Vous êtes sur la page 1sur 16

1. Mengapa a. Batuk-batuk MEKANISME BATUK Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang ada.

Batuk adalah refleks normal yang melindungi tubuh kita. Refleks batuk terdiri dari 5 komponen utama; y reseptor batuk y serabut saraf aferen y pusat batuk y susunan saraf eferen y efektor Batuk Refleks Batuk Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus. Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hidung, sinus paranasalis, perikardial dan diafragma. Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus Vagus, yang mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari n. Vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma. Oleh serabut aferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di dekat pusat pemapasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen n. Vagus, n. Frenikus, n. Interkostal dan lumbal, n. Trigeminus, n. Fasialis, n. Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini terdiri dari otot-otot laring, trakea, brrmkus, diafragma, otot-otot interkostal dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi. MEKANISME BATUK Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu fase inspirasi, fase kompresi dan fase ekspirasi. Batuk biasanya bermula dari inhalasi sejumlah udara, kemudian glotis akan menutup dan tekanan di dalam paru akan meningkat yang akhirnya diikuti dengan pembukaan glotis secara tiba-tiba dan ekspirasi sejumlah udara dalam kecepatan tertentu. Fase inspirasi dimulai dengan inspirasi singkat dan cepat dari sejumlah besar udara, pada saat ini glotis secara refleks sudah terbuka. Volume udara yang diinspirasi sangat bervariasi jumlahnya, berkisar antara 200 sampai 3500 ml di atas kapasitas residu fungsional. Penelitian lain menyebutkan jumlah udara yang dihisap berkisar antara 50% dari tidal volume sampai 50% dari kapasitas vital. Ada dua manfaat utama dihisapnya sejumlah besar volume ini. Pertama, volume

yang besar akan memperkuat fase ekspirasi nantinya dan dapat menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan lebih kuat. Manfaat kedua, volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga pengeluaran sekret akan lebih mudah. Setelah udara di inspirasi, maka mulailah fase kompresi dimana glotis akan tertutup selama 0,2 detik. Pada masa ini, tekanan di paru dan abdomen akan meningkat sampai 50-100 mmHg. Tertutupnya glotis merupakan ciri khas batuk, yang membedakannya dengan manuver ekspirasi paksa lain karena akan menghasilkan tenaga yang berbeda. Tekanan yang didapatkan bila glotis tertutup adalah 10 sampai 100% lebih besar daripada cara ekspirasi paksa yang lain. Di pihak lain, batuk juga dapat terjadi tanpa penutupan glotis. Kemudian, secara aktif glotis akan terbuka dan berlangsunglah fase ekspirasi. Udara akan keluar dan menggetarkan jaringan saluran napas serta udara yang ada sehingga menimbulkan suara batuk yang kita kenal. Arus udara ekspirasi yang maksimal akan tercapai dalam waktu 30-50 detik setelah glotis terbuka, yang kemudian diikuti dengan arus yang menetap' Kecepatan udara yang dihasilkan dapat mencapai 16.000 sampai 24.000 cm per menit, dan pada fase ini dapat dijumpai pengurangan diameter trakea sampai 80%

Aferen

Pusat batuk

Eferen

Efektor

Sumber : www.kalbe.co.id/ Refleks batuk dapat ditimbulkan oleh: 1. Mekanik stimulasi pada reseptor iritan pada epitel permukaan saluran napas, oleh debu, asap, distorsi saluran napas, fibrosis paru, atelektasis atau massa intrabronkial 2. Proses inflamasi spt post nasal drip, refluks gastro esofageal, laringitis, trakeobronkitis 3. Stimulasi psikogenik Rangsangan psikogenik dapat meningkatkan batuk karena stimulasi mekanis dan inflamasi

b. Sesak napas c. Membiru Sianosis adalah berubahnya warna kulit menjadi kebiruan (terutama di bawah kuku) dan membrane mukosa akibat meningkatnya jumlah Hb tereduksi (deoksigenasi) dalam kapiler (Hb teroksigenasi dalam darah arteri berwarna merah terang, darah vena dengan Hb terdeoksigenasi berwarna merah kebiruan) sianosis sentral akibat oksigenasi Hb yang tidak cukup karena PaO2 yang rendah sianosis perifer akibat darah yang berhenti mengalir dan deoksigenasinya dalam sirkulasi perifer akibat vasokonstriksi perifer seperti pada lingkungan dingin, obstruksi aliran darah, atau curah jantung yang rendah Sumber ; Patofisiologi; Sylvia d. Tidak sadar e. PF : TD 70/40, RR 50x, GCS 10, nadi 140x/menit, akral dingin pucat membiru f. Tindakan : chinlift, prasat heimlich g. Terapi sementara : oksigen 2 liter/menit 2. Sesak napas a. Definisi y Perasaan sulit bernafas dan merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar y Sesak nafas tidak selalu menandakan penyakit, orang normal akan mengalami hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat yang berbeda-beda Sumber ; Patofisiologi; Sylvia b. Etiologi : y Reseptor-reseptor mekanik pada otot-otot pernafasan, paru, dan dinding dada, dalam teori tegangan- panjang, elemen-elemen sensoris, gelondong otot pada khususnya, berperan penting dalam membandingkan tegangan dalam otot dengan derajat elastisitasnya; dispnea terjadi bila tegangan yang ada tidak cukup besar untuk satu panjang otot (volume nafas tercapai) y Kemoreseptor untuk tegangan CO2 dan O2 (PCO2 dan PO2) (teori utangoksigen) y Peningkatan kerja pernafasan yang mengakibatkan sangat meningkatnya rasa sesak nafas y Ketidakseimbangan antara kerja pernafasan dengan kapasitas ventilasi

Sumber ; Patofisiologi; Sylvia Pasien dengan gejala utama dispnea biasanya memiliki satu dari keadaan ini, yaitu ;  Penyakit kardiovaskuler  Emboli paru  Penyakit paru interstitial atau alveolar  Gangguan dinding dada atau otot-otot  Penyakit obstruktif paru  Kecemasan Sumber ; Patofisiologi; Sylvia Obstruksi aliran udara Cairan di jalan nafas Obstruksi aliran darah Gangguan penggerak pernafasan Gangguan di ruang pleura Sumber ; Manual Kedokteran Darurat; Michael Jay Bresler

c. Pathogenesis : Oksigenasi bergantung pada jalan nafas yang bebas, usaha ventilasi yang adekuat untuk memasukkan dan mengeluarkan udara dari paru, dan difusi gas yang adekuat antara alveoli dan darah gangguan pada beberapa parameter ini dapat mengakibatkan kedaruratan pernafasan akut (dispnea) Sumber ; Manual Kedokteran Darurat; Michael Jay Bresler d. Tanda : y Seseorang yang mengalami dispnea sering mengeluh nafasnya menjadi pendek atau merasa tercekik y Gejala objektif : penggunaan otot-otot pernafasan tambahan (SCM, scalenus, trapezius, pectoralis major), perbafasan cuping hidung, tachypnea, dan hiperventilasi (ventilasi yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan pengeluaran CO2 normal PaCO2 < normal/ 40 mmHg) y Skala Dispnea menurut American Thoracic Society : Tingkat 0 Derajat Normal Kriteria Tidak ada kesulitan bernafas kecuali dengan aktivitas berat Terdapat kesulitan bernafas,

Ringan

Sedang

Berat

Sangat berat

nafas pendek-pendek ketika terburu-buru atau ketika berjalan menuju puncak landai Berjalan lebih lambat daripada kebanyakan orang berusia sama karena sulit bernafas atau harus berhenti berjalan untuk bernafas Berhenti berjalan setelah 90 meter (100 yard) untuk bernafs atau setelah berjalan beberapa menit Terlalu sulit untuk bernafas bila meninggalkan rumah atau sulit bernafas ketika mamakai baju atau membuka baju

Sumber ; Patofisiologi; Sylvia 3. Gangguan kesadaran a. Definisi : b. Pemeriksaan Glasgow Coma Scale.Penilaian : * Refleks Membuka Mata (E) 4 : membuka secara spontan 3 : membuka dengan rangsangan suara 2 : membuka dengan rangsangan nyeri 1 : tidak ada respon * Refleks Verbal (V) 5 : orientasi baik 4 : kata baik, kalimat baik, tapi isi percakapan membingungkan 3 : kata-kata baik tapi kalimat tidak baik 2 : kata-kata tidak dapat dimengerti, hanya mengerang 1 : tidak ada respon * Refleks Motorik (M) 6 : melakukan perintah dengan benar 5 : mengenali nyeri lokal tapi tidak melakukan perintah dengan benar 4 : dapat menghindari rangsangan dengan tangan fleksi. 3 : hanya dapat melakukan fleksi 2 : hanya dapat melakukan ekstensi 1 : tidak ada respon

a. Skor 14-15 : compos mentis b. Skor 12-13 : apatis c. Skor 11-12 : somnolent d. Skor 8-10 : stupor e. Skor < 5 : koma Derajat Kesadaran - Sadar : dapat berorientasi dan komunikasi - Somnolens : dapat digugah dengan berbagai stimulasi, bereaksi secara motorik / verbal kemudian terlelap lagi. Gelisah atau tenang. - Stupor : gerakan spontan, menjawab secara refleks terhadap rangsangan nyeri, pendengaran dengan suara keras dan penglihatan kuat. Verbalisasi mungkin terjadi tapi terbatas pada satu atau dua kata saja. Non verbal dengan menggunakan kepala. - Semi Koma : tidak terdapat respon verbal, reaksi rangsangan kasar dan ada yang menghindar (contoh menghindari tusukan). - Koma : tidak bereaksi terhadap stimulus.

4. Sumbatan saluran napas a. Klasifikasi y Sumbatan jalan nafas total bila tidak dikoreksi dalam waktu 5-10 menit dapat menyebabkan asfiksi (kombinasi antara hipoksemia dan hiperkarbi), henti nafas, henti jantung y Sumbatan jalan nafas parsial harus dikoreksi juga karena dapat menyebabkan kerusakan otak, sembab otak, sembab paru, kepayahan, henti nafas dan henti jantung sekunder Sumber : Pertolongan Pada Kasus Gawat Darurat (Bantuan Hidup Lanjut) b. Etiologi Penyebab sumbatan jalan nafas yang sering dijumpai adalah y dasar lidah dan palatum molle sering pada pasien koma otot lidah dan leher lemas sehingga tidak mampu mengangkat dasar lidah dari dinding belakang faring, sering terjadi bila kepala penderita dalam posisi fleksi y darah tumpahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat ditelan atau dibatukkan oleh penderita yang tidak sadar y benda asing lainnya y sumbatan pada jalan nafas bagian bawah bronkospasme, sembab mukosa, sekresi bronkus, masuknya isi lambung atau benda asing ke dalam paru

Sumber : Pertolongan Pada Kasus Gawat Darurat (Bantuan Hidup Lanjut) edema jalan nafas infeksi (difteri), reaksi alergi atau akibat instrumentasi (pemasangan pipa endotrakeal, bronkoskopi) dan trauma tumpul benda asing tumor : kista laring, papiloma laring, karsinoma laring, biasa sumbatan terjadi perlahan-lahan spasme otot laring tetanus, reaksi emosi kelumpuhan otot abductor pita suara (abductor paralysis) trauma bilateral kelainan congenital laryngeal web, fistula trakeoesofagus yang menimbulkan laringotrakeomalasia Sumber : Kedaruratan Medik; Agus Purwadianto dan Budi Sampurna c. Patofisiologi (sesak napas tidak sadar) Terganggunya penyediaan O2 yang adekuat dan pelepasan CO2 dikarenakan : Hipoventilasi hilangnya penggerak usaha bernafas, disebabkan oleh penurunan fungsi neurologis Hipoventilasi akibat adanya obstruksi aliran udara pada jalan nafas atas dan bawah Hipoventilasi akibat penurunan kemampuan paru untuk mengembang Hipoksia akibat penurunan absorbs O2 melalui membrane alveolar-kapiler Hipoksia akibat penurunan darah ke alveoli Hipoksia akibat ketidakmampuan udara mencapai alveolus, biasanya karena terisi oleh air atau debris Hipoksia pada tingkat seluler akibat penurunan aliran darah ke sel jaringan Sumber : Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support Peningkatan PaCO2 merupakan penekan system saraf pusat, tetapi mekanismenya terutama melalui turunnya pH cairan serebrospinal yang terjadi karena peningkatan akut PaCO2. Karena CO2 berdifusi secara bebas dan cepat ke dalam cairan serebrospinal, pH turun secara cepat dan hebat karena hiperkapnia akut. Peningkatan PaCO2 menyebabkan peningkatan bikarbonat serum dan cairan serebrospinal meningkat sebagai kompensasi terhadap asidosis respiratorik . Hal ini menjelaskan bahwa kadar pH yang rendah lebih berkorelasi dengan perubahan status mental dan perubahan klinis lain daripada PaCO2 mutlak Sumber : IPD Jilid I Hal. 168 d. Diagnosis Gejala dan tanda dibagi menjadi 4 stadium (Jackson) :

I. II. III. IV.

Sesak nafas, stridor inspirator, retraksi suprasternal, keadaan umum masih baik Gejala stadium I + retraksi epigastrium, penderita mulai gelisah Gejala stadium II + retraksi supra/infraklavikular, penderita sangat gelisah dan sianotik Gejala stadium III + retraksi intercostals, penderita berusaha sekuat tenaga untuk menghirup udara, lama kelamaan terjadi paralisis pusat pernafasan, penderita menjadi apatik dan akhirnya meninggal

Sumber : Kedaruratan Medik; Agus Purwadianto dan Budi Sampurna y Sumbatan nafas total tidak terdengar suara nafas atau tidak terasa adanya aliran udara lewat hidung atau mulut, terdapat pula tambahan adanya retraksi pada daerah supraklavikula dan sela iga bila penderita masih bisa bernafas spontan dan dada tidak mengembang pada waktu inspirasi, bila dilakukan inflasi paru biasanya mengalami kesulitan walaupun dengan teknik yang benar Sumbatan nafas parsial terdengar aliran udara yang berisik dan kadangkadang disertai retraksi bunyi lengking laringospasme bunyi seperti orang kumur sumbatan oleh benda asing Sumber : Pertolongan Pada Kasus Gawat Darurat (Bantuan Hidup Lanjut) Tanda tanda penderita yang mengalami FBAO : o Tampak kurangnya pertukaran udara dan meningkatnya kesulitan bernafas seperti batuk yang tidak bersuara, sianosis, atau tidak dapat bersuara dan bernafas. o Penderita memegang leher yang menampakkan tanda umum tersedak o Jika penderita ditanya apakah anda tersedak? pasien mengannguk tanpa berbicara sumbatan yang berat o Pada anak dan bayi timbulnya gangguan pernafasan tiba-tiba disertai batuk, tersedak, stidor, dan wheezing Penderita dengan kesadaran menurun mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya gangguan jalan nafas karena : o Selalu akan timbul cairan dan reflex menelan hilang

o Reflex batuk hilang dengan akibat aspirasi dan obstruksi airway. Keadaan ini kerap kali memerlukan jalan nafas definitif Tanda objektif obstruksi jalan nafas o Look : apakah kesadaran penderita berubah (gelisah hipoksia), sianosis (pada kuku, sekitar mulut), penggunaan otot pernafasan tambahan o Listen : pernafasan yang berbunyi obstruksi ngorok (snoring) lidah jatuh ke belakang gurgling darah atau cairan stridor obstruksi parsial faring/ laring o Feel : rasakan pergerakan udaran ekspirasi dan tentukan apakah trakea terletak di garis tengah Teknik menjaga jalan nafas o Chin lift o Jaw thrust o OPA o NPA Jalan nafas definitive ventilasi buatan dengan bantuan O2 o Intubasi oro-trachea o Intubasi naso-trachea o Surgical cricothyroidotomy o Surgical tracheostomy Sumber : Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support

e. Tindakan penanganan jalan nafas terutama ditujukan untuk penderita tidak sadar yang memerlukan tindakan cepat sampai sumbatan teratasi. sambil meminta pertolongan orang lain dengan cara berteriak kita harus teta[ di samping penderita pertama-tama yang kita lakukan pada penderita tidak sadar dan mengalami sumbatan jalan nafas adalah ekstensi kepala meregangkan struktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat dari dinding belakang faring disamping ekstensi kepala, kadang masih diperlukan pendorongan mandubula ke depan untuk membuka mulut karena kemungkinan ada sumbatan pada hidung kombinasi ekstensi kepala, pendorongan mandibula ke depan, dan membuka mulut GERAK JALAN NAFAS TRIPEL (SAFAR)

Ekstensi kepala Pada penderita sadar, sebaiknya penderita ditelentangkan dan muka menghadap ke atas. Kemudian kepala diekstensikan dengan cara leher diangkat ke atas. Hati-hati pada penderita dengan kecelakaan karena kemungkinan adanya patah tulang leher, sehingga mengangkat leher sering tidak dilakukan tangan penolong mengangkat leher korban dan tangan yang lain diletakkan pada dahinya cara ini menyebabkan mulut sedikit terbuka jika mulutnya tertutup dan dagunya terjatuh, maka dagu harus ditopang dengan cara memindahkan tangan yang di bawah leher untuk menopang dagu ke depan, sambil membuka mulutnya sedikit tanpa menekan bagian leher di bawah dagu karena dapat menyebabkan sumbatan kalau penderita mempunyai gigi palsu yang terpasang baik, jangan dilepas, karena gigi palsu dapat mempertahankan bentuk mulut sehingga memudahkan ventilasi buatan. Jika dengan cara mengangkat leher ke atas dan menekan dahi masih saja jalan nafas tidak lancer maka segera mendorong mandibula ke depan dan membuka mulut Hati-hati pada penderita trauma, kepala-leher-dada harus dipertahankan dalam posisi garis lurus, karena ditakutkan menambah cedera pada tulang belakang bila tidak pada posisi tersebut Pada penderita tidak sadar dan masih bisa bernafas spontan di letakkan pada posisi sisi mantap memudahkan pengeluaran benda asing cair dari mulut penderita Jika dicurigai ada benda asing di jalan nafas atas mulut dibuka benda asing dikeliuarkan 3 cara membuka mulut dengan paksa: o Gerak jari menyilang, untuk mandibula yang agak lemas o Gerak jari di belakang gigi geligi, untuk mandibula yang kaku o Gerak angkat mandibula lidah, untuk mandibula yang sangat lemas i. macam2 metode pembebasan jalan napas dan evaluasinya ii. cara mengeluarkan benda asing penderita sadar, aspirasi yang menyebabkan sumbatan parsial disuruh batuk dan meludahkannya tidak sadar (baik total maupun parsial) tindakan efektif Sumber : Pertolongan Pada Kasus Gawat Darurat (Bantuan Hidup Lanjut)

bila disebabkan oleh benda asing (misalnya tersedak makanan) usahakan dikeluarkan segera dengan Heimlich maneuver :  penderita dalam posisi duduk/ berdiri y penolong duduk/ berdiri di belakang penderita y lingkarkan kedua tangan, mengelilingi pinggang penderita y buat kepalan dengan satu tangan, tangan lain mencekap kepalan tersebut dengan ibu jari menghadap perut dan diletakkan di epigastrium y lakukan pendorongan dengan kuat dan cepat kea rah atas y tindakan ini dapat diulang beberapa kali y bila tidak berhasil, coba kait benda asing tersebut dengan jari yang dimasukkan ke dalam laring y bila sulit atau benda asing terletak dalam, penderita dibungkukkan dan dilakukan penepukan kuat di punggung di antara kedua scapula  penderita dalam posisi terlentang y penolong berlutut di atas penderita dengan kedua lutut di samping kiri dan kanan tubuh penderita y satu telapak tangan diletakkan di epigastrium penderita, telapak tangan yang lain di atasnya y lakukan penekanan dengan pangkal telapak tangan dengan kuat dan cepat kea rah atas y tindakan ini dapat diulang beberapa kali y bila penderita muntah, miringkan tubuhnya dan bersihkan mulutnya bila cara-cara di atas gagal, atau bila tidak disebabkan oleh benda asing, siapkan segera bronkoskopi atau trakeostomi terhadap penderita obstruksi jalan nafas stadium I dan II dilakukan tindakan konservatif dengan oksigen, obat bronkodilator (aminofilin) dan anti edema dan pengawasan ketat terhadap gejala yang timbul obstruksi jalan nafas stadium III dan IV memerlukan tindakan intubasi atau trakeostomi segera Sumber : Kedaruratan Medik; Agus Purwadianto dan Budi Sampurna lakukan Heimlich maneuver, sampai benda asing keluar atau penderita jatuh tidak sadar obesitas dan wanita hamil chest thrust hubungi SPGDT lakukan abdominal thrust (pada penderita tidak sadar)

bila benda terlihat lakukan sapuan jari untuk mengeluarkannya Pada anak dan bayi ringan masih bisa batuk dan bersuara jangan lakukan apapun, biarkan penderita membersihkan jalan nafas sendiri dengan batuk, sementara anda mengobservasi tanda-tanda FBAO yang berat berat sama sekali tidak bisa batuk dan bersuara anak; heimlich maneuver sampai benda keluar atau sampai anak jatuh dalam keadaan tidak sadar. Bayi; 5 x back blows diikuti 5 x chest thrust berulang-ulang sampai benda keluar atau sampai penderita jatuh tidak sadar jika tidak sadar CPR obstruksi parsial :  cairan penghisapan/ suction  pangkal lidah yang jatuh ke belakang perbaikan airway manual/ pakai alat  penyempitan laring atau trakea perbaikan airway pada bagian diatal dari sumbatan tracheostomi Sumber : Basic Trauma Life Support & Basic Cardiac Life Support iii. mengapa sudah diberikan oksigen bertambah sesak napas?? Airway If the victim is unresponsive, the rescuer will need to determine whether the victim is breathing adequately. To assess breathing, the victim should be supine (lying on his or her back) with an open airway.
Position the Victim

For resuscitative efforts and evaluation to be effective, the victim must be supine and on a firm, flat surface. If the victim is lying face down, roll the victim as a unit so that the head, shoulders, and torso move simultaneously without twisting. The head and neck should remain in the same plane as the torso, and the body should be moved as a unit. The nonbreathing victim should be supine with the arms alongside the body. The victim is now appropriately positioned for CPR.
Rescuer Position

The trained rescuer should be at the victims side, positioned to perform both rescue breathing and chest compression. The rescuer should anticipate the arrival of an AED, if appropriate, and should be prepared to operate it when it arrives.
Open the Airway

When the victim is unresponsive/unconscious, muscle tone is decreased and the tongue and epiglottis may obstruct the pharynx (Figure 7 ).172 173 174 175 The tongue is the most common cause of airway obstruction in the unresponsive victim. Because the tongue is attached to the

lower jaw, when you move the lower jaw forward you will lift the tongue away from the back of the throat and open the airway. The tongue or the epiglottis,175 or both, may also create an obstruction when negative pressure is created in the airway by spontaneous inspiratory effort; this creates a valve-type mechanism that can occlude the entrance to the trachea.

Figure 7. Obstruction by the tongue and epiglottis. When a victim is unconscious, the tongue and epiglottis can block the upper airway. The head tiltchin lift opens the airway by lifting the tongue and epiglottis.

View larger version (99K): [in this window] [in a new window]

If there is no evidence of head or neck trauma, use the head tiltchin lift maneuver described below (Figure 8 ) to open the airway. Remove any visible foreign material or vomitus from the mouth. Wipe liquids or semiliquids out of the mouth with fingers covered with a glove or piece of cloth. Extract solid material with a hooked index finger while keeping the tongue and jaw supported with the other hand.

Figure 8. Head tiltchin lift. This maneuver lifts the tongue to relieve airway obstruction.

View larger version (119K): [in this window] [in a new window]

Head TiltChin Lift Maneuver

To accomplish the head tilt maneuver, place one hand on the victims forehead and apply firm, backward pressure with your palm, tilting the head back. To complete the head tiltchin lift maneuver, place the fingers of your other hand under the bony part of the lower jaw near the chin. Lift the jaw upward to bring the chin forward and the teeth almost to occlusion (Figure 8 ). This maneuver supports the jaw and helps tilt the head back. Do not press deeply into the soft tissue under the chin, because this might obstruct the airway. Do not use your thumb to lift the chin. Open the victims mouth to facilitate spontaneous breathing and to prepare for mouth-to-mouth breathing. If the victims dentures are loose, head tiltchin lift facilitates creation of a solid mouth-tomouth seal.176 Remove the dentures if they cannot be kept in place.
Jaw-Thrust Maneuver

The jaw-thrust without head tilt maneuver for airway opening should be taught to both lay rescuers and healthcare providers. Place one hand on each side of the victims head, resting your elbows on the surface on which the victim is lying. Grasp the angles of the victims lower jaw and lift with both hands (Figure 9 ). If the lips close, you can retract the lower lip with your thumb. If mouth-to-mouth breathing is necessary while you maintain the jaw thrust, close the victims nostrils by placing your cheek tightly against them. This technique is very effective for opening the airway177 but fatiguing and technically difficult for the rescuer.176

Figure 9. Jaw thrust without head tilt. The jaw is lifted without tilting the head. This is the airway maneuver of choice for a victim suspected of having sustained a cervical spine injury.

View larger version (90K): [in this window] [in a new window]

The jaw-thrust technique without head tilt is the safest initial approach to opening the airway of the victim with suspected neck injury because it usually can be done without extending the neck. Carefully support the head without tilting it backward or turning it from side to side.
Recommendations for Opening the Airway

The recommended technique for opening the airway must be simple, safe, easily learned, and effective. Because head tiltchin lift meets these criteria, it should be the method of

choice for lay rescuers performing BLS, and lay rescuers should use this technique unless trauma is suspected. Although all rescuers are taught both head tiltchin lift and jaw thrust methods of opening the airway, the professional rescuers (BLS ambulance providers and other healthcare providers) should be proficient in both head tiltchin lift and jaw thrust.

Vous aimerez peut-être aussi