Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Sumber, Cirebon Telp / Fax 0231 321007 2008 BAB II LANDASAN TEORITIS
Bronkitis pada Anak 1. Pengertian Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditanda oleh inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang peran. (Ngastiyah, 1997)
Bronkitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi saluran peranpasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas lain seperti Sinobronkitis, Laringotrakeobronkitis, Bronkitis pada asma dan sebagainya (Gunadi Santoso, 1994)
masih diliputi kontroversi dan ketidakjelasan di antara ahli klinik dan peneliti. Bronkitis merupakan diagnosa yang sering
ditegakkan pada anak baik di Indonesia maupun di luar negeri, walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak selalu sama. (Taussig, 1982; Rahayu, 1984)
Kesimpangsiuran
definisi
bronkitis
pada
anak
bertambah
karena kurangnya konsesus mengenai hal ini. Tetapi keadaan ini sukar dielakkan karena data hasil penyelidikan tentang hal ini masih sangat kurang.
2. Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan Pernapasan adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen ke dalam tubuh serta menghembuskan udara yang banyak mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Fungsi dari sistem pernapasan adalah untuk mengambil O2 yang kemudian dibawa oleh darah ke seluruh tubuh untuk mengadakan pembakaran, mengeluarkan CO2 hasil dari metabolisme.
a. Hidung Merupakan saluran udara yang pertama yang mempunyai dua lubang dipisahkan oleh sekat septum nasi. Di dalamnya
terdapat bulu-bulu untuk menyaring udara, debu dan kotoran. Selain itu terdapat juga konka nasalis inferior, konka nasalis posterior dan konka nasalis media yang berfungsi untuk mengahangatkan udara. b. Faring Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan. Terdapat di bawah dasar pernapasan, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Di bawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga di beberapa tempat terdapat folikel getah bening.
c. Laring Merupakan saluran udara dan bertindak sebelum sebagai pembentuk suara. Terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya. Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian epiglottis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis.
d. Trakea Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 20 cincin yang terdiri dari tulang rawan yang berbentuk seperti tapal kuda yang berfungsi untuk mempertahankan jalan
napas agar tetap terbuka. Sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia, yang berfungsi untuk mengeluarkan benda asing yang masuk bersama-sama dengan udara pernapasan.
e. Bronkus Merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra thorakalis IV dan V. mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus kanan lebih besar dan lebih pendek daripada bronkus kiri, terdiri dari 6 8 cincin dan mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri terdiri dari 9 12 cincin dan mempunyai 2 cabang. Cabang bronkus yang lebih kecil dinamakan bronkiolus, disini terdapat cincin dan terdapat gelembung paru yang disebut alveolli.
f. Paru-paru Merupakan alat tubuh yang sebagian besar dari terdiri dari gelembung-gelembung. Di sinilah tempat terjadinya
pertukaran gas, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.
3. Klasifkasi
a. Bronkitis Akut Bronkitis akut pada bayi dan anak biasanya juga bersama dengan trakeitis, merupakan penyakit saluran napas akut (ISNA) yang sering dijumpai. b. Bronkitis Kronik dan atau Batuk Berulang Bronkitis Kronik dan atau berulang adalah kedaan klinis yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan gejala batuk yang berlangsung sekurang-kurangnya selama 2 minggu berturut-turut dan atau berulang paling sedikit 3 kali dalam 3 bulan dengan atau tanpa disertai gejala respiratorik dan non respiratorik lainnya (KONIKA, 1981). Dengan memakai batasan ini maka secara jelas terlihat bahwa Bronkitis Kronik termasuk dalam kelompok BKB tersebut. Dalam keadaan kurangnya data penyelidikan mengenai Bronkitis Kronik pada anak maka untuk menegakkan diagnosa Bronkitis Kronik baru dapat ditegakkan setelah
4. Etiologi Penyebab utama penyakit Bronkitis Akut adalah adalah virus. Sebagai contoh Rhinovirus Sincytial Virus (RSV), Infulenza Virus, Para-influenza Virus, Adenovirus dan Coxsakie Virus. Bronkitis
Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak. Di lingkungan sosio-ekonomi yang baik jarang terdapat infeksi sekunder oleh bakteri. Alergi, cuaca, polusi udara dan infeksi saluran napas atas dapat memudahkan terjadinya bronkitis akut. Sedangkan pada Bronkitis Kronik dan Batuk Berulang adalah sebagai berikut:
a.
Spesifik 1) 2) Asma Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis). 3) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur 4) Penyakit paru yang telah ada misalnya
bronkietaksis. 5) 6) 7) 8) Sindrom aspirasi. Penekanan pada saluran napas Benda asing Kelainan jantung bawaan
9)
10) Defisiensi imunologis 11) Kekurangan anfa-1-antitripsin 12) Fibrosis kistik 13) Psikis
5. Patofisiologi Virus (penyebab tersering infeksi) - Masuk saluran pernapasan Sel mukosa dan sel silia Berlanjut Masuk saluran -
pernapasan(lanjutan)
Menginfeksi
saluran
pernapasan
Bronkitis - Mukosa membengkak dan menghasilkan lendir - Pilek 3 4 hari - Batuk (mula-mula kering kemudian berdahak) - Riak jernih - Purulent - Encer - Hilang - Batuk - Keluar - Suara ronchi basah atau suara napas kasar - Nyeri subsernal - Sesak napas Jika tidak hilang setelah tiga minggu - Kolaps paru segmental atau infeksi paru sekunder (pertahanan utama) (Sumber : dr.Rusepno Hasan, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak, 1981)
6. Tanda dan gejala Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu:
a) b) c) d)
Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis Pada paru didapatkan suara napas yang kasar
Menurut
Ngastiyah
(1997),
yang
perlu
diperhatikan
adalah akibat batuk yang lama, yaitu : Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan klien murang istirahat e) f) g) h) Daya tahan tubuh klien yang menurun Anoreksia sehingga berat badan klien sukar naik Kesenangan anak untuk bermain terganggu Konsentrasi belajar anak menurun
7. Komplikasi a) Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik
b)
Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia
c) d)
Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis
8. Pemeriksaan Penunjang a) Foto Thorax: Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia b) Laboratorium: Leukosit > 17.500.
9. Penatalaksanaan a. Tindakan Perawatan Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lender, caranya: 1) 2) 3) 4) 5) Sering mengubah posisi Banyak minum Inhalasi Nebulizer Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain
b. Tindakan Medis 1) 2) 3) 4) Jangan beri obat antihistamin berlebih Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial Dapat diberi efedrin 0,5 1 mg/KgBB tiga kali sehari Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
10. Pencegahan a. Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah. b. Membatasi aktivitas anak c. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya d. Hindari makanan yang merangsang e. Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat f. Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan g. Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi
a. Pengkajian Hal-hal yang perlu dikaji pada anak dengan Bronkhitis adalah sebagai berikut:
1. Riwayat kesehatan yang lalu: a) Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya. b) Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan. c) Kaji riwayat pekerjaan pasien.
2. Aktivitas a) Ketidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas. b) Adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan
3. Pernapasan a) Dipsnea pada saat istirahat atau respon terhadap aktivitas atau latihan.
b) Napas memburuk ketika pasien berbaring terlentang ditempat tidur. c) Menggunakan obat bantu pernapasan, misalnya: meninggikan bahu, melebarkan hidung. d) Adanya bunyi napas mengi. e) Adanya batuk berulang.
4. Sirkulasi a) Adanya peningkatan tekanan darah. b) Adanya peningkatan frekuensi jantung. c) Warna kulit atau membran mukosa normal/ abu-abu/ sianosis. d) Kemerahan atau berkeringat.
6. Asupan nutrisi a) Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernapasan. b) Penurunan berat badan karena anoreksia.
b) Susah bicara atau bicara terbata-bata. c) Adanya ketergantungan pada orang lain.
Diagnosa 1: Tak efektif bersihan jalan nafas b/d bronkospasme. Hasil yang diharapkan: mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi bersih dan jelas.
1. INTERVENSI RASIONAL a) Mandiri 1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, ex: mengi 2. Kaji / pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi / ekspirasi. 3. Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distress
pernafasan, penggunaan obat bantu. 4. Tempatkan posisi yang nyaman pada pasien, contoh : meninggikan kepala tempat tidur, duduk pada sandara tempat tidur 5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, contoh: debu, asap dll 6. Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/ hari 7. sesuai toleransi jantung, memberikan air hangat.
2. Beberapa
derajat
spasme
bronkus
terjadi
dengan
penggunaan
menurunkan
Hasil yang diharapkan : menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
1. INTERVENSI RASIONALISASI a) Mandiri 1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kerusakan makanan. 2. Sering lakukan perawatan oral, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai. Kolaborasi 3. Berikan indikasi. 4. Pasien distress pernafasan akut sering anoreksia karena dipsnea. 5. Rasa tak enak, bau menurunkan nafsu makan dan dapat menyebabkan kesulitan nafas. 6. Menurunkan dipsnea dan meningkatkan energi untuk makan, meningkatkan masukan. mual/muntah dengan peningkatan oksigen tambahan selama makan sesuai
Diagnosa 3 : Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (spasme bronkus) Hasil yang diharapkan ; perbaikan ventilasi dan oksigen jaringan edukuat.
1. INTERVENSI RASIONALISASI a) Mandiri 1. Kaji/awasi secara rutin kulit dan membrane mukosa. 2. Palpasi fremitus 3. Awasi tanda vital dan irama jantung
b) Kolaborasi 1. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan indikasi hasil AGDA dan toleransi pasien. 2. Sianosis mungkin perifer atau sentral keabu-abuan dan sianosis sentral mengindikasi kan beratnya
Diognasa 4: Risiko tinggi terhadap infeksi b/d tidak adekuat imunitas. Hasil yang diharapkan :
b) Kolaborasi 1. Dapatkan pengisapan 2. Untuk pewarnaan gram,kultur/sensitifitas. 3. Demam dehidrasi. 4. Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi 5. untuk mengidentifikasi organisme penyabab dan dapat terjadi karena infeksi dan atau specimen sputum dengan batuk atau
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta: AGC.
Crompton, G. (1980) Diagnosis and Management of Respiratory Disease, Blacwell Scientific Publication.
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC.
Guyton & Hall (1997) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC.
Hudak & Gallo (1997) Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume 1, Jakarta: EGC.
Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi: Konsep Klinis Prosesproses Penyakit, Jakarta: EGC.
Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. (1999) Keperawatan Medikal Bedah, Buku Satu, Jakarta : Salemba Medika.