kiri tidak dapat di gerakkan. Hasil
pemeriksaan kulit disekitar kiri tidak dapat digerakkan. Hasil pemeriksaan kulit disekitar
area coccygeus dan scapula tampak kemerahan, klien tampak lemas, TD 160/100 mmHg,
frekuensi nadi 88 x/mnt, frekuensi pernafasan 20x/mnt, dan suhu 37,2°C.
Apakah tindakan keperawatan yang tepat pada kasus tersebut?
A. Melatih ROM
B. Melakukan massage
C. Mobilisasi tiap 2 jam
D. Monitor kulit klien
E. Membrikan kompresair hangat
Pembahasan:
Proses penuaan yang terjadi pada sistem integument lansia adalah; pembuluh darah
berkurang, kulit tidak elastis lagi, dan bantalan lemak berkurang. Hal ini dapat berakibat
kulit lansia rentan mengalami gangguan jika mengalami tekanan, dan jika terjadi luka,
penyembuhan akan relatif melambat. Data terfokus pada adanya risiko terjadinya luka
tekan yaitu: terbaring dalam waktu yang lama, data terkait kondisi kulit yang beresiko
tertekan. Tindakan yang paling prioritas untuk dilakukan adalah memobilisasi tiap 2 jam
untuk melancarkan aliran darah guna mencegah luka tekan pada daerah t.
Strategi:
Identifikasi pokok permasalahan yang dialami klien, kemudian tentukan intervensi yang
sesuai untuk mengatasi masalah keperawatan tersebut. Klien berisiko mengalami ulkus
dikubitus karena kondisi bedrest, sehingga perlu dilakukan mobilisasi posisi baring tiap 2
jam sekali.
Jawaban: C

6. Seorang peempuan berusia 60 tahun dirawat selam tiga minggu di bangsal geriatric
dengan kasus stroke. Klien mengalami paralisis pada ekstreminas bawah dan atas
sebelah kanan serta gangguan bicara. Klien dibantu makan dan minum. Klien akan
kembali ke rumahnya besok sore.
Apakah topik disch.irge planning yang harus di berikan?
A. Peningkatan koping
B. Perencanaan nutrisi
C. Monitoring pengobatan
D. Peningkatan perilaku kesehatan
E. Kemandirian activity daily living
Pembahasan:
Discharge planning merupakan kegiatan untuk menciptakan kesinambungan perawatan
baik dalam proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatan
pasien sehingga mampu secara fungsional untuk kembali: ke lingkungannya. Status
fungsional merupakan komponen penting dari kualitas hidup lansia (Meiner, 2015).
Status fungsional menjadi patokan tingkat kesehatan seorang individu. Kemandirian
fungsional lansia sangat penting dicapai guna menjamin terpenuhnya activity daily living
klien, apalagi dengan kondisi lansia tinggal di rumah dengan keterbatasan tenaga yang
merawat.
Strategi:
Identifikasi tujuan discharge planning pada pasien yang mengalami handicap sebagai
dampak patologi penyakit yang dialaminya. Tindakan tingkatan koping, perencanaan
nutrisi, monitoring pengobatan, dan peningkatan perilaku kesehatan tidak relevan untuk
kasus klien di atas yang mengalami masalah ketergantungan dalam activity daily living
Jawaban: E
CONTOH SOAL EVALUASI DAN PEMBAHASAN
1. Saat kunjungan rumah perawat menemukan perempuan berusia 68 tahun mengeluh tidak
bisa mengontrol BAK sejak 4 minggu lalu. Pada saat kunjungan rumah sebelumya
perawat memberikan penyuluhan dan latihan otot-otot panggul serta menganjurkan
menggunakan diapers.
Apakah indikator evaluasi keberhasilan jangka panjang pada kasus tersebut?
A. Ketersediaan toilet
B. Penurunan frekuensi mengompol
C. Kepatuhan menggunakan diapers
D. Kemampuan melakukan latihan otot-otot panggul
E. Pengetahuan tentang cara melatih otot-otot panggul
Pembahasan:
Perempuan memiliki risiko yang lebih besar daripada laki-laki untuk mengalami
penurunan kekuatan otot dasar panggul sebagai penyebab stress incontensia. Latihan
yang tepat pada otot dasar panggul akan dapat menguatkan otot-otot yang terlibat dalam
mengontrol kemampuan berkemih. Keberhasilan jangka panjang dari intervensi tersebut
dapat dievaluasi dari penurunan jumlah/frekuensi mengompol yang terjadi setiap harinya.
Strategi:
Kepatuhan menggunakan diapers, pengetahuan dan kemampuan melakukan latihan otot-
otot dasar panggul merupakan indikator jangka pendek keberhasilan tindakan yang di
evaluasi setelah pemberian penjelasan dan latihan kepada klien
Jawaban: B

2. Hasil pengkajian di panti wreda didapatkan data: terdapat pegangan besi diseluruh
tembok wisma, lantai keramik, belum pasang anti slip. Kamar mandi memiliki lantai
dengan anti slip namun banyak terdapat lumut. Satu bulan terakhir ada 3kali kejadian
jatuh pad lansia. Perawat memberikan penyuluhan pada lansia dan pengsuh tentang
resiko jatuh.
Apakah kriteria keberhasilan jangka pendek intervensi tersebut?
A. Antusias tidaknya peserta dalam penyuluhan
B. Ada tidaknya peserta yang bertanya
C. Menurunnya angka kejadian jatuh
D. Peningkatan pemahaman lansia
E. Modifikasi lingkungan panti
Pembahasan:
Tindakan pemberian penyuluhan tentang risiko jatuh dilakukan karena data di panti
wreda menunjukan bahwa dalam satu bulan terakhir terdapat 3 kali kejadian jatuh pada
lansia. Berdasarkan data lingkungan juga menunjukan bahwa lingkungan sangat berisiko
menyebabkan jatuh. Untuk penanganan jangka pendek kejadian jatuh dibutuhkan
peningkatan pemahaman lansia tentang faktor-faktor risiko jatuh. Kondisi ini dapat
dicapai melalui pemberian penyuluhan pada lansia dan pengasuh.
Strategi:
Indikator jangka pendek merupakan kriteria formatif keberhasilan tindakan keperawatan
yang dapat diukur, segera sesuai pelaksanaan tindakan tersebut.
Jawaban: D

3. Seorang perempuan berusia 65 tahun tinggal di panti wreda. Klien mengeluh nyeri
punggung sejak satu minggu yang lalu. Klien terlihat hanya tiduran. Skala nyeri 4 (0-10).
Perawat sudah mengajarkan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi keluhan.
Apakah kriteria keberhasilan tindakan tersebut?
A. Klien mengikuti program latihan
B. Klien mengatakan nyerinya berkurang
C. Klien mengerti tentang proses penyakit
D. Klien mengkonsumsi obat penghilang nyeri
E. klien mampu melakukan aktivitas secara mandiri
Pembahasan:
Diagnosis keperawatan nyeri ditegakkan karena adanya nyeri yang dapat menghambat
seseorang dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Intervensi mengurangi nyeri salah
satunya adalah dengan melakukan relaksasi dengan napas dalam dengan benar.
Keberhasilan intervensi tersebut dapat dilihat dengan berkurangnya etiologi utama dari
diagnosis yaitu nyeri.
Strategi:
Identifikasi kriteria utama keberhasilan tindakan relaksasi (napas dalam) pada klien
dengan kasus nyeri akut.
Jawaban: B

4. Seorang laki-laki berusia 65 tahun tinggal di panti wreda mengalami stroke dan
kelumpuhan sejak 3 bulan lalu. Klien hanya berbaring dan duduk di kursi roda. Semua
aktifitas dan kebutuhan klien dibantu. Bokong terlihat kemerahan, kemudian perawat
melakukan perubahan posisi 2 jam sekali. TD 160/95 mmHg.
Apa Kriteria evaluasi yang tepat untuk kasus di atas?
A. Tidak ada tanda-tanda luka decubitus
B. Semua kebutuhan dasar terpenuhi
C. Peningkatan personal hygiene
D. Peningkatan mobilitas fisik
E. TD dalam batas normal
Pembahasan:
Ada beberapa masalah yang nampak pada klien: hambatan mobilitas fisik dan hanya
risiko kerusakan integritas kulit. Sekilas memang mobilitas fisik yang menjadi prioritas,
namun perlu dilihat lebih seksama terkait dengan masalah lain yang bisa dengan cepat
diatasi yaitu pencegahan luka decubitus. Selain itu, intervensi yang di fokuskan pada
kasus adalah perubahan posisi setiap dua jam sekali, ini merupakan intervensi untuk
mencegah terjadinya luka decubitus.
Strategi:
Ingat kembali kriteria utama kebrhasilan tindakan merubah posisi setiap 2 jam sekali
pada pasien dengan kasus bedrest.
Jawaban: A

Vous aimerez peut-être aussi