Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
KELOMPOK A4
Malaria
Pak Mardoni, seorang pegawai Biro Pusat Statistik di Jakarta baru kembali dari melakukan
studi lapangan di Papua selama dua minggu. Dua minggu setelah kembali dari Papua pak Mardoni
di rawat di RS YARSI karena mengalami demam selama seminggu. Demam dirasakan setiap dua
hari sekali dimana setiap kali demam didahului menggigil dan setelah demam berkeringat. Setelah
demam Pak Mardoni dapat pulih seperti biasa. Dokter menduga pak Mardoni menderita malaria.
Setelah melakukan pemeriksaan sediaan hapus darah tepi, dokter mengatakan pak Mardoni
terinfeksi Plasmodium falciparum. Menjawab pertanyaan dokter tentang obat profilaksis malaria,
Pak Mardoni mengatakan sudah mendapat obat tetapi tidak meminumnya.
Pak Mardoni bertanya apakah keluarganya yang tinggal serumah dapat tertular dari dirinya.
Dokter menjelaskan karena vektor malaria yaitu nyamuk Anopheles tidak terdapat di Jakarta maka
keluarga pak Mardoni kecil kemungkinan akan tertular malaria dari ayahnya. Dokter kemudian
memberikan penyuluhan/KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) yang merupakan salah satu
bentuk implementasi strategi kegiatan Gerakan Berantas Kembali Malaria (Gebrak Malaria)
yang telah dicanangkan oleh Depkes RI pada tahun 2000.
TIU 1 Memahami dan Menjelaskan tentang Vektor Malaria (Anopheles)
1.1 Definisi Vektor
1.2 Epidemiologi Vektor Malaria
1.3 Morfologi Vektor Malaria dan Daur Hidup Vektor Malaria
1.4 Kasifikasi Vektor Malaria
1.5 Bionomik Vektor Malaria
1.6 Pemberantasan dan Pencegahan Vektor Malaria
1.1 Definisi
Vektor adalah jasad (biasanya serangga) yang dapat menularkan penyakit kepada
hewan dan manusia.
1.2 Epidemiologi
Penentuan vektor malaria didasarkan atas penemuan sporozoit malaria di kelenjar liur
nyamuk anophelini yang hidup di alam bebas.Cara yang digunakan adalah pembedahan nyamuk
betina.Berbagai faktor yang perlu diketahui untuk menentukan vektor di suatu daerah endemmi
malaria adalah :1)Pada pembedahan nyamuk alam positif mengandung sporozoit;2)kebiasaan
nyamuk anophelini mengisap darah manusia(antropofilik);3)umur nyamuk betina lebih dari 10
hari;4)kepadatan yang tinngi dan mendominasi spesies lain;5)hasil infeksi percobaan di
laboratorium yang menunjukan kemampuan untuk mengembangkan plasmodium menjadi
stadium sporozoit.
Prevalensi kasus malaria di satu daerah endemi malaria dan di daerah endemi malaria
lainnya tidak sama,tergantung pada prilaku spesies nyamuk yang menjadi vektor.
Morfologi
a).Stadium telur :
-Berbentus seperti perahu yang bagian bawahnya konveks dan bagian atasnya konfaks.
-Mempunyai sepasang pelampung yang terletak pada sebelah lateral.
b).Stadium larva :
bagian-bagian badan berbentuk khas,yaitu :
-Spirakel pada bagian posterior abdomen,
-Tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen
-Bulu palma pada bagian lateral abdomen
c).Stadium pupa
-Mempunyai tabung pernafasan(respiratory trumpet)yang berbentuk lebar dan pendek
d).Stadium dewasa
-Pulpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang hampir sama dengan panjang
probosisnya
-Nyamuk jantan ruas palpus bagian apikal berbentuk gada(club form),nyamuk betina ruas
palpusnya mengecil
-Sayap pada bagian pinggir(kosta dan vena I)ditumbuhi sisik sayap yang berkelompok
membentuk gambaran belang-belang hitam putih dan bagian ujung sisk sayap membentuk
lengkung(tumpul)
- Bagian posterior abdomennya sedikit lancip
Daur Hidup
1.4 Klasifikasi
1.5 Bionomik
Sifat- sifat nyamuk anopheleni yang merupakanvektor malaria:
1. Aktivitasnya sangat dipengaruhi kelambaban udara dan suhu
2. Aktif menghisap darah hospes pada malam hari atau sejak senja sampai dini hari
3. Jarak terbang biasanya 0,5- 3 km
4. Jarak terbang dapat dipengaruhi olah transportasi dan kencangnya angin
5. Umur nyamuk dewasa di labotorium dapat mencapai 3- 5 minggu
Pencegahan
Tindakan pencegahan infeksi malaria sangat penting untuk individu yang non- imun, khususnya
pada turis nasional maupun international. Salah satu cara unutk pencegahan adalah dengan
melakukan kemoprofilaktis. Bila akan mengunakana kemoprofilaktis perlu diketahui sensitivitas
plasmodium di tempat tujuan. Bila daerah dengan klorukuin sensitif (seperti Minahasa) cukup
profilaktis dengan 2 tablet klorokuin (250 mg klorokuin diphosphat) tiap minggu 1 minggu
sebelum berangkat dan 4 minggu setelah tiba kembali. profilaktis juga dipakai pada wanita
hamil di daerah endemikatau terbukti pada individu yang imunitasnya rendah (sering terinfeksi
malaria). Pada daerah yang resisten dengan klokuin dianjurkan doksisiklin 100 mg/ hari atau
mefloquin 250 mg/ minggu atau klorokuin 2 tablet/ minggu ditambah proguanil 200 mg/ hari.
Obat baru yang dipakai untuk pencegahan yaitu primakuin dosis 0’5 mg/kgBB/ hari; Etaquin,
atovaquone/ proguanil (malarone) dan Azitromycin
2.2 Kasifikasi
1)plasmodium viva
2)plasmodium ovale
3)plasmodium falciparum
4)plasmodium malariae
• Sporogonic cycle
Nyamuk betina menggigit manusia yang terinfeksi→gametosit terhisap→perut tengah
nyamuk→gamet→zigot motil (ookinet)→menembus dan lepas dari perut tengah→membran
perut luar→menghasilkan sporozoit halus memanjang→kelenjar liur nyamuk
Pada plasmodium falciparum: Biasanya tidak berlangsung pada darah tepi (kecuali yang
sudah akut),Eritrosit yang dihinggapinya akan menggumpal dan menkapiler.
• Plasmodium malariae
Daur praeritrosit pada manusia belum pernah ditemukan. Inokulasi sporozoit
P. malariae manusia pada simpanse dengan tusukan nyamuk Anopheles membuktikan
adanya stadium praeritrosit P. malariae. Parasit ini dapat hidup pada simpanse yang
merupakan hospes reservoir yang potensial.
Skizon praeritrosit menjadi matang 13 hari setelah infeksi. Bila skizon
matang, merozoit dilepaskan ke aliran darah tepi, siklus eritrosit aseksual dimulai dengan
periodisitas 72 jam. Stadium trofozoit muda dalam darah tepi tidak banyak berbeda dengan
P. vivax, meskipun sitoplasmanya lebih tebal dan pada pulasan Giemsa tampak lebih gelap.
Eritrosit yang dihinggapi P. malariae tidak membesar. Dengan pulasan khusus, pada sel
darah merah dapat tampak titik-titik yang disebut titik Ziemann. Trofozoit yang lebih tua
bila membulat besarnya kira-kira setengah dari eritrosit. Pada sediaan darah tipis, stadium
trofozoit dapat melintang sepanjang eritrosit, merupakan bentuk pita, yaitu bentuk yang khas
pada P. malariae. Butir-butir pigmen jumlahnya besar, kasar, dan berwarna gelap. Skizon
muda membagi intinya dan akhirnya terbentuk skizon matang yang mengandung rata-rata 8
merozoit. Skizon matang mengisi hampir seluruh eritrosit dan merozoit biasanya
mempunyai susunan yang teratur sehingga merupakan bentuk bunga daisy atau disebut juga
roset.
Derajat parasitemia pada malaria kuartana lebih rendah daripada malaria yang
disebabkan oleh spesies lain dan parasit count jarang melampaui 10.000 parasit per mm3
darah. Siklus aseksual dengan periodisitas 72 jam biasanya berlangsung sinkron dengan
bentuk-bentuk parasit di dalam darah. Gametosit P. malariae mungkin dibentuk dalam alat-
alat dalam dan tampak dalam darah tepi bila telah tumbuh sempurna. Makrogametosit
mempunyai sitoplasma berwarna biru tua, berinti kecil, dan padat. Mikrogametosit
mempunyai sitoplasma berwarna biru pucat, berinti difus, dan lebih besar. Pigmen tersebar
pada sitoplasma.
Daur sporogoni dalam nyamuk Anopheles memerlukan waktu rata-rata 26–28
hari. Pigmen di dalam ookista berbentuk granula kasar, berwarna tengguli tua, dan tersebar
di tepi.
• Plasmodium ovale
Morfologi P. ovale mempunyai persamaan dengan P. malariae tetapi
perubahan pada eritrosit yang dihinggapi parasit mirip dengan P. vivax. Trofozoit muda
berukuran kira-kira 2 mikron atau sepertiga dari eritrosit. Titik-titik Schuffner, disebut juga
titik James, terbentuk sangat dini dan tampak jelas. Stadium trofozoit berbentuk bulat dan
kompak dengan granula pigmen yang lebih kasar tetapi tidak sekasar pigmen P. malariae.
Pada stadium ini, eritrosit agak membesar dan sebagian besar berbentuk lonjong oval dan
pinggir eritrosit bergerigi pada salah satu ujungnya dengan titik-titik Schuffner yang menjadi
lebih banyak.
Stadium praeritrosit mempunyai periode prapaten 9 hari. Skizon hati besarnya
70 mikron dan mengandung 15.000 merozoit. Perkembangan siklus eritrosit aseksual pada
P. ovale hampir sama dengan P. vivax dan berlangsung selama 50 jam. Stadium skizon
berbentuk bulat dan bila matang dapat mengandung 8–10 merozoit yang letaknya teratur di
tepi mengelilingi granula pigmen yang berkelompok di tengah.
Stadium gametosit betina (makrogametosit) bentuknya bulat, berinti kecil,
kompak, dan mempunyai sitoplasma berwarna biru. Gametosit jantan (mikrogametosit)
mempunyai inti difus, sitoplasma berwarna pucat kemerahan, berbentuk bulat. Pigmen
dalam ookista berwarna coklat tengguli tua dan granulanya mirip dengan yang tampak pada
P. malariae. Siklus sporogoni dalam nyamuk Anopheles memerlukan waktu 12–14 hari pada
suhu 27oC.
Morfologi plasmodium Vivax,
1. Stadium trofozoit muda (Ring form): -Bentuk cincin (besarnya 1/3 eritrosit)
-eritrosit membesar
-titik Schuffner mulai tampak
2. Stadium trofozoit tua (Mature ring) : -Bentuk ameboid (masih terdapat vakuol)
-Eritrosit membesar
-Titik schuffner jelas
3. Stadium skizon muda (Early schizont) : -inti membelah,jumlah 4-8
-Eritrosit membesar
-Titik schuffner jelas
1. PLASMODIUM FALCIPARUM
1. PLASMODIUM MALARIAE
1. Stadium trofozoit muda (early band form) : -Bentuk cincin (besarnya 1/3 eritrosit)
-Eritrosit tidak membesar
-Sitoplasma lebih tebal,gelap (pulasan giemsa)
-Tampak titik-titik ziemann
2.4 Epidemiologi
• PLASMODIUM VIVAX
1. Ditemukan di daerah subtropik (Korea selatan,cina,mediterania,Timur,Turki,dan
sebagainya).
2. Di daerah tropik ditemukan di Asia Timur (Cina,daerah Mekong) dan Selatan (Srilangka dan
India),Indonesia,Filipina serta di wilayah pasifik seperti papua nugini,kepulauan Solomon
dan vanuatu.
3. Afrika jarang ditemukan
4. Di indonesia p.vivax tersebar di seluruh kepulauan dan pada musim kering,umumnya di
daerah endemi mempunyai frekuensi tertinggi di antara spesies lain.
• PLASMODIUM MALARIAE
Ditemukan di daerah Tropis dengan frekuensi rendah.Ditemukan pada afrika barat dan
utara,papua barat,NTT,dan sumatra selatan.
• PLASMODIUM OVALE
Bukan merupakan masalah kesehatan masyarakat,karena frekuensinya amat rendah dan
dapat sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan.Parasit ini ditemukan di pula owi,Irian
Jaya,Flores, dan Timor.
• PLASMODIUM FALCIPARUM
Ditemukan di daerah tropik,terutama di afrika dan asia tenggara.Di Indonesia parasit ini
tersebar di seluruh kepulauan.
• Plasmodium ovale
Gejala klinis malaria ovale mirip dengan malaria vivaks. Serangannya sama hebat tetapi
penyembuhannya sering secara spontan dan relapsnya lebih jarang. Parasit sering tetap
berada dalam darah (periode laten) dan mudah ditekan oleh spesies lain yang lebih
virulen. Parasit ini baru tampak lagi setelah spesies yang lain lenyap. Infeksi campur P.
Ovale sering terdapat pada orang yang tinggal di daerah tropik Afrika dengan endemi
malaria.
2.6 Transmisi
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang disebabkan oleh plasmodium yang menyerang eritrosit
dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan
gejala berupa demam, mengigil, anemia, dan spelomegali. Dapat berlangsung akut maupun kronik.
Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi ataupun mengalami komplikasi sistemik yang
dikenal sebagai malaria berat.
Infeksi malaria tersebar pada lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Amerika (bagian
selatan) dan daerah Oceania dan kepulauan Caribia. Lebih dari 1.6 triliun manusia terpapar oleh
malaria dengan morbiditas 200-300 juta dan mortalitas lebih dari 1 juta pertahun. Beberapa negara
yang bebas malaria yaitu Amerika Serikat, Canada, negara di eropa (kecuali Russia), Israel,
Singapura, Hongkong, Jepang, Taiwan, Korea, Brunei, dan Australia. Negara tersebut terhindar dari
malaria karena vektor kontrolnya yang baik; walaupun demikian banyak dijumpai kasus malaria
yang di import karena pendatang dari negara malaria ataupun penduduknya mengunjungi daerah-
daerah malaria.
Plasmodium falciparum dan Plasmodium Malariae umumnya di jumpai pada semua negara
dengan malaria; Afrika, Haiti dan Papua Nugini umunya Plasmodium falciparum; Plasmodium
vivax banyak di Amerika Latin. Di Amerika Selatan, Asia Tenggara, negara Oceania dan India
umumnya Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Plasmodium ovale biasanya hanya di
Afrika. Di Indonesia kawasan Timur mulai dati Kalimantan, Sulawesi Tengah sampai Utara,
Maluku, Irian Jaya dan dari Lombor sampai Nusatenggara Timur serta Timor Timur merupakan
daerah endemis malaria dengan Plasodium falciparum dan Plasmodium vivax. Beberapa daerah di
Sumatra mulai dari Lampung, Riau, Jambi dan Batam kasus malaria cenderung meningkat.
Keluhan prodromal sering terjadi pada p.Vivak dan p. Ovale. Gejala yang klasik yaitu terjadinya “
trias malaria” secara berurutan priode dingin ( 15 – 60 menit) : mulai menggigil penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan
bergetar dan gigi saling terantuk di ikuti dengan meningkatnya temperatur ; di ikuti dengan priode
panaspenderita muka merah, nadi cepat, dan panas badan tetpa tinggi beberapa jam . di ikuti
dengan keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat, pendearita berkeringat banyak dan
temperatur turun, Dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih sering terjadi pada infksi p vivax.
Anemia merupakan gejala yang sering di jumpai pada infeksi malaria
Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan mulai terjadi serangan
paroksismal yang terdiri dari dingin, panas, berkeringat. Serangan paroksismal ini dapat pendek
atau panjang tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan imunitas penderita.
Periode laten : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama terjadinya malaria.
Biasanya terjadi diantara dua keadaan paroksismal.
Recrudescense : berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam masa 8 minggu sesudah
berakhirnya serangan primer. Recrudescense dapat terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah
priode laten dari serangan primer.
Relaps atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia yang lebih lama dari waktu
diantara serangan priodik dari infeksi primer yaitu setelah priode yang lama dari masa laten(sampai
5 tahun), biasanya terjadi karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk di luar eritrosit(hati) poada
malaria vivaks atau ovale.
Inkubasi 12 – 17 hari, kadang – kadang lebih panjang. Pada hari pertama inkubasi panas ireguler,
kadang kadang remiten atau intermiten. Pada saat tersebut perasaan dingin atau menggigil jarang
terjadi. Pada akhir minggu tipe panas menjadi intermiten dan priodik setiap 48 jam dengan gejala
klasik malaria. Seranagn paroksismal biasanya terjadi waktu sore hari. Pada minggu kedua limpa
mulai teraba. Parasitemia mulai menurun setelah 14 hari, limpa masih besar dan panas masih
berlangsung, pada akhir minggu kelima panas mulai turun secara krisis. Pada malaria vivax,
manifestais klinik dapat terjdai secara berat tapi kurang membahayakan, limpa dapat membesar
sampai derajat 4 atau 5. Mortalitas malaria vivax rendah tapi morbiditas tinggi karena terjadi relaps
masa inkubasi 10 -14 hari. Manifestasi sama seperti malaria vivax hanya berlangsung lebih ringan,
anemia jarang terjadi, spelnomegali sering terjadi walaupun pembesarannya ringan. Serangan
paroksismal terjadi tiap 3 – 4 hari, biasanya pada waktu sopre dan parasitemia sangat rendah .
komplikasi yang terjadi, syndrom nefrotik di laporkan terjadi pada anak – anak afrika. Di duga
komplikasi ginjal di sebabkan oleh karena deposit komplek imun pada glomerulus ginjal. Pada
pemerikasaan dapat di jumpai edema, asites, proteinuria yang banyak , hipoproteinemia, tanpa
uremia dan hipertensi
merupakan bentuk yang paling ringan pada semua jenis malaria. Masa inkubasi 11 – 16 hari,
serangan proksimal 3 – 4 hari terjadi mala hari dan jarang lebih dari 10 hari wlaupun tanpa terapi.
Apabila terjadi infeksi campuran dengan plasmodium lain maka plasmodium ovale tidak akan
tampak di darah tepi,tetapi plasmodium lain yang akan di temukan. Gejala klinins hampir dsama
dengan plasmodium vivax, lebih ringan dan puncak panas lebih rendah dan perlangsungan lebih
pendek, dan dapat sembuh sepontan tanpa pengobatan. Serangan menggigil jarang terjadi dan
splenomegali jarang sampai dapat diraba.
Malaria tropika merpkaan bentuk yang paling berat, di tandai dengan panas yang ireguler,
anemia, splenomegali, parasitemia sering di jumpai dan sering terjadi komplikasi. Masa
inkubasi 9 – 14 hari. Malaria tropika mempunyai perlangsungan yang cepat, da parasaitemia
yang tinggi dan menyerang semua bentuk eritrosit. Gejalka prodromal yang sering di jumpai
yaitu sakit kepala, lesu, perasaan dingin, mual, muntah dan diare. Parasit sukar di temukan pada
penderita dengan pengobatan supresif. Panas biasanya ireguler tidak periodik, sering terajadi
hipereksia dengan temperatur di atas 400 C. Gejala lain berupa konvulsi, pneumonia aspirasi dan
banyak kerigat wlaqupun temperatur normal. Apabila infeksi memberat nadi cepat, nausea,
muntah, diare menjadi berat dan di ikuti kelainan paru(batuk). Splenomegali di jumpai lebih
sering dari hepatomegali dan nyeri pada perabaan, hati membesar di ikuti dengan adanya
ikterus. Kelainan urin dapat berupa albuminuria, hialin dan kristal yang granuler. Anemia lebih
menonjol dengan leukopenia dan monositosis.
Pemeriksaaan mikroskopik darah tepi untuk menemukan adanya parasit malaria sangat
penting untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan satu kali dengan hasil negatif tidak
mengenyampingkan dignosis malaria. Pemeriksaan darah tepi 3 kali dan hasil negatif maka
diagnosis malaria dapat dikesampingkan. Pemeriksaan pada saat penderita demam atau
panas dapat meningkatkan kemmungkinan ditemukannya parasit. pemeriksaan parasit
malaria melalui aspirasi sumsum tulang belakang hanya untuk maksud akademis dan tidak
sebagai cara diagnosis yang praktis.
Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria karena tetesan darah
cukup banyak dibandingkan preparat darah tipis. Pemeriksaan parasit dilakukan
selama 5 menit (diperkirakan 100 lapang pandangan dengan pembesaran kuat).
Preparat dinyatakan negatif bila setelah diperiksa 200 lapang pandangan dengan
pembesaran kuat 700-1000 kali tidak ditemukan parasit.
Yaitu mendeteksi antigen dari P.falciparum (Histidine Rich Protein II). Deteksi sangat cepat
hanya 3-5 menit, tidak memerlukan latihan khusus, sensitivitasnya baik, tidak memerlukan
alat khusus. Deteksi untuk antigen vivax sudah beredaran di pasaran yaitu dengan metode
ICT. Tes sejnis dengan mendeteksi laktat dehidrogenase dari plasmodium (pLDH) dengan
cara immunochromatografic telah dipasarkan dengan nama tes OPTIMAL. Optimal dapat
mendeteksi dari 0-20 parasit/ul darah dan dapat membedakan apakah infeksi P.falciparum
atau P.vivax. sensitivitas sampai 95% dan hasil positif salah lebih rendah dai tes deteksi
HRP-2. Tes ini sekarang dikenal sebagai tes cepat (rapid test). Tes ini tersedia dalam
berbagai nama tegantung pabrik pembuatnya.
3. Tes serologi
Tes serologi mulai diperkenalkan sejak tahun 1960 dengan memakai tekhnik indirect
flourescent antibody test. Tes ini berrguna untunk mendeteksi adanya antibodi spesifik
terhadap malaria atau pada keadaan dimana parasit sangat minimal. Manfaat tes serologi
terutama untuk penelitian epidemiologi atau alat uji saring donor darah. Titer >1:200
dianggap sebagai infeksi baru; dan test >1:20 dinyatakan positif. Metode tes serologi yang
lain antara lain, indirect haemagglutination test, immuno-precipitation techniqu, ELISA test,
radio-immunoassay.
4. Pemeriksaan PCR
Pemeriksaan ini dianggap sangat peka dengan teknologi amplifikasi DNA, waktu dipakai
cukup cepat dan sensitivitas maupun spesifitasnya tinggi. Keunggulan tes ini walaupun
jumlah parasit sangat sedikit dapat memberikan hasil yang positif. Tes ini baru dipakai
sebagai sarana penelitian dan belum untuk pemeriksaan rutin.
1. Indikator klinik
• Komayang berat
• Kejang berulang
• Deserebrasi
2. Indikator laboratorium
• Leukositosis
• Hb <5 g/dl
• Antitrombin rendah
Berdasrkan suseptibilitas berbagai stadium parasit malaria, maka obat malaria dibagi dalam 5
golongan:
Obat antimalaria
a. Klorokuin dan turunannya ( klorokuin, amodiakuin, dan hidroksiklokuin)
– Farmakodinamik:
• Aktivitas antimalaria: hanya efektif terhadap parasit dalam fase eritrosit.
Efektivitasnya sangat tinggi terhadap plasmodium vivax, plasmodium malariae,
plasmodium ovale, dan terhadap strain plasmodium falciparum yang sensitive
klorokuin. Demam akan hilang dalam 24 jam dan sediaan hapus darah, umumnya
negative dalam waktu 48-72 jam.
• Mekanisme kerja obat : menghambat aktifitas polymerase heme plasmodia.
• Resistensi terhadap klorokuin ditemukan pada plasmodium falciparum yang
melibatkan berbagai mekanisme genetic yang kompleks
– Farmakokinetik:
• Absorbsi: setelah pemberian oral terjadi lengkap dan cepat, dan adanya makanan
mempercepat absorbsi ini.
• Kadar puncak dalam plasma dicapai setelah 3-5 jam. Kira-kira 55% dari jumlah obat
dalam plasma akan terikat pada non-diffusible plasma constituent.
• Metabolisme: berlangsung lambat sekali.
• Ekskresi: metabolit klorokuin (monodesetilklorokuin dan bisdesitilklorokuin)
diekskresi melalui urine.
– Efek samping:
• Sakit kepala ringan, gangguan pencernaan, gangguan penglihatan, dan gatal-gatal.
• Pengobatan kronik sebagai terapi supresi kadang kala menimbulkan sakit kepala,
penglihatan kabur, diplopia, erupsi kulit, rambut putih, dan perubahan gambaran
EKG.
• Dosis tinggi parenteral yang diberikan secara cepat dapat menimbulkan toksisitas
terutama pada system kardiovaskular berupa hipotensi, vasodilatasi, penekanan
fungsi miokard, yang pada akhirnya dapat menyebabkan henti jantung.
– Kontra indikasi:
• Pada pasien dengan penyakit hati, atau pada pasien dengan gangguan saluran cerna.
• Tidak dianjurkan dipakai bersama fenilbutazol atau preparat yang mengandung emas
karna menyebabkan dermatitis.
• Tidak dianjurkan dipakai bersama meflokuin karna akan meningkatkan resiko
kejang.
• Tidak dianjurkan dipakain bersama amiodaron atau halofantrin karna akan
meningkatkan resiko terjadinya aritmia jantung.
b. Pirimetamin
• Turunan pirimidin yang berbentuk bubuk putih, tidak terasa, tidak larut dalam air,
dan hanya sedikit larut dalam asam klorida.
– Farmakodinamik:
• Merupakan skizontosid darah yang bekerja lambat.
• Waktu paruhnya lebih panjang dibanding proguanil.
• Dalam bentuk kombinasi, pirimetamin dan sulfadoksin digunakan secara luas untuk
profilaksis supresi malaria, terutama yang disebabkan oleh strain plasmodium
falciparum yang resisten terhadap klorokuin.
• Mekanisme kerja: pirimetamin menghambat enzim dihidrofolat reduktase plasmodia
yang bekerja dalam rangkainan reaksi sintesis purin, sehingga penghambatannya
menyebabkan gagallnya pembelahan intipada pertumbuhan skizon dalam hati dan
eritrosit.
• Kombinasi dengan sulfonamide memperlihatkan sinergisme karna keduanya
mengganggu sintesis purin pada tahap yang berurutan.
• Resistensi pada pirimetamin dapat terjadi pada penggunaan yang berlebihan dan
jangka lama yang menyebabkan terjadinya mutasi pada gen-gen yang menghasilkan
perubahan asam amino sehingga mengakibatkan penurunan afinitas pirimetamin
terhadap enzim dihidrofolat reduktase plasmodia .
– Farmakokinetik:
• Absorbs: melalui saluran cerna, barlangsung lambat tetapi lengkap.
• Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 4-6 jam.
• Ditimbun terutama di ginjal, paru, hati, dan limpa.
• Ekskresi: lambat dengan waktu paruh kira-kira 4 hari dan metabolitnya diekskresi
melalui urine.
– Efek samping:
• Dengan dosis besar dapat terjadi anemia makrositik yang serupa dengan yang terjadi
pada asam folat.
c. Primakuin
• Turunan 8-aminokuinolon
– Farmakodinamik:
• Efek toksisitasnya terutama terlihat pada darah.
• Aktifitas antimalaria: dalam penyembuhan radikal malaria vivax dan ovale, karna
bentuk laten jaringan plasmodia ini dapat dihancurkan oleh primakuin.
• Golongan 8-aminokuinolon memperlihatkan efek gametosidal terhadap ke4 jenis
plasmodium terutama plasmodium falciparum.
• Mekanisme antimalaria: mungkin primakuiin berubah menjadi elektrolit yang
bekerja sebagai mediator oksidasi-reduksi. Aktivitas ini membantu aktivitas anti
malaria melalui pembentuka oksigen reaktif atau mempengaruhi transportasi electron
parasit.
– Farmakokinetik:
• Absorbs: setelah pemberian oral, primakuin segera diabsorbsi.
• Distribusi: luas ke jaringan.
• Pada pemeriksaan dosis tunggal, konsentrasi plasma mencapai maksimum dalam
3jam dan waktu paruh eliminasinya 6 jam.
• Metabolism: berlangsung cepat. Metabolism oksidatif primakuin menghasilkan 3
macam metabolit utama pada manusia dan merupakan metabolit yang tidak toksik,
sehingga metabolit lain memiliki aktivitas hemolitik yang lebih besar dari primakuin.
• Ekskresi: hanya sebagian kecil dari dosis yang dberikan yang diekskresi ke urine
dalam bentuk asal.
– Efek samping:
• Yang paling berat adalah anemia hemolitik akut pada pasien yang mengalami
defisiensi enzim glukosa 6-fosfat dehidrogenase (g6pd).
• Dengandesis yang lebih tinggi dapat timbul spasme usus dan gangguan lambung.
Dosis yang lebih tinggi lagi dapat menyebabkan sianosis.
– Kontra indikasi:
• Pada pasien sistemik yang berat yang cenderung mengalami granulositopenia
misalnya arthritis rheumatoid dan lupus eritematosus.
• Tidak dianjurkan diberikan bersamaan dengan obat lain yang dapat menimbulkan
hemolisis dan obat yang dapat menyebabkan depresi sumsum tulang.
• Tidak diberikan pada wanita hamil.
4.2.1 Tatalaksana
Tatalaksana
1. Malaria vivax
Prinsip dasar pengobatan malaria vivaks adalah pengobatan radikal yang ditujukan
terhadap stadium hipnozoit di sel hati dan stadium lain yang berada di eritrosit.
P.vivax yang mulai resisten terhadap klorokuin yang diberikan selam tiga hari disertai
primakuin selama 14 hari. Dengan cara ini, maka primakuin akan bersifat sebagai
skizontisida darah selain membunuh hipnozoit di sel hat. Obat lain yang sebagai alternative
yang dapt ddiberikan adalah attesunat-amodikuin, dihidroartemisinin-piperakuin, atau non-
altemisinin seperti meflokuin dan atovaquone-proguanil.
2. Malaria malariae
Penderita malaria malariae dapat diobati dengan pemberian klorokuin basa yang akan
mengeleminasi semua stadium di sirkulasi darah. P.malariae sensitive terhadap obat
antimalaria baru seperti artemisin dan pironaridin.
3. Malaria falsiparum
Penderita malaria falsiparum tanpa komplikasi sebaiknya diberikan drug of choice
kombinasi artemisin, misalnya artesunat –amodikuin (masing-masing 3 hari) per oral tanpa
menunggu penderita jatuh dalam malaria berat, dosis artesunat adalah 4 mg/kgbb/hari selam
3 hari, sedangkan amodikuin basa 10 mg/kgbb/hari selama 3 hari. Kombinasi artemisin
lainnya adalah artemer-lumefantrine selama 3 hari dan dihidroartemisin-piperakuin selama
2 atau 3 hari. Bila terjadi kegagalan pengobatan dapat diberikan kombinasi kina dan
doksisiklin. Dosis kina adalah 3x10 mg/kgbb/hari dan doksisiklin 100 mg/kgbb/hari, msing-
masing selam 7 hari.
Pada penderita malaria falciparum berat dapat diberikan suntikan sodium artesunat
(intramuscular dan intravena) atau artemeter (intramuskular) selama 5-7 hari. Dosisi awal
artesunat 2,4 mg/kgbb i.m diikuti 1,2 mg/kgbb setiap 24 jam, selama 6 hari. Dosis awal
artemeter 3,2 mg/kb i.m. pada hari ke-1, diikuti 1,6 mg/kgbb sampai hari ke-6. Pemberian
lebih lanjut dengan pemberian kombinasi kina dan doksisiklin per oral dapat
dipertimbangkan bila dikuatirkan terjadi rekrundensensi (kekambuhan disebabkan oleh
proliferasi stadium eritrosit). Peningkatan gametosit setelah pemberian artemisinin bukan
merupakan indikasi terjadinya kegagalan pengobatan.