Vous êtes sur la page 1sur 4

I. DEFENISI PORNOGRAFI : Dr. H.B.

Jassin : Pornografi adalah setiap tulisan atau gambar yang ditulis atau digambar dengan maksud sengaja untuk merangsang seksual. Pornografi membikin fantasi pembaca menjadi bersayap dan ngelayap ke daerah-daerah kelamin yang menyebabkan syahwat berkobar-kobar. Mohammad Said : Pornografi adalah segala apa saja yang dengan sengaja disajikan dengan maksud untuk merangsang nafsu seks orang banyak Dr. Arief Budiman : Pornografi adalah sesuatu yang berhubungan dengan persoalan-persoalan seksual yang tidak pantas diungkapkan secara terbuka kepada umum Jurisprudensi Mahkamah Agung RI : Sesuatu dikatakan porno jika kebanyakan anggota masyarakat menilai, berdasarkan standar nilai yang berlaku saat itu, materi tadi secara keseluruhan dapat membangkitkan nafsu rendah pembaca Komisi William : Porno harus memenuhi unsur (a) fungsi (b) isi. Fungsinya adalah untuk membangkitkan birahi khalayak, sedangkan isinya berupa penggambaran yang sejelas-jelasnya segala sesuatu mengenai seks, antara lain organ seks, postur, dan aktivitas seksual (Tjipta Lesmana, Pornografi, 1995:109) KUHP : - Kesopanan = Kesusilaan (zeden, eerbaarheid) adalah perasaan malu yang berhubungan dengan nafsu kelamin misalnya bersetubuh, meraba buah dada orang perempuan, meraba tempat kemaluan wanita, memperlihatkan anggota kemaluan wanita atau pria, mencium, dsb. - Tulisan, gambar, atau barang yang melanggar perasaan kesopanan atau perasaan kesusilaan adalah buku yang isinya cabul, gambar atau patung yang bersifat cabul (pornografische afbeeldingen en geschriften), film yang isinya cabul. Sifat cabul tidaknya itu harus ditentukan berdasarkan pada pendapat umum, tiap peristiwa harus ditinjau sendiri-sendiri, amat tergantung pada adat istiadat dalam lingkungan. - Menurut Arrest Hooge Raad pengertian cabul adalah : Kartu pos bergambar orang laki-laki yang memeluk wanita-wanita setengah telanjang Daftar buku yang menyebutkan titel dari buku-buku dalam kata-kata demikian rupa sehingga membangunkan nafsu birahi kelamin Gambar seorang perempuan setengah telanjang, buah dadanya tak tertutup serta kelihatan pentilnya, dalam sikap yang menimbulkan nafsu birahi kelamin KEWI : Yang dimaksud dengan cabul adalah informasi yang secara gamblang memperlihatkan aurat yang bisa menimbulkan nafsu birahi atau mengundang kontroversi publik.

II. PERATURAN TENTANG PORNOGRAFI * KUHP ( KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ) Pasal 281 : Dihukum penjara selama-lamanya dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 4.500 : - Barangsiapa sengaja merusak kesopanan di muka umum - Barangsiapa sengaja merusak kesopanan di muka orang lain, yang hadir dengan tidak kemauan sendiri Pasal 282 : (1) Barangsiapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan berterang-terangan suatu tulisan yang diketahui isinya atau suatu gambar atau barang yang dikenalnya yang melanggar perasaan kesopanan, maupun membuat, membawa masuk, mengirimkan langsung, membawa ke luar atau menyediakan tulisan, gambar atau barang itu untuk disiarkan, dipertontonkan atau ditempelkan sehingga kelihatan oleh orang banyak, ataupun dengan berterang-terangan atau dengan menyiarkan sesuatu surat, ataupun dengan berterang-terangan diminta atau menunjukkan bahwa tulisan, gambar atau barang itu boleh didapat, dihukum penjara selama-lamanya satu tahun empat bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 45.000 (2) Barangsiapa menyiarkan, mempertontonkan atau menempelkan dengan berterang-terangan suatu tulisan, gambar, atau barang yang melanggar perasaan kesopanan, maupun membawa masuk, mengirimkan terus, membawa ke luar atau menyediakan surat, gambar atau barang itu untuk disiarkan, dipertontonkan atau ditempelkan, sehingga kelihatan oleh orang banyak ataupun dengan berterang-terangan atau dengan menyiarkan sesuatu tulisan menawarkan dengan tidak diminta atau menunjukkan bahwa tulisan, gambar atau barang itu boleh didapat, dihukum penjara selama-lamanyasembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 45.000, jika ia ada alasan yang sungguh-sungguh untuk menduga, bahwa tulisan, gambar, atau barang itu melanggar perasaan kesopanan Pasal 532 : Dengan hukuman kurungan selam-lamanya tiga hari atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 225, dihukum : - Barang siapa di muka umum menyajikan lagu-lagu yang melanggar perasaan kesopanan - Barang siapa di muka umum berpidato yang melanggar perasaan kesopanan - Barang siapa di tempat yang dapat kelihatan dari jalan umum, mengadakan tulisan atau gambar yang melanggar perasaan kesopana Pasal 533 :

Dengan hukuman kurungan selam-lamanya dua bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 3.000, dihukum : - Barang siapa pada tempat yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum, mempertunjukkan atau menempelkan sesuatu tulisan yang namanya (kepalanya), sampilnya (kulitnya) atau isinya yang terbaca itu dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda, ataupun mempertunjukkan atau menempelkan sesuatu gambar atau benda yang dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda - Barang siapa pada tempat yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum memperdengarkan isi tulisan yang dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda - Barang siapa dengan terang-terangan atau tidak dengan diminta menawarkan sesuatu tulisan, gambar atau benda yang dapat menimbulkan nafsu birahi anak-anak muda atau dengan terangterangan atau dengan menyiarkan tulisan tidak dengan diminta menunjukkan bahwa tulisan, gambar atau benda itu dapat diperoleh - Barang siapa menawarkan, memberikan buat selama-lamanya atau buiat sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan sesuatu tulisan, gambar atau benda demikian kepada seorang yang belum dewasa di bawah umum 17 tahun - Barang siapa memperdengarkan iosi tulisan demikian di muka seorang yang belum dewasa di bawah umum 17 tahun (R. Soesilo, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, 1974) * Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers : Pasal 5 ayat (1) : Pers Nasional berkewajiban memberitahukan peristiwa dan opini dengan menghormati normanorma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga tak bersalah. Pasal 13 huruf a : Perusahaan Pers dilarang memuat iklan yang berakibat merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan masyarakat Pasal 18 ayat (2) : Perusahaan pers yang melanggar ketentuan Pasal 5 ayat (1) dan (2), serta Pasal 13 dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah). * Kode Etik Wartawan Indonesia : Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi yang bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul, serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila. (Departemen Penerangan, UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, 1999:25)

* Kode Etik Jurnalistik :

Pasal 3 : Wartawan Indonesia tidak menyiarkan berita, tulisan, atau gambar yang menyesatkan, memutarbalikkan fakta, bersifat fitnah, cabul, sadis, dan sensasi berlebihan. * Dewan Pers : - Secara prinsip pornografi tidak masuk dalam kategori pers. Pers menyebarkan informasi yang berkaitan dengan wilayah kepentingan publik , sedangkan pornografi terkait dengan wilayah privat (personal). - Mengusulkan ditetapkan aturan menyangkut distribusi (UU Distribusi) media hiburan yang dikategorikan untuk bacaan orang dewasa - Media hiburan yang menampilkan foto dan artikel seronok diatur distribusinya dan hanya dijual di tempat-tempat tertentu yang tidak mudah dijangkau anak-anak. Di samping itu dalam pendistribusiannya, media tersebut juga wajib menutup sampul yang seronok agar tidak tampak terlalu mencolok. (Lukas Luwarso dan Solahudin, Menghindari Jerat Hukum, 2003 : 48-49) Majelis Ulama Indonesia (MUI) : Mengeluarkan taushiyah (pernyataan) (19 Februari 2002) yang isinya menyatakan keprihatinan atas merajalelanya berbagai bentuk kemungkaran, antara lain penayangan / pemuatan pornografi di media massa, yang menurut MUI semakin merusak akhlak bangsa dan pada giliran berikutnya dapat membawa bangsa ke ambang kehancuran. MUI mengecam keras penayangan gambar, visual, program, dan berita porno di media massa, baik cetak maupun elektronik, dan mendesak media massa untuk menghentikan penayangan / pemuatan pornografi tersebut. (Dewan Pers dan Lembaga Informasi Nasional, Delik Pers Dalam Hukum Pidana, 2002 : 25-26)

Vous aimerez peut-être aussi