Vous êtes sur la page 1sur 54

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. 1. Hasil Gambaran Umum SMA Negeri 1 Tanah Grogot SMA Negeri 1 Tanah Grogot terletak di jalan Sultan Ibrahim Khaliludin Kelurahan Tanah Grogot Kecamatan Tanah Grogot Kabupaten Pasir Provinsi Kalimantan Timur. SMA Negeri 1 Tanah Grogot di pimpin oleh H. Syahrul Bakri, S.Sos. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2010/2011 yaitu 780 orang terdiri dari 270 orang kelas X, 260 orang kelas XI, 250 orang kelas XII. Ruang kelas yang disediakan sebanyak 15 ruang terdiri dari 5 ruang kelas X, 5 ruang kelas XI dan 5 ruang kelas XII. Sarana dan prasarana yang ada di SMA Negeri 1 Tanah Grogot yaitu ruang kepala sekolah, ruang kelas, ruang laboratorium ( fisika, kimia, biologi, bahasa dan komputer), ruang perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang OSIS, ruang UKS, ruang layanan BK, ruang sanggar seni, ruang drum band, ruang koperasi, mesjid, gudang dan ruang WC sebanyak 6 ruang. Jumlah guru di SMA Negeri 1 Tanah Grogot sebanyak 27 orang, yaitu sebanyak 22 guru tetap dan 5 guru tidak tetap. Tingkat pendidikan tenaga pengajar tetap, yaitu 21 orang dengan tingkat pendidikan Strata-1 dan 1orang dengan tingkat pendidikan D3. Sedangkan untuk tenaga D pengajar tidak tetap sebanyak 3 orang dengan tingkat pendidikan Strata-1 dan 2 orang dengan tingkat pendidikan D3. Dimana seluruh guru memiliki D

47 latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. 2. Karakteristik Responden Karakteristik responden meliputi kelas, jenis kelamin, umur, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ayah dan pendidikan ibu. Karakteristik responden berdasarkan kelas Karakteristik responden berdasarkan kelas pada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Distribusi responden Berdasarkan Kelas Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Kelas Jumlah Persentase X 65 39.9 XI 53 31.9 XII Jumlah 46 163 28.2 100

Berdasarkan kelas, maka responden pada SMA N 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser untuk masing-masing tingkatan kelas yaitu kelas X sebanyak 65 siswa, kelas XI sebanyak 53 siswa dan unyuk kelas XII sebanyak 46 siswa. b. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dapat dilihat pada tabel berikut :

48 Tabel 3. Distribusi responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Jumlah 79 84 163 Persentase 48,5 51,5 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 48,5% dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 51,5%. c . Karakteristik responden berdasarkan umur Karakteristik responden berdasarkan umur pada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4. Distribusi responden Berdasarkan Umur Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Umur Responden 15 tahun 16 tahun 17 tahun Total Jumlah 85 39 39 163 Persentase 52,1 23,9 23,9 100

49

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar responden di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser berumur 15 tahun yaitu dengan persentase 52,1%.

d. pekerjaan ayah

Karakteristik

responden

berdasarkan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ayah pada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5. Disrtibusi responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Pekerjaan Ayah PNS Swasta Jumlah 78 85 Persentase 47,9 52,1

Total 163 100 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar ayah responden di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser bekerja di sektor swasta yaitu dengan persentase sebesar 52,1%. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu pada siswa SMA Negeri 1 tanah grogot Kabupaten Paser dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 6. Distribusi responden Berdasarkan Pekerjaan Ibu Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser Tahun 2010

50

Pekerjaan Ibu PNS Swasta Tidak Bekerja Total

Jumlah 58 39 66 163

Persentase 35,6 23,9 40,5 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar pekerjaan ibu di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tidak bekerja dengan persentase 40,5% Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan ayah pada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 7. Distribusi responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ayah Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Tingkat Pendidikan Ayah SD SMP SMA D3 Strata-1 Strata-2 Total Jumlah 18 18 54 37 34 2 163 Persentase 11,5 11,5 33,2 22,7 20,9 1,2 100

Dari tabel berdasarkan tingkat pendidikan ayah diketahui sebagian besar ayah responden di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dengan pendidikan akhir SMA yaitu dengan persentase 33,2%

51 Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Ibu pada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 8. Distribusi responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Tingkat Pendidikan Ibu SD SMP SMA D3 Strata-1 Strata-2 Total Jumlah 32 32 73 14 10 2 163 Persentase 19,6 19,6 44,8 8,6 6,2 1,2 100

Dari tabel berdasarkan tingkat pendidikan ibu diketahui sebagian besar ibu responden di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser pendidikan akhir SMA yaitu dengan persentase 44,8%. 3. Analisa Univariat Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran deskripsi tiaptiap variabel yang digunakan dalam penelitian, data yang dianalisis berasal dari distribusi frekuensi. a. Perilaku Seksual Perilaku seksual remaja adalah aktivitas/kegiatan responden terhadap perilaku seksual dengan menggunakan ASAI yang terdiri dari berpelukkan, berpegangan tangan, memeluk, berciuman, menghabiskan

52 waktu berduaan, bermanjaan, tidur bersama-sama, membiarkan

pasangan meraba anggota tubuhnya, meraba anggota tubuh orang lain, melepaskan pakaian dan memperlihatkan organ seks, frekuensi melakukan hubungan seks selama 30 hari, jumlah pasangan seksual berbeda selama 30 hari, jumlah pasangan seks yang berbeda selama 12 bulan. Perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser di bedakan berdasarkan jenis kelamin. Dapat dilihat melalui table di bawah ini : Tabel 9. Distribusi Perilaku Seksual Respondent di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Perempuan Ya Tidak n % n % Laki-laki Ya Tidak n % n %

No Perilaku seksual 1. Aktivitas yang dilakukan dengan lawan jenis/pasangan - Berpelukan - Berpegangan tangan - Menghabiskan waktu berduaan - Ciuman - Bermanjaan, mengusap rambut - Tidur-tiduran (baring) bersama - Pasangan meraba anggota tubuh dibalik pakaian - Meraba anggota tubuh pasangan didalam pakaiannya - Melepaskan pakaian & memperlihatkan alat kelamin - Hubungan intim/seks seperti suami istri 2. Pasangan melakukan Aktivitas perilaku seksual : - Pacar - Teman atau TTM - Sahabat

70 80 64 56 57 25 15

35.4 97.6 78 68.3 69.5 28 15.9

14 4 20 28 27 59 69

14.6 2.4 22 31.7 30.5 72 84.1

66 77 66 53 56 34 25

81.5 95.1 81.5 65.4 69.1 42 33.3

13 2 13 26 23 45 54

18.5 4.9 18.5 34.6 50.9 58 66.7

14 5 2

14.6 3.7 2.4

70 79 82

85.4 96.3 97.6

28 22 4

34.6 27.2 24.7

51 57 75

65.4 72.8 75.3

84 21 29

100 25.6 64.6

63 55

74.4 35.4

79 35 12

100 43.2 14.8

44 67

56.8 85.2

53 - Keluarga 3. - Pekerja seks komersil/PSK Tempat melakukan aktivitas Perilaku seksual : - Rumah - kost/kontrakan - sekolah - tempat wisata - rumah makan/warung - hotel, motel, losmen - lain-lain -

1 -

1.2 -

83 84

98.8 100

2 1

2.5 3.7

77 78

97.5 96.3

61 1 26 19 25 -

74.4 1.2 31.7 20.7 30.5 -

23 83 58 65 59 84

25.6 98.8 68.3 79.3 69.5 100

42 13 24 24 6 27

54.3 13.6 32.1 29.6 7.4 33.3

37 70 55 55 73 52

45.7 86.4 67.9 70.4 92.6 66.7

Lanjutan Tabel 9. Distribusi Perilaku Seksual Respondent di SMA Negeri 1 Tanah Grogot tahun 2010. Perempuan Laki-laki Ya Tidak Ya Tidak No Perilaku seksual n % n % n % n % 4. Usia pertama kali melakukan hubungan seksual - 13 - 14 - 15 - 16 1 50 3 15 - 17 1 50 1 5 Pasangan melakukan 5. hubungan seksual : - Pacar 2 100 19 95 1 5 - Teman atau TTM 2 100 9 45 11 55 - Sahabat 2 100 2 10 18 90 - keluarga 2 100 20 100 - Pekerja seks komersil/PSK 2 100 4 20 16 80 - Pacar dan PSK 2 100 3 15 17 85 - Melakukan hubungan 6. seksual selama satu bulan Terakhir 1 50 1 50 9 45 11 55 - Berapa kali melakukan hubungan seks a. 2 1 50 1 50 7 35 b. 3 2 100 4 20 7. Memiliki pasangan seks yang berbeda selama satu bulan terakhir 2 100 6 30 14 70

54 Memiliki pasangan seks yang berbeda selama satu tahun terakhir 9. Sedang berpacaran 10. Pernah berpacaran Usia perama kali tertarik 11. dengan lawan jenis - < 15 tahun - 15 tahun 12. Usia mulai pacaran
- < 15 tahun 60 - 15 tahun 24 29.3 17 .5 70.7 62 76.5

8.

52 84

63.4 100

2 32 -

100 36.6 -

11 43 79

55 53.1 100

9 38 -

45 46.9 -

74 10

90.2 9.8

75 4

92.6 7.4

Dari table berdasarkan perilaku seksual pada semua siswa yang pernah berpacaran ataupun sedang berpacaran di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser diketahui bahwa dari seluruh jumlah responden perempuan sebanyak 84 responden terdapat 2 responden yang tidak beresiko melakikan perilaku seksual dengan persentase (2,44%0 sedangkan untuk responden laki-laki dari 79 responden terdapat 3 responden yang tidak beresiko melakukan perilaku seksual dengan persentase (3,7%) Pada responden terdapat juga yang melakukan perilaku seksual mengkhawatirkan seperti melepaskan pakaian dan memperlihatkan alat kelamin pada responden perempuan sebesar (3,7%) dan pada responden laki-laki (27,2%). Bahkan terdapat responden yang sampai melakukan hubungan intim seperti suami istri yaitu sebesar (2,4%) pada responden perempuan dan (24,7%) pada responden laki-laki. Sebagian besar responden melakukan aktivitas seksual tersebut di rumah dengan persentase sebesar (74,4%) pada responden

55 perempuan sedangkan (54,3%) pada responden laki-laki, dan terdapat responden yang berani melakukan aktivitas seksual di lingkungan sekolah dengan persentase sebesar (31,7%) pada responden perempuan dan (32,1%) pada responden laki-laki. Dari 84 responden perempuan diketahui sebanyak 2 orang atau sebesar (2,4%) yang melakukan hubungan seks pranikah sedangkan pada 79 responden laki-laki diketahui sebanyak 4 orang melakukan hubungan seks pranikah sebanyak 4 orang yang melakukan hubungan seks pranikah atau sebesar (4,8%). Responden perempuan yang telah melakukan seks pranikah mengatakan usia pertama kali saat melakukan hubungan seksual yaitu usia 16 tahun (50%) dan usia 17 tahun (50%). Sedangkan pada responden laki-laki usia pertama kali saat melakukan hubungan seksual yang paling besar yaitu pada usia 16 tahun (35%). Kemudian pada responden perempuan pasangan mereka pada saat melakukan hubungan seks adalah dengan pacar (100%) namun pada responden laki-laki terdapat juga responden yang melakukan hubungan seks selain dengan pacar yaitu juga melakukan hubungan seks dengan teman (45%) dan sahabat (10%) bahkan dengan pekerja seks komersil/PSK yaitu sebesar (20%). Yang melakukan hubungan seks sekaligus dengan pacar dan PSK sebanyak 3 orang (15%). Dari pertanyaan tentang aktivitas atau kegiatan responden terhadap perilaku seksual dengan menggunakan kriteria ASAI yang terdiri dari berpelukan, berpegangan tangan, memeluk, berciuman, menghabiskan waktu berduaan, bermanjaan, tidur bersama-sama, membiarkan pasangan

56 meraba anggota tubuhnya, meraba anggota tubuh orang lain, melepaskan pakaian dan memperlihatkan organ seks, frekuensi melakukan hubungan seks selsma 30 hari, jumlah pasangan seksual selama 30 hari, jumlah pasangan seks yang berbeda selama 12 bulan maka dapat dilihat criteria resiko perilaku seksual responden di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser melalui table berikut: Table 10. Distribusi responden Berdasarkan Kriteria Perilaku Seksual Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Perempuan N % 2 2,4 23 28 47 53,7 13 15,9 84 100 Laki-laki n % 4 4,7 25 31,9 23 30,1 27 33,3 79 100

Kriteria Perilaku seksual Tidak Beresiko Resiko Rendah Resiko Sedang Resiko Tinggi Total

Dari table tersebut dapat dilihat bahwa jumlah responden di SMA Negeri 1 tanah Grogot Kabupaten Paser dengan kriteria perilaku seksual tidak beresiko pada responden perempuan sebesar (2,4%) dan pada responden laki-laki (4,7%), beresiko rendah sebesar (28%) pada responden perempuan dan (31,9%) pada responden laki-laki, beresiko sedang (53,7%) pada responden perempuan dan (30,1%) pada responden laki-laki, sedangkan yang beresiko tinggi sebesar (15,9%) pada responden perempuan dan (33,3%) pada responden laki-laki. b. Pengetahuan Pengetahuan adalah sejauh mana responden tahu tentang organ reproduksi, ciri-ciri seks sekunder, pengertian dan jenis perilaku seksual,

57 seks pranikah, akibat seks pranikah. Pengetahuan siswa di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser di bedakan berdasarkan kelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Distribusi Pengetahuan, Responden Mengenai Perilaku Seksual di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010
KELAS X Ya Tidak n % n % 56 83,9 9 16,1 KELAS XI Ya Tidak n % N % 44 85,7 8 14,3 KELAS XII Ya Tidak n % n % 42 92,2 4 7,8

No 1. Pengetahuan Pengertian kesehatan Reproduksi Menjawab benar seluruhnya mengenai organ Reproduksi laki-laki Menjawab benar seluruhnya mengenai organ Reproduksi Perempuan Menjawab benar seluruhnya mengenai ciri-ciri seks sekunder pada laki-laki Menjawab benar seluruhnya mengenai ciri-ciri seks sekunder pada perempuan Menjawab benar seluruhnya mengenai hal-hal yang termasuk perilaku seksual Tahu akibat seks pranikah Menjawab benar seluruhnya mengenai hal-hal yang disebabkan seks pra nikah Bersenggama menyebabkan kehamilan Menjawab benar

2.

1,8

64

98,2

5,4

49

94,6

9,8

41

90,2

3.

1,8

64

98,2

7,1

48

92,9

10

19,6

36

80,4

4.

15

19,6

50

80,4

21

46,1

31

53,9

24

51

22

49

5.

23

33,9

42

66,1

23

44,6 29

43,6

22

49

23

51

6. 7.

2 64

3,6 98,2

63 1

96.4 1,8

2 49

3,6 94,6

50 3

96,4 5,4

1 45

2 98

45 1

98 2

8. 9. 10.

17 62 -

30,4 94,6 -

48 3 65

69,6 5,4 100

17 44 -

30,4 85,7 -

35 8 52

69,6 14,3 100

13 43 1

25,5 94,1 2

33 3 45

74,5 5,9 98

58
seluruhnya mengenai cara mencegah kehamilan Tahu tentang penyakit menular seksual Pengertian penyakit menular seksual

11. 12.

62 62

94,6 94,6

3 3

5,4 5,4

44 48

85,7 92,9

8 4

14,3 7,1

38 41

84,3 90,2

8 5

15,7 9,8

Lanjutan Tabel 11. Distribusi Pengetahuan, Respondent Mengenai Perilaku Seksual di SMA Negeri 1
KELAS X Tidak % n % KELAS XI Tidak % N % KELAS XII Ya Tidak n % n %

No Pengetahuan Menjawab benar seluruhnya mengenai macam-macam penyakit menular seksual Menjawab benar seluruhnya mengenai hal-hal yang menyebabkan PMS n

Ya

Ya n

13.

7,1

61

92,9 6

10,7 46

89,3

15,7

38

84,3

14.

10

17,9

55

82,1

16

28,6

36

71,4

22

43,1

24

56,9

15.

Pengertian kehamilan yang tidak diinginkan Mengetahui tentang aborsi Menjawab benar seluruhnya mengenai pengertian aborsi Menjawab benar seluruhnya mengenai akibat aborsi

51

75

14

25

31

64,3

20

35,7

30

66,7 18

33,3

16. 17. 18.

65 2 3

100 3,6 5,4

63 62

96,4 94,6

45 5 10

87,5 8,9 17,9

7 52 42

12,5 100 82,1

45 6 13

98 11,8 25,5

1 40 33

2 100 74,5

Pada tabel distribusi pengetahuan dapat dilihat bahwa secara umum pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku seksual di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 belum cukup baik. Hal ini terlihat dari persentase jawaban ya masih ada yang mendapat persentase di bawah 50%.

59 Secara umum, pengetahuan responden yang sudah cukup baik yang dibedakan berdasarkan kelas di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser yaitu pengetahuan mengenai pengertian kesehatan reproduksi sudah terlihat dari persentase (83,9%) pada kelas X, (85,7%) pada kelas XI dan (92,2%) pada kelas XII. Sebagian besar responden juga mengetahui bahwa bersenggama menyebabkan kehamilan terlihat dari persentase (94,6%) pada kelas XII. Sebagian besar responden juga mengetahui bahwa bersenggama menyebabkan kehamilan terlihat dari persentase (94,6%) pada kelas X, (35,7%) pada kelas XI dan (94,1%) pada kelas XII. Sebagoan besar responden juga mengetahui mengenai penyakit menular seksual terlihat dari besarnya persentase yaitu (94,6%) pada kelas X, (85,7%) pada kelas XI dan (84,3%) pada kelas XII. Sedangkan secara umum, pengetahuan responden yang belum cukup baik yang dibedakan berdasarkan kelas di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser yaitu pengetahuan mengenai organ reproduksi laki-laki hanya sebagian kecil responden yang mengetahui organ reproduksi laki-laki secara lengkap terlihat dari persentase (1,8%) pada kelas X, (5,4%) pada kelas XI dan (9,8%) pada kelas XII. Begitu juga pengetahuan mengenai organ reproduksi perempuan hanya sebagian kecil responden yang mengetahui organ reproduksi perempuan secara lengkap terlihat dari persentase (1,8%) pada kelas X, (1,7%) pada kelas XI dan (19,6%) pada kelas XII. Untuk pertanyaan mengenai ciri-ciri seks sekunder pada laki-laki responden pada kelas X hanya sebagian kecil yang mengetahuinya

60 secara lengkap terlihat dari persentase (19,6%) begitu juga mengenai ciriciri seks sekunder pada perempuan (33,9%). Untuk pertanyaan mengenai hal-hal yang termasuk ke dalam perilaku seksual hanya sebagian kecil responden yang mengetahui secara lengkap terlihat dari persentase (3,6%) pada kelas X, (3,6%) pada kelas XI dan (2%) pada kelas XII. Untuk pertanyaan mengenai cara mencegah kehamilan hanya responden pada kelas XII yang mengetahui cara mencegah kehamilan secara lengkap dengan persentase (2%). Untuk pertanyaan mengenai macam-macam penyakit menular seksual hanya sebagian kecil responden yang mengetahuinya secara lengkap terlihat dari persentase (7,1%) pada kelas X, (10,7%) pada kelas XI dan (15,7%) pada kelas XII. Begitu juga pada pertanyaan mengenai akibat aborsi yang menjawab lengkap hanya (5,4%) pada kelas X, (17,9%) pada kelas XI dan (25,5%) pada kelas XII. Dari keseluruhan pertanyaan tentang pengetahuan tersebut maka dapat dilihat pengelompokkan kriteria pengetahuan responden berdasarkan kelas di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser melalui tabel di bawah ini: Tabel 12. Distribusi Responden Berdasarkan Kriteria Pengetahuan Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Dari tabel di atas dapat dilihat kriteria pengetahuan cukup di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser yaitu (3,6%) pada kelas X, (10,7%) pada kelas XI dan (23,5%) pada kelas XII. Sedangkan kriteria

61 pengetahuan kurang yaitu (96,4%) pada kelas X, (89,3%) pada kelas XI dan (76,5%) pada kelas XII.

c. Peran Orang Tua tentang Kesehatan Reproduksi Berperan atau tidaknya orang tua tentang kesehatan reproduksi dan masalah perilaku seksual. Tabel 13. Distribusi Peran Orang tua tentang kesehatan reproduksi di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010.
No 1. 2. 3. 4. 5. 6. Peran orang tua tentang kesehatan reproduksi Tinggal dengan siapa - orang tua (ayah/ibu) Anak pernah bertanya informasi tentang kesehatan Reproduksi dan perilaku seksual Orang tua pernah memberikan informasi tentang Kesehatan reproduksi dan perilaku seksual Anak berkomunikasi tentang kesehatan reproduksi Dan masalah perilaku seksual kepada orang tuanya Langsung ditanggapi apabila bertanya tentang keseha tan reproduksi dan masalah perilaku seksual pada orang tua pernah berdiskusi dengan orang tua mengenai ; - Menstruasi - Mimpi basah - Ciri-ciri memasuki remaja - Hubungan seksual - Kehamilan - Alat kontrasepsi - HIV/AIDS

Ya n
163 75 75 75 75 17 25 54 34 43 20 50

%
100 46 46 46 46 22,7 33,3 72 45,3 57,3 26,7 66,7

Tidak n %
88 88 88 88 58 50 21 41 32 55 25 54 54 54 54 77,3 66,7 28 54,7 42,7 73,3 33,3

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebanyak (100%) responden tinggal dengan orang tua (ayah dan ibu). Sebanyak (46,0%) orang tua responden pernah memberikan informasi tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual, sebanyak (46,0%) responden pernah bekomunikasi tentang kesehatan reproduksi dan masalah perilaku seksual kepada orang tuanya dan juga sebanyak (46,0%) responden langsung ditanggapi apabila

62 bertanya tentang kesehatan reproduksi dan masalah perilaku seksual kepada orang tuanya. Dari 75 responden yang pernah berdiskusi dengan orang tuanya hal-hal yang pernah didiskusikan dengan orang tua yang paling besar persentasenya adalah ciri-ciri memasuki pubertas (72,0%) dan HIV/AIDS (66,7%). Kemudian dari 163 responden sebanyak (33,1%) responden yang pernah bercerita masalah pubertas dan berpacaran kepada orang tuanya. Dari pertanyaan tentang berperan atau tidaknya orang tua tentang kesehatan reproduksi dan masalah perilaku seksual maka dapat dilihat kriteria peran orang tua responden di SMA Negeri 1 tanah Grogot Kabupaten Paser dalam peran orang tua tentang kesehatan reproduksi melalui tabel di bawah ini: Tabel 14. Distribusi responden Berdasarkan Kriteria Peran Orang Tua tentang Kesehatan Reproduksi Pada Siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010 Kriteria Peran Orang Tua Berperan Tidak Berperan Total Jumlah 54 109 163 persentase 33,1 66,9 100

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah responden di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dengan peran orang tua dengan kriteria yang berperan sebesar (33,1%) dan peran orang tua dengan kriteria yang tidak berperan sebanyak (66,9%). d. Keterpaparan Media Massa Paparan informasi seks yang didapat melalui media cetak, elektronik dan internet yang memuat unsur pornografi tehadap perilaku

63 seksual remaja. Paparan tersebut dapat dilihat melalui tabel sebagai berikut: Tabel 15. Distribusi responden mengenai paparan media massa pada siswa di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010

No. 1

Pertanyaan

Y a n 101 113 66 49 37 28 57 148 % 62,0 69.8 40,7 30,2 22,8 17,3 35,2 91,3

Tidak n % 62 50 97 114 126 135 106 15 38,0 30,2 59,3 69,8 77,2 82,7 64,8 8,6

Total N % 163 163 163 163 163 163 163 163 100 100 100 100 100 100 100 100

Pernah memperoleh informasi tentang seksualitas dari media cetak 2 Jenis media 1. Majalah 2. Buku 3. Tabloid 4. Komik 5. Poster 6. Foto 3 Pernah memperoleh informasi tentang
seksualitas dari media elektronik

4 Jenis media
1. Radio 2. Televisi 3. V CD 4. DVD 5. Handphone

14 6.6 81 50 65 40,1 71 43,8 95 58,6

149 82 98 92 68

91,4 50 59,9 56,2 41,4

163 163 163 163 163

100 100 100 100 100

Pernah memperoleh informasi tentang seksualitas dari media Internet 1. G ambar 2. V ideo 3. A rtikel

128

79

35

21

163

100

6 Jenis media 91 56,2 72 101 62,3 62 24 14,8 139 7 Seberapa sering mengakses media cetak, elektronik dan internet a. Setiap hari 42 74,1 121 b. Seminggu 32 19,8 131 - < 3 kali 15 9,3 148 - > 3 kali 17 10,5 146 c. Sebulan 32 19,8 131 - < 3 kali 28 17,3 125 - > 3 kali 4 2,5 159 d. 3 bulan 22 13,6 141 - < 3 kali 18 11,1 125 - > 3 kali 4 2,5 159 43,8 37,7 85,2 25,9 80,2 90,7 89,5 80,2 82,7 97,5 86,4 88,9 97,5 163 163 163 163 163 163 163 163 163 163 163 163 163 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

64 Dari tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 94,4% pernah mengakses informasi seksualitas dari media cetak serta sebesar 27,2% mengakses informasi seksualitas dari media cetak setiap hari dengan media majalah sebesar 69,8 %. Dari tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 91,3% pernah mengakses informasi seksualitas dari media elektronik serta sebesar 38,9%

mengakses informasi seksualitas dari media elektronik setiap hari dengan media handphone sebesar 58,6 %. Dari tabel dapat dilihat bahwa sebanyak 79% pernah mengakses informasi seksualitas dari media internet serta sebesar 74,1% mengakses informasi seksualitas dari media internet setiap hari dengan media video sebesar 62,3 %. Dari pertanyaan tentang keterpaparan media massa terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser melalui tabel di bawah ini : Tabel 16. Hasil Responden yang terpapar media massa atau pornografi Paparan media Tepapar Tidak terpapar Total Jumlah 98 65 163 Persentase 60,1 39,9 100

Dari tabel di atas dapat dilihat responden yang terpapar media massa atau pornografi adalah sebesar (60,1%), sedangkan responden yang tidak terpapar media massa sebesar (39,9%). 4. Analisis Bivariat

65 Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, peran orang tua tentang kesehatan reproduksi dan keterpaparan media massa di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser. a. Hubungan pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi

terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser Hubungan rata-rata pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 17. Distribusi rata-rata Hubungan Pengetahuan Responden Mengenai Kesehatan Reproduksi dengan Perilaku Seksual Remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010.

Kriteria Pengetahuan Kurang


Cukup Total

Kriteria Seks resiko tinggi


40 (28%) 0 (0%) 40 (24,5%)

Total tidak beresiko


3 (2,1%) 2 (10%) 5 (3,1%) 143 (100%) 20 (100%) 163 (100%)

P Value

resiko sedang
63 (44,1%) 7 (35%) 70 (42,9%)

resiko rendah
37 (25,9%) 11 (55%) 48 (29,4%)

0,002

Dari tabel tersebut dapat dilihat responden dengan kriteria pengetahuan kurang resiko tinggi untuk melakukan perilaku seksual sebesar (28,0%), sedangkan untuk responden dengan kriteria

pengetahuan cukup resiko tinggi untuk melakukan perilaku seksual sebesar (0%). Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,002 berarti

66 pada alpha 5% terlihat ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser. b. Hubungan antara peran orang tua tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual remaja pada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser Hubungan rata-rata antara peran orang tua tentang kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dilihat dari berperan atau tidaknya orang tua tentang kesehatan reproduksi. Maka dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 18. Distribusi Rata-rata Hubungan antara peran orang tua tentang kesehatan reproduksi pada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010. Kriteria seks resiko resiko sedang rendah
44 (50,0%) 26 (34,7%) 70 (42,9%) 9 (10,2%) 39 (52%) 48 (29,4%)

Total tidak beresiko


2 (2,3%) 3 (4%) 5 (3,1%) 88 (100%) 75 (100%) 163 (100%)

P Value

Peran Orang Tua


Tidak berperan Berperan Total

resiko tinggi
33 (37,5%) 7 (9,3%) 40 (24,5%)

0,000

Dari tabel diatas dapat dilihat orang tua responden yang tidak berperan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual beresiko tinggi untuk melakukan perilaku seks sebesar (37,5%), sedangkan untuk orang tua yang berperan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual beresiko tinggi untuk melakukan perilaku seks sebesar (9,3%).

67 Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 berarti pada alpha 5% terlihat ada hubungan yang signifikan antara berperan atau tidaknya orang tua tentang masalah kesehatan reproduksi dan perilaku seksual terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser. c. Hubungan antara keterpaparan media massa terhadap perilaku seksual remaja pada SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser Hubungan antara keterpaparan media massa terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser dilihat dari terpapar atau tidaknya remaja terhadap informasi seks baik melalui media cetak, elektronik dan internet yang memuat unsur pornografi terhadap perilaku seksual remaja. Maka dapat di lihat pada tabel berikut ini: Tabel 19. Distribusi Rata-rata Hubungan antara keterpaparan media massa terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser tahun 2010. Kriteria seks resiko resiko sedang rendah
47 (51,6%) 23 (31,9%) 70 (42,9%) 11 (12,1%) 37 (51,4%) 48 (29,4%)

Kriteria keterpaparan Terpapar


Tidak terpapar Total

Total tidak beresiko


1 (1,1%) 4 (5,6%) 5 (3,1%) 91 (100%) 72 (100%) 163 (100%)

P Value

resiko tinggi
32 (35,2%) 8 (11,1%) 40 (24,5%)

0,000

Dari tabel diatas dapat dilihat responden yang terpapar media pornografi beresiko tinggi untuk melakukan perilaku seks sebesar

68 (35,2%), sedangkan untuk responden yang tidak terpapar media pornografi beresiko tinggi untuk melakukan perilaku seks sebesar (11,1%). Dari tabel uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 berarti pada alpha 5% terlihat ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan media massa terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot Kabupaten Paser.

Pembahasan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data maka dilakukan pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variabel yang di teliti. 1. Perilaku Seksual Perilaku seksual adalah perilaku yang muncul karena adanya dorongan seksual. Bentuknya bermacam-macam, bercumbu, mulai dari

bergandengan

tangan,

berpelukan,

sampai

dengan

berhubungan seks. (PKBI, 2004). Berdasarkan penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tanah Grogot didapatkan hasil bahwa sebagian besar perilaku seksual pada responden baik putri maupun putra tergolong dalam criteria perilaku seksual beresiko sedang terlihat dari persentase (32,1%) pada responden putri dan (53,7%) pada responden putra. Namun juga terdapat reponden yang tidak beresiko pada responden putri sebanyak (3,7%) dan pada responden putra sebanyak (2,4%). Perilaku seks pranikah ini meliputi aktivitas berpacaran sampai pada aktivitas melakukan seks pranikah.

69 Aktivitas ini terdiri dari berpelukan, berpegangan tangan, memeluk, berciuman, menghabiskan waktu berduaan, bermanjaan, tidur bersamasama, membiarkan pasangan meraba anggota tubuhnya, meraba anggota tubuh orang lain, melepaskan pakaian dan memperlihatkan organ seks, frekuensi melakukan hubungan seks selama 30 hari, jumlah pasangan seksual berbeda selama 30 hari dan jumlah pasangan seks yang berbeda selama 12 bulan. Berpacaran sebagai proses perkembangan kepribadian seorang remaja karena ketertarikan antar lawan jenis. Namun, dalam

perkembangan budaya justru cenderung permisif terhadap gaya pacaran remaja. Akibatnya, para remaja cenderung melakukan hubungan seks pranikah. Perilaku reproduksi terwujud dalam hubungan sosial antara pria dan wanita. Hubungan antara pria dan wanita tersebut dalam waktu yang lama menyebabkan munculnya norma-norma dan nilai-nilai yang akan menentukan bagaimana perilaku reproduksi disosialisasikan. Berbagai bentuk perilaku yang diwujudkan lazimnya sejalan dengan norma-norma yang berlaku. Ada perilaku yang diharapkan dan sebaliknya ada perilaku yang tidak diharapkan dalam hubungan sosial masyarakat begitu pula hubungan antara pria dan wanita dalam perilaku reproduksi. Perilaku reproduksi dalam hal ini adalah mengacu kepada perilaku seks pranikah di kalangan remaja. Perilaku seks remaja dipengaruhi oleh berbagai factor.(http.ejournal.unud.ac.id)

70 Perilaku seks pranikah cenderung dilakukan karena pengaruh teman sebaya yang negatif. Terutama bila remaja itu bertumbuh dan berkembang dalam lingkungan keluarga yang kurang sensitif terhadap remaja. Selain itu, lingkungan negatif juga akan membentuk remaja yang tidak punya proteksi terhadap perilaku orang-orang di sekelilingnya. Bahkan, remaja yang merasa bebas dan tidak terkekang, ternyata lebih mudah melakukan perilaku seperti merokok dan mengkonsumsi alkohol. Pada akhirnya dari perilaku itu, pelajar akan berperilaku negatif seperti mengkonsumsi narkoba dan melakukan seks pranikah. Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena revolusi seks bebas sedang merebak di kalangan remaja Indonesia banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya fenomena tersebut salah satu penyebab yang tengarai adalah kurangnya informasi yang didapatkan remaja dalam hal reproduksi dan seks. Rasa keingintahuan yang besar dan rasa haus akan informasi tentang perkembangan reproduksi yang mengalami pertumbuhan pesat. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa 94% remaja menyatakan butuh nasehat tentang seks dan kesehatan reproduksi dalam usaha mengerti perubahan pada diri mereka sendiri. Tetapi pada kenyataannya malah sulit untuk mengakses informasi yang benar dari jalur formal seperti dari petugas kesehatan atau dari sekolah karena adanya asumsi bahwa informasi tersebut malah mendorong remaja untuk melakukan tindakan coba-coba, sehingga mereka memenuhi rasa ingin tahu mereka dengan mencoba mencari tahu sendiri dari jalur non formal seperti membahas dengan teman, membaca buku-buku seks, menonton

71 film porno, dan berakhir dengan mengadakan percobaan untuk melakukan hubungan seks. (karya-ilmiah.um.ac.id) Dari 163 responden yang diteliti didapatkan yang sudah pernah melakukan hubungan seks di SMA Negeri 1 Tanah Grogot yaitu sebanyak 6 orang, 2 orang pada responden putrid (2,4%) dan 4 orang pada responden putra (4,4%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa perilaku remaja putra lebih agresif daripada remaja putri. Hasil tersebut sejalan dengan yang dikemukakan oleh Damayanti (2007), penelitian yang dilakukan di Depok, menunjukkan perilaku remaja laki-laki dan perempuan hingga cium bibir masih sama. Akan tetapi, perilaku laki-laki menjadi lebih agresif dibandingkan remaja perempuan mulai dari tingkatan meraba dada. Seks pranikah yang dilakukan remaja laki-laki pun dua kali lebih banyak dibandingkan remaja perempuan.(http;h2dy.wordpress.com) Dari hasil penelitian juga diketahui bahwa umur pertama kali melakukan seks pranikah yaitu umur 16 dan 17 tahun dengan persentase masing-masing (50%). Hasil tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh KISARA PKBI Bali (2002) sebanyak (2,28%) dari siswa SMP kelas 3 hingga SMA kelas 3 (dibawah usia 17 tahun) telah melakukan hubungan seksual pra nikah. Hubungan seks pranikah pada usia dini tersebut tentunya banyak berdampak negatif bagi remaja mulai dari kehamilan yang tidak diinginkan hingga terjadinya penyakit menular seksual (www.matabumi.com) (www.matabumi.com)

72 Dari hasil penelitian juga diketahui sebagian besar responden melakukan aktivitas seksual tersebut di rumah dengan persentase sebesar (74,4%) pada responden putri dan (54,3%) pada responden putra, bahkan terdapat responden putra yang sengaja menyewa hotel/motel/losmen untuk melakukan aktivitas seksual yaitu sebesar (7,4%) dan terdapat responden yang berani melakukan aktivitas di lingkungan sekolah dengan persentase sebesar (31,7%) pada responden putri dan (32,3%) pada responden putra. Cukup besarnya persentase responden yang melakukan perilaku seksual di rumah dapat disebabkan karena kurangnya ketetatan pengawasan dari orang tua sehingga orang tua tidak tahu bahwa anak mereka telah melakukan berbagai aktivitas seksual di rumah. Begitu juga responden yang melakukan aktivitas seksual di sekolah, hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengawasan dari pihak sekolah dan dapat juga terjadi karena tata tertib dan peraturan yang kurang tegas dari sekolah sehingga banyak siswa yang berani melakukan aktivitas seksual tersebut. Menurut Willis (2005), sebagian besar remaja mengatakan bahwa orang tua mereka dan bahkan guru, tidak pernah memberikan pengawasan terhadap tingkah laku remaja sehingga menimbulkan berbagai kenakalan. Pengawasan terhadap remaja dimaksudkan untuk menghindari tingkah laku yang kurang baik dan menumbuhkan tingkah laku yang positif bermanfaat bagi dirinya dan masyarakat. Pengawasan bukan berarti menutup kebebasan remaja, melainkan memberikan

73 bimbingan kea rah perkembangan yang wajar dengan berbagai kegiatan pedidikan remaja di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Di lingkungan keluarga kenakalan remaja dapat terjadi karena kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua terhadap anak, maka apa yang dibutuhkan oleh remaja mereka cari di luar rumah, yang banyak mereka cari melalui teman-teman sebayanya. Sedangkan sekolah merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga karena itu cukup berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Dalam hal ini peranan guru sangat diperlukan sekali, selain itu peranan sekolah juga berpengaruh terhadp kenakalan remaja. Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas pendidikan dan normanorma tingkah laku yang ada di sekolah. Aktivitas beresiko saat berpacaran yang dilakukan siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot cukup mengkhawatirkan. Hal itu terlihat dari hasil yang telah dipaparkan di atas. Aktivitas beresiko ketika berpacaran ini terjadi karena beberapa hal yang mempengaruhi, seperti kurangnya pengawasan dari orang tua mengenai perilaku berpacaran anak mereka, pengaruh lingkungan pergaulan yang membawa pada perilaku beresiko, serta karena begitu besarnya keingintahuan remaja mengenai sesuatu hal yang belum mereka ketahui. Keingintahuan yang besar namun tidak diimbangi dengan pengetahuan yang benar, maka akan menimbulkan suatu perilaku yang salah. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Persatuan Keluarga Berencana Indonesia pada tahun 2002 dimana diperoleh informasi bahwa

74 minimnya pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi remaja pada perilaku seks pranikah dan sebaliknya, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja dapat menunda perilaku seks pra nikah dikalangan remaja.(http;h2dy.wordpress.com) Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo 1994 (the Cairo Consesus) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah satu butir konsesus tersebut ditekankan tentang upaya menyediakan informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi dan seksual yang benar, bertanggung jawab dan komperhensif bagi remaja. Menurut tokoh nasional Arif Rahman Hakim, pendidikan seks adalah perlakuan proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga dan masyarakat untuk menyampaikan proses perkelaminan menurut agama yang sudah ditetapkan masyarakat. Dengan demikian pendidikan tentang seks tersebut bukanlah pendidikan tentang seks tersebut bukanlah pendidikan tentang how to do (bagaimana melakukan hubungan seks) atau tentang hubungan seks aman, tidak hamil dan lain sebagainya tetapi pendidikan seks diberikan sebagai upaya preventif.(karya-

ilmiah.um.ac.id), Berdasarkan survey yang dilakukan oleh IRRMA di 5 Propinsi di Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan Bengkulu) terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seksual remaja tahun 2003 misalnya, dari 1,450 remaja yang menjadi responden,

75 sebanyak 78,95% remaja tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual menjadi sangat luar biasa terhadap sikap dan perilaku seksual mereka, dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksual. (Saeroni.wordpress.com) Dari 1,450 responden, sebanyak 22,36% pernah melakukan hubungan seksual sejak usia 16 tahun untuk remaja perempuan dan 17 tahun untuk remaja laki-laki. Dari remaja yang teelah aktif melakukan hubungan seksual, sebanyak 19,70% melakukannya dengan pelacur dan 79,30% dengan pacar. Sebagian besar (86,87%) dari mereka yang telah melakukan hubungan seksual aktif tidak memiliki pengetahuan sedikitpun tentang kesehatan reproduksi, sedangkan selebihnya, pengetahuannya hanya sepotong-sepotong yang mereka peroleh dari teman atau melalui media.(Saeroni.wordpress.com) Survey yang dilakukan pada delapan SMU / SMK di Samarinda periode September hingga Oktober 2008 juga mendapatkan hasil bahwa subjek yang melakukan hubungan seksual terhadap sejumlah siswa-siswi di Samarinda dari 300 sampel yang diambil di seluruh sekolah, sebanyak 73% siswa-siswi mengaku pernah berpacaran, 49% dari mereka mengatakan bahwa yang dimaksud dengan perilaku seksual adalah apabila melakukan hubungan seksual, sebanyak 12% diantaranya mengaku pernah melakukan hubungan badan (seks), 30% menjawab untuk mencegah terjadinya kehamilan maka menggunakan alat

kontrasepsi pada saat berhubungan seks.(www.pkbi.com) seks.(www.pkbi.com)

76 Perilaku seksual ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi dengan sendirinya melainkan di dorong atau dimotivasi oleh faktor-faktor tertentu. Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi dan sikap. Persepsi merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Apabila dalam kehidupan seseorang sudah terbentuk persepsi, maka persepsi ini akan menentukan cara seseorang dalam bertingkah laku terhadap obyek persepsi tersebut. Persepsi merupakan dasar dari proses kognisi, yaitu termasuk di dalamnya merupakan proses mengolah informasi.Notoatmodjo (2003).

2. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseoramg terhadap objek melalui indera yang di milikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat

dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior)(Notoatmodjo, 2005). Menurut Lawrence Green, pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang membentuk suatu perilaku seseorang, disamping adanya factor pendukung (enabling factor) dan factor pendorong perilaku

77 tersebut (reinforcing factor). Sedangkan menurut teori kognitif yang dikemukakan oleh Piaget (Sarwono, 2006), remaja sudah berada pada suatu tahapan berfikir formal operasional. Pada tahap ini, seorang remaja dianggap mampu menerima informasi secara tepat, untuk kemudian dianalisa dan diserap untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan. Disisi lain, remaja secara umum sudah mencapai tahapan pemikiran tertinggi yang mampu melakukan analisis terhadap informasi yang telah diterimanya serta dapat menimbang terhadap baik atau tidaknya informasi tersebut sebelum dia mengadopsi dan mencoba perilaku barunya sesuai dengan tingkat pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap informasi tersebut. Pengetahuan siswa mengenai seks pranikah didapat melalui pendengaran dan penglihatan, bahkan sebagian berdasarkan

pengalaman pribadi. Melalui beberapa hal itulah siswa di SMA Negeri 1 Tanah Grogot memperoleh pengetahuan mengenai kesehatan reprouksi dan perilaku seksual. Seperti melalui buku, internet, cerita teman, majalah porno, televisi dan sebagainya. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Tanah Grogot diketahui kriteria pengetahuan cukup yaitu (3,6%) pada kelas X, (10,7%) pada kelas XI dan (23,5%) pada kelas XII. Sedangkan kriteria pengetahuan kurang yaitu (96,4%) pada kelas X, (89,3%) pada kelas XI dan (76,5%) pada kelas XII.

78 Dari hasil tersebut dapat dilihat perbedaan jumlah dan persentase kriteria pengetahuan pada tiap kelas. Terlihat semakin tinggi tingkatan kelas maka jumlah dan persentase kriteria pengetahuan cukup semakin besar. Dan begitu sebaliknya semakin tinggi tingkatan kelas maka jumlah dan persentase kriteria pengetahuan kurang semakin kecil. Hal ini karenakan semakin tinngi tingkatan kelas maka materi pendidikan yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi di sekolah akan semakin banyak diperoleh dan dipelajari. Dari hasil tersebut juga menunjukkan tingkat pengetahuam mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku seksual di SMA Negeri 1 Tanah Grogot masih tergolong rendah hal ini terlihat dari besarnya persentase responden yang berpengetahuan kurang. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan perilaku seksual ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor eksternal maupun internal. Faktor-faktor itu antara lain kurangnya sarana dan prasarana untuk memperoleh informasi, pengaruh-pengaruh

pergaulan atau teman sebaya, serta pendidikan yang diberikan oleh orang tua di rumah khususnya mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku seksual. Kurangnya pengetahuan mengenai organ reproduksi dan ciri-ciri seks sekunder pada remaja juga dapat mempengaruhi body image yang dipikirkan oleh remaja. Sehingga dapat menimbulkan permasalahan lagi bagi mereka. Menurut dr. Ramona permasalahan akibat perubahan fisik banyak dirasakan oleh remaja awal ketika mereka mengalami pubertas.

79 Pada remaja yang sudah selesai masa pubertasnya (remaja tengah dan akhir) permasalahan fisik yang terjadi berhubungan dengan

ketidakpuasan/keprihatinan mereka terhadap fisik yang dimiliki yang biasanya tidak sesuai dengan fisik ideal yang diinginkan. Kebanyakan remaja mempersiapkan diri menyambut perubahan fisik ketika mas puber. Remaja putri berharap agar payudara mereka bertambah besar sedangkan remaja putra berharap otot-otot di tubuh mereka bertambah kekar. Tetapi, tubuh sering mengalami serangkaian proses perubahan sebelum, selama dan setelah puber. Perubahan yang terjadi terkadang sangat berbeda disbanding yang diharapkan. Misalnya pada remaja putri maupun putra menemukam ada perubahan yang terjadi pada bagian lain yang kurang familiar, seperti pantat. Atau berubah menjadi lebih tinggi atau lebih kurus. Perubahan yang terjadi pada masa puber dapat mempengaruhi bagaimana mereka menilai tubuh mereka dan diri mereka sendiri di masa mendatang. Memahami perubahan pada tubuh tidak hanya melihat perubahan bentuk. Kebanyakan remaja melihat image tubuh mereka berdasarkan perasaan dan penampilan.(wwwaatartunhalu.multiply.com) Masalah body image juga dapat berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja. Remaja yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab.

80 Faktor lain yang kadang-kadang diduga sebagai pendorong perilau seksual adalah citra diri yang menyangkut keadaan tubuh (body images) dan kontrol diri. Mengenai citra diri terhadap tubuh ada pendapat bahwa orang yang kurang mengenal keadaan tubuhnya sendiri atau menilai keadaan tubuhnya kurang sempurna cenderung

mengkompensasikannya dengan perilaku seksual. Biasanya tipe ini membutuhkan pengakuan dari lawan jenis atau pasangan tentang tubuhnya (ingin dikagumi) sehingga kontrol diri terhadap perilakunya berkurang. Orang-orang yang percaya bahwa ia mampu mengatur dirinya sendiri akan berkurang perilaku seksualnya ketimbang orang-orang yang merasa dirinya mudah dipengaruhi atau merasa bahwa keadaan dirinya lebih banyak ditentukan oleh faktor-faktor luar.

(www.aatartunhalu.multiply.com) Berdasarkan penelitian ini juga diperoleh data bahwa dari 163 responden terdapat 40 responden (28,0%) yang berpengetahuan kurang dan beresiko tinggi untuk melakukan perilaku seksual, 63 responden (44,1%) yang berpengetahuan kurang dan beresiko sedang untuk melakukan perilaku seksual. Didapatkan hasil uji statistic diperoleh nilai p value = 0,002 berarti pada alpha 5% terlihat ada yang hubungan yang signifikan antar pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri ! Tanah Grogot. Hasil penelitian ini jika dikaitkan dengan tinjauan teori yang dikemukakan pada paragraf sebelumnya, dan dengan mempertimbangkan

81 berbagai informasi yang sudah diterima dan dengan hasil tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi terlihat bahwa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi pada responden yang kurang berpengaruh terhadap resiko perilaku seksual pada diri remaja. Informasi seputar kesehatan reproduksi (kespro) hingga saat ini belum banyak menyentuh kaum remaja. Hampir semua akses kepada pelayanan kesehatan reproduksi dan program-program pemerintah lebih banyak diberikan kepada mereka yang telah dewasa. Padahal, jumlah remaja saat ini mencapai hamper setengah dari jumlah penduduk negeri. Sehingga banyak remaja mencari lewat caranya sendiri dan salah dalam memahami pentingnya menjaga kesehatan reproduksi. Prevalensi penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS

dikalangan remaja masih sangat tinggi. Sementara pengetahuan remaja akan kesehatan reproduksi masih sangat rendah. Bahkan, Survei Data Dasar Kesehatan Reproduksi Remaja yang dilakukan BKKBN dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LD-UI) pada (1999)

menyimpulkan, tidak banyak remaja mengetahui proses reproduksi, padahal kehidupan remaja saat ini, di desa maupun di kota, lebih toleran terhadap hubungan seks sebelum menikah. Pengetahuan yang setengah-setengah justru lebih berbahaya ketimbang tidak tahu sama sekali. Kata-kata bijak ini nampaknya juga berlaku bagi para remaja tentang pengetahuan seks kendati dalam hal ini ketidaktahuan bukan berarti lebih tidak berbahaya. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi maupun seks pranikah juga cenderung

82 lebih banyak didapatkan dari teman sebaya dan media massa. Padahal informasi yang diberkan belum tentu benar dan banyak yang keliru. Sehinnga informasi mengenai seksualitas cenderung menciptakan pengetahuan yang salah. Kehamilan tidak dikehendaki, aborsi illegal dan tidak aman, peningkatan kasus penyakit menular seksual termasuk infeksi HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan reproduksi remaja di Indonesia. Hal tersebut sebagai akibat perilaku seksual remaja yang cenderung permisif dan berani serta adanya keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Faktor lain yang mendukung adalah mudahnya akses informasi seksualitas yang keliru dari teman sebaya dan media massa serta adanya anggapan dari orang tua tau guru bahwa pengetahuan kesehatan reproduksi masih dianggap tabu, membangkitkan keingintahuan remaja terhadap hal seputar seksual menjadi besar dan mempengaruhi kebebasan remaja mengambil keputusan terhadap situasi tertentu khususnya terkait kecenderungan melakukan hubungan seksual

(intercourse) pranikah. (gemari.co.id) intercourse) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sirajudin (2004) mengenai hubungan pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja dengan kecenderungan remaja melakukan hubungan seksual

(intercourse) pranikah di Indonesia, didapatkan hasil bahwa terdapat intercourse) hubungan bermakna secara statistik pengetahuan kesehatan reproduksi pada remaja pria dan wanita dengan kecenderungan remaja pria dan

83 wanita melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah p<0,05. (intercourse) Pengetahuan kesehatan reproduksi yang lebih rendah pada remaja pria berpeluang 1,37 kali dan wanita 1,55 kali cenderung lebih tinggi melakukan hubungan seksual (intercourse) pranikah dibanding remaja (intercourse) pria dan wanita yang berpengetahuan lebih tinggi. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh IRRMA di 5 propinsi di Sumatera (Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jambi, Lampung dan Bengkulu) terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku seksual remaja tahun 2003 misalnya, dari 1,450 remaja yang menjadi responden, sebanyak 78,95% remaja tidak memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual. Dampak dari rendahnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan seksual menjadi sangat luar biasa terhadap sikap dan perilaku seksual mereka, dibandingkan dengan remaja yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi dan seksual.(saeroni.wordpress.com) Pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas sangat penting dalam pembentukan hubungan baru dengan lawan jenisnya karena hal ini sesuai dengan perkembangan fisio-logis remaja. Besarnya keingintahuan remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas, menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih banyak informasi mengenai seksualitas. Karena berkaitan dengan perkembangannya, hal ini tentu saja tidak dapat dicegah. Bersamaan dengan itu pula, berkembang aspek psikoseksual dengan lawan jenis dan remaja akan berusaha untuk berekspolorasi dengan kehidupan seksual.

84 Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja tidak

mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan. Seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan seksual tersebut (aprints.ums ac.id)

3. Peran Orang Tua tentang Kesehatan Reproduksi Orang tua berperan penting dalam perkembangan anaknya secara langsung. Orang tua juga dapat mengatur serta mengarahkan aktivitas anak. Semua tindakan ini adalah cara orang tua untuk memperkenalkan anak dengan lingkungan hidupnya dan dapat

mempengaruhi anak dalam menghadapi perubahan sosial dan membantu perkembangan kognitifnya di kemudian hari. Disamping itu ayah juga harus berperan dalam menciptakan kebersamaan dan komunikasi dengan keluarganya. Berdasarkan hasil penelitian di SMA Negeri 1 Tanah Grogot dengan kriteria peran orang tua yang tidak berperan sebanyak (66,9%) dan peran orang tua yang berperan sebanyak (33,1%). Hal ini menunjukkan peran orang tua responden di SMA Negeri 1 Tanah Grogot dengan anaknya masih terlong berperan rendah hal ini terlihat dengan besarnya persentase responden dengan kriteria peran orang tua tidak berperan. Peran orang tua ini dilihat dari berperan atau tidaknya tentang kesehatan reproduksi.

85 Berdasarkan penelitian ini juga diperoleh data bahwa dari 163 responden terdapat 36 responden (33,0%) dengan peran orang tua tentang kesehatan reproduksi yang tidak berperan beresiko tinggi untuk melakukan perilaku seksual, 56 responden (51,4%) beresiko sedang, 15 responden (13,8%) beresiko rendah dan 2 responden (1,8%) tidak beresiko melakukan perilaku seksual. Sedangkan responden dengan peran orang tua yang berkriteria berperan beresiko tinggi untuk melakukan perilaku seksual sebanyak 4 responden (7,4%), beresiko sedang 14 responden (25,9%), beresiko rendah 33 responden (61,1%) dan 3 responden (5,6%) tidak beresiko untuk melakukan perilaku seksual. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 berarti pada alpha 5% terlihat ada hubungan yang signifikan antara peran peran orang tua tentang kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot. Selain itu dari hasil penelitian ini juga diperoleh data bahwa (46,0%) yang langsung menanggapi apabila anak bertanya mengenai masalah kesehatan reproduksi dan perilaku seksual, (46,0%) yang pernah mengkomunikasikan hal tersebut dengan anak, (46,0%) yang pernah memberikan informasi tersebut dan juga sebesar (46,0%) anak yang pernah bertanya tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Psikolog Elly Risman yaitu banyak orang tua tidak siap mempersiapkan anaknya menghadapi informasi. Banyak dari mereka yang tidak siap mengetahui bahwa anaknya lebih siap dan lebih tahu dari mereka. Pada akhirnya anak

86 mencari sarana lain yang bisa memberikan apa yang mereka inginkan. (http;//digilib.unnes.ac.id/) Dari seluruh hasil tersebut menunjukkan peran orang tua yang penting dalam mencegah anak remaja melakukan aktivitas seksual beresiko. Peneliti dari Boston College, Rebekah Levine Coley menyatakan terdapat kemungkinan bahwa hubungan dekat antara orang tua dan anaknya bisa membantu mencegah anak remaja melakukan aktivitas seksual beresiko, seperti berhubungan badan di luar nikah dan berhubungan badan tanpa pengaman dengan rekan sebayanya. Semakin penuh perhatian orang tua, semakin ia mengetahui lebih baik banyak teman-teman anaknya, maka semakin besar pula dampaknya terhadap kehidupan seksual sang anak, demikian yang ditemui dalam riset terhadap 3.206 remaja usia 13-18 tahun di Amerika. Meski sang ibu juga memiliki kemampuan untuk melakukan hal yang sama, namun ketika orang tua yang member nasihat akan berdampak 2 kali lipat. Arus informasi yang makin terbuka dan mudah di akses membuat anak-anak mudah terekspos pada hal-hal yang sebenarnya belum saatnya mereka ketahui, seperti masalah seks. Apalagi jika dorongan untuk berhubungan badan di usia dini itu mendapat stimulasi dari temanteman sebayanya. Untuk mencegah hal ini terjadi pada anak perempuan, diperlukan sebuah usaha lebih dari orang tua untuk mendekatkan diri dan membantu mereka lebih pandai menjaga diri. Peran orang tua juga beragam, sebagai pemberi nafkah yang tak pernah ada di rumah, partner ibu dalam membesarkan anak. Pada anak-

87 anak, mereka seringkali menilai ayah sebagai hokum di rumah. Ayahlah yang memegang kendali di rumah. Umumnya, peran ibu sebagai pengemong lebih bersifat konstan, sementara ketika si ayah ada di rumah, peran dan kekuatan si ibu jadi berkali-kali lipat karean ada pendukung. Patrick Tolan, profesor, psikiater dan Direktur Institut for Juvenile Research di University of Illinois di Chicago mengatakan bahwa penelitian ini masihy menggarisbawahi pentingnya peran kedua orang tua secara keseluruhan untuk membantu anak berkembang optimal dan tidak melakukan aktivitas seksual yang tak aman. Tolan juga menyatakan, semakin banyak orang tua menghabiskan waktu bersama anak-anaknya maka semakin sedikit waktu yang dihabiskan di luar pengawasan orang tua. Juga, ketika orang tua menyisihkan waktu untuk berbincang dengan anak-anaknya, maka anak akan mempelajari nilai-nilai yang orang tua miliki. Dan anak akan lebih banyak berpikir sebelum bertindak. Anak akan memikirkan apa yang akan piker tentang mereka sebelum mereka memutuskan melakukan tindakan-tindakan tertentu.(www.bkkbn.go.id) Salah satu ciri remaja adalah memiliki rasa keingintahuan yang besar dan rasa haus akan informasi. Diantaranya adalah informasi tentang kesehatan reproduksi yang mengalami perubahan pesat pada usia remaja. Sebuah penelitian menyimpulkan bahwa 94% remaja menyatakan butuh nasehat tentang seks dan kesehatan reproduksi dalam usaha mengerti perubahan pada mereka sendiri. Tapi kebanyakan dari mereka mencoba mencari tahu sendiri seperti membahas dengan teman, membaca buku-buku seks, menonton film porno dan berakhir dengan

88 mengadakan percobaan untuk melakukan hubungan seks.(karya-

ilmiah.um.ac.id) Pemahaman yang keliru mengenai seksualitas pada remaja menjadikan mereka mencoba untuk bereksperimen mengenai masalah seks tanpa menyadari bahaya yang timbul dari perbuatannya dan ketika permasalahan yang ditimbulkan oleh perilaku seksnya mulai bermunculan, remaja takut untuk mengutarakan permasalahn tersebut kepada orang tua. Remaja lebih senang menyimpan dan memilih jalannya sendiri tanpa berani mengungkapkan kepada orang tua. Hal ini disebabkan karena ketertutupan orang tua terhadap anak terutama masalah seks yang

dianggap tabu untuk dibicarakan serta kurang terbukanya anak terhadap orang tua karena anak merasa takut untuk bertanya. Agar pengetahuan tentang masalah seks yang diberikan optimal, maka diperlukan komunikasi yang efektif antar orang tua dengan remaja. Komunikasi orang tua-anak dikatakan efektif bila kedua belah pihak saling dekat, saling menyukai dan komunikasi diantar keduanya merupakan hal yang menyenangkan dan adanya keterbukaan sehingga tumbuh sikap percaya. Komunikasi yang efektif dilandasi adanya kepercayaan, keterbukaan, dan dukungan yang positif pada anak agar anak dapat menerima dengan baik apa yang disampaikan oleh orang tua. Komunikasi antara orang tua dengan anak dikatakan berkualitas apabila kedua belah pihak memiliki hubungan yang baik dalam arti bisa saling memahami, saling mengeri, saling mempercayai dan menyayangi satu sama lain, sedangkan komunikasi yang kurang berkualitas

89 mengindikasikan kurangnya perhatian, pengertian, kepercayaan dan kasih sayang di antara keduanya.(eprints.ums.ac.id) 4. Keterpaparan media massa Media massa atau pornografi merupakan media yang dapat mempengaruhi remaja untuk berperilaku seksual berisiko. Paparan pornografi dan efeknya pada remaja merupakan masalah serius karena dapat berdampak pada masalah kesehatan sreproduksi remaja seperti kehamilan tidak diinginkan, aborsi tidak aman, penyakit menular seksual dan HIV-AIDS. Selama ini remaja umumnya telah menempatkan media massa sebagai sumber informasi seksual yang lebih penting dibandingkan orang tua dan teman sebaya, karena media massa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai keinginan dan kebutuhan seksualitas remaja. Dari hasil penelitian responden pernah memperoleh informasi tentang seksualitas dari media cetak, yaitu majalah sebesar (62,0%), dimana mereka mengakses paling sering setiap hari sebesar (74,1%). Karena menurut Edgar Dale lambang kata, lambang visual dalam, kerucut Edgar Dale berada paling atas. Selain itu media cetak seperti majalah, buku, stensilan yang memuat gambar yang merangsang yang lazim disebut pornografi atau sering juga disebut Sexually Explicit Materials (SEM), dapat menimbulkan imajinasi dan ternyata imajinasi tersebut dua kali lebih merangsang dari pada gambar biasa. Selain itu media massa seperti koran, majalah dapat membuka rubrik konsultasi masalah-masalah seksual dan kesehatan reproduksi.

90 Banyak media massa yang terjebak pada bisnis semata, sehingga lebih banyak mengekspos perilaku-perilaku seksual itu sendiri, bukan

dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan seks yang sehat dan kesehatan reproduksi. Majalah Liberty, Matra, dan Popular, menampilkan foto-foto artis setengah telanjang, dan komentar-komentar yang menjurus kepada ajakan pembaca untuk menikmatinya. (Sumartono, 2002) Media massa elektronik sangat membantu masyarakat dalam

memperoleh informasi dan hiburan dengan mudah. Di balik kemudahan itu tanpa disadari media massa elektronik juga menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat khususnya remaja, dengan bebasnya media massa elektronik menyajikan tontonan yang tidak memperlihatkan normanorma sosial seperti perilaku seks pranikah, akan mempengaruhi perilaku masyarakat terutama pada remaja yang taraf berfikirnya belum matang. Pada hasil penelitian di SMA Negeri 1 Tanah Grogot diperoleh hasil sebesar (90,7%) responden pernah memperoleh informasi seksualitas dari media elektronik sebesar (90,7%), dimana yang paling banyak di akses melalui handphone sebesar (58,6%). Hal itu terjadi karena media komunikasi telepon seluler yang hampir dimilki setiap orang, termasuk remaja, disamping memberikan keuntungan juga memberikan dampak negatif. Telepon seluler dapat digunakan tukar menukar informasi dengan saling mengirim SMS/MMS beserta gambar porno yang tidak layak ditonton. Internet yang berkembang sebagai media yang digunakan oleh sebagian besar masyarakat di berbagai belahan dunia menjadikan setiap

91 orang memperoleh kesempatan untuk mengakses informasi apapun dengan cepat. Situs di internet merupakan jendela dari berbagai informasi, dan keragamannya memungkinkan setiap orang dapat memperoleh informasi yang diinginkan tersaji secara lengkap di layar, bahkan berinteraksi dan melakukan transaksi dengan penyedia jasa tersebut atau hanya sekedar bertukar informasi. Menurut wibowo (2004) Salah satu manfaat terbesar dari internet ini setiap orang dapat menghubungi orang yang ingin dihubungi dengan biaya yang murah, data berupa suara, gambar dapat dikirimkan dengan waktu yang relatif singkat. Beberapa fakta terbaru di Indonesia, dari sekitar 1,8 juta penduduk Indonesia telah mengenal internet dan 50% diantaranya tidak mampu menahan diri untuk tidak mengunjungi cybersex. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di SMA Negeri 1 Tanah Grogot sebanyak (79%) responden pernah mengakses hal-hal yang berbau pornografi melalui internet. Adapun yang paling banyak diakses adalah video porno sebesar (62,3%). Internet meripakan media yang tidak asing lagi di kalangan remaja saat ini, karena banyak warnet yang menawarkan harga murah untuk kalangan pelajar. Banyak warungwarung internet yang buka selama 24 jam. Bahkan di sekolah sudah ada yang memasang jaringan internet sendiri. Setiap siswa dapat membuka situs apa saja yang mereka yang inginkan termasuk situs tentang berbagai kesehatan reproduksi. Untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas melalui warnet, siswa tidak perlu merasa malu. Siswa dengan

92 leluasa akan mendapatkan informasi tersebut. Karena dorongan sex appeal dalam dirinya, siswa dapat melengkapinya dengan membuka situssitus seksual yang memvisualisasikan kegiatan seksual. Dengan

membuka hanya situs-situs kesehatan di internet mungkin saja siswa sudah merasa cukup jelas. Kebebasannya untuk mengakses situs-situs di internet, bukan hanya situs kesehatan saja, memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan informasi lebih banyak yang dapat berdampak positif ataupun dampak negatif. Menurut Fachri (2009) Proporsi informasi yang didapatkan dari situs kesehatan di internet dapat berubah ketika motivasi membuka situs kesehatan berubah yaitu untuk memenuhi dorongan seksualnya.

Perubahan ini sangat mungkin terjadi mengingat masa remaja adalah masa transisi antara kanak-kanak dan dewasa, dan para remaja tersebut relatif belum mencapai tahap kematangan mental serta sosial sehingga harus menghadapi tekanan emosi, psikologi, dan sosial yang saling bertentangan. Apa yang dianggap tabu oleh orangtua, maupun sekolah ternyata dengan mudah didapatkan dari internet. Salah satu dampak pornografi yaitu meningkatnya berbagai kasus kekerasan seksual yang terjadi pada remaja. Rangsangan kuat dari luar seperti filmfilm seks (blue film), sinetron, bukubuku bacaan dan majalahmajalah bergambar seksi, godaan dan rangsangan dari kaum pria, serta pengamatan secara langsung terhadap perbuatan seksual tidak hanya mengakibatkan memuncaknya atau semakin panasnya reaksi

93 reaksi seksual tetapi juga mengakibatkan kematangan seksual yang lebih cepat pada diri anak. Berdasarkan hasil penelitian Rosadi (2001) disebutkan bahwa dampak menonton film yang bersifat pornografi di VCD terhadap perilaku remaja adalah terjadinya peniruan yang memprihatinkan. Peristiwa dalam film memotivasi dan merangsang kaum remaja untuk meniru atau mempraktikkan hal yang dilihatnya, akibatnya remaja menjadi semakin permisif terhadap perilaku dan norma yang ada. Berdasarkan penelitian Roviqoh (2002) melaporkan bahwa

responden yang terangsang setelah menonton tayangan porno sebesar 84,4% dan sebanyak 2,2% berakhir dengan melakukan hubungan seksual dan 31,5% melakukan onani/masturbasi. Dari 92 responden yang terangsang oleh pornografi sebesar 90,2 % terangsang karena adegan seks dalam film. Pornografi menyebabkan dorongan seksual tinggi pada responden remaja laki-laki sebesar 50,9% dan pada perempuan sebesar 5,1%. Dari hasil penelitian yang diperoleh hasil bahwa responden yang terpapar media pornografi sebesar (35,2%), beresiko tinggi untuk melakukan perilaku seksual hal ini berarti semakin sering responden terpapar dengan media massa (media pornografi) maka semakin tinggi persentase perilaku seksual remaja yang berdampak negatif bagi kesehatannya, sebaliknya semakin jarang atau tidak pernah responden terpapar dengan media massa (media pornografi) maka semakin rendah

94 persentase perilaku seksual remaja yang berdampak negatif bagi kesehatannya. Hasil tersebut diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susilo Damarini pada sekolah di Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu tahun 2005 dan Yudha Fradhina pada sekolah Dharma Bakti Jakarta tahun 2006 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara media massa dengan perilaku seksual remaja. Menurut Jalaludin Rahmad (2000), media cetak seperti majalah, buku stensilan yang memuat gambar yang merangsang yang lazim disebut pornografi atau sering juga di sebut SEM (sexsualitas axplisit materials), dapat menimbulkan imajinasi dan ternyata imajinasi tersebut dua kali lebih merangsang dari pada gambar biasa. Menonton film porno, membaca dan melihat gambar porno bisa sangat menimbulkan hasrat untuk melakukan hubungan seksual. Temuan ini tidak berbeda dengan yang didapatkan PKBI (2001) di Kupang, Palembang, Singkawang, Cirebon dan Tasikmalaya. Jenis-jenis media pornografi yang digunakan oleh responden cukup variatif dari bentuk film, majalah, gambar dan foto porno serta stensilan. Temuan lain dari Yayasan Kusuma Buana (YKB) dan BKKBN (2003) menunjukkan bahwa dikarenakan pembicaraan seks merupakan hak yang tabu, biasanya mereka mencari sendiri informasi tersebut melalui bacaan dan film porno. Pada penelitian ini media porno tersebut sangan mempengaruhi kegiatan seks remaja, seperti temuan penelitian yang dilakukan oleh

95 Unika Atmajaya yang menyatakan bahwa banyak remaja yang melakukan hubungan seks dengan teman sebayanya setelah bersama-sama menonton film porno (Laksmiwati, 1999). Selain itu terungkap juga bahwa rasa ingin tahu remaja perempuan mendorong mereka utnuk mencari informasi seperti bagaimana cara berhubungan seks yang baik, trik merangsang pasangan, namun mereka tidak mendapatkan informasi yang benar, karana hanya mendapatkannya melalui majalah dan buku-buku porno yang keliru bahkan menjerumuskan, remaja justru mengadopsi kebiasaan yang tidak sehat, malah hal tersebut lebih merangsang aktifitas seksual mereka. Mohammad (1998), mengatakan rangsangan untuk melakukan hubungan seksual tidak hanya datang dari teman-teman dan pengaruh hormonal, tetapi dipacu juga oleh paparan media massa yang semakin mengundang rasa ingin tahu remaja untuk bereksperimen dalam aktifitas seksual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media pornografi turut berkontribusi mendorong remaja untuk mencoba aktifitas seksual dini atau saat ada kesempatan. Di sisi lain kemudahan memperoleh media yang berbau pornografi adalah kenyataan yang tidak dapat dielakkan. Melihat kenyataan tersebut, antisipasi harus dilakukan dengan memberi informasi yang benar dan konsisten kepada remaja, sehingga mereka tidak memperolehnya melalui madia massa yang tidak

bertanggung jawab.

96 Akibat menonton film porno selalu menghasilkan berbagai

pengaruh negatif berupa rangsangan seksual yang seringkali tidak terkendali dan mendorong remaja untuk mempraktekkannya (Mandang, Roni, 2002). Akibat yang ditimbulkan dari menonton film porno memang seringkali tidak langsung terjadi begitu saja, tetapi baru dirasakan remaja dikemudian hari. Dampak negatif akibat menonton film porno bagi remaja adalah terjadinya penyimpangan perilaku seksual, mental dan moral remaja pada saat dewasa kelak. Penyimpangan perilaku seksual dapat terjadi dalam bentuk firgit, hiperseks maupun deviasi seksual akibat imajinasi seksual saat menonton film porno (Basudewa, Dewa, 2000).

97 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan Dari hasil penelitian dan analisa yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan responden mengenai kesehatan reproduksi dengan perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,002 2. Ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua tentang masalah kesehatan reproduksi terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000 3. Ada hubungan yang signifikan antara keterpaparan media massa terhadap perilaku seksual remaja di SMA Negeri 1 Tanah Grogot. Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,000

B.

Saran dari hasil kesimpulan yang dikemukakan maka ada beberapa hal yang dapat disarankan : 1. Meningkatkan pengetahuan siswa, khususnya pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi mengenai organ reproduksi, ciri-ciri seks sekunder, penyakit menular seksual dan mengenai aborsi serta

98 perilaku seks yang benar kepada siswa SMA Negeri 1 Tanah Grogot dengan cara memasukkan mata pelajaran mengenai kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum sekolah. 2. Kerjasama pihak dinas pendidikan, sekolah dan lembaga-lembaga yang bergerak dibidang pendidikan kesehatan khususnya kesehatan reproduksi atau seks pranikah untuk memberikan promosi kesehatan secara terintegrasi dengan pendidikan kesehatan reproduksi remaja sesuai keilmuan, moral dan agama. 3. Mengadakan promosi kesehatan dengan tema yang didasarkan pada pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), (problem approach), yakni penyuluhan disertai kesempatan berkonsultasi dengan guru, konsultan psikologi sekolah atau guru agama. 4. Kerjasama pihak sekolah dengan pakar untuk memadukan berbagai disiplin ilmu yang terkaut dalam masalah seks dari berbagai sudut pandang, seperti pakar kesehatan, psikologi, psikiatri dan lainnya. 5. Memberikan pendidikan seks usia dini kepada anak yang dimulai dari lingkungan keluarga. Pendidikan kesehatan reproduksi dan seks bukan hanya menginformasikan mengenai kesehatan reproduksi manusia tetapi juga menanamkan pada remaja bahaya melakukan free sex dan bagaimana cara bergaul yang baik. Sehingga pada akhirnya mereka memiliki kesadarn yang kuat untuk menghindari free sex. sex.

99 6. Meningkatkan IMTAQ siswa dengan cara melakukan kegiatan keagamaan secara rutin atau kegiatan lain sesuai dengan keyakinan masing-masing siswa.

Vous aimerez peut-être aussi