Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(Seksio Sesaria)
.
Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui
dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
di atas 500 gram (Sarwono, 1991).
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko
pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses
persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
Disfungsi uterus
Plasenta previa
Problema plasenta
Janin besar
Gawat janin
Fetal distress
Kalainan letak
Hydrocephalus
Pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat sebelum
diatasi, kelainan kongenital berat (Sarwono, 1991)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Kekurangan
Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
b. SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak
membuka cavum abdominal
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low servical
transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
Kekurangan :
Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri pecah
sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut (Mochtar, Rustam,
1992) :
1. Sayatan memanjang ( longitudinal )
Pada Ibu
Dulu angka morbiditas dan mortalitas untuk ibu dan janin tinggi. Pada masa sekarang oleh
karena kemajuan yang pesat dalam tehnik operasi, anestesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibiotika angka ini sangat menurun.
Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit dengan fasilitas operasi yang baik dan oleh tenaga
– tenaga yang cekatan adalah kurang dari 2 per 1000.
Pada anak
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesaria. Menurut statistik
di negara – negara dengan pengawasan antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal
pasca sectio caesaria berkisar antara 4 hingga 7 %. (Sarwono, 1999).
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
2. Perdarahan
Pemeriksaan Diagnostik
Pemantauan EKG
Elektrolit
Hemoglobin/Hematokrit
Golongan darah
Urinalisis
Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan
Intervensi:
R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah.
b.Ukur pengeluaran harian.
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang
hilang selama masa post operasi dan harian.
Intervensi:
R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai
untuk menccegah kondisi klien lebih buruk.
b.Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum.
R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat
mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi.
R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens, istirahat mutlak sangat diperlukan.
Intervensi:
maupun dsekripsi.
R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun
sistemik dalam spectrum luas/spesifik.
operasi.
Intervensi:
a.Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.
R/ Perubahan yang terjadi pada dischart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang
lebih gelap disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.
b.Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.
R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan
rasa nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.
Daftar Pustaka
Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC,
Jakarta.
Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde, (1998), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana, EGC. Jakarta.
Martius, Gerhard, (1997), Bedah Kebidanan Martius, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta :
EGC.
Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang artinya memotong.
Sedangkan definisi sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina (Rustam M, 1998).baca
selengkapnya…
Sectio caesarea klasik atau korporal dengan incisi memanjang pada korpus uteri dan
sectio caesarea ismika atau profunda dengan incisi pada segmen bawah rahim.
2) Sectio caesarea ekstraperitonealis
Yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum
abdominal.
b. Sectio caesarea vaginalis
Anastesi merupakan upaya untuk menghilangkan rasa sakit dan nyeri pada waktu
menjalani operasi. Teknik anastesi yang akan dibahas pada kasus sectio caesarea disini yaitu
anastesi regional. Pada pembiusan regional, ibu yang menjalani persalinan tetap dalam keadaan
sadar sebab yang mati rasa hanyalah saraf-saraf di bagian perut termasuk rahimnya. Pembiusan
regional yang digunakan untuk operasi caesarea pada persalinan diantaranya adalah bius
epidural, spinal dan kelamin. Jenis pembiusan ini dilakukan dengan memberi obat pemati rasa ke
daerah tulang belakang, mengakibatkan sebatas panggul ke bawah mati rasa, tetapi ibu masih
sadar selama proses pembedahan berlangsung (Dini Kasdu, 2003).
2. Anatomi Fungsional dan Fisiologi
Anatomi fungsional yang dibahas pada kasus post operasi sectio caesarea terdiri dari
anatomi dinding perut dan otot dasar panggul.
a. Anatomi dinding perut
Dinding perut dibentuk oleh otot-otot perut dimana disebelah atas dibatasi oleh angulus
infrasternalis dan di sebelah bawah dibatasi oleh krista iliaka, sulkus pubikus dan sulkus
inguinalis.
Otot-otot dinding perut tersebut terdiri dari otot-otot dinding perut bagian depan, bagian
lateral dan bagian belakang.
1) Otot rectus abdominis
Terletak pada permukaan abdomen menutupi linea alba, bagian depan tertutup vagina
dan bagian belakang terletak di atas kartilago kostalis 6-8. origo pada permukaan anterior
kartilago kostalis 5-7, prosesus xyphoideus dan ligamen xyphoideum. Serabut menuju
tuberkulum pubikum dan simpisis ossis pubis. Insertio pada ramus inferior ossis pubis. Fungsi
dari otot ini untuk flexi trunk, mengangkat pelvis.
2) Otot piramidalis
Terletak di bagian tengah di atas simpisis ossis pubis, di depan otot rectus abdominis.
Origo pada bagian anterior ramus superior ossis pubis dan simpisis ossis pubis. Insertio terletak
pada linea alba. Fungsinya untuk meregangkan linea alba.
3) Otot transversus abdominis
Otot ini berupa tendon menuju linea alba dan bagian inferior vagina musculi recti
abdominis. Origo pada permukaan kartilago kostalis 7-12. insertio pada fascia lumbo dorsalis,
labium internum Krista iliaka, 2/3 lateral ligamen inguinale. Berupa tendon menuju linea alba
dan bagian inferior vagina muskuli recti abdominis. Fungsi dari otot ini menekan perut,
menegangkan dan menarik dinding perut.
4) Otot obligus eksternus abdominis
Letaknya yaitu pada bagian lateral abdomen tepatnya di sebelah inferior thoraks.
Origonya yaitu pada permukaan luas kosta 5-12 dan insertionya pada vagina musculi recti
abdominis. Fungsi dari otot ini adalah rotasi thoraks ke sisi yang berlawanan.
5) Otot obligus internus abdominis
Otot ini terletak pada anterior dan lateral abdomen, dan tertutup oleh otot obligus
eksternus abdominis. Origo terletak pada permukaan posterior fascia lumbodorsalis, linea
intermedia krista iliaka, 2/3 ligamen inguinale insertio pada kartilago kostalis 8-10 untuk serabut
ke arah supero medial. Fungsi dari otot ini untuk rotasi thoraks ke sisi yang sama.
b. Otot dasar panggul
Otot dasar panggul terdiri dari diagfragma pelvis dan diagfragma urogenital. Diagfragma
pelvis adalah otot dasar panggul bagian dalam yang terdiri dari otot levator ani, otot
pubokoksigeus, iliokoksigeus, dan ischiokoksigeus. Sedangkan diafragma urogenetik dibentuk
oleh aponeurosis otot transverses perinea profunda dan mabdor spincter ani eksternus. Fungsi
dari otot-otot tersebut adalah levator ani untuk menahan rectum dan vagina turun ke bawah, otot
spincter ani eksternus diperkuat oleh otot mabdor ani untuk menutup anus dan otot
pubokavernosus untuk mengecilkan introitus vagina.
c. Fisiologi nifas
Perubahan yang terjadi selama masa nifas post sectio caesarea antara lain: (1) Uterus,
setelah plasenta dilahirkan, uterus merupakan alat yang keras karena kontraksi dan reaksi otot-
ototnya. Fundus uteri 3 jari di bawah pusat. Ukuran uterus mulai dua hari berikutnya, akan
mengecil hingga hari kesepuluh tidak teraba dari luar. Invulsi uterus terjadi karena masing-
masing sel menjadi kecil, yang disebabkan oleh proses antitoksis dimana zat protein dinding
pecah, diabsorbsi dan dibuang melalui air seni. Sedangkan pada endomentrium menjadi luka
dengan permukaan kasar, tidak rata kira-kira sebesar telapak tangan. Luka ini akan mengecil
hingga sembuh dengan pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka, mulai dari
pinggir dan dasar luka, (2) pembuluh darah uterus yang saat hamil dan membesar akan mengecil
kembali karena tidak dipergunakan lagi, (3) dinding perut melonggar dan elastisitasnya
berkurang akibat peregangan dalam waktu lama (Rustam M, 1998).
3. Patologi
Pada operasi sectio caesarea transperitonial ini terjadi, perlukaan baik pada dinding
abdomen (kulit dan otot perut) dan pada dinding uterus. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
penyembuhan dari luka operasi antara lain adalah suplay darah, infeksi dan iritasi. Dengan
adanya supply darah yang baik akan berpengaruh terhadap kecepatan proses penyembuhan.
Perjalanan proses penyembuhan sebagai berikut : (1) sewaktu incisi (kulit diiris), maka beberapa
sel epitel, sel dermis dan jaringan kulit akan mati. Ruang incisi akan diisi oleh gumpalan darah
dalam 24 jam pertama akan mengalami reaksi radang mendadak, (2) dalam 2-3 hari kemudian,
exudat akan mengalami resolusif proliferasi (pelipatgandaan) fibroblast mulai terjadi, (3) pada
hari ke-3-4 gumpalan darah mengalami organisasi, (4) pada hari ke 5 tensile strength (kekuatan
untuk mencegah terbuka kembali luka) mulai timbul, yang dapat mencegah terjadi dehiscence
(merekah) luka, (5) pada hari ke-7-8, epitelisasi terjadi dan luka akan sembuh. Kecepatan
epitelisasi adalah 0,5 mm per hari, berjalan dari tepi luka ke arah tengah atau terjadi dari sisa-sisa
epitel dalam dermis, (6) Pada hari ke 14-15, tensile strength hanya 1/5 maksimum, (7) tensile
strength mencapai maksimum dalam 6 minggu. Untuk itu pada seseorang dengan riwayat SC
dianjurkan untuk tidak hamil pada satu tahun pertama setelah operasi (Hudaya, 1996).
Komplikasi yang bisa timbul pada sectio caesarea adalah sebagai berikut : (1) infeksi
puerperal yang terdiri dari infeksi ringan dan infeksi berat. Infeksi ringan ditandai dengan
kenaikan suhu beberapa hari dalam masa nifas, infeksi yang berat ditandai dengan kenaikan suhu
yang lebih tinggi bisa terjadi sepsis, infeksi ini bisa terjadi karena karena partus lama dan
ketuban yang telah pecah terlalu lama, (2) perdarahan bisa terjadi pada waktu pembedahan
cabang-cabang atonia uteria ikut terbuka atau karena atonia uteria, (3) terjadi komplikasi lain
karena luka kandung kencing, embolisme paru dan deep vein trombosis, (4) terjadi ruptur uteri
pada kehamilan berikutnya (Rustam M, 1998).
4. Etiologi
Pada persalinan normal bayi akan keluar melalui vagina, baik dengan alat maupun
dengan kekuatan ibu sendiri. Dalam keadaan patologi kemungkinan dilakukan operasi sectio
caesarea. Adapun penyebab dilakukan operasi sectio caesarea adalah :
a. Kelainan dalam bentuk janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby), menyebabkan bayii sulit
keluar dari jalan lahir.
2) Ancaman gawat janin
Keadaan gawat janin pada tahap persalinan, memungkinkan dokter memutuskan untuk
segera melakukan operasi. Apalagi jika ditunjang oleh kondisi ibu yang kurang menguntungkan.
Janin sakit atau abnormal, misalnya gangguan Rh, kerusakan genetic, dan hidrosephalus
(kepala besar karena otak berisi cairan), dapat menyebabkan diputuskannya dilakukan operasi.
4) Bayi kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi
kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan
secara normal.
b. Kelainan panggul
Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan. Terjadinya kelainan panggul ini dapat disebabkan oleh
terjadinya gangguan pertumbuhan dalam rahim (sejak dalam kandungan), mengalami penyakit
tulang (terutama tulang belakang), penyakit polio atau mengalami kecelakaan sehingga terjadi
kerusakan atau patah panggul.
c. Faktor hambatan jalan lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan
adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan
ibu sulit bernafas (Dini Kasdu, 2003).
5. Prognosis
Dulu angka morbiditas dan mortalitas pada ibu dan janin tinggi, pada masa sekarang oleh
karena kemajuan yang pesat dalam teknik operasi, anastesi, penyediaan cairan dan darah,
indikasi dan antibioti angka ini sangat menurun. Angka kematian ibu pada rumah-rumah sakit
dengan fasilitas operasi yang baik dan tenaga-tenaga yang cekatan kurang dari 2 per 1000
(Rustam M, 1998).
B. Deskripsi Problematika Fisioterapi
Adapun problem yang dihadapi oleh pasien post operasi sectio caesarea adalah :
1. Nyeri
Nyeri dirasakan sebagai akibat adanya luka incisi pada dinding perut ataupun dinding uterus.
2. Potensial terjadinya penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul
Penurunan elastisitas otot perut dan elastisitas otot dasar panggul terjadi karena pada masa
kehamilan terjadi penguluran pada otot-otot tersebut.
3. Potensial terjadinya trombosis
Hubungan pendek (shunt) antara sirkulasi ibu dan plasenta didapat pada masa kehamilan. Shunt
akan hilang dengan tiba-tiba setelah melahirkan ada kompensasi hemokonsentrasi dengan
peningkatan viskositas darah sehingga volume darah kembali seperti sedia kala. Dengan adanya
mekanisme tersebut maka potensial terjadi trombosis pada pembuluh darah venanya karena
tungkai dibiarkan terlalu lama tidak bergerak.
Karena adanya nyeri pada masa incisi menyebabkan pasien enggan untuk bergerak. Sehingga
pasien mengalami gangguan dalam transfer, ambulasi ataupun ADL.
Terapi latihan merupakan salah satu modalitas fisioterapi dimana dalam pelaksanaannya
menggunakan latihan-latihan gerak tubuh, baik secara pasif maupun aktif (Kisner, 1996).
Terapi latihan bertujuan untuk mempertahankan dan memperkuat elastisitas otot-otot
dinding perut. Otot-otot dasar panggul, ligamen dan jaringan serta fasia, perawatan dan
Merupakan gerakan yang diselenggarakan dan dikontrol oleh kerja otot yang disadari,
Klasifikasinya :
a. Assisted active movement
Merupakan gerakan yang terjadi karena adanya kerja otot yang bersangkutan melawan
pengaruh gravitasi. Dalam melawan gravitasi kerjanya dibantu oleh kekuatan dari luar.
Merupakan gerakan yang terjadi karena kerja otot dalam melawan pengaruh gravitasi,
Merupakan suatu latihan pernafasan yang ditujukan untuk memelihara daya kembang
thoraks. Selain itu juga membantu mengeluarkan mucus yang ada pada sistem pernafasan.
Teknik yang digunakan adalah SMI (sustained maximal inspirited) yaitu inspirasi maximal yang
ditahan 2-3 detik kemudian dihembuskan perlahan-lahan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
Suatu metode terapi latihan yang bertujuan untuk mengurangi nyeri dan spasme otot
(Ebner, 1959).
Latihan pada otot-otot perut dan otot dasar panggul bertujuan untuk meningkatkan
5. Edukasi
Menjelaskan pada Ibu tentang manfaat latihan penguatan otot perut dan aktivitas
perawatan diri di rumah. Selain itu diberi petunjuk latihan di rumah cara menyusui dan
perawatan payudar
DAFTAR PUSTAKA
Dini Kasdu, 2003, Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta..
Hasanah, P, Senam Hamil, 1991, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjajaran, Bandung, .
Kisner, C, Lynn dan Allen C, 1996, Therapheutic Exercise Foundation and Technique, FA Davis,
Philadelphia,
Kusnandari, 1993, Kesehatan Ibu Hamil dan Melahirkan, Unit Pelayanan Trehabilitasi Medis,
RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta.
Nugroho, D.S, 2001, Neurofisiologi Nyeri dan Aspek Kedokteran, Pelatihan Penatalaksanaan FT
Komprehensif pada Nyeri, Surakarta 7-8 Maret.
Rustam, Mochtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Obstetri Operatif, Obestetri Sosial, Jilid ke 2, Edisi
ke 2, EGC, Jakarta.
Sarwono, Prawirohardjo, 1981, Ilmu Kebidanan, Edisi ke 2, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.
I. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.
IV. Komplikasi
Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :
1. Infeksi puerperal ( Nifas )
- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari
- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung
- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik
2. Perdarahan
- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
- Perdarahan pada plasenta bed
3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu
tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya
V. POST PARTUM
A. DEFINISI PUERPERIUM / NIFAS
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ? 6
minggu.
(Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, 2002)
adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
B. PERIODE
Masa nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Early post partum
Dalam 24 jam pertama.
2. Immediate post partum
Minggu pertama post partum.
3. Late post partum
Minggu kedua sampai dengan minggu keenam.
? Persalinan percobaan
Yang disebut persalinan percobaan adalah untuk persalinan per vaginam pada wanita wanita
dengan panggul yang relatip sempit. Persalinan percobaan dilakukan hanya pada letak belakang
kepala, jadi tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak muka atau kelainan letak
lainnya.
Persalinan percobaan dimulai pada permulaan persalinan dan berakhir setelah kita mendapatkan
keyakinan bahwa persalinan tidak dapat berlangsung per vaginam atau setelah anak lahir per
vaginam.
Persalinan percobaan dikatakan berhasil kalau anak lahir pervaginam secara spontan atau dibantu
dengan ekstraksi (forcepe atau vacum) dan anak serta ibu dalam keadaan baik.
Kita menghentikan presalianan percobaan kalau:
1. – pembukaan tidak atau kurang sekali kemajuaannya
- Keadaan ibu atau anak menjadi kurang baik
- Kalau ada lingkaran retraksi yang patologis
2. – setelah pembukaan lengkap dan pecahnya ketuban,kepala dalam 2 jam tidak mau masuk ke
dalam rongga panggul walaupun his cukup kuat
- Forcepe gagal
Dalam keadaan-keadaan tersebut diatas dilakukan SC. Kalau SC dilakukan atas indikasi tersebut
dalam golongan 2 (dua) maka pada persalinan berikutnya tidak ada gunanya dilakukan
persalinan percobaan lagi
Dalam istilah inggris ada 2 macam persalinan percobaan :
1. Trial of labor : serupa dengan persalinan percobaan yang diterngkan diatas
2. test of labor : sebetulnya merupakan fase terakhir dari trial of labor karena test of labor mulai
pada pembukaan lengkap dan berakhir 2 jam sesudahnya.
Kalau dalam 2 jam setelah pembukaan lengkap kepala janin tidak turun sampai H III maka test
of labor dikatakan berhasil.
Sekarang test of labor jarang dilakukan lagi karena:
1. Seringkali pembukaan tidak menjadi lengkap pada persalinan dengan panggul sempit
2. kematian anak terlalu tinggo dengan percobaan tersebut
? Prognosa
Kesempitan bidang tengah panggul dapat menimbulkan gangguan putaran paksi.kalau diameter
antar spinae 9 cm atau kurang kadang-kadang diperlukan SC.
? Terapi
Kalau persalinan terhenti karena kesempitan bidang tengah panggul maka baiknya dipergunakan
ekstraktor vacum, karena ekstraksi dengan forceps memperkecil ruangan jalan lahir.
? Kesempitan pintu bawah panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1. Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm
2. diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm
3. diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½
cm
pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang
kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis
dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis
posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm )
Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan
pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah
panggul jarang memaksa kita melakukan SC bisanya dapat diselesaikan dengan forcepe dan
dengan episiotomy yang cukup luas.
VII. Pengkajian
1. Sirkulasi
Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis
vaskuler ( peningkatan resiko pembentukan thrombus )
2. integritas ego
perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial,
hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan,
stimulasi simpatis
3. Makanan / cairan
Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/
DM, predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis
4. Pernafasan
Adanya infeksi, kondisi yang kronik/ batuk, merokok
5. Keamanan
? Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester dan larutan
? Adanya defisiensi imun
? Munculnya kanker/ adanya terapi kanker
? Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/ reaksi anestesi
? Riwayat penyakit hepatic
? Riwayat tranfusi darah
? Tanda munculnya proses infeksi
VIII. Pathways
Infeksi tidak terjadi setelah perawatan selama 24 jam pertama dengan kriteria hasil :
- Menunjukkan kondisi luka yang jauh dari kategori infeksi
- Albumin dalam keadaan normal
- Suhu tubuh pasien dalam keadaan normal, tidak demam
Mendemontrasikan berat badan stabil atau penambahan berat badan progresif kearah tujuan
dengan normalisasi nilai laboratorium dan bebas dari tanda malnutrisi
- Lakukan pendekatan diri pada pasien supaya pasien merasa nyaman
- Yakinkan bahwa pembedahan merupakan jalan terbaik yang harus ditempuh untuk
menyelamatkan bayi dan ibu
- kaji status nutrisi secara continue selama perawatan tiap hari, perhatikan tingkat energi, kondisi,
kulit, kuku, rambut, rongga mulut
- tekankan pentingnya trasnsisi pada pemberian makan per oral dengan tepat
- beri waktu mengunyah, menelan, beri sosialisasi dan bantuan makan sesuai dengan indikasi
- Rasa nyaman akan menumbuhkan rasa tenang, tidak cemas serta kepercayaan pada perawat.
DAFTAR PUSTAKA
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
Kekurangan
• Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang baik
• Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan
• SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim)
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low
servical transversal) kira-kira 10 cm
Kelebihan :
• Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus ke
rongga peritoneum
Kekurangan :
• Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine
pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak
• SC ektra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak
membuka cavum abdominal
Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut :
• Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan
resiko pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC
proses persalinan normal lama/ kegagalan proses persalinan normal ( Dystasia )
• Fetal distress
• Plasenta previa
• Kalainan letak
• Hydrocephalus
• Panggul sempit
• Problema plasenta
• Komplikasi
• Perdarahan
• Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu
tinggi
• Post Partum
Adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama
± 6 minggu.
adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan
yang lamanya 6 minggu. (Obstetri Fisiologi, 1983)
• PERIODE
• TANDA DAN GEJALA
• Perubahan Fisik
• Sistem Reproduksi
• Uterus
• Lochea
• Komposisi
• Tahap
• Siklus Menstruasi
Ibu menyusui paling awal 12 minggu rata-rata 18 minggu, untuk itu tidak menyusui akan
kembali ke siklus normal.
• Ovulasi
Ada tidaknya tergantung tingkat proluktin. Ibu menyusui mulai ovulasi pada bulan ke-3 atau
lebih.
Ibu tidak menyusui mulai pada minggu ke-6 s/d minggu ke-8. Ovulasi mungkin tidak
terlambat, dibutuhkan salah satu jenis kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
• Serviks
Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk beberapa hari, struktur internal
kembali dalam 2 minggu, struktur eksternal melebar dan tampak bercelah.
• Vagina
Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali mendekati ukuran seperti tidak hamil,
dalam 6 sampai 8 minggu, bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
• Perineum
• Episiotomi
• Laserasi
• Payudara
• Sistem Endokrin
• Hormon Plasenta
HCG (-) pada minggu ke-3 post partum, progesteron plasma tidak terdeteksi dalam 72 jam
post partum normal setelah siklus menstruasi.
• Hormon pituitari
Prolaktin serum meningkat terjadi pada 2 minggu pertama, menurun sampai tidak ada pada
ibu tidak menyusui FSH, LH, tidak ditemukan pada minggu I post partum.
• Sistem Kardiovaskuler
• Tanda-tanda vital
Tekanan darah sama saat bersalin, suhu meningkat karena dehidrasi pada awal post partum
terjadi bradikardi.
• Volume darah
• Jantung
• Sistem Respirasi
Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit, keseimbangan asam-basa kembali setelah 3
minggu post partum.
• Sistem Gastrointestinal
• Sistem Urinaria
• Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus urinarius terjadi karena trauma.
• Sistem Muskuloskeletal
Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm,
kembali normal 6-8 minggu post partum.
• Sistem Integumen
• Sistem Imun