Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dalam dasawarsa terakhir terjadi perubahan besar dalam perkembangan profesi kehutanan.
Pendahuluan Definisi/Pengertian Prinsip, Aspek Teknis & Perencanaan Silvikultur Peraturan-Peraturan Terkait Penerapan Sistem Silvikultur Di Indonesia Penerapan Sistem Silvikultur Di Indonesia
Muncul paradigma baru bahwasanya pengelolaan hutan sebagai sumberdaya alam harus dilakukan secara bijaksana. Perlunya generasi silvikulturis baru yang berpengetahuan luas dan terampil yang dapat menduga dengan cermat kemungkinan hasil dari berbagai alternative perlakuan tegakan dan yang dapat mengembangkan kaidah-kaidah silvikultur.
Silvikultur dapat diartikan sebagai : Seni untuk membangun hutan Penerapan pengetahuan dan perlakuan silvika terhadap hutan Teori dan praktek pengendalian dalam pembangunan hutan
Sistem silvikultur : Proses dan kaidah dalam membangun hutan yang merupakan suatu siklus yang terdiri dari rangkaian kegiatan yang berurutan dan saling berkaitan antara satu dengan lainnya (penyiapan lahan, lahan, pengadaan bibit, penanaman, pemeliharaan, pemeliharaan, bibit, penanaman, pemeliharaan, pemeliharaan, pemanenan, dll.) pemanenan, dll.) untuk mencapai tujuan tertentu dalam pengelolaan hutan. hutan.
8/21/2009
Pengelompokan Sistem Silvikultur (Manan, 1995) A. Menurut siklus penebangan 1. System Polycyclic 2. Sistem Monocylic B. Menururt banyaknya kelas umur tegakan 1. Even age 2. Uneven Age
C. Menurut metode regenerasi tegakannya 1. Clear cutting seed tree 2. Shelter wood 3. Selection 4. Coppice
8/21/2009
Empat prinsip dalam memilih sistem silvikultur, adalah : 1. Kesesuaian dengan karakteristik sumberdaya hutan dan lingkungannya 2. Pertimbangan yang lengkap dan menyeluruh terhadap nilai-nilai sumberdaya hutan 3. Pertimbangan biaya dan manfaat ekonomi 4. Kesesuaian dengan tujuan pengelolaan sumberdaya hutan A. B. C. D. E. F. G. Persyaratan ekologi jenis tanaman Kondisi sumber benih alamiah Pengaruh pemanenan terhadap fauna dan flora Tipe dan kedalaman lapisan tanah Aspek kelerengan Sumber dan potensi penyebab kerusakan hutan Harapan masyarakat tentang manfaat yang diperoleh dari hutan H. Aspek Ekonomi I. Tujuan pengelolaan jangka panjang
8/21/2009
8/21/2009
8/21/2009
8/21/2009
8/21/2009
8/21/2009
Penebangan dengan sistem rumpang diharapkan akan memberi ruang tumbuh dan sinar matahari sehingga dapat memicu pertumbuhan semai dorman yang banyak terdapat pada lapisan bawah (stratum D). Adopsi rumpang menjadi suatu sistem penebangan diharapkan agar kondisi ekologi tidak berubah secara drastis pada seluruh areal penebangan dan ekosistem hutan tetap terjaga. Siklus pada lokasi rumpang adalah 70 tahun, sementara siklus pada tegakan utuh pada anak petak yang sama adalah 35 tahun. Siklus ini akan memberikan kesempatan tumbuh pada tegakan sisa sesuai dengan riapnya.
Multisistem Silvikultur
Merupakan sistem pengelolaan hutan produksi lestari yang terdiri dari dua atau lebih sistem silvilkultur yang diterapkan pada suatu IUPHHK. Multisistem silvikultur merupakan model pengelolaan yang diharapkan akan dapat mengakomodir berbagai tipe habitat yang telah terfragmentasi.
DASAR
Multisistem Silvikultur
Sistem silvikultur sebagaimana diatur dalam Peraturan Menhut Nomor 11 tahun 2009 adalah sbb :
KRITERIA LOA HT pada HP atau HPK Seumur LOA HT Trubusan, HP/HPK : generatif HA Regenerasi alami VF & LOA ; Tebang Pilih Individu Tidak Seumur VF & LOA ; Tebang Pilih Kelompok LOA; Tebang Pilih Jalur Sistem Panen Tebang Pilih Tebang Habis Umur Tegakan SISTEM THPB THPA TPTI TPTI TR TPTJ
Penerapan multisistem silvikultur merupakan upaya optimalisasi pemanfaatan areal kerja, sehingga seluruh bagian areal hutan produksi, baik yang berupa hutan alam yang masih potensial maupun hutan yang sudah terdegradasi atau rusak, dapat dikelola sesuai dengan sistem silvikultur yang tepat.
8/21/2009
Multisistem Silvikultur
Sedangkan limit diameter tebang pada hutan alam dan siklusnya berdasarkan Peraturan Menhut Nomor 11 tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Jenis Hutan Alam Siklus Tebangan 30 Tahun, TPTI /TR Darat / Tanah Kering 25 Tahun, TPTJ 40 Tahun BBS : 20 Tahun Arang : 30 Tahun Limit Diameter HP/HPK : 40 cm up
10