Vous êtes sur la page 1sur 98

Persembahan Istimewa

Untuk mereka yang telah padam keimanan dalam hati mereka


Berbahagialah kini saatnya untuk berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya.

Bersamaan dengan perjalanan yang membawa berkah ini kami katakan:


Berikanlah air mata penyesalan dan permohonan maaf di waktu malam
Ikutilah para sahabat yang mengetuk pintu surga..
Kejarlah kereta api orang-orang saleh sebelum kamu terlambat
Bersegeralah selama ada harapan, dan Tuhanmu pasti akan mengampuni
segala kesalahan.
Surga senantiasa memanggil orang-orang yang enggan diantara kamu tanpa
jemu, apakah kalian memahaminya
Daftar Isi

1. Daftar Isi
1. Pendahuluan
2. Hadits ke 1 Keikhlasan dan Niat
3. Hadits ke 2 Islam, Iman dan Ihsan
4. Hadits ke 3 Rukun-rukun Islam
5. Hadits ke 4 Segala amal itu tergantung akhirnya
6. Hadits ke 5 Kemungkaran dan Bid’ah
7. Hadits ke 6 Halal dan Haram
8. Hadits ke 7 Agama itu Nasehat
9. Hadits ke 8 Kesucian seorang Muslim
10.Hadits ke 9 Pembebanan itu sesuai dengan kemampuan
11.Hadits ke 10 Berdoa dan Makan Makanan Halal
12.Hadits ke 11 Wara’ dan meninggalkan perkara Syubhat
13.Hadits ke 12 Meninggalkan urusan yang tidak penting
14.Hadits ke 13 Cinta Kebaikan
15.Hadits ke 14 Kapan darah muslim itu halal
16.Hadits ke 15 Kemuliaan dan Diam
17.Hadits ke 16 Melarang marah
18.Hadits ke 17 Lemah lembut dan berbuat baik
19.Hadits ke 18 Takwa dan Akhlak Baik
20.Hadits ke 19 Perhatian dan Penjagaan Allah
21.Hadits ke 20 Rasa malu dan iman
22.Hadits ke 21 Iman dan Istiqamah
23.Hadits ke 22 Jalan menuju surga
24.Hadits ke 23 Sarana menuju kebaikan
25.Hadits ke 24 larangan berbuat dzolim
26.Hadits ke 25 Keutamaan berdzikir
27.Hadits ke 26 Diantara jalan menuju kebaikan
28.Hadits ke 27 Kebaikan dan dosa
29.Hadits ke 28 berpegang pada sunnah dan menjauhi bid’ah
30.Hadits ke 29 Jalan menuju Surga
31.Hadits ke 30 Hak-hak dan hukum-hukum Allah
32.Hadits ke 31 Keutamaan Zuhud
33.Hadits ke 32 Tidak mencelakakan dan merugikan orang lain
34.Hadits ke 33 Bukti dan Sumpah
35.Hadits ke 34 Merubah kemungkaran
36.Hadits ke 35 Sopan-santun
37.Hadits ke 36 Amal kebaikan dan pahalanya
38.Hadits ke 37 Kemuliaan Allah
39.Hadits ke 38 Kemurkaan dan Keridhaan Allah
40.Hadits ke 39 suatu yang tidak ada dosa
41.Hadits ke 40 Harapan pendek
42.Hadits ke 41 Nafsu orang mu’min
43.Hadits ke 42 Kemaafan Allah
Dengan Menyebut Asma Allah
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

Pendahuluan

Segala puji bagi Allah, kepada-Nyalah kami memuji, memohon pertolongan


dan ampunan. Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan
amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberikan petunjuk Allah, niscaya Allah
tidak akan menyesatkannya. Dan barang siapa yang tersesat maka sekali-kali tidak
akan ada pentunjuk baginya. Aku bersaksi bahwasanya tiada Tuhan selain Allah, tidak
ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-
Nya.

Buku “Al-arba’iin an-nawawiyyah” dan uraiannya karangan Imam An-


Nawawy ini adalah diantara buku karangan yang paling bagus, bermanfaat dan buku
paling ringkas dalam bidangnya. Buku 40 hadits ini mempunyai keistimewaan yang
tidak ada duanya. Buku tersebut adalah buku edukasi nomor satu. Meskipun
bentuknya mini namun dianggap sebagai bekal bagi para pendakwah. Ia ibarat
simpanan bagi manusia awam dan lentera bagi orang-orang yang mendapatkan
hidayah.

Inilah yang membuat buku kumpulan tersebut memperoleh tempat mulia di


antara para ulama. Mereka menyambutnya dengan cara membuat penjelasan, ulasan
dan mengajarkannya dalam halaqah (majelis ta’lim) mereka serta menganjurkan
murid-muridnya untuk menghafalnya. Hal itu karena dua alasan :
Pertama : Hadits-hadits yang terkumpul dalam 40 hadits tersebut
mengandung petunjuk-petunjuk nabawi yang tinggi nilainya untuk mengasah dan
mengangkat tinggi derajat jiwa. Melahirkan dorongan kuat bagi jiwa untuk memiliki
sifat beribadah dan untuk mencapai kebahagiaan dan kebaikan.
Kedua : Kedudukan ilmiah yang tinggi yang diperoleh pengarang buku dan
uraiannya ini karena luasnya ilmu dan pemahamannya.

Ditambah lagi setelah itu, buku tersebut diedit dan disusun secara bagus oleh
mendiang pengarangnya. Kami tidak perlu membeberkan secara panjang lebar
mengenai biodata pengarang buku ini dan keintelektualannya. Beliau adalah seorang
yang terkenal diantara para intelektual islam dan murid-muridnya.

Saya telah berusaha sekuat tenaga mengedit teks buku ini dan memberikan
keterangan tentangnya, dengan harapan semoga Allah SWT menerima usaha saya ini
dan menjadikannya neraca kebaikan saya.

Semoga Allah membalas usaha saudara-saudara saya yang telah berandil


menerbitkan buku ini dalam bentuk seperti ini. Sesungguhnya Allah SWT Maha
Memberi dan Maha Mulia.
Dan sholawat dan salam tetap ke atas junjungan kita Nabi Muhammad SAW,
ahli baitnya dan para sahabatnya.

Ali bin Ibrahim bin Mushthafa


Sekapur Sirih Imam Nawawy

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam, Pendiri langit dan bumi, Pencipta
seluruh makhluk, Pengutus para rasul bagi seluruh umat manusia untuk memberikan
petunjuk kepada mereka, menjelaskan hukum-hukum agama dengan dalil-dalil yang
kuat dan bukti-bukti yang jelas.

Puji syukur atas segala nikmat-Nya dan aku senantiasa memohon nikmat dan
kemuliaannya. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang patut disembah melainkan
Allah, Dzat Yang Maha Tunggal dan Maha Berkuasa, Maha Mulia lagi Maha
Pengampun. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah seorang
hamba, rasul dan kekasih Allah. Beliau adalah makhluk yang paling mulia. Yang
dimuliakan oleh Al Qur’an, mukjizat abadi sepanjang masa dan dielu-elukan oleh
sunnah-sunnah yang menjadi penerang bagi orang-orang yang meminta petunjuk.
Seorang nabi yang diberikan keistimewaan dengan kata-kata yang luas dan agama
yang toleran.

Sholawat dan salam tetap ke atas Nabi Muhammad dan seluruh nabi dan rasul,
ahli bait dan seluruh orang-orang saleh.

Kami riwayatkan dari Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’ud, Mu’adz bin
Jabal, Abi Darda’, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Abu Said
Al-Khudry ra, melalui berbagai jalan dengan riwayat-riwayat yang berbeda-beda,
bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
ِ‫مَ ْن حَفِ ظَ عَل َى ُأمّتِي أَ ْرَبعِيْ َن َحدِيْثًا مِ نْ َأ ْمرِ ِديِْنهَا َبعَثَ هُ الُ َيوْ َم اْلقِيَا َم ِة فِي ُز ْمرَ ِة اْلفُ َقهَاء‬
.ِ‫وَاْلعُلَمَاء‬
“Barang siapa diantara umatku hafal 40 hadits mengenai urusan agamanya,
maka Allah akan membangkitkannya pada hari kiamat nanti termasuk kumpulan para
ahli-ahli fiqih dan ulama”. 1

Dalam riwayat lain :


.‫ل َفقِ ْيهًا عَالِمًا‬
ُ ‫َبعَثَهُ ا‬
“Allah bangkitkan ia menjadi seorang yang faqih dan berilmu”

Dalam riwayat Abu Darda’:


‫ت َل ُه َيوْمَ اْلقِيَا َم ِة شَا ِفعًا َوشَهِ ْيدًا‬
ُ ْ‫وَكُن‬
“Dan aku pada hari kiamat akan menjadi penolong dan saksi baginya”

Dalam riwayat Ibnu Mas’ud ra :


ِ‫ ُأ ْدخُ ْل ِمنْ أَيْ أْبَوَابِ الْجَّنة‬: ُ‫قِ ْي َل َله‬
“Dikatakan kepadanya : “Masuklah kamu dari pintu surga manapun kamu
1
Ditakhrij oleh Ibnu Habban dalam kitab al-Majruhin (1/124) dan Ibn Uday dalam al-Kamil (1/330)
dari hadtis Ibn Abbas dan lihat ‘Ilalud daruquthni (6/33) dan “Talkhishul habir” karangan Ibn Hajar
(3/93).
suka”.
Dalam riwayat Ibnu Umar :
ِ‫ش َهدَاء‬
ّ ‫شرَ فِي ُز ْم َرةِ ال‬
ِ ‫ب فِي ُز ْم َرةِ اْلعُلَمَا ِء وَ ُح‬
َ ِ‫كُت‬
“Maka ia akan dijadikan termasuk dalam kumpulan para ulama dan
dikumpulkan bersama para syuhada’”.

Para ahlu hadits sepakat bahwa itu adalah hadits lemah meskipun thuruq (jalan
perawian)nya banyak.

Dalam hal ini para ulama telah mengarang buku yang tidak terhitung
jumlahnya. Tulisan pertama yang saya kenal adalah tulisan Abdullah bin Mubarak,
lalu Muhammad bin Aslam at-Thausy al-Alim ar-Rabbani, kemudian Hasan bin
Sufyan an-Nasaai, Abu Bakar al-Ajiri, Abu Bakar Muhammad bin Ibrahim al-
Ashfihani, Daruquthni, al-Hakim, Abu Nu’aiem, Abu Abdur rahman as-Salma, Abu
Sa’id al-Malini, Abu Utsman as-Shabuuni, Abdullah bin Muhammad al-Anshari, Abu
Bakar al-Baihaqi, dan ulama-ulama lain yang tidak terhitung jumlahnya baik itu dulu
maupun sekarang. Dan saya telah memohon petunjuk kepada Allah dalam
mengumpulkan 40 hadits dengan mengikuti jejak para ulama dan ahli hadits. Para
ulama telah bersepakat membolehkan penggunaan hadits dhaif (lemah) tentang
keutamaan suatu amal perbuatan.1

Namun demikian saya tidak berpegang pada hadits dhaif tersebut tetapi pada
sabda Rasulullah dalam hadits-hadits shahihnya :
َ‫لِيُبَلّ ِغ الشّا ِهدُ مِ ْن ُكمُ اْلغَائِب‬
“Agar diantara kamu menjadi saksi bagi yang tidak hadir”.(HR Bukhari dan
Muslim). 2
Dan sabda Rasulullah :
‫ضرَ ال ّلهُ ا ْم َرأً سَ ِم َع مَقَالَتِي َفوَعَاهَا َفأَدَاهَا كَمَا سَ ِم َعهَا‬
ّ َ‫ن‬
“Allah pasti akan membaguskan wajah seseorang yang mendengar ucapanku,
lalu memahaminya dan melaksanakan sesuai dengan apa yang ia dengar”. (HR :
Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Diantara para ulama ada yang mengumpulkan 40 hadits dalam inti agama,
sebagian ada yang mengumpulkannya dalam masalah-masalah furu’, yang lain dalam
bab Jihad, ada yang mengumpulkannya dalam bab Zuhud, yang lain
mengumpulkannya dalam bab Adab dan sebagian lain mengumpulkannya dalam bab
khitobah. Kesemuanya merupakan tujuan-tujuan yang benar. Dan semoga diridhai
oleh Allah.
Saya memandang bahwa mengumpulkan 40 hadits itu sangatlah penting.
Karena 40 hadits tersebut mengandung masalah-masalah diatas tadi. Setiap hadits dari
40 hadits tersebut merupakan salah satu pondasi penting agama yang telah dilukiskan
oleh para ulama bahwa poros Islam ada pada kumpulan hadits tersebut bahkan ke 40
11
Imam Nawawi tidak menyebutkan perbedaan jelas mengenai boleh tidaknya menggunakan hadits
dhaif (lemah), namun Ibnu Mu’in, Bukhari, Muslim dan Abu Bakar bin al-Arabi berpendapat bahwa
tidak boleh menggunakan hadits dhaif sebagai dalil. Lihat “Qawaa’idul hadits” karangan al ‘Alamah
al-Qasimi.
2
Hadits Shahih : Ditakhrij oleh Bukhari dalam Bab Haji (1741 Fathul Bari) dan Muslim dalam Bab
Pembagian Rampasan (1769 Abdul Baqi) dari hadits Abu Bukra r.a.
hadits tersebut dianggap sebagai separuh ajaran agama Islam, atau sepertiganya.
Kemudian dalam kumpulan 40 hadits ini, saya komitmen agar kesemuanya adalah
hadits-hadits yang shahih dan kebanyakan termaktub dalam Shahih Bukhari dan
Muslim. Saya menuliskan dengan membuang beberapa sanad hadits untuk
mempermudah penghafalannya dan semoga membawa manfaat. Lalu saya lanjutkan
dengan bab mengenai penjelasan kata-kata yang samar. Ada baiknya bagi orang yang
mengharap kebahagiaan akhirat untuk memahami 40 hadits tersebut karena
mengandung berbagai hal penting dan mencakup peringatan kepada segala bentuk
ketaatan. Kesemua ini jelas bagi orang yang mau merenunginya. Kepada Allah-lah
tempat aku bergantung, berserah diri dan bersandar. Segala puji syukur dan nikmat
untuk-Nya serta kepada Allah-lah saya memohon taufik dan ampunan.
Hadits ke 1
Keikhlasan dan Niat

ِ‫خطّا بِ رَضِي اللّهم َعنْه قال سَ ِم ْعتُ رَ سُولَ اللّ ه‬


َ ْ‫عَ نْ َأ ِميْ ِر الْ ُم ْؤمِِنيْ نَ َأبِي َحفْص عُ َم َر بْ َن ال‬
ْ‫ فَمَ ن‬,‫ئ مَا نَوَى‬
ٍ ِ‫ت َوإِنّمَا لِ ُكلّ ا ْمر‬
ِ ‫ ِإنّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنّيّا‬:ُ‫صلّى اللّ هم عََليْ هِ وَ سَلّ َم َيقُول‬
َ
‫ج َرتُ هُ ل ُدنْيَا‬
ْ ِ‫ت ه‬
ْ َ‫ج َرتُ ُه إِلَى اللّ هِ وَرَ سُولِ ِه َومَ نْ كَان‬
ْ ِ‫ج َرتُ ُه ِإلَى اللّ هِ وَرَ سُولِ ِه َفه‬
ْ ِ‫ت ه‬
ْ َ‫كَان‬
. ِ‫ج َرُتهُ ِإلَى مَا هَا َجرَ ِإلَ ْيه‬
ْ ِ‫حهَا َفه‬
ُ ِ‫يُصِيُبهَا َأوْ ِإلَى ا ْم َرَأةٍ يَ ْنك‬
"Dari Amirul mukminin Abi Hafs Umar bin Khatab, beliau berkata : Aku
mendengar Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung
pada niatnya, dan sesungguhnya setiap orang memperoleh balasan atas apa yang ia
niatkan. Barangsiapa hijrahnya semata-mata kepada Allah dan rasul-Nya, maka
hijrahnya itu benar-benar kepada Allah dan rasul-Nya. Barang siapa hijrahnya
hanya demi dunia yang ia harapkan ataupun karena seorang wanita yang ingin ia
nikahi maka hijrahnya hanya memperoleh apa yang ia ingini”.

Diriwayatkan oleh dua imam ahli Hadits, Abu Abdillah Muhammad bin Ismail
bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Bukhari al-Ja’fy, dan Abul husain
Muslim bin al-Hujjaj bin Muslim al-Qusyairiy an-Naisabury dalam Shahihnya yang
merupakan buku karangan yang paling otentik.1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Hadits diatas menunjukkan bahwa niat adalah ukuran untuk meluruskan amal
perbuatan. Apabila niat itu benar maka amal perbuatannya juga benar, dan jika niat
rusak maka amal perbuatannya juga rusak. Apabila ada perbuatan disertai dengan niat
maka ada tiga keadaan:
Pertama : Orang itu akan melakukan perbuatan karena takut kepada Allah Ta’ala dan
ini dinamakan ibadah seorang hamba.
Kedua : Orang itu akan melakukan perbuatan karena mengharapkan surga dan pahala
dan ini dinamakan ibadah jual-beli.
Ketiga : Orang itu melakukan perbuatan karena malu kepada Allah dan untuk
menunaikan hak Allah dan mengungkapkan rasa syukur. Saat itu ia memandang
dirinya adalah seorang yang lemah, dan hatinya merasa was-was, tidak tahu apakah
perbuatannya diterima atau tidak dan ini yang dinamakan ibadah orang-orang yang
merdeka. Inilah yang dinyatakan oleh Rasulullah ketika ‘Aisyah bertanya kepada
Rasulullah saat beliau melihat Rasulullah melakukan sholat malam sampai kedua
mata kakinya berbekas hitam : “Wahai Rasulullah, masihkan engkau merasa terbebani
oleh dosa padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa engkau yang akan datang
maupun yang telah lampau?”, Rasulullah menjawab:
‫أَفَلَا أَكُونُ عَبْدًا َشكُورًا‬
“Bukankah aku menjadi seorang hamba yang syukur?”.(HR Bukhari dan
Muslim) 2
1
Ditakhrij oleh Bukhari (1) dan Muslim (1907).
2
Ditakhrij oleh Bukhari (4837) dan Muslim (2820) dari hadits ‘Aisyah r.a.
Apabila dikatakan : “Manakah yang lebih afdhal, ibadah disertai dengan rasa
takut ataukah pengharapan?”

Jawabannya : Menurut Imam Ghazali Ibadah disertai pengharapan adalah


lebih mulia, karena pengharapan mendatangkan rasa kasih sayang sedangkan rasa
takut mendatangkan rasa putus asa. Dan tiga kelompok ini ada pada orang-orang yang
ikhlas.

Ketahuilah bahwa keikhlasan bisa tercemari oleh penyakit bangga diri. Maka
barang siapa bangga dengan perbuatannya, maka amal perbuatannya sia-sia, demikian
juga bagi orang yang sombong maka amal perbuatannya juga sia-sia.

Keadaan kedua : seseorang melakukan sesuatu perbuatan untuk mengharap


kehidupan dunia dan akhirat. Beberapa ahli ilmu berpendapat bahwa perbuatannya
tidak diterima dengan mengambil dalil sabda Rasulullah dalam hadits Qudsy :
‫شرْ ِك َمنْ عَ ِملَ َعمَلًا أَ ْشرَ َك فِيهِ غَ ْيرِي‬
ّ ‫شرَكَاءِ َع ِن ال‬
ّ ‫قَا َل اللّ ُه تَبَارَ َك َوتَعَالَى أَنَا أَغْنَى ال‬
ُ‫َفأَنَا بَرِيْ ٌء مِ ْنه‬
“Allah berfirman, Aku adalah orang yang tidak ada sekutunya, maka barang
siapa melakukan suatu perbuatan yang disertai niat ganda, maka Aku memutuskan
hubungan dari padanya”.(HR Muslim).1

Ini juga pendapatnya Harits al- Muhasiby dalam buku : ar-Ri’aayah, ia


berkata “Ikhlas adalah engkau mengharapkan balasan Allah dengan taat kepadanya,
dan tidak menginginkan yang lain”.

Riya’ itu ada dua :


Pertama : Ia tidak mengingingkan balasan Allah dengan ketaatannya tetapi
pujian dari orang-orang.
Kedua : Menginginkan pujian dari orang-orang dan Allah, keduanya juga
menjadikan amal perbuatan sia-sia.

Pernyataan ini diambil oleh al-Hafidz Abu Nu’aim dalam “al-Hilyah” dari
beberapa ulama salaf, diantara mereka juga mengambil dalil dari firman Allah :
“Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan, Maha Suci Allah
dari apa yang mereka persekutukan”.(al-Hasyr : 23).

Disamping Allah tidak memerlukan seorang isteri, anak maupun sekutu, Allah
juga enggan menerima amal perbuatan yang mengandung niat ganda. Allah adalah
Maha Tinggi lagi Maha Besar dan Maha Agung.

Samarqandi mengatakan : “perbuatan yang dilakukan demi mendapatkan ridha


Allah akan diterima, dan apa yang dilakukan untuk mendapatkan pujian orang pasti
ditolak”. Sebagai contoh, orang yang sholat Dzuhur dan bertujuan menunaikan
kewajibannya tapi memperpanjang rukun-rukunnya, bacaan-bacaannya dan
memperindah keadaan sholatnya demi mendapat perhatian orang, maka asal sholatnya
diterima, adapun memperindah keadaan sholatnya demi mendapatkan pujian orang
tidak diterima karena tujuannya adalah mendapatkan pujian orang.
1
Ditakhrij oleh Muslim dalam Shahihnya (2985).
Syeikh ‘Izzuddin bin Abdus-salam suatu ketika ditanya : “Bagaimanakah
orang yang sholat tapi memperpanjang sholatnya demi mendapatkan perhatian
orang?”. Beliau menjawab : “Aku berharap semoga amal perbuatannya tidak sia-sia.
Jika terjadi pada suatu amal perbuatan, yaitu ia sholat fardhu demi Allah SWT dan
orang lain, maka sholatnya tidak diterima karena mempersekutukan amal perbuatan.
Riya’ bisa terjadi dalam melakukan perbuatan maupun meninggalkan perbuatan”.
Fudhail bin ‘Ayyaadh berkata : “Meninggalkan perbuatan karena orang adalah riya’
dan melakukan perbutan demi mendapatkan pujian orang adalah syirik. Keikhlasan
menjadikan Allah mengampuni kalian dari kedua sifat tersebut”. Maksud
pernyataannya adalah bahwa siapa yang berazam untuk melakukan ibadah dan
meninggalkannya karena takut dilihat oleh orang maka itu namanya riya’, karena ia
meninggalkan perbuatan karena orang lain. Tapi apabila meninggalkannya untuk
menunaikan dalam keadaan bersendirian maka ini mustahab (dianjurkan) kecuali
pada ibadah-ibadah fardhu, atau zakat atau ia menjadi seorang ulama yang dianut,
maka beribadah dengan terang-terangan adalah lebih utama. Seperti halnya riya’ yang
bisa menyia-nyiakan amal perbuatan, tasmi’ (melakukan perbuatan agar didengar
orang) yaitu melakukan perbuatan karena Allah dalam kesendirian lalu orang-orang
membincangkan apa yang telah ia lakukan. Rasulullah bersabda :
ِ‫مَ ْن سَمّ َع سَمّعَ اللّ ُه بِهِ َومَنْ رَاءَى رَاءَى اللّ ُه بِه‬
“Siapa orang yang melakukan perbuatan agar didengar orang, maka Allah
akan memperdengarkan aib yang ada padanya, dan barang siapa yang melakukan
perbuatan karena riya’, niscaya Allah akan memperlihatkan aib yang ada
padanya”.(HR Bukhari dan Muslim).1

Para ulama berpendapat : Jika ia adalah seorang yang berilmu yang menjadi
panutan dan ia menyebut-nyebutnya untuk mendorong orang-orang yang
mendengarkannya agar melakukannya maka tidak ada salahnya. Al-Marzabani
berkata : “Seorang yang menunaikan sholat membutuhkan 4 sifat sehingga nilai
sholatnya menjadi lebih tinggi : hatinya hadir, akalnya sadar, rukun sholat terpenuhi
dan anggota badannya khusyu’. Barang siapa sholat tanpa kehadiran hatinya maka ia
sholat main-main. Siapa yang sholat tanpa kesadaran akal maka ia sholat dalam
keadaan lupa. Siapa yang sholat tanpa kekhusyukan anggota tubuhnya maka
sholatnya tidak benar dan siapa yang sholat dengan rukun-rukun yang benar maka ia
sholat dengan sempurna”.

Sabda Rasulullah : ((ِ‫يات‬ ‫ ))إِنَّمَا الْأَعْمَالُ ِا‬maksudnya adalah amal perbuatan


َّ‫بلِّن‬
yang ada hubungannya dengan ketaatan hamba kepada Allah, bukan amal perbuatan
yang sifatnya mubah. Al-Harits al-Muhasiby berpendapat : “Keikhlasan tidak masuk
dalam perkara mubah. Karena perkara mubah tidak mengandung makna mendekatkan
diri kepada Allah ataupun hal yang dapat membawa hamba lebih dekat kepada Allah.
Seperti meninggikan bangunan tanpa tujuan tapi malah bertujuan untuk
kesombongan. Tetapi kalau mempunyai tujuan seperti meninggikan masjid dan
jembatan adalah dianjurkan. Ia berpendapat bahwa ikhlas tidak boleh pada perkara-
perkara haram dan makruh. Seperti orang yang melihat kepada suatu objek yang tidak
boleh ia lihat dengan alasan ia memandangnya untuk merenungi ciptaan Allah SWT
contohnya melihat gadis dewasa. Hal ini tidak mengandung keihklasan bahkan tujuan
1
Ditakhrij oleh Bukhari (6499) dan Muslim dari hadits Jandab bin Abdul Bajali.
mendekatkan diri sedikitpun. Ia berkata : “Kejujuran dalam menggambarkan diri
seorang hamba adalah kesamaan penilaian antara yang gelap dan terang serta lahir
maupun batin. Kejujuran dapat terealisasi dengan seluruh kondisi yang ada, sehingga
keikhlasan memerlukan adanya kejujuran, sementara kejujuran tidak membutuhkan
apapun karena hakikat keikhlasan adalah menginginkan keridhaan Allah dengan
ketaatan. Kadang ia menginginkan keridhaan Allah dengan menunaikan sholat, akan
tetapi ia lalai menghadirkan hati dalam sholatnya. Sementara kejujuran adalah
menginginkan keridhaan Allah dengan beribadah disertai kehadiran hati. Sehingga
setiap orang yang jujur pasti ikhlas tapi tidak setiap orang yang ikhlas itu jujur. Ikhlas
mengandung makna berhubungan dan bercerai, karena ia bercerai dengan selain Allah
dan berhubungan langsung dengan Allah. Itulah yang dimaksud melepaskan diri dari
selain Allah dan merasakan nikmat dengan hadir di hadapan Allah SWT.

Sabda Rasulullah (( ُ‫الَْأعْمَال‬ ‫))إِنّمَا‬ maksudnya adalah sesungguhnya perbuatan-


perbuatan yang benar, lurus, yang diterima atau amal perbuatan yang sempurna. Inilah
yang diambil oleh Imam Abu Hanifah. Adapun amal-amal pebuatan yang
dikecualikan misalnya membersihkan najis, mengembalikan barang-barang yang
diambil dan dipinjam serta menyampaikan hadiah dan lain sebagainya. Hukum
sahnya tidak bergantung kepada niat yang benar tetapi pahalanya tergantung kepada
niat mendekatkan diri kepada Allah.

Contoh yang sama, memberi makan hewan piaraan, apabila bermaksud


memberikan makan karena mematuhi perintah Allah, maka ia akan memperoleh
pahala. Jika maksud memberikan makan itu demi menjaga sisi finasialnya maka tidak
ada pahala sama sekali. Al Qarafy mengecualikan kuda perang. Jika kuda tersebut
digunakan berperang di jalan Allah, maka bila kuda itu minum sementara
penunggangnya tidak ingin memberinya minum, ia mendapat pahala seperti
diterangkan dalam Shahih Bukhari. 1 Demikian juga hal dengan isteri. Termasuk juga
menutup pintu dan mematikan lampu ketika tidur, jika ia melalukan itu karena
mematuhi perintah Allah, ia mendapatkan pahala, tapi jika menginginkan hal lain
maka ia tidak mendapatkan apa-apa.

Ketahuilah bahwa niat menurut etimologi bahasa adalah : al qasdu


(bermaksud), dikatakan nawaakallahu bikhair : qasadaka bihi.
Secara hukum syara’ artinya menghendaki sesuatu disertai dengan perbuatan.
Jika ia berkehendak dan tidak terburu itu artinya ia berkeinginan. Maka niat
disyari’atkan untuk membedakan antara kebiasaan dan ibadah atau membedakan
tingkatan-tingkatan antara ibadah yang satu dengan yang lain.

Contoh pertama : duduk di masjid bisa bermaksud untuk istirahat seperti biasa,
dan bisa bermaksud untuk ibadah dengan niat i’tikaf (berdiam diri di dalam masjid).
Maka yang membedakan antara ibadah dan kebiasaan adalah niat. Demikian juga

1
Shahih Bukhari (2860) dari hadits Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah bersabda : ٍ‫اْلخَْيلُ لَِثلَاثَةٍ ِلرَ ُجلٍ َأ ْجرٌ وَِلرَ ُجل‬
‫سِْترٌ وَ َعلَى رَ ُجلٍ ِو ْز ٌر‬.....
“Kuda itu memberikan 3 hal : Memberikan pahala kepada empunya, menutup aib empunya dan
menyebabkan dosa bagi empunya” .
Dalam lanjutan hadits tersebut dikatakan : ُ‫شرَِبتْ مِْنهُ وََلمْ ُيرِ ْد َأنْ َيسْ ِقَيهَا كَانَ ذَِلكَ َحسَنَاتٍ لَه‬
َ َ‫ُ وََل ْو َأّنهَا َم ّرتْ ِبَن َهرٍ ف‬
“Bila kuda itu melewati sungai lalu kuda itu minum dari sungai itu, sementara empunya tidak
bermaksud memberikan minum kepadanya, maka si pemilik kuda itu mendapatkan banyak kebaikan”.
mandi bisa bermaksud membersihkan badan seperti biasa, dan bisa bermaksud ibadah.
Yang membedakan adalah niat.

Inilah yang dikatakan Rasulullah ketika beliau ditanya mengenai orang yang
berperang karena riya’, berperang dengan kesombongan dan gagah berani. Manakah
orang yang berperang di jalan Allah SWT? Rasulullah menjawab :
‫مَنْ قَاتَلَ ِلَتكُونَ َكلِ َمةُ اللّ ِه ِهيَ اْلعُ ْليَا َف ُهوَ فِي َسبِيلِ اللّ ِه َتعَالَى‬
“Barangsiapa berperang (dengan tujuan) agar kalimat (agama) Allah
terjunjung tinggi maka ia berperang di jalan Allah”.(HR Bukhari dan Muslim) 1

Contoh kedua : membedakan tingkatan-tingkatan antara ibadah yang satu


dengan yang lain, seperti orang yang sholat 4 raka’at bisa menjadi sholat Dzuhur dan
bisa menjadi sholat sunat, maka yang membedakan adalah niat.

Demikian juga memerdekakan budak, bisa bermaksud sebagai kafarah dan


bisa yang lain seperti nazar dan semacamnya. Yang membedakan adalah niat.

Dalam sabda Rasulullah : ((‫َنوَى‬ ‫ئ مَا‬


ٍ ‫))وَِإنّمَا لِكُلّ ا ْم ِر‬ menunjukkan bahwa
dalam ibadah tidak boleh digantikan dan diwakilkan niatnya. Berbeda dengan
pembagian zakat dan menyembelih hewan korban, maka niat menyembelih dan
membagikan zakat bisa diwakilkan meskipun mampu untuk berniat sendiri.

Dalam ibadah haji tidak boleh niat diwakilkan selama ia mampu


melakukannya sendiri demikian juga membayar utang. Apabila tujuannya satu maka
tidak memerlukan niat. Tapi kalau tujuannya ganda, seperti orang yang mempunyai
tanggungan 2000 salah satunya untuk jaminan, lalu ia membayar hutang 1000, dan
berkata aku menjadikan 1000 untuk jaminan, maka ia benar meskipun tidak berniat
ketika membayar baru setelah itu ia berniat sesukanya. Menurut pendapat kami tidak
syah niat diakhirkan.

Sabda Rasulullah SAW :


(( ِ‫جرَُتهُ إِلَى مَا هَا َجرَ إِلَْيه‬
ْ ِ‫حهَا َفه‬
ُ ِ‫جرَُتهُ ِإلَى دُنْيَا ُيصِيُبهَا َأوْ إِلَى ا ْمرََأةٍ يَنْك‬
ْ ِ‫ت ه‬
ْ ‫)) فَمَنْ كَاَن‬
Asal berhijrah adalah menjauhkan diri dan meninggalkan sesuatu. Makna kata
hijrah diantaranya
Pertama : Hijrahnya para Sahabat nabi dari Mekkah ke Habsyah (Ethiopia)
ketika kaum Musyrikin Mekkah menyiksa Nabi, lalu mereka menyingkir ke Ethiopia.
Peristiwa ini terjadi 5 tahun setelah Kerasulan Muhammad SAW menurut al-Baihaqi.
Kedua : Hijrah dari Mekkah ke Madinah, ini terjadi 13 tahun setelah
Kerasulan. Ketika itu wajib bagi setiap muslim untuk bersama Nabi SAW hijrah ke
Madinah.
Ada sebagian golongan yang berpendapat bahwa hijrah itu wajib dari Mekkah
ke Madinah. Ini tidaklah tepat karena tidak ada kekhususan hijrah ke Madinah. Yang
wajib adalah hijrah kepada Rasulullah SAW.

Ibnu Araby berkata : “Para ulama membagi pergi di muka bumi itu menjadi
melarikan diri dan mencari.

1
Ditakhrij oleh Bukhari (7458) dan Muslim (1904) dari hadits Abu Musa al Asy’ari r.a.
Yang Pertama terbagi menjadi 6 :
Pertama : Keluar dari kawasan konflik menuju negara Islam, maka pahalanya
kekal sampai hari kiamat. Hijrah yang berakhir pada masa pembebasan Mekkah
dalam Sabda Rasulullah :
ِ‫ج َرةَ بَعْ َد اْل َفتْح‬
ْ ِ‫لَا ه‬
“Tidak ada hijrah setelah fath (pembebasan Mekkah)”.(HR Bukhari dan
Muslim). 1
Maksudnya adalah bergabung dengan Rasulullah SAW dimanapun ia berada.

Kedua : Keluar dari daerah yang penuh bid’ah. Ibnu Qasim berkata : “Aku
mendengar Malik berkata : “Tidak boleh bagi seseorang tinggal di kawasan ulama
selalu dihujat di situ”.

Ketiga : Keluar dari tempat yang penuh dengan perkara-perkara haram.


Karena mencari perkara-perkara halal wajib bagi setiap orang muslim.

Keempat: Melarikan diri dari penyiksaan fisik. Itu adalah nikmat Allah yang
paling rendah. Jika ia mengkhawatirkan dirinya di sebuat tempat maka Allah
mengizinkannya untuk keluar darinya. Melarikan diri dapat melepaskan dirinya dari
kejahatan. Orang yang pertama kali melakukannya adalah Ibrahim As ketika beliau
takut kepada kaumnya beliau berkata : “Sesungguhnya aku akan berpindah ke tempat
(yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku)”.(al-‘Ankabut : 26).
Kemudian Allah berfirman menceritakan tentang Musa As : “Maka keluarlah Musa
dari kota itu dengan rasa takut menunggu-nunggu”.(al Qashash : 21).

Kelima : Keluar karena takut terjangkit sakit di negeri yang dilanda sakit
menuju daerah yang aman. Rasulullah mengizinkan para pemimpin kaum keluar dari
sebuah kota, ketika menganggap bahwa kota ini tidak baik untuk tempat tinggal. 2

Keenam : Keluar karena khawatir hartanya terancam. Karena harta sama


sucinya dengan darah.

Adapun keluar untuk mencari, terbagi menjadi 10; mencari agama dan dunia.
Adapun mencari agama terbagi menjadi 9 macam :

Pertama : Bepergian untuk merenung, Allah berfirman : “Dan apakah mereka tidak
mengadakan perjalanan di muka bumi dan memperhatikan bagaimana akibat (yang
diderita) oleh orang-orang yang sebelum mereka?”.(ar-Ruum : 9)
Dzul Karnain telah mengadakan perjalanan mengelilingi dunia untuk melihat
kemegahanannya.

Kedua : Perjalanan haji


Ketiga : Perjalanan perang
Keempat : Perjalanan untuk mencari mata pencaharian
Kelima : Perjalanan dagang, mencari tambahan pangan. Ini dibolehkan berdasarkan
firman Allah : “Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezki hasil
1
Ditakhrij oleh Bukhari (2825), dan Muslim (353) dari hadits riwayat Abdullah bin Abbas juga Aisyah
r.a.
2
Ditakhrij oleh Bukhari (5685-5686) dari hadits riwayat Anas bin Malik r.a.
perniagaan) dari Tuhanmu”.(al-Baqarah : 198).
Keenam : Mencari ilmu
Ketujuh : Menuju daerah-daerah yang mulia. Rasulullah bersabda :
َ‫لَا تُشَدّ الرّحَالُ إِلّا إِلَى ثَلَاَث ِة مَسَاجِد‬
“Tidak dianjurkan bepergian kecuali ke tiga masjid”.(HR Bukhari dan
Muslim). 1
Kedepalan : Menuju daerah-daerah perbatasan untuk mempertahankannya.
Kesembilan : Mengunjungi saudara-saudara . Rasulullah bersabda :
‫زَارَ أَخًا لَهُ فِي َق ْرَيةٍ ُأخْرَى َفأَرْصَدَ اللّهُ لَهُ عَلَى مَ ْدرَ َجتِ ِه مََلكًا فَلَمّا َأتَى عََليْهِ قَالَ َأيْنَ ُترِي ُد‬
‫ك عََليْ ِه مِ ْن ِنعْ َم ٍة تَ ُرّبهَا قَالَ لَا َغيْرَ َأنّي أَ ْحَببْتُهُ فِي‬
َ َ‫قَالَ أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَ ِذهِ اْلقَ ْرَيةِ قَا َل هَلْ ل‬
ِ‫ك ِبأَنّ اللّهَ قَدْ أَ َحبّكَ كَمَا أَ ْحَبْبتَهُ فِيه‬ َ ْ‫اللّ ِه عَ ّز وَجَلّ قَالَ فَِإنّي َرسُولُ اللّهِ إَِلي‬
“Seseorang mengunjungi saudaranya di sebuah kampung, lalu Allah
mengirimkan Malaikat menantinya di tempat ia lewat. Ketika lelaki tadi melewati
tempat itu, Malaikat bertanya: “kemana kamu hendak pergi?”. Ia menjawab : “Aku
ingin mengunjungi saudaraku di kampung ini”. Malaikat itu bertanya : “Apakah
engkau mempunyai suatu keinginan darinya?” Lelaki tadi menjawab : “Tidak, aku
mencintainya karena Allah”. Malaikat menjawab : “Aku adalah utusan Allah
kepadamu untuk memberitahukan bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu
mencintai saudaramu karena Allah”. (HR Muslim) 2

Ketiga : Hijrahnya para suku Arab untuk bergabung dengan Rasulullah SAW
untuk mempelajari ajaran-ajaran Islam lalu kembali kepada kaumnya untuk
mengajarkannya.

Keempat : Hijrahnya orang yang masuk Islam dari penduduk Mekkah kepada
Nabi Muhammad SAW lalu pulang ke kaumnya.

Kelima : Hijrah dari negeri kafir ke negeri Islam. Tidak wajib bagi seorang
Muslim untuk menetap di negeri kafir. Al Mawardi berkata : “Kalau ia memiliki
keluarga dan sanak saudara dan mampu memperlihatkan agamanya, maka ia tidak
boleh hijrah, karena tempat yang ia diami adalah Dar Islam (Negara Islam)”.

Keenam : Seorang Muslim mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari tanpa


sebab hukum (syar’i). Kalau ia mendiamkan selama 3 hari hukumnya makruh dan
jika lebih maka haram kecuali terpaksa.

Al kisah seorang lelaki mendiamkan saudaranya lebih dari 3 hari, sehingga


saudaranya tadi mengirimkan sepucuk surat berisi serangkaian bait syair :

Tuanku, engkau telah mendzalimiku


Datang ku mengadu kepada Ibnu Khaitsumah
Mengalirlah kisah dari kakeknya dulu
Sebuah kisah diriwayatkan Dhahhak dari Ikrimah

1
Ditakhrij oleh Bukhari (1189) dan Muslim (1397) dari hadits Abu Hurairah ra dan Abu Sa’id al
Khudhry r.a
2
Shahih Muslim (2567)
Ibnu Abbas meriwayatkan dari Nabi pilihan
Nabi yang diutus sebagai rahmat sekalian alam
Bahwa lebih tiga hari membenci teman
Tuhan tentukan hukumya haram

Ketujuh : Suami meninggalkan isterinya jika telah jelas bahwa isterinya


berbuat durhaka. Allah berfiman : “..dan pisahkanlah mereka di tempat tidur
mereka”.(an-Nisaa’ : 34). Termasuk dalam kategori ini adalah meninggalkan orang
yang bermaksiat di suatu tempat, tidak diajak bicara, tidak dijawab salamnya dan
tidak disalami.

Kedelapan : Meninggalkan perbuatan yang dilarang Allah. Ini adalah makna


hijrah yang lebih luas.

Rasulullah bersabda : (( ِ‫َورَ سُوِله‬ ِ‫جرَتُ هُ إِلَى اللّ ه‬


ْ ِ‫ت ه‬
ْ َ‫))فَمَ نْ كَان‬ maksudnya barang
siapa berhijrah untuk bergabung dengan Allah dan Rasul-Nya dengan niat dan
kehendak yang tulus maka dengan hijrahnya tersebut ia akan mendapatkan keridhaan
Allah dan Rasul-Nya secara hukum syara’.
Rasulullah bersabda : (( ‫ال‬...‫ُهص إِلَى دُنْيَا يُصصِيُبهَا‬
ُ ‫جرَت‬
ْ ِ‫َتص ه‬
ْ ‫َنص كَان‬
ْ ‫)) وم‬ Mereka
meriwayatkan bahwa seorang lelaki berhijrah dari Mekkah menuju Madinah, ia tidak
mengharapkan pahala hijrah tetapi ia berhijrah untuk menikahi seorang wanita yang
bernama Ummu Qais, oleh karena itu lelaki itu dikenal dengan sebutan Muhajir
Ummu Qais.1
Jika dikatakan : Nikah adalah tuntutan agama, lalu mengapa nikah disini
dianggap sebagai tuntutan dunia? Jawabannya : Secara lahiriyah ia tidak berhijrah
untuk nikah, tapi untuk hijrah. Apabila ia menyembunyikan maksud lain, maka ia
mendapatkan celaan dan makian. Ini sama dengan orang yang pergi secara lahiriyah
untuk berhaji dan untuk tujuan dagang, demikian juga dengan orang yang pergi untuk
menuntut ilmu dengan maksud untuk memperoleh tampuk kepemimpinan.

Sabda Rasulullah : ((ِ‫جرَ إِلَيْ ه‬


َ ‫هَا‬ ‫جرَتُهُ ِإلَى مَا‬
ْ ِ‫ ))َفه‬Maksudnya tidak ada pahala bagi
orang yang maksud ia berhaji adalah berniaga dan melancong. Semestinya memaknai
hadits ini dengan apabila pendorong ia untuk berhaji adalah untuk berniaga. Jika
motivasinya adalah benar-benar berhaji sementara berniaga adalah sampingan maka ia
mendapatkan pahala tetapi pahalanya kurang dibandingkan dengan orang yang benar-
benar berhaji. Jika motivasinya kedua-duanya mungkin ia akan mendapatkan pahala,
karena hijrahnya tidak semata-mata untuk dunia dan mungkin juga sebaliknya, karena
ia mencampur adukkan antara amal akhirat dan dunia. Tetapi hadits tersebut
menentukan hukum bagi orang yang benar-benar bersih niatnya. Barangsiapa yang
mempunyai dua tujuan tidak bisa dikatakan ia hanya bertujuan keduniaan. Allah SWT
Maha Tahu.

1
Dalam “Jami’ul ulum Wal hikam” hal 13 al-Hafidz Ibnu Rajab berkata : “Kami tidak mendapati asal
muasal cerita ini benar, Wallaahu a’lam.
Hadits Ke 2
Islam, Iman dan Ihsan

‫ت َيوْ مٍ إِ ْذ‬
َ ‫عَ ْن عُ َم ُر بْ ِن الْخَطّا بِ قَا َل َبْينَمَا َنحْ ُن ِعنْدَ رَ سُولِ اللّ هِ صَلّى اللّه عََليْ ِه وَ سَلّمَ ذَا‬
ُ‫سفَ ِر وَلَا يَعْرِفُ ه‬
ّ ‫شعَرِ لَا يُرَى عََليْ هِ َأثَ ُر ال‬ ّ ‫ب شَدِيدُ َسوَادِ ال‬ ِ ‫ض الثّيَا‬
ِ ‫طَلَ َع عََليْنَا رَجُ ٌل َشدِي ُد بَيَا‬
ِ‫ضعَ َكفّيْه‬ َ َ‫صلّى اللّه عََليْ ِه وَسَلّمَ َفأَ ْسنَدَ رُ ْكَبتَيْهِ إِلَى رُ ْكبََتيْهِ َوو‬
َ ّ‫ِمنّا أَ َحدٌ َحتّى جَلَسَ إِلَى الّنبِي‬
َ‫حمّدُ أَ ْخبِرْنِي عَ نِ الْإِ سْلَامِ َفقَالَ رَ سُولُ اللّ هِ صَلّى اللّه عََليْ هِ وَ سَلّم‬ َ ُ‫عَلَى َفخِ َذيْ ِه وَقَا َل يَا م‬
َ‫ش َهدَ أَ ْن لَا ِإلَ َه ِإلّا اللّهُ وَأَنّ مُحَ ّمدًا رَسُو ُل اللّهِ صَلّى اللّه عَ َليْ ِه وَسَ ّلمَ َوُتقِيم‬
ْ ‫الْإِسْلَا ُم أَ ْن َت‬
َ َ‫ت إِنِ اسْتَ َطعْتَ ِإلَيْهِ سَبِيلًا قَال‬
َ‫صدَ ْقت‬ َ ْ‫ال صّلَاةَ َوُتؤْتِ َي الزّكَا َة َوتَ صُومَ َرمَضَا َن َوتَحُجّ الْبَي‬
ِ‫سأَلُ ُه َويُصَدّقُهُ قَالَ َفأَ ْخبِ ْرنِي عَنِ الِْإيَانِ قَالَ أَ ْن تُ ْؤمِ َن بِاللّهِ َومَلَاِئكَتِ ِه وَكُتُبِه‬
ْ َ‫جْبنَا لَ ُه ي‬
ِ َ‫قَالَ َفع‬
ِ‫وَرُ سُ ِلهِ وَالْيَوْ ِم الْآ ِخرِ َوُتؤْمِ َن بِالْ َقدَ ِر خَيْرِ هِ َو َشرّ هِ قَالَ صَدَ ْقتَ قَالَ َفأَ ْخبِ ْرنِي عَ نِ الْإِحْ سَان‬
‫قَالَ أَ ْن َتعُْبدَ اللّهَ َكأَنّكَ تَرَا ُه َفإِنْ لَ ْم تَكُ ْن َترَا ُه َفإِنّ ُه َيرَاكَ قَالَ َفأَ ْخبِ ْرنِي عَنِ السّا َعةِ قَالَ مَا‬
ْ‫الْمَ سْئُولُ عَ ْنهَا ِبأَعْلَ مَ مِ نَ ال سّاِئلِ قَالَ َفأَ ْخبِ ْرنِي عَ نْ َأمَا َرِتهَا قَالَ أَ ْن تَ ِلدَ اْلأَ َمةُ َربَّتهَا َوأَ ن‬
ُ ْ‫حفَاةَ اْلعُرَاةَ اْلعَاَلةَ رِعَا َء الشّا ِء يَتَطَا َولُو نَ فِي الْبُنْيَا نِ قَا َل ثُمّ انْطَلَ قَ فََلِبث‬
ّ‫ت مَِليّا ثُم‬ ُ ْ‫َترَى ال‬
ْ‫قَالَ لِي يَا عُمَرُ َأتَدْرِي مَ ِن ال سّائِلُ قُلْ تُ اللّ ُه وَرَ سُولُهُ أَعَْل مُ قَالَ َفِإنّ ُه جِ ْبرِي ُل َأتَاكُ ْم ُيعَلّ ُمكُ م‬
)‫(رواه مسلم‬ ْ‫دِينَ ُكم‬
Artinya : “Dari Umar bin Khattab, beliau berkata : “Pada suatu hari ketika kami
duduk disamping Rasulullah, tiba-tiba muncullah seorang lelaki berpakaian putih
bersih dan rambutnya hitam legam. Tidak terlihat bekas perjalanan jauh sedikitpun.
Tidak seorangpun di antara kami yang mengenalinya. Lalu ia duduk di hadapan
Rasulullah sambil menyandarkan lututnya kepada lutut Rasulullah dan meletakkan
kedua telapak tangannya di atas paha Rasulullah seraya berkata : “Wahai
Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam!”. Rasulullah menjawab : “Islam
itu adalah engkau harus bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bersaksi
bahwa Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, membayar zakat,
berpuasa Ramadhan dan menunaikan haji ke Baitul Haram jika kamu mampu”.
Lelaki itu berkata : “Engkau benar”. Kami terheran-heran ia bertanya dan
membenarkan. Lelaki itu bertanya kembali : “Beritahukan kepadaku tentang iman!”.
Rasulullah menjawab : “Engkau percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir dan percaya kepada takdir baik
maupun buruk”. Lelaki itu berkata : “Engkau benar”. Lalu berkata : “Beritahukan
kepadaku tentang Ihsan”. Rasulullah menjawab : “Engkau menyembah Allah
seakan-akan engkau melihat-Nya dan meskipun engkau tidak bisa melihat
sesungguhnya Allah melihatmu”. Lelaki itu berkata : “Beritahukan kepadaku tentang
hari kiamat?”. Rasulullah menjawab : “Orang yang ditanya tidaklah lebih tahu dari
pada yang bertanya”. Lelaki itu berkata: “Beritahukan kepadaku tanda-tandanya”.
Rasulullah menjawab: “Hamba sahaya melahirkan anak tuannya, engkau melihat
orang tidak beralas kaki, telanjang, lagi fakir berlomba-lomba meninggikan
bangunan mereka”. Lalu lelaki itupun pergi dan aku terdiam lama. Rasulullahpun
bertanya kepadaku : “Tahukah kamu wahai Umar, siapa orang yang bertanya tadi?”.
Aku menjawab : “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Rasulullah berkata : “Dia
adalah Malaikat Jibril yang datang kepadamu untuk mengajarkan agamamu”. (HR
Muslim) 1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah (( ِ‫الِْإيَا ن‬ ِ‫ ))أَ ْخِبرْنِي عَ ن‬: Iman secara etimologi bahasa adalah
percaya sepenuhnya. Dalam istilah, iman adalah mempercayai secara khusus, yaitu
percaya kepada Allah, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya,
Hari Akhir dan Takdir baik maupun buruk.
Adapun Islam adalah melaksanakan kewajiban-kewajibannya. Tunduk kepada
amal perbuatan lahiriyah. Allah SWT membedakan antara Iman dan Islam
sebagaimana dalam hadits di atas. Allah berfirman : “Orang-orang Badwi berkata :
“Kami telah beriman”. Katakanlah (kepada mereka): “Kamu belum beriman, tetapi
(katakanlah) ‘kami telah tunduk’”.(al Hujurat : 14). Karena orang-orang munafik itu
melakukan sholat, berpuasa dan memberikan sedekah, akan tetapi hati mereka
mengingkarinya. Maka ketika mereka mengaku-aku bahwa mereka beriman Allah
mendustakan pengakuan Iman mereka karena hati mereka ingkar. Tetapi Allah
membenarkan keislaman mereka karena melakukan konsekuensi keislaman mereka.
Allah berfirman : “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata :
“Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang
pendusta”.(al-Munafiquun : 1)
Orang-orang munafik itu berdusta, mengakui kerasulan Rasulullah sedang hati
mereka berkata lain karena ucapan mereka tidak sesuai dengan hati mereka.
Syarat mengakui kerasulan adalah ucapan lisan sesuai dengan hati. Jadi kalau
mereka berdusta, maka Allah SWT membeberkan kebohongan mereka. Karena iman
adalah syarat syahnya Islam, maka Allah membebaskan orang-orang yang beriman
lagi berserah diri. Allah berfirman: “Lalu Kami keluarkan orang-orang yang beriman
yang berada di negeri kaum Luth itu. Dan Kami tidak mendapati di negeri itu,
kecuali sebuah rumah dari orang-orang yang berserah diri”.(adz-Dzaariyaat : 35-
36).
Ini adalah pengecualian yang ada hubunganya antara syarat dan objek yang
disyaratkan. Oleh karena itu Allah menamakan sholat itu iman. Allah berfirman: “dan
Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu”. (al-Baqarah : 143).
Allah juga berfirman : “Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah Al
Kitab (Al Qur’an) dan tidak pula mengetahui apakah iman itu”.(asy-Syuura : 52).
Kata iman disini bermakna sholat.
Sabda Rasulullah : ((ِ‫شرّ ه‬
َ َ‫و‬ ِ‫)) وَُت ْؤمِ نَ بِاْلقَ َدرِ َخْيرِ ه‬ dengan harakat fatha pada dal
(qadara) dan sukun (qadr). Ahli fiqih berpendapat bahwa takdir itu ada. Artinya Allah
SWT telah menentukan sejak azali . Allah juga telah tahu bahwa semua itu akan
terjadi pada masa dan tempat yang sudah diketahui oleh-Nya. Semua itu terjadi sesuai
dengan ketentuan Allah SWT. Ketahuilah bahwa takdir itu ada 4 :
Pertama : Takdir dalam ilmu Allah, oleh karena itu perhatian pada hamba-Nya sudah

1
Shahih Muslim : (9)
ada sebelum hamba itu diberikan kekuasaan, kebahagian hamba-Nya sudah ada
sebelum kelahirannya dan apa yang akan datang tergantung pada apa yang datang
sebelumnya. Allah berfirman: “dipalingkan daripadanya (Rasul dan Al Qur’an)
orang yang dipalingkannya”.(adz-Dzaariyaat : 9). Artinya orang yang telah
ditentukan sejak azali dipalingkan akan dipalingkan dari mendengar Al Qur’an dan
beriman kepadanya di dunia. Rasulullah bersabda:
‫ل ِإلّ هَالِكًا‬
ُ ‫َل َيهْلِكُ ا‬
“Tidaklah Allah membinasakan hamba-Nya kecuali hamba itu binasa”.1yaitu
orang yang telah ditulis dalam ilmu Allah bahwa ia binasa.
Kedua : Takdir dalam lauhul mahfudz. Takdir ini bisa saja berubah. Allah berfirman:
“Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia
kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauhul mahfudz).(ar-Ra’d :
38).
Dari Ibnu Umar ra bahwasanya ia berkata dalam doanya : “Ya Allah jika Engkau telah
menentukan aku menjadi orang yang sengsara maka hapuskanlah kesengsaraan yang
ada padaku dan jadikan aku orang yang berharga”.2
Ketiga : Takdir dalam rahim. Malaikat diperintahkan oleh Allah untuk menuliskan
rezeki manusia, ajalnya dan hidupnya sengsara ataupun bahagia.
Keempat : Allah menciptakan baik dan buruk. Allah telah menentukan datangnya
ketentuan itu kepada hamba-Nya pada masa-masa yang telah diketahui. Dalil bahwa
Allah telah menciptakan ketentuan baik dan buruk adalah firman Allah :
“Sesungguhnya orang-orang yang berdosa berada dalam kesesatan (di dunia) dan
dalam neraka. (Ingatlah) pada hari mereka diseret ke neraka atas muka mereka.
(Dikatakan kepada mereka): “Rasakanlah sentuhan api neraka”.(al-Qamar : 47-49).
Ayat ini turun kepada orang-orang yang berpaham qadariyah, hal itu dikatakan
bahwa mereka ada di neraka jahanam. Dan Allah berfirman : “Katakanlah : “Aku
berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh. Dari kejahatan makhluk-Nya”.(al-
Falaq : 1-2). Sumpah dalam ayat ini berlaku jika seorang hamba memperoleh taufik
dan perlindungan maka ia akan dijauhkan dari kejahatan sebelum sampai kepadanya.
Dalam hadits disebutkan :
ٌ‫سوْ ِء وََتقْبِ ُلهُ سَعَا َدة‬
ّ ‫ص َد َقةَ وَصِ َل َة الرّ ْحمِ َت ْدفَ ُع مَيَْتةَ ال‬
ّ ‫إِنّ ال‬
“Sesungguhnya shadaqah dan menjalin silaturahmi itu dapat menolak
keburukan dan membawa kebahagiaan”.3
Dalam hadits lain disebutkan :
َ‫ َوَيدْفَ ُع الدّعَا ُء الْبَلَا َء قَ ْبلَ اَ ْن يَ ْن ِزل‬,ِ‫ض َيقْتَتِلَن‬
ِ ْ‫إِ ّن الدّعَا َء وَالْبَلَا ِء بَ ْينَ السّمَا ِء وَالْاَر‬
“Sesungguhnya antara doa dan bala saling bertarung diantara langit dan
bumi, dan do’a dapat menolak bala sebelum bala itu datang”.
Kaum Qadariyah beranggapan bahwa Allah tidaklah menakdirkan segala
sesuatu sejak azali. Dan Allah tidak mengetahui sebelumnya. Semua itu datang
dengan sendirinya. Allah SWT mengetahui setelah hal itu terjadi. Mereka telah
berbohong terhadap Allah SWT dengan kata-kata dusta mereka. Allah Maha Tinggi
dan Maha Besar. Mereka itu akhirnya pupus, lalu muncul Qadariyah pada masa-masa
akhir, mereka mengatakan bahwa kebaikan itu datang daripada Allah sementara

1
Ditakhrij oleh Muslim (131)
2
Ditakhrij oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya’ : 4/103-104.
3
Ditakhrij oleh Abu Ya’la dalam Musnadnya (4104) dari hadits Anas bin Malik ra. Dalam isnadnya ada
nama Shalih al-Muri, Yazid ar-Raqasy, keduanya dhaif.
keburukan datang dari selain Allah. Maha Tinggi Allah dari segala ucapan mereka.
Benarlah sabda Rasulullah :
‫س هَ ِذ ِه الُْأمّة‬
ُ ْ‫جو‬
ُ َ‫ال َقدَ ِريّ ُة م‬
“Qadariyah adalah majusnya umat Islam”.1
Mereka disebut Majusi karena madzhabnya sama dengan madzhab orang-
orang Majusi.
Sementara orang-orang berpaham paganisme berpendapat bahwa kebaikan
adalah orang yang melakukan amal baik, dan kejelekan adalah orang yang melakukan
amal buruk, maka mereka menjadi orang berpaham paganisme. Tidak berbeda dengan
Qadariyah yang menisbatkan kebaikan kepada Allah sementara keburukan kepada
selain Allah. Padahal Allah SWT Pencipta kebaikan dan keburukan.
Imam dua Masjid dalam buku al-Irsyad berpendapat beberapa orang
Qadariyah berkata bahwa mereka bukanlah orang-orang beraliran Qadariyah, tapi
kalian yang Qadariyah karena keyakinan kalian akan takdir. Lalu beliau membantah
orang-orang Qadariyah tadi, bahwa mereka menyandarkan takdir kepada diri mereka
sendiri. Barang siapa yang mengaku-aku keburukan itu ada pada dirinya dan
menyandarkan kepadanya itu lebih utama daripada orang yang menyandarkan suatu
keburukan kepada selain dirinya dan mengingkari dari dirinya.
Sabda Rasulullah : ((ُ‫َترَا ه‬ َ‫)) فَأَخِْبرْنِي عَ نِ اْلإِحْ سَانِ قَالَ أَ نْ َتعُْبدَ اللّ هَ كَأَنّ ك‬ Inilah
kedudukan melihat karena orang yang sanggup melihat Malaikat dalam sholatnya, ia
akan malu untuk memalingkan mukanya ke tempat lain dan menyibukkan diri dengan
yang lain. Kedudukan ihsan sama dengan kedudukan dua orang sahabat. Keterangan
mengenai hal ini telah disebutkan di hadits yang pertama.
Sabda Rasulullah : ((َ‫َيرَا ك‬ ُ‫ )) فَِإنّه‬maksudnya Allah mengetahui meskipun kamu
lalai maupun sadar dalam sholat.
Sabda Rasulullah : ((ِ‫السّائِل‬ ‫سئُو ُل َعْنهَا ِبَأعْلَ َم مِ َن‬
ْ َ‫َفأَ ْخبِ ْرنِي عَ ِن السّا َعةِ قَا َل مَا الْم‬
)) Jawaban Rasulullah di sini menunjukkan bahwa Beliau tidak tahu kapan Hari
Kiamat akan terjadi. Tapi Rasulullah mengetahui kiamat itu dari Allah SWT. Allah
berfirman : “Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang
Hari Kiamat”.(Luqman : 34).
Dan Allah berfirman : “Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di
langit dan di bumi. Kiamat itu tidak datang kepada kamu melainkan dengan tiba-
tiba”.(al-A’raaf : 187).
Firman Allah : “Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu
sudah dekat waktunya”.(al-Ahzab : 63).
Barangsiapa yang berpendapat bahwa usia bumi sudah mencapai 70 ribu
tahun, dan usia yang tersisa tinggal 63 ribu tahun. Pendapat keliru ini diceritakan oleh
at-Thaukhy dalam “Asbaabut Tanzil” dari beberapa paranormal dan ahli hisab. Dan
barangsiapa yang mengatakan bahwa usia dunia itu 7 ribu tahun, maka itu mendahului
yang ghaib dan tidak boleh meyakininya.
Rasulullah bersabda : ((‫رَبّتَهَا‬ ‫)) فَأَخِْبرْنِي عَن ْصَأمَارَتِهَا قَالَ أَن ْصتَلِ َد الَْأمَ ُة‬. Kata al
amaaru dan al amaaratu dua kata yang mengandung makna sama. Demikian juga
dengan rabbun dan rabbatun. Kebanyakan orang mengatakan bahwa kalimat rabba
1
Ditakhrij oleh Ahmad (2/86, 406, 407) , Abu Daud (4692), Ibnu Uday (3/212) dan Ibnul Jauzi dalam
“al ‘Ilalul mutanahiyah” (1/253) dari hadits Abdullah bin Umar ra. Ibnul Jauzi berkata ini tidak benar.
Sementara al ‘Uqaili dalam “adh Dhuafa’” (3/9) berkata bahwa perawi dalam hadits ini lemah.
mengisyaratkan banyaknya wanita-wanita hamba sahaya untuk digauli beserta anak-
anaknya. Anak dari tuannya mempunyai kedudukan yang sama dengan tuannya.
Karena harta manusia itu akan menjadi milik anaknya. Ada yang mengatakan bahwa
maksud kata rabbatun, hamba sahaya yang melahirkan para raja, maka ibu raja adalah
rakyatnya sendiri. Mungkin juga maknanya adalah bahwa seseorang menghamili
hamba sahaya dan melahirkan anaknya, lalu ia menjual hamba sahaya perempuan tadi
yang kemudian dibeli oleh anaknya. Ini adalah tanda-tanda Hari Kiamat.
Rasulullah bersabda : ((‫اْلبُْنيَان‬ ‫حفَاةَ اْل ُعرَاةَ اْلعَالَ َة ِرعَاءَ الشّاءِ يَتَطَاوَلُو نَ فِي‬
ُ ْ‫))وَأَ نْ َترَى ال‬.
Al‘Aalah mengandung arti orang-orang yang fakir, jamak dari al ‘aail , kata bendanya
al ‘iilah artinya kemiskinan. ‘aalar rajulu, yu’iilu ‘iilatan artinya iftaqara
(membutuhkan). Ar-Ri’aa’ sama dengan ru’aatun yang artinya rakyat. Maksud
ucapan Rasulullah di atas adalah rakyat jelata atau semacamnya diantara orang-orang
fakir-miskin berlomba-lomba meninggikan bangunan. Karena dunia memberikan
kemudahan bagi mereka sehingga mereka bersaing dalam memperindah bangunan
rumah mereka.
Sabda Rasulullah : ((‫مَِليّ ا‬ ‫)) َفلَبِث‬ dalam riwayat ini disebutkan dengan kata
labitsa (menggunakan kata kerja lampau) menunjukkan bahwa subjeknya adalah
orang ketiga. Di riwayat lain disebutkan dengan kata labitstu dengan tambahan tu
yang merupakan kata ganti subjek orang pertama. Keduanya sama benarnya.
Kemudian kata maliyyan dengan tasydid (tekanan) ya’ artinya diam dalam waktu
yang lama. Dalam riwayat Abu Daud dan Tirmidzi disebutkan : (( ٍ‫ثَلَاثَةِ َأيّا م‬ َ‫)) َبعْد‬
1
artinya: “setelah 3 hari”. Dalam “Syarhut Tanbih” Al Baghawi mengatakan selang
tiga hari atau lebih. Padahal secara eksplisit itu berlangsung setelah 3 malam. Makna
eksplisit ini bertentangan dengan riwayat Abu Hurairah dalam haditsnya :
ْ‫صلّى اللّه عََليْ ِه َوسَلّمَ رُدّوا عََليّ الرّجُلَ َفأَخَذُوا ِليَ ُردّوهُ فََلم‬
َ ِ‫ثُمّ أَ ْدبَرَ الرّجُلُ َفقَالَ َرسُولُ اللّه‬
.ُ‫يَ َروْا َشْيئًا َفقَالَ َرسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّ َم هَذَا ِجْبرِيل‬
“Lalu lelaki itupun pergi. Rasulullah berkata : “Panggil kembali orang itu
untuk menghadapku!”. Para sahabat segera mencari lelaki tadi tetapi mereka tidak
melihat apa-apa. Rasulullahpun berkata : “Lelaki itu adalah Malaikat Jibril”. 2
Dari kedua hadits ini mungkin bisa diambil kesimpulan bahwa ada
kemungkinan Umar ra tidak mendengar langsung ucapan Rasulullah kepada para
sahabat, tapi beliau sudah beranjak dulu dari majlis Rasulullah lalu Rasulullahpun
memberitahukan kepada para sahabat yang masih hadir ketika itu. Baru kemudian
Rasulullah memberitahukan Umar selang 3 hari karena Umar tidak ada ketika para
sahabat yang tersisa diberitahu oleh Rasulullah SAW.
Sabda Rasulullah : ((ْ‫ك م‬
ُ َ‫دِين‬ ‫ )) هَذَا ِجْبرِيلُ َأتَاكُ ْم ُيعَلّمُكُ ْم‬ini menunjukkan bahwa
Iman, Islam dan Ihsan disebut sebagai agama.
Hadits ini menunjukkan bahwa percaya dengan adanya takdir hukumnya
wajib. Dan hadits ini juga menunjukkan bahwa kita diminta untuk tidak bertanya
lebih jauh mengenai masalah-masalah takdir tapi wajib menerima ketentuan Allah.
Seseorang datang menghadap Ibnu Hambal dan berkata : “Berilah aku
nasehat”. Ibnu Hambal menjawab : “Jika Allah telah menjamin rezeki kenapa kamu
mesti gelisah?. Jika janji Allah itu benar, kenapa kamu bakhil?. Jika surga itu benar-
1
Musnad Abu Daud (4695) dan Tirmidzy (2610).
2
Shahih Muslim dalam Bab Iman , (10).
benar ada, kenapa kamu bersantai ria? Jika pertanyaan Malaikat Munkar dan Nakir itu
benar-benar ada mengapa mesti bersenang-senang? Jika dunia itu fana mengapa
tenang-tenang saja? Jika hari pembalasan itu ada mengapa takut akan hari akhir? Jika
segala sesuatu itu sudah ada ketentuan dan takdirnya mengapa mesti takut?”.
Keterangan tambahan : Pengarang buku “Maqaamaatul Ulama” menyebutkan
bahwa dunia itu terbagi menjadi 25 bagian. 5 bagian mengenai qadha’ dan qadar, 5
bagian berhubungan dengan ijtihad, 5 bagian berhubungan dengan kebiasaan, 5
bagian berhubungan dengan hakikat dan 5 bagian berhubungan dengan warisan.
Adapun yang berhubungan dengan qadha’ dan qadar ialah : rezeki, anak, keluarga,
kekuasaan dan umur. Yang berhubungan dengan ijtihad ialah : surga, neraka,
kehormatan, keberanian dan menulis. Yang berhubungan dengan kebiasaan ialah
makan, tidur, jalan, nikah dan buang air besar. 5 bagian yang berhubungan dengan
hakikat adalah zuhud, zakat, usaha, kecantikan dan talenta. Yang berhubungan dengan
warisan ialah kebaikan, interaksi, kedermawanan, kejujuran dan dapat dipercaya.
Ini semua tidaklah bertentangan dengan sabda Rasulullah:
ٍ‫ُك ّل شَيْ ٍء ِبقَضَا ٍء ِوقَدَر‬
“Segala sesuatu itu sesuai dengan qadha’ dan qadar”.(HR Muslim)1
Maksudnya ada beberapa hal yang terjadi karena ada sebab dan ada sebagian lagi
yang terjadi tanpa ada sebab. Kesemuanya itu sesuai dengan ketentuan dan ketetapan
Allah.

1
Ditakhrij oleh Muslim (2655) dari hadits Abdullah bin Umar dengan lafadz : ٍ‫در‬
َ َ‫ِبق‬ ‫كُ ّل َشيْ ٍء‬
Hadits Ke 3
Rukun-rukun Islam

ِ‫عَنِ أب عبد الرحن عبد ال بْ ِن عُمَ َر بْ ِن الْخَطاب رَضِي اللّهم َعنْهمَا قَالَ قَالَ َرسُولُ اللّه‬
‫ح ّمدًا‬
َ ُ‫س َشهَادَ ِة أَ ْن لَا ِإَلهَ ِإلّا ال ّل ُه وَأَ ّن م‬
ٍ ْ‫صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ بُِنيَ اْلِإسْلَامُ عَلَى خَم‬
)‫(رواه البخاري و مسلم‬ َ‫صوْمِ َرمَضَان‬
َ َ‫ت و‬
ِ ْ‫َرسُولُ ال ّل ِه وَِإقَا ِم الصّلَا ِة َوإِيتَا ِء الزّكَاةِ َوحَجّ ِ الْبَي‬
“Dari Abi Abdur Rahman Abdullah bin Umar bin Khattab ra berkata bahwa
Rasulullah SAW pernah bersabda : “Islam dibangun berdasarkan 5 pondasi, yaitu :
Kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasulullah,
mendirikan sholat, membayar zakat, haji dan puasa Ramadhan. (HR Bukhari dan
Muslim)1
Penjelasan dan Uraian Hadits

Ungkapan Rasulullah : (( ٍ‫خمْ س‬


َ ‫ )) بُنِ يَ اْلإِ ْسلَا ُم عَلَى‬maksudnya siapa orang yang
melakukan 5 perkara ini maka keislamannya telah sempurna. Layaknya seperti
bangunan yang bisa berdiri dengan tiang-tiangnya, Islampun begitu juga berdiri tegak
dengan tiangnya yaitu 5 perkara tersebut. Bangunan ini adalah bangunan abstrak yang
menyerupai bangunan fisik. Segi persamaannya adalah bangunan fisik jika sebagian
tiang penopangnya hancur maka bangunan itu tidak bisa sempurna berdiri demikian
halnya dengan bangunan abstrak. Oleh karena itu Rasulullah bersabda :
َ‫الصّلَاةُ ِعمَا ُد الدّْينِ فَ َمنْ َترَ َكهَا فَ َق ْد هَدَ َم ال ّديْن‬
“Sholat itu adalah tiang agama, siapa yang meninggalkannya maka ia telah
menghancurkan agama”.2 Dan demikianlah perumpamaan yang lain.
Diantara pernyataan-pernyataan mengenai bangunan abstrak, ada syair yang
berbunyi :

Pemuka agamalah yang menjaga urusan hidup kami


Jika mereka lalai maka kejahatan kan dipatuhi
Manusia tanpa pemimpin tak kan mampu perbaiki
Pabila kaum bodoh merajai, para pemimpin tak berarti

Tanpa tiang rumah tak kan berdiri


Tanpa penopang gunung tak kan menjulang tinggi

Allah telah membuat perumpamaan bagi orang-orang yang beriman dan


munafik. Allah berfirman : “Maka apakah orang-orang yang mendirikan masjidnya
diatas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan-Nya itu yang baik”.(at-Taubah :
109). Bangunan orang mukmin disamakan dengan orang yang mendirikan
bangunannya ditengah-tengah gunung yang kokoh dan bangunan orang kafir
diibaratkan dengan orang yang membangun rumahnya dekat tepi laut yang mudah
longsor. Bangunannya tidak kokoh, mudah dikikis ombak laut, lalu lerengnya longsor
sehingga bangunannya roboh dan jatuh ke laut lalu tenggelam.

1
Ditakhrij oleh Bukhari dalam Shahihnya (7) dan Muslim (16).
2
Disebutkan oleh al-‘Ajluni dalam “Kasyful Khufa”.(2/40) dan ia mengambil pernyataan Imam
Nawawi dalam buku itu bahwa hadits ini adalah munkar dan batil.
Ucapan Rasulullah SAW: (( ٍ‫خمْ س‬
َ ‫ )) بُنِ َي الْإِ ْسلَا ُم عَلَى‬sama dengan ٍ‫ بَمْ س‬, jadi
kata bantu ‘alaa mengandung makna kata bantu bi karena jika tidak maka tiang
penopang itu tidak termasuk dalam bangunan. Dengan demikian jika kita mengambil
makna eksplisitnya maka 5 hal tadi tidak termasuk bagian dalam Islam dan ini adalah
pemahaman yang salah fatal. Kata bantu ( ‫على‬ )‘alaa di situ bisa juga berarti min (

‫ ) من‬sebagaimana firman Allah SWT : ‫ِإلّا عَلىَ َأ ْزوَا ِجهِم‬


“kecuali terhadap isteri-isteri mereka”.(al-Mu’minun : 6). ‫ عَلىَ َأ ْزوَا ِجهِم‬disini sama
artinya dengan ‫مِنْ َأ ْزوَا ِجهِم‬
Lima hal yang disebutkan dalam hadits adalah inti bangunan adapun
penyempurnanya seperti kewajiban-kewajiban dan sunah-sunah yang lain diibaratkan
hiasan rumah.
Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda :
‫َنن‬
ِ ‫ّهن َوَأدْنَاهَا ِإمَا َط ُة اْلأَذَى ع‬
ُ ‫َهن ِإلّا الل‬
َ ‫َسنبْعُو َن شُعَْب ًة َفأَفْضَلُهَا قَ ْولُ لَا ِإل‬
َ ‫ْعن و‬
ٌ ‫َانن بِض‬
ُ ‫الْإِي‬
.ِِ‫الطّرِيق‬
“Iman itu terbagi menjadi 70 lebih, yang paling tinggi derajat imannya
adalah ucapan laa ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah) dan yang paling
rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan”.(HR Bukhari dan Muslim) 1
Sabda Rasulullah SAW : ((َ‫َرمَضَا ن‬ ‫صوْ ِم‬
َ َ‫)) وَحَ ّج ِ اْلبَيْ تِ و‬ demikianlah riwayat
hadits ini mengedepankan haji daripada Ramadhan. Ini hanyalah bab urutan dalam
hadits bukun urutan hukumnya. Karena puasa Ramadhan itu wajib sebelum haji.
Namun dalam riwayat lain disebutkan puasa Ramadhan didahulukan dari pada haji.

1
Ditakhrij oleh Bukhari (9) dan Muslim (17) dari hadits Abu Hurairah.
Hadits Ke 4
Segala amal itu tergantung akhirnya

‫ َح ّدَثنَا رَ سُولُ اللّ هِ صَلّى‬: َ‫سعُودٍ رَضِي اللّهم َعنْه قَال‬


ْ َ‫عَ نْ أب عبد الرّحْمَن عَبْدَاللّ ِه بْ َن م‬
َ‫ق الْمَ صْدُوقُ إنّ أَ َحدَكُ مْ ُيجْمَ ُع خَ ْلقَه فِي بَطْ نِ ُأمّ هِ أَ ْرَبعِي‬
ُ ‫اللّهم عََليْ ِه وَ سَلّ َم َو ُهوَ ال صّا ِد‬
ُ‫ث ِإلَيْ هِ الْمَلَ ك‬
ُ َ‫ض َغةً مِ ْث َل َذلِ كَ ثُمّ يُ ْبع‬
ْ ُ‫يَوْمًا نُ ْط َف ًة ثُمّ َيكُو نُ عَ َل َقةً مِ ْث َل َذلِ كَ ثُمّ َيكُو ُن م‬
ِ‫خ فِيهِ الرّوحَ وَيُ ْؤمَر بِأَ ْربَعِ كَلِمَاتٍ ِبكَتبِ رِ ْز ِق ِه وََأجَلِه وَعَ َم ِلهِ َو َشقِ ّي أَ ْم سَعِي ٌد فوَال‬
ُ ُ‫فيَ ْنف‬
ٌ‫الّذِى لَا اِله غَ ْيرُهُ إِنّ َأ َحدَكُ ْم لََيعْ َم ُل بِعَ َم ِل َأ ْهلِ الْجَّن ِة حَتّى لَا َيكُونُ بَيَْنهَا وَبَيْنَ ُه ِإلّا ذِرَا ع‬
ِ‫ب فََيعْ َملُ ِبعَ َم ِل َأهْ ِل النّارِ فََي ْد ُخلُ النّارَ َوإِنّ َأحَدَكُ ْم لََيعْ َملُ ِبعَ َم ِل َأهْل‬
ُ ‫فَيَ سِْبقُ عَلَيْ هِ اْلكِتَا‬
ِ‫ب فََيعْ َملُ عَ َم َل َأهْ ِل الْجَّنة‬
ُ ‫ع فَيَ سِْبقُ عَلَيْ ِه الْكِتَا‬
ٌ ‫النّا ِر حَتّ ى مَا يَكُو ُن بَيْنَهَا َوبَيْنَ ُه إِلّا ذِرَا‬
)‫(رواه البخاري و مسلم‬ ‫فََيدْخُ ُلهَا‬
“Dari Abu Abdur rahman Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Rasulullah
bersabda : “Sesungguhnya seorang diantara kamu berada di dalam rahim ibunya
selama 40 hari dalam bentuk setetes mani, lalu menjadi segumpal darah , lalu mejadi
seonggok daging. Lalu Allah mengutus Malaikat supaya meniupkan ruh ke dalamnya.
Lalu Malaikat itu diperintahkan dengan 4 hal ; menentukan rezekinya, ajalnya, amal
perbuatannya dan sengsara atau bahagia. Demi Allah sesungguhnya salah seorang
diantara kamu melakukan perbuatan ahli surga sehingga seakan-akan jarak antara
dia dan surga itu hanya satu hasta, lalu seperti yang sudah ditentukan iapun
melakukan perbuatan ahli neraka sehingga ia masuk kedalamnya. Dan sesungguhnya
salah seorang diantara kamu melakukan perbuatan ahli neraka sehingga seakan-
akan jarak antara ia dan neraka hanya satu hasta lalu seperti yang sudah digariskan
iapun melakukan perbuatan ahli surga sehingga ia masuk kedalamnya”. (HR
Bukhari dan Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Ucapan ((ُ‫صدُوق‬
ْ ‫الْمَص‬ ُ‫)) َو ُهوَ الصصّادِق‬ maksudnya Allah bersaksi bahwa
Muhammad SAW adalah orang yang jujur dan dapat dipercaya atau bisa diyakini
kebenarannya.

Sabda Rasulullah ((ِ‫َبطْ نِ ُأمّ ه‬ ‫جمَ عُ خَلْقَه فِي‬


ْ ُ‫)) إنّ َأحَدَكُ مْ ي‬ Bisa berarti Allah
menyatukan antara mani laki-laki dan perempuan lalu menciptakan dari keduanya
seorang anak sebagaimana firman Allah : “Dia diciptakan dari air yang terpancar.
Yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada”.(ath-Thaariq : 6-7).

Bisa juga mengandung makna bahwa Allah menyatukan dari badan semuanya.
Dikatakan bahwa setetes air mani dalam fase pertama masuk ke badan perempuan

1
Ditakhrij oleh Bukhari (3208) dan Muslim (2643)
selama 40 hari yang disebut dengan hari-hari mengidam. Setelah itu Allah kumpulkan
dan jadikan seperti ujung jari bayi, lalu membentuk segumpal darah. Terus masuk
pada fase kedua bentuknya mulai membesar sehingga menjadi segumpal daging.
Disebut sebagai segumpal daging karena seukuran dengan sesuap makanan yang
dikunyah. Lalu pada fase yang ketiga Allah membentuk gumpalan daging itu menjadi
beberapa bagian diantaranya telinga, mata, hidung dan mulut dan membentuk di
dalam gumpalan daging itu usus kecil dan besar. Allah berfirman : “Dialah yang
membentuk kamu dalam rahim sebagaimana dikehendaki-Nya. Tak ada Tuhan (yang
berhak disembah) melainkan Dia. Yang Maha Perkasa dan Maha Bijaksana”.(Ali
Imran : 6). Jika setelah mencapai genap fase ketiga, yaitu 40 hari maka pada usia 4
bulan janin diberi ruh. Allah berfirman : “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan
tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah (bapakmu Adam) kemudian dari nutfah (keturunan
Adam) (nutfah adalah setetes mani asalnya adalah setetes air yang sangat sedikit
sekali jama’nya adalah nutaf), kemudian dari mu’allaqah (segumpal darah yang
membeku,setetes mani itu berubah menjadi segumpal darah), kemudian dari
mudhghah (segumpal daging) yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna
kejadiannya”.(al-Hajj : 5).
Ibnu Abbas berkata : mukhallaqah itu artinya sempurna, sementara ghairu
mukhallaqah itu artinya tidak sempurna atau kurang sempurna. Mujahid berpendapat
terbentuk dan tidak terbentuk yang artinya gugur. Dari Ibnu Abbas ra berkata : “Jika
mani berdiam di dalam rahim perempuan, Malaikat memegangnya dengan telapak
tangannya dan bertanya kepada Allah: “Ya Allah disempurnakan atau tidak
disempurnakan? Jika Allah berkata : tidak disempurnakan, maka Malaikat
membiarkan tetesan mani itu menjadi darah tanpa ruh. Dan jika Allah berkata :
disempurnakan, maka Malaikat bertanya: Ya Allah, lelaki atau perempuan? Bahagia
atau sengsara? Bagaimana rezeki dan kapan ajalnya? Dimanakah ia meninggal nanti?
Allah perintahkan kepada Malaikat : Pergilah kamu ke lauhul mahfudz, niscaya
semuanya ada disitu. Lalu sang Malaikat pergi dan mendapatinya dalam lauhul
mahfudz kemudian menghapusnya. Dan gumpalan darah terus bersama Malaikat
sampai sempurna.”.
Sehingga dikatakan kebahagiaan ada sebelum kelahiran.

Sabda Rasulullah SAW : ((ُ‫اْلكِتَا ب‬ ِ‫سبِ ُق عََليْ ه‬


ْ َ‫ )) َفي‬maksudnya yang telah tertera
dalam ilmu Allah, ataupun tertulis dalam lauhul mauhfudz ataupun yang telah ada
selama dalam perut ibu. Sebelumnya telah disebutkan bahwa takdir itu ada 4.

Ucapan Rasulullah SAW : ((ٌ‫ِذرَا ع‬ ‫ )) حَتّ ى مَا يَكُو ُن بَيْنَهَا وَبَْينَ هُ إِلّا‬adalah sebuah
perumpamaan dan pendekatan nalar. Maksudnya adalah suatu masa di akhir hayat
manusia, bukannya hakekat hasta itu sendiri. Seorang kafir jika mengucapkan
syahadah lalu meninggal maka ia masuk surga. Dan seorang muslim jika di akhir
hidupnya mengucapkan kata-kata kufur maka ia masuk neraka.

Hadits tersebut menjelaskan bahwa masuk surga dan neraka itu tidak bisa
dipastikan meskipun ia melakukan berbagai amal baik maupun buruk. Hadits tersebut
juga menunjukkan bahwa seseorang tidak boleh hanya menyandarkan pada amalnya
saja dan tidak boleh bangga dengan amalnya karena ia tidak tahu bagaimana akhir
hidupnya nanti. Setiap orang harus senantiasa memohon kepada Allah agar husnul
khatimah dan memohon perlindungan Allah agar dijauhkan dari suu’ul khatimah.
Jika ditanya mengenai firman Allah : “Sesungguhnya mereka yang beriman
dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang
yang mengerjakan amalan(nya) dengan baik”.(al-Kahfi : 30).
Makna tersurat dari ayat diatas adalah bahwa amal saleh yang dilakukan oleh seorang
yang benar-benar ikhlas akan diterima. Dan jika amal saleh diterima oleh Allah, maka
ia selamat dari suu’ul khatimah.

Jawabannya dua : Itu tergantung syarat diterimanya dan husnul khatimah. Bisa
saja orang yang beriman dan ikhlas beramal maka akhir hayatnya pasti baik. Adapun
yang suu’ul khatimah itu ada pada orang yang beramal jelek ataupun amalnya ia
campur dengan amal saleh yang sudah diracuni oleh riya’ dan mencari reputasi. Ini
diterangkan dalam sebuah hadits lain :
ِ‫إِ ّن أَ َحدَ ُكمْ لََيعْ َملُ َع َملَ َأ ْهلِ الْجَّن ِة فِيمَا يَ ْبدُو لِلنّاس‬
“Sesungguhnya ada salah seorang diantara kamu yang melakukan amal
perbuatan ahli surga agar dilihat oleh orang lain”.(HR Bukhari dan Muslim).1
Maksudnya melakukan perbuatan baik sehingga terlihat oleh mereka secara lahiriyah
baik padahal ia menyimpan keburukan hati. Wallahu a’alam.

Hadits itu juga menganjurkan untuk bersumpah untuk menguatkan ketetapan


dalam hati. Allah SWT banyak menggunakan sumpah dalam firman-firman-Nya
diantaranya : “Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu
adalah benar-benar (akan terjadi).(adz-Dzaariyaat : 23). Dan Allah berfirman:
“Tidak demikian, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan , kemudian
akan diberitakan kepadamu apa yang telah dikerjakan”.(at-Taghaabun : 7).

Wallahu a’lam

1
Ditakhrij oleh Bukhari (6607) dan Muslim (112) dari hadits Sahal bin Sa’ad ra.
Hadits Ke 5
Kemungkaran dan Bid’ah

‫ث فِي َأ ْمرِنَا‬
َ َ‫صلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ َمنْ َأ ْحد‬
َ ِ‫شةَ قَاَلتْ قَالَ َرسُولُ اللّه‬
َ ِ‫عَ ْن أم عَبْدِ ال عَائ‬
)‫(رواه البخاري ومسلم‬ ّ‫س مِ ْنهُ َف ُهوَ َرد‬
َ ْ‫َهذَا مَا لَي‬
ّ‫ َمنْ عَ ِملَ عَ َملًا لَيْسَ عَلَ ْيهِ أَ ْم ُرنَا َف ُهوَ َرد‬: ‫ف رواية لسلم‬
“Dari ummil mukminin ‘Aisyah ra beliau berkata: Rasulullah telah bersabda:
“Barangsiapa melalukan hal baru dalam syari’at kita maka amalnya tidak diterima”.
(HR Bukhari dan Muslim).1
Dalam riwayat Muslim disebutkan : “Barangsiapa melakukan perbuatan
yang tidak ada dalam syari’at kami maka amalnya tidak diterima”.(HR Muslim).2

Penjelasan

Sabda Rasulullah SAW: (( ّ‫ْهص َف ُهوَ َرد‬


ُ ‫ْسص مِن‬
َ ‫َثص ف ِي َأ ْمرِن َا هَذَا م َا لَي‬
َ ‫َنص أَحْد‬
ْ ‫))م‬
menunjukkan bahwa berbagai macam ibadah dari mandi, wudhu, puasa dan sholat
jika dilakukan menyalahi aturan syara’, maka tidak diterima. Jadi sesuatu yang
diambil dengan akad salah maka harus dikembalikan kepada pemiliknya tidak bisa
dimiliki. Rasulullah pernah berkata kepada orang yang berkata kepadanya:
“Sesungguhnya anakku seorang pesuruh orang ini, lalu berbuat zina dengan isteri
majikan. Dan aku diberitahu bahwa anakku harus dirajam. Tetapi aku menebusnya
dengan 100 kambing dan hamba sahaya. Rasulullah pun menjawab:
َ‫الْ َولِيدَ ُة وَاْلغََنمُ َردّ عَلَ ْيك‬
“Hamba sahaya dan kambingnya dikembalikan kepadamu”.(HR Bukhari dan
Muslim). 3
Hadits ini menunjukkan bahwa orang yang mengadakan hal baru dalam urusan agama
yang tidak sesuai dengan ajaran agama, maka ia mendapatkan dosa, amalnya ditolak
dan berhak mendapatkan ancaman Allah. Rasulullah pernah bersabda :
ِ‫ح ِدثًا َفعَلَ ْيهِ َلعَْنةُ ال ّله‬
ْ ُ‫ث حَ َدثًا َأوْ آوَى م‬
َ َ‫َو َمنْ َأ ْحد‬
“Dan barangsiapa yang membuat hal-hal baru dalam agama ataupun
menolong orang yang berbuat jahat, maka ia mendapat laknat Allah”.4

1
Ditakhrij oleh Bukhari (2697) dan Muslim (1718)
2
Shahih Muslim (1718).
3
Ditakhrij oleh Bukhari (2724, 2725) dan Muslim (1697) dari hadits Abu Hurairah dan Khalid al Juhni.
4
Ditakhrij oleh Abu Daud (4530), Nasa’i (8/19-20) dari hadits Ali bin Abu Thalib ra , dan hadits ini
dikatakan shahih oleh al Albani dalam “al Irwaa” : (2209).
Hadits Ke 6
Halal dan Haram

ِ‫عَ نْ َأبِي عَبْدِ اللّه الّنعْمَا ِن بْ ِن بَشِيٍ قَالَ سَ ِم ْعتُهُ َيقُولُ َس ِمعْتُ رَ سُولَ اللّ هِ صَلّى اللّهم عََليْ ه‬
َ‫ي مِ ن‬
ٌ ِ‫ت لَا َيعْلَ ُم ُهنّ كَث‬
ٌ ‫حرَا مَ بَيّ نٌ َوبَيَْنهُمَا ُمشْتَِبهَا‬
َ ْ‫ إِنّ الْحَلَا َل بَيّ نٌ َوإِنّ ال‬: ِ ُ‫وَ سَلّ َم َيقُول‬
ِ‫حرَام‬
َ ْ‫س فَمَ ِن اتّقَى الشُّبهَاتِ اسْتَ ْب َرأَ ِلدِينِهِ وَ ِعرْضِ ِه َومَ ْن َوقَ َع فِي الشُّبهَاتِ َوقَ َع فِي ال‬
ِ ‫النّا‬
‫ك حِمًى َألَا َوإِنّ حِمَى‬
ٍ ِ‫حمَى يُوشِكُ أَ ْن َي ْرتَ َع فِيهِ َألَا َوإِنّ ِل ُكلّ مَل‬
ِ ْ‫كَالرّاعِي َيرْعَى حَ ْولَ ال‬
ْ‫سدَت‬
َ َ‫سدُ كُلّ ُه وَِإذَا ف‬
َ َ‫ح الْج‬
َ َ‫ض َغةً ِإذَا صَ َلحَتْ صَل‬
ْ ُ‫س ِد م‬
َ َ‫اللّ هِ مَحَا ِرمُ هُ َألَا َوإِنّ فِي الْج‬
)‫(رواه البخارى و مسلم‬ ُ‫سدُ كُّلهُ َألَا َو ِهيَ اْلقَلْب‬
َ‫ج‬َ ْ‫َفسَ َد ال‬
“Dari Abu abdullah Nu’man bin Basyir ia berkata: ‘Aku mendengar
Rasulullah SAW berkata : “Sesungguhnya halal dan haram itu jelas dan diantara
keduanya adalah perkara-perkara yang syubhat yang tidak diketahui oleh banyak
manusia. Barangsiapa menjaga dari perkara-perkara syubhat maka ia membersihkan
agama dan kehormatannya. Barangsiapa terperangkap dalam perkara-perkara
syubhat maka ia jatuh dalam perkara haram seperti seorang penggembala yang
menggembala di sekitar tanah lapang milik orang lain. Bukankah setiap pemilik
memiliki pelindung, bukankah larangan Allah itu adalah hal-hal yang diharamkan
Allah. Bukankah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika tubuhnya baik
maka baik pula seluruhnya dan jika rusak maka rusak seluruhnya. Itulah hati.” (HR
Bukhari dan Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Rasulullah bersabda: ((‫ِهص‬


ِ ‫ِهص َو ِعرْض‬
ِ ‫اسصْبرَأَ لِدِين‬
َ‫َاتص ْت‬
ِ ‫الشُّبه‬ ‫َنص اتّقَى‬
ِ ‫)) فَم‬ maksudnya
mencari kebersihan agama dan menjauhkan dari kesyubhatan. Adapun bersihnya
kehormatan jika ia tidak meninggalkan kesyubhatan, maka orang-orang bodoh pasti
menyerangnya dengan fitnah dan menuduhnya melakukan perbuatan haram, maka hal
ini bisa menjadi penyebab mereka jatuh ke dalam dosa. Rasulullah telah bersabda:
ِ‫ف الّتهْم‬
َ ِ‫ف َموْق‬
ُ ِ‫ل وَالْيَوْ ِم الْآ ِخ ِر فَلَا َيق‬
ِ ‫َمنْ كَا َن ُيؤْ ِمنُ بِا‬
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Kiamat, maka sekali-kali
jangan berdiri di tempat syubhat”.2
Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib ra bahwasanya ia berkata : “Jauhkan
dirimu dari hal yang dianggap oleh hati munkar, meskipun kamu mempunyai alasan.
Karena bisa saja orang yang mendengar kemungkaran tidak bisa kamu yakinkan
dengan alasan”.

Dalam Shahih Tirmidzi bahwasanya Rasulullah bersabda :


ْ‫صرِف‬
َ ْ‫ث أَ َحدُ ُكمْ فِي الصّلَا ِة فَلَْي ْأخُ ْذ ِبأَْن ِفهِ ُث ّم لِيَن‬
َ َ‫ِإذَا َأ ْحد‬
“Jika ada seorang diantara kamu berhadats ketika sholat, maka ia harus

1
Ditakhrij oleh Bukhari (52) dan Muslim (1599).
2
Saya tidak mendapati hadits ini.
menutup hidung dan keluar dari barisan sholat”.1
Sabda Rasulullah SAW: (( ِ‫حرَا م‬
َ ْ‫ال‬ ‫ت وَقَ َع فِي‬
ِ ‫ )) َومَ نْ َوقَ عَ فِي الشُّبهَا‬mengandung
dua makna, pertama : ia jatuh ke dalam perkara haram padahal ia menyangka tidak
haram, kedua : ia sengaja berada di dekatnya hingga jatuh ke dalam perbuatan haram.
Seperti dikatakan bahwa kemaksiatan itu ibarat kurir kekufuran karena jika jiwa
manusia berbuat kesalahan, maka sedikit demi sedikit pasti melakukan perbuatan dosa
yang lebih besar. Allah sebutkan dalam firman-Nya : “...dan mereka membunuh para
nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan
melampaui batas”.(Ali Imran : 112). Maksudnya orang-orang yahudi itu mulanya
berbuat maksiat kemudian bertambah sampai membunuh nabi-nabi mereka.

Dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda:


ُ‫ق الْحَ ْب َل فَُتقْطَ ُع َي ُده‬
ُ ِ‫ض َة فَُتقْطَ ُع َي ُدهُ َوَيسْر‬
َ ْ‫ق الْبَي‬
ُ ِ‫َلعَ َن اللّ ُه السّارِقَ َيسْر‬
“Allah melaknat pencuri yang mencuri telur lalu dipotong tangannya setelah
itu ia mencuri tali dan dipotong tangannya”.2
Maksudnya kejahatannya meningkat dari mencuri telur dan tali sampai kadar
mencuri.

((‫ )) الِمًى‬: padang rumput milik orang lain yang dilindungi. Barang siapa
menggembala di dekat padang rumput milik orang lain maka bisa-bisa gembalanya
akan masuk ke padang rumput tersebut, sehigga makan di padang rumput itu. Lain
apabila menggembala jauh dari padang rumput orang lain.

Ketahuilah bahwa segala sesuatu yang diharamkan memiliki kawasan yang


melindunginya. Kemaluan adalah haram yang dilindungi dan dua paha yang menjadi
bagian yang mengantar pada sesuatu yang diharamkan itu. Maka setiap orang harus
menjauhkan diri dari sesuatu yang membawa ke perbuatan haram dan perbuatan
haram itu sendiri. Perbuatan yang diharamkan itu jelas haram sementara pembawa
kepada perbuatan haram tadi dilarang karena bisa menyebabkan seseorang berbuat
haram.

Rasulullah bersabda: (( ً‫ضغَة‬


ْ ‫ُم‬ ‫َسصِد‬
َ ‫)) أَلَا وَإِنّ فِي الْج‬ artinya di dalam tubuh
manusia ada segumpal daging, jika khusyuk maka anggota tubuhnya juga khusyuk
dan jika penuh ambisi maka anggota tubuhnya juga penuh ambisi. Bila rusak maka
rusaklah seluruhnya.

Para ulama berpendapat badan manusia itu ibarat kerajaan dan jiwa itu
kotanya, hatinya adalah pusat kerajaan, anggota tubuh ibarat pelayan, kekuatan batin
ibarat lampu kota, akal ibarat menteri yang penuh kasih dan pemberi nasehat, syahwat
penuntut rezeki pelayan, kemarahan ibarat kepala pengaman, ia adalah seorang rakyat
yang suka menipu dan buruk perangainya, menyerupai seorang penasehat. Namun
nasehatnya ibarat racun yang mematikan. Ia selalu berusaha menentang menteri yang
bijaksana. Imajinasi yang ada di bagian depan otak ibarat sebuah gudang.
Keintelektualan yang ada di bagian tengah otak, daya memori yang ada di bagian
belakang otak dan lidah ibarat penerjemah. Pancaindera ibarat spionase. Masing-
1
Ditakhrij oleh Abu Daud (1114), Tirmidzi (1164) dan Ibnu Majah (1222).
2
Ditakhrij oleh Bukhari (6783), Muslim (1687) dari hadits Abu Hurairah ra.
masing patuh pada tukangnya masing-masing. Mata tunduk kepada pakar dunia
warna, telinga patuh pada ahli suara demikian juga yang lain karena mereka
merupakan pakar dan ahli.

Dikatakan juga badan itu ibarat kurir yang mengantarkan sesuatu kepada jiwa.
Ada yang mengatakan bahwa indera pendengar, penglihat dan penciuman seperti
sumber daya yang dipakai oleh jiwa. Hati itu laksana raja, jika sang pemimpin baik
maka rakyatnyapun baik, dan jika rusak rakyatnyapun ikut rusak. Baiknya hati itu
karena bersih dari penyakit-penyakit batiniyah seperti marah, dengki, iri, kikir, bakhil,
sombong, angkuh, riya’, mencari reputasi, penipu, ambisius, rakus dan tidak ridha
dengan ketentuan Allah. Adapun penyakit-penyakit hati banyak mencapai 40 macam.
Semoga Allah menjauhkan kita dari penyakit-penyakit itu dan menjadikan kita
termasuk orang yang menghadap Allah dengan hati yang suci.
Hadits Ke 7
Agama itu Nasehat

ُ‫حة‬
َ ‫ الدّي نُ النّ صِي‬:َ‫َ عَ نْ أب رقية تَمِي ٍم بْ نِ َأوْ سٍ الدّارِيّ َأنّ النِّبيّ صَلّى اللّه عََليْ ِه وَ سَلّمَ قَال‬
)‫(رواه مسلم‬ ْ‫ لِ ّل ِه َولِكِتَابِ ِه َولِ َرسُوِلهِ َوِلأَئِ ّم ِة الْ ُمسْلِمِيَ وَعَامِّت ِهم‬:َ‫ لِ َمنْ؟ قَال‬:‫قُلْنَا‬
“Dari Abi Ruqayyah Tamim bin Aus ad Daari berkata bahwasanya Rasulullah
pernah bersabda: “Sesungguhnya agama itu nasehat”. Kami bertanya: Untuk siapa
ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya dan
untuk pemimpin-pemimpin kaum Muslimin serta rakyat mereka”.(HR Muslim)1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah : ((ْ‫َوعَامِّتهِ م‬ َ‫سلِ ِمي‬
ْ ‫)) الدّي ُن النّ صِيحَ ُة لِلّ هِ وَلِ ِكتَابِ هِ وَِل َر سُوِل ِه وَلِأَئِمّةِ الْ ُم‬
Khatabi berkata: Nasehat adalah kata yang singkat tapi mengandung makna luas. Arti
nasehat adalah memberikan kemakmuran kepada orang yang diberi nasehat. Ada yang
mengatakan((ُ‫ )) النّ صِيحَة‬berasal dari kata nashoha ar rajulu tsaubahu idza khaathahu
. Bangsa Arab menyerupakan pekerjaan seorang yang memberikan nasehat dalam
memilah-milah kata-kata yang pantas untuk memperbaiki orang yang dinasehati
dengan sesuatu yang bisa menutup baju yang koyak. Ada yang mengatakan bahwa
kata ((ُ‫حة‬
َ ‫ )) النّ صِي‬diambil dari nashohta al ‘asala, idza shafaitahu minasy syam’i .
Mereka menyamakan pekerjaan memurnikan perkataan dari kepalsuan dengan
menyaring madu dari campurannya.
Para ulama berpendapat : Adapun Nasehat bagi Allah maksudnya setiap
muslim harus beriman kepada Allah, tidak menyekutukan-Nya, tidak mengingkari
sifat-sifat-Nya, mengakui Allah dengan sifat-sifat sempurna dan agung-Nya,
menyucikan Allah SWT dari segala sifat lemah, taat kepada Allah, menjauhi maksiat,
cinta karena Allah, benci karena Allah, mengasihi orang yang taat kepada-Nya dan
memerangi orang yang durhaka kepada-Nya, memerangi orang yang kufur kepada-
Nya, mengakui dan mensyukuri nikmat-Nya, ikhlas dalam segala tindakan, berdoa
dengan semua sifat yang telah disebutkan dan berusaha untuk memiliki sifat-sifat-
Nya, berbuat baik kepada semua orang atau orang yang mau memiliki sifat-sifat-Nya.
Hakikat sifat-sifat ini kembali kepada hamba dalam menasehati dirinya sendiri. Dan
Allah tidak membutuhkan nasehat siapapun.
Adapun nasehat bagi Kitab Allah maksudnya beriman bahwa Al Qur’an Allah
itu adalah perkataan Allah dan wahyu-Nya. Tidak sama dengan perkataan manusia
dan tak seorangpun dari makhluk Allah yang sanggup membuat serupa dengannya.
Setiap orang harus mengagungkan Al Qur’an, membacanya dengan benar,
memperindah bacaannya, khikmat di hadapannya, membetulkan makhraj hurufnya
dalam bacaan, menjaganya dari penyeleweng, menghujat para pemfitnah,
mempercayai isi Al Qur’an, patuh pada hukum-hukum Al Qur’an, memahami ilmu-
ilmunya, mengambil pelajaran yang ada di dalamnya, merenungi keajaibannya,
melaksanakan ayat-ayatnya yang jelas dan menerima ayat-ayat yang samar, mencari
makna umum dan khusus, nasikh dan mansukhnya, menyebarkan ilmunya dan
mengajak orang-orang untuk beriman kepada Al Qur’an serta kepada hal-hal yang
telah kami sebutkan di atas.
1
Shahih Muslim (55)
Adapun nasehat bagi Rasulullah SAW maksudnya membenarkan
kerasulannya, mengimani segala yang beliau bawa, menaati perintah dan larangannya,
membelanya hidup atau mati, memerangi orang yang memeranginya, menolong orang
yang menolongnya, memuliakan dan menghormatinya, menghidupkan sunnah-
sunnahnya, menyebarluaskan dakwah dan ajarannya, membersihkan dakwahnya dari
tuduhan buruk, menyebarkan ilmu-ilmu hadits dan mendalaminya, mengajak
kepadanya, lemah-lembut dalam mempelajari dan mengajarkannya, mengagungkan
dakwahnya, sopan dalam membaca hadits, menahan diri dari perkataan mengenai
hadits tanpa ilmu, menghormati ahli hadits, berakhlak dan beradab seperti Rasulullah,
mencintai ahli bait dan para sahabatnya, menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah
ataupun mencela salah satu sahabatnya dan lain sebagainya.
Adapun nasehat bagi pemimpin kaum Muslimin artinya adalah membantu
mereka dalam kebaikan, menaati perintah dan larangan mereka, menegur mereka
dengan halus, memberitahukan apa yang telah mereka lupakan dan menyampaikan
hak-hak kaum muslimin yang belum sampai kepada mereka, tidak memberontak,
mengajak kaum muslimin untuk taat kepada mereka.
Khattabi berpendapat diantara nasehat bagi mereka adalah sholat di belakang
mereka, berperang bersama mereka, membayarkan sedekah kepada mereka, tidak
memberontak jika di antara mereka berbuat lalim dan sewenang-wenang, tidak
terpengaruh dengan pujian palsu kepada mereka dan mengharap mereka untuk
memperbaiki.
Ibnu Baththal berpendapat hadits ini menunjukkan bahwa nasehat itu disebut
sebagai agama dan keislaman. Agama itu berbentuk perbuatan dan perkataan. Beliau
berkata : “memberikan nasehat adalah kewajiban yang bisa mendatangkan pahala bagi
orang yang melakukannya dan merupakan wajib kifayah. Beliau menyebutkan :
“Memberikan nasehat hukumnya wajib dalam hal taat, jika seseorang mengetahui
bahwa nasehatnya bisa diterima, perintahnya bisa ditaati dan yakin selamat dari hal-
hal buruk. Tapi apabila ia khawatir terhadap kesalamatan dirinya maka ia tidak perlu
memberikan nasehat. Wallahu a’lam”.
Jika dikatakan bahwa di dalam hadits Shahih Bukhari telah disebutkan bahwa
Rasulullah pernah bersabda:
ُ‫ح َله‬
ْ َ‫ح َأ َحدُكُ ْم َأخَا ُه فَلْيَنْص‬
َ َ‫ِإذَا اسْتَنْص‬
“Jika seseorang di antara kamu meminta nasehat kepada saudaranya
hendaknyalah ia memberikan nasehat kepadanya”.1
Hadits ini menunjukkan bahwa kewajiban memberikan nasehat itu tergantung pada
permintaan bukan mutlak wajib. Makna syarat merupakan alasan bagi pengkhususan
lafadz yang masih umum.
Jawabannya : Barangkali hal itu bisa diibaratkan kepada urusan duniawi seperti
menikahi seorang perempuan atau bermu’amalah dengan orang lain dan sebagainya.
Menikahi seorang perempuan secara umum adalah urusan duniwai tapi termasuk
urusan agama yang merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Wallahu a’alam.

1
Ditakhrij oleh Bukhari sebagai komentar (4/433 – Fathul Bari) dan Muslim (2162)
Hadits Ke 8
Kesucian Seorang Muslim

‫ت أَ ْن ُأقَاتِ َل النّا سَ حَتّ ى‬


ُ ْ‫ ُأمِر‬:َ‫صلّى اللّه عََليْ ِه وَ سَلّمَ قَال‬
َ ِ‫عَ ِن ابْ ِن عُ َمرَ أَنّ رَ سُولَ اللّ ه‬
‫ح ّمدًا رَ سُولُ اللّ ِه َويُقِيمُوا ال صّلَاةَ َوُيؤْتُوا الزّكَا َة َفِإذَا‬
َ ُ‫َيشْ َهدُوا أَ ْن لَا ِإلَ هَ ِإلّا اللّ هُ َوأَنّ م‬
‫(رواه‬ ِ‫حقّ اْلإِ سْلَا ِم وَحِ سَابُ ُهمْ عَلَى اللّ ه‬
َ ِ‫َفعَلُوا ذَلِ كَ عَ صَمُوا مِنّي ِدمَا َءهُ ْم َوأَ ْموَاَلهُ مْ ِإلّا ب‬
)‫البخاري ومسلم‬
“Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullah pernah bersabda: “Aku diperintahkan
untuk memerangi orang-orang hingga mereka bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain
Allah dan Muhammad utusan Allah, mendirikan sholat dan membayar zakat. Jika
mereka melakukan hal itu maka mereka menjaga darah dan hartanya dariku kecuali
mereka melanggar peraturan agama Islam (maka aku akan membunuh mereka) dan
Allahlah yang membuat perhitungan bagi mereka”. (HR Bukhari dan Muslim)1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah : (( ‫ال‬... ُ‫ )) ُأ ِمرْت‬menunjukkan bahwa bentuk perintah secara
umum menunjukkan suatu kewajiban.
Sabda Rasulullah : ((ْ‫وََأ ْموَاَلهُ م‬ ‫ )) فَِإذَا َفعَلُوا ذَلِ كَ عَ صَمُوا مِنّي ِدمَا َءهُ ْم‬jika ada yang
mengatakan : puasa dan haji termasuk dalam rukun Islam kenapa Rasulullah tidak
menyebutkannya dalam hadits tersebut? Jawabannya : bahwa kalau puasa, orang tidak
diperangi karena meninggalkannya, tetapi hendaknya ia mencegah dari makan dan
minum. Sementara haji itu dilakukan pelan-pelan, maka tidak diperangi orang yang
tidak melaksanakan haji. Jadi Rasulullah hanya menyebutkan 3 golongan manusia
tersebut karena Rasulullah memerangi orang yang meninggalkan 3 perkara tersebut.
Oleh karena itu Rasulullah tidak menyebutkan masalah puasa dan haji ketika beliau
mengutus Mu’adz ke Yaman, tapi hanya menyebutkan 3 golongan tersebut.
Rasulullah bersabda: (( ِ‫صلَام‬
ْ ‫بِحَقّص الْإِس‬ ‫)) ِإلّا‬ di antara hak Islam adalah
melaksanakan kewajiban agama. Barangsiapa meninggalkan kewajiban maka boleh
diperangi, seperti orang yang bertindak sewenang-wenang, perampok, pengacau, tidak
mau membayar zakat, tidak mau memberikan sumber airnya bagi orang yang
membutuhkan dan hewan ternak yang kehausan, seorang penjahat, tidak mau
membayar utang padahal mampu, penzinah yang sudah dewasa dan orang yang
meninggalkan sholat jum’at tanpa uzur dan meninggalkan wudhu.
Maka dalam keadaan seperti di atas boleh dibunuh dan diperangi demikian
juga kalau seandainya ia meninggalkan sholat jama’ah dan kita telah mengatakan
bahwa itu fardhu ‘ain ataupun fardhu kifayah.
Rasulullah bersabda : ((‫ّهص‬
ِ ‫الل‬ ‫)) وَحِسصَاُبهُ ْم َعلَى‬ maksudnya orang yang
bersyahadah, mendirikan sholat dan membayar zakat maka darah dan hartanya aman.
Lalu jika ia melakukan itu dengan niat ikhlas maka ia benar-benar orang yang
beriman. Jika ia melakukannya takut akan pedang maka ia seperti orang munafik dan
Allahlah pembuat perhitungan baginya. Dia-lah Dzat Penguasa rahasia yang
disimpan. Demikian juga dengan orang yang mengerjakan sholat tanpa wudhu dan

1
Ditakhrij oleh Bukhari (25) dan Muslim (22)
mandi junub atau makan di rumahnya lalu mengaku puasa maka amalnya ditolak dan
Allah-lah yang menentukan hitungan amalnya. Wallahu a’lam.
Hadits Ke 9
Pembebanan itu sesuai dengan kemampuan

‫ سَ ِم ْعتُ رَ سُولَ اللّ هِ صَلّى اللّه‬: ‫صخْرٍ ر ضي ال ع نه قال‬


َ ‫عَ نِ أَ ب هُ َريْ َر َة َعبْدِ الرّحْن بن‬
‫ مَا َنهَيُْتكُ مْ عَنْ ُه فَاجْتَنِبُو ُه َومَا َأمَ ْرُتكُ ْم بِ هِ َف ْأتُوا مِنْ هُ مَا ا سْتَ َطعُْتمْ فَِإنّمَا‬:ُ‫عََليْ هِ وَ سَلّ َم َيقُول‬
)‫(رواه البخاري و مسلم‬ ْ‫أَهْ َلكَ اّلذِينَ ِم ْن قَبْ ِلكُمْ كَ ْث َر ُة َمسَائِ ِل ِهمْ وَاخْتِلَا ُفهُمْ عَلَى َأنْبِيَاِئ ِهم‬
“Dari Abu Hurairah Abdur rahman bin Shakhr ra berkata: “Aku mendengar
Rasulullah bersabda : “Apa yang aku larang untuk kamu perbuat, maka jauhilah dan
apa yang aku perintahkan untuk kamu perbuat maka lakukanlah semampu kalian.
Sesungguhnya banyak orang yang binasa sebelum kamu itu karena mereka banyak
tanya dan berselisih dengan nabi-nabi mereka”.(HR Bukhari dan Muslim). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah: ((ُ‫جتَِنبُو ه‬
ْ ‫فَا‬ ُ‫)) مَا َنهَْيتُكُ ْم عَنْ ه‬ maksudnya jauhilah seluruhnya
dan jangan kamu lakukan sedikitpun. Ini merupakan larangan berbuat haram. Adapun
larangan berbuat makruh boleh melakukannya. Nahyu secara etimologi bahasa berarti
mencegah.
Sabda Rasulullah: (( ْ‫طعْتُم‬
َ ‫ا سَْت‬ ‫ )) َومَا َأ َمرْتُكُ مْ بِ هِ فَ ْأتُوا مِنْ هُ مَا‬ada beberapa masalah
diantaranya :
Pertama : Jika ada air untuk wudhu tidak cukup, maka ia wajib menggunakannya dan
bertayamum untuk sisanya.
Kedua : jika mempunyai beberapa gantang kurma untuk zakat fitri maka ia wajib
mengeluarkannya.
Ketiga : jika ia mempunyai cukup harta untuk menafkahi saudaranya, isterinya
ataupun hewan piaraannya , maka ia wajib mengeluarkannya. Berbeda jika ia
mempunyai beberapa hamba sahaya, ia tidak wajib memerdekannya sebagai kafarat,
karena kafarat bisa diganti dengan puasa.
Rasulullah bersabda: ْ‫َعلَى أَْنبِيَاِئهِم‬ ْ‫فَِإنّمَا َأهْلَكَ الّذِي َن مِنْ َقبِْلكُمْ كَْث َرةُ مَسَاِئِلهِمْ وَاخِْتلَاُفهُم‬
ketahuilah bahwa bertanya itu ada beberapa macam :
Pertama : pertanyaan orang yang tidak tahu mengenai kewajiban-kewajiban agama
seperti wudhu, sholat, puasa, pertanyaan tentang hukum-hukum mu’amalah dan
sebagainya. Pertanyaan semacam ini wajib baginya sesuai dengan sabda Rasulullah:
ٍ‫ب اْلعِلْ ِم َفرِيضَةٌ عَلَى ُك ّل ُمسْ ِلمٍ َو ُمسْلِ َمة‬
ُ َ‫طَل‬
“Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan”.2
Manusia tidak lepas untuk bertanya. Allah berfirman: “...maka bertanyalah
kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.(an Nahl :
43)
Ibnu Abbas berpendapat: “Aku telah diberi lidah sebagai alat untuk bertanya
dan hati untuk berpikir”. Ini lah yang beliau ceritakan mengenai dirinya.
Kedua: Bertanya untuk mendalami agama bukan untuk bekerja saja seperti
pengadilan dan fatwa. Ini adalah fardhu kifayah sesuai dengan perintah Allah SWT:
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang
1
Ditakhrij oleh Bukhari (7288) dan Muslim (1337)
2
Ditakhrij oleh Ibnu Majah (224) dan Al Bazzaar (1/172) dari hadits Anas bin Malik ra.
untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi
peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya
mereka itu dapat menjaga diri”.(at-Taubah : 122)
Rasulullah bersabda:
َ‫َألَا لِيُبَلّغ الشّاهِ ُد مِ ْنكُ ُم الْغَائِب‬
“agar diantara kamu menjadi saksi bagi yang tidak hadir”.(HR Bukhari dan
Muslim) 1
Ketiga : bertanya tentang sesuatu yang Allah tidak wajibkan kepadanya
maupun kepada yang lain. Inilah makna hadits karena kadang pertanyaan itu
menyebabkan kesusahan karena beban yang ada. Oleh karenanya Rasulullah
bersabda:
‫سأَُلوْا عَ ْنهَا‬
ْ ‫ل َت‬
َ َ‫وَ َسكَتّ َع ْن أَشْيَاءَ َرحْ َم ًة َلكُ ْم ف‬
“Aku diam mengenai beberara hal sebagai rahmat bagimu, maka jangan
kamu bertanya tentang hal itu”. 2
Dari Ali bin Abi Thalib ketika turun firman Allah: “..mengerjakan haji adalah
kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan
perjalanan ke Baitullah”.(Ali Imran : 97). Seseorang berkata: “Apakah tiap tahun Ya
Rasulullah? Rasulullah berpaling darinya sampai ia bertanya untuk kedua dan ketiga
kalinya. Rasulullah menjawab :
,ْ‫ت لَمَا ا سْتَ َطعْتُم‬
ْ َ‫ َوَلوْ َوجَب‬,ْ‫ت نَعَم َلوَجَبَ ت‬
ُ ْ‫ وَال َلوْ قُل‬,‫ نَعَم‬:َ‫ك أَ نْ َأ ُقوْل‬
ُ ِ‫وَمَا ُيوْش‬
‫فَاْترُ ُكوْنِي مَا َترَكْتُْ كم َفِإنّمَا َأهْلَ كَ اّلذِي نَ مِ نْ قَبْ ِلكُ مْ كَ ْث َر ُة مَ سَائِ ِلهِ ْم وَاخْتِلَا ُفهُ مْ عَلَى‬
.ُ‫َأنْبِيَاِئهِ ْم َفِإذَا َأ َمرُْتكُ ْم ِبَأمْ ٍر َفأْتُوا مِ ْن ُه مَا اسْتَ َطعُْتمْ َوِإذَا َنهَيْتُ ُكمْ َع ْن َأمْ ٍر فَاجْتَنُِب ْوه‬
“Aku tidak segera berkata “ya”, demi Allah jika aku mengatakan “ya” maka aku
mewajibkannya. Dan kalau aku mewajibkannya maka kamu tidak akan sanggup
melakukannya. Maka tinggalkanlah apa yang tidak aku lakukan. Karena
sesungguhnya banyak orang yang binasa sebelum kamu itu karena mereka banyak
tanya dan berselisih dengan nabi-nabi mereka. Jika aku memerintahkan suatu hal
maka lakukanlah semampu kamu, dan jika aku melarang sesuatu perkara maka
jauhilah”. Lalu Allah menurunkan ayat : “Hai orang-orang yang berimann,
janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan
kepadamu niscaya menyusahkanmu”.3(an-Maaidah : 101). Maksudnya aku tidak
memerintahkan kamu melakukan hal itu. Larangan ini khusus pada masa Nabi
Muhammad SAW. Adapun setelah hukum syari’ah itu ditetapkan dan bersih dari
berbagai macam tambahan, larangan tersebut hilang bersamaan dengan hilang
sebabnya. Kelompok ulama salafi tidak suka menanyakan makna-makna ayat yang
samar.
1
Ditakhrij oleh Bukhari (1741) dan Muslim (1769) dari hadits Abi Bukrah ra
2
Lihat hadits sebelumnya.
3
Ditakhrij oleh Tirmidzi (814) dan Ibnu Majah (2884) dengan lafadz :
ٍ‫ت ثُمّ قَالُوا أَفِي ُك ّل عَا م‬
َ ‫ع إَِليْ هِ َسبِيلًا ) قَالُوا يَا رَ سُو َل اللّ هِ اْلحَجّ فِي ُكلّ عَا مٍ فَ سَ َك‬ َ ‫س حِجّ اْلَبيْ تِ مَ نِ ا ْسَتطَا‬ ِ ‫ت ( وَِللّ هِ َعلَى النّا‬ ْ َ‫َلمّا نَزَل‬
) ْ‫سؤْ ُكم‬
ُ َ‫سأَلُوا َعنْ َأشْيَا َء إِنْ ُتْبدَ لَ ُك ْم ت‬
ْ َ‫َفقَالَ لَا وََلوْ ُق ْلتُ َن َعمْ َلوَ َجَبتْ َفَنزََلتْ ( يَا َأّيهَا اّلذِينَ آ َمنُوا لَا ت‬
Isnad hadits ini lemah karena riwayatnya terputus antara Abi al Bukhturi dan perawi hadist tersebut
dari Ali bin Abi Thalib. Ia tidak mendengar dari Ali. Hadits Abu Hurairah dalam Shahih Bukhari
menjadi buktinya.
Imam Malik pernah ditanya tentang firman Allah: “(Yaitu) Tuhan Yang Maha
Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy”.(Thaaha : 5). Beliau menjawab : makna
kata al istiwaa adalah jelas, sedangkan bagaimana bentuk al istiwaa tidaklah jelas.
Tetapi iman kepadanya adalah wajib dan bertanya tentangnya adalah bid’ah dan aku
tunjukkan kepadamu seorang yang buruk perangainya mereka usir dari majelisku”.1
Beberapa orang berpendapat bahwa mazhab ulama Salaf adalah lebih aman,
sementara mazhab Khalaf lebih jelas mengenai pertanyaan tersebut.2

1
Ditakhrij oleh Baihaqi dalam al asmaa wash shifaat hal 408. Al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan
isnadnya baik seperti dalam al-fath (13/406)
2
Ungkapan ini adalah ungkapan yang paling hina. Itu karena mereka tidak paham dengan mazhab
ulama salafus shalih. Imam Safarini membantah artikel tersebut dengan tegas, beliau berkata :
“Mustahil orang yang datang belakangan lebih tahu dari pada orang yang datang awal sebagaimana
yang dikatakan oleh orang yang tidak meneliti dengan jelas di antara orang yang tidak menghargai
ulama salaf, tidak mengetahui Allah SWT dan Rasul-Nya dan orang-orang mukmin dengan sebenar-
benar pengetahuan yaitu perkataan bahwa metode ulama salaf lebih selamat sementara metode orang-
orang modern lebih jelas dan kuat. Mereka itu dicekoki dengan sangkaan bahwa metode ulama salaf
hanyalah beriman kepada lafadz-lafadz Al Qur’an dan Al Hadits tanpa pengetahuan dan pendalaman.
Itu sama kedudukannya dengan orang-orang yang buta huruf. Adapun metode orang-orang modern
adalah menguraikan makna-makna teks keluar dari hakekat sebenarnya dengan berbagai macam
perumpamaan dan bahasa-bahasa yang aneh.
Ini adalah sangkaan yang fatal yang terkandung dalam ungkapan tesebut yang intinya
mengesampingkan Islam. Mereka dengan sengaja mendustakan metode Ulama Salaf dan membenarkan
metode orang-orang modern. Sehingga ada dua kebatilan terkumpul menjadi satu: tidak tahu metode
ulama salaf dan tersesat karena membenarkan begitu saja metode orang-orang modern.
Hadits Ke 10
Berdoa dan Makan Makanan Halal

ُ‫ َأّيهَا النّاسُ إِنّ ال ّلهَ طَيّبٌ لَا َيقَْبل‬:َ‫صلّى اللّه عََليْهِ وَسَلّم‬
َ ِ‫عَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللّه‬
َ‫ي َفقَالَ ( يَا أَيّهَا الرّ ُسلُ كُلُوا مِ ن‬
َ ِ‫ِإلّا طَيّبًا َوإِنّ اللّ َه َأمَ َر الْ ُمؤْمِنِيَ بِمَا َأ َمرَ بِ ِه الْ ُمرْ سَل‬
ْ‫الطّيّبَا تِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ِإنّي بِمَا َتعْمَلُو نَ عَلِي مٌ ) َوقَا َل ( يَا َأيّهَا اّلذِي نَ آمَنُوا كُلُوا مِ ن‬
ّ ‫ت مَا رَ َزقْنَاكُ مْ ) ثُمّ ذَكَرَ الرّجُ َل يُطِي ُل ال‬
‫سفَرَ َأ ْشعَ ثَ أَ ْغبَ َر يَمُدّ يَ َديْ هِ إِلَى ال سّمَا ِء يَا‬ ِ ‫طَيّبَا‬
ُ‫ستَجَابُ لَ ه‬
ْ ُ‫ي بِاْلحَرَا مِ َفأَنّى ي‬
َ ِ‫ش َربُ هُ حَرَا مٌ َومَ ْلبَ سُهُ حَرَا مٌ وَغُذ‬
ْ َ‫رَبّ يَا رَبّ َومَ ْطعَمُ هُ حَرَا مٌ َوم‬
)‫(رواه مسلم‬
“Dari Abu Hurairah berkata Rasulullah telah bersabda : “Hai orang-orang
sesungguhnya Allah Ta’aala ada bersih dan tidak menerima amal perbuatan kecuali
amal perbuatan itu bersih. Dan sesungguhnya Allah memerintahkan orang-orang
beriman sebagaimana perintah-Nya kepada para Rasul. Allah berfirman: “Hai rasu-
rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang
saleh”.(al-Mu’minuun : 51) dan Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman,
makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”.(al-
Baqarah : 172). Kemudian beliau menyebutkan seorang yang bepergian jauh,
dengan rambut kusut lagi berdebu mengulurkan kedua tangannya ke langit: Ya
Tuhan, Ya Tuhan, makanannya haram, minumannya haram, bajunya haram dan
diberi makan dengan makanan haram, bagaimana ia bisa dikabulkan
permintaannya?”.(HR Muslim)1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah : (( ٌ‫طّيب‬
َ َ‫ )) إِنّ الّله‬Dari ‘Aisyah ra beliau berkata :
ِ‫ك بِا سْ ِمكَ الطّاهِر‬
َ ُ‫سَ ِمعْتُ رَ سُولَ اللّ هِ صَلّى اللّ هم عَلَيْ ِه وَ سَ ّلمَ َيقُولُ ال ّلهُمّ ِإنّ ي أَ سَْأل‬
‫ت َوإِذَا‬
َ ْ‫ت بِ ِه أَعْطَي‬
َ ْ‫ب الْمُبَارَ كِ اْلَأحَبّ ِإلَيْ كَ اّلذِي ِإذَا دُعِي تَ بِ هِ َأجَبْ تَ وَِإذَا سُئِل‬
ِ ّ‫الطّي‬
َ‫ت ِبهِ َف ّرجْت‬
َ َ‫ت وَِإذَا اسُْت ْفرِج‬
َ ‫ت ِبهِ َرحِ ْم‬
َ ْ‫اسُْت ْرحِم‬
“Aku mendengar Rasulullah berdoa: “Ya Allah aku memohon dengan nama-Mu
Yang Bersih, Yang Suci lagi Membawa Berkah, Yang paling Engkau sukai, yang
apabila seorang hamba berdoa dengan menyebut namanya, Engkau kabulkan, jika
Engkau dimohon dengannya Engkau berikan, jika dimintai rahmat Engkau rahmati,
jika Engkau dimohon untuk menolong Engkau tolong”.2
Arti ath-thoyyib adalah bersih dari berbagai kekurangan dan kejelekan,
sehingga sama dengan makna al-qudus (suci). Dikatakan pujian yang baik, nama-
nama yang indah didengar oleh orang yang mengetahuinya yaitu hamba-hamba Allah
yang baik untuk masuk surga dengan amal yang shaleh dan amal yang paling baik.
Adapun kalimatut thoyyibah adalah : Laa ilaa ha illallah.

1
Shahih Muslim(1015)
2
Ditakhrij oleh Ibnu Majah (3859) dan dilemahkan oleh Al Albani sebagaimana tertulis dalam hadits
Dhaif Ibnu Majah (841)
Ucapan Rasulullah : (( ‫طَيّبًصا‬ ‫)) لَا َي ْقبَلُ إِلّا‬ maksudnya jangan sekali-kali
mendekatkan diri kepada Allah dengan sedekah haram. Allah tidak suka hamba-Nya
bersedekah dengan makanan yang buruk seperti biji yang basi dan busuk. Allah juga
benci dengan amal sedekah dengan harta yang syubhat. Allah berfirman : “Dan
janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya”.(al-
Baqarah : 267). Selain Allah hanya menerima sedekah dari harta yang baik, Allah
juga tidak menerima amal perbuatan kecuali dari amal perbuatan yang baik, bersih
dari riya’, rasa bangga dan ingin didengar kebaikannya oleh orang lain.
Sabda Nabi Muhammad SAW: Allah berfirman : “Hai rasu-rasul, makanlah
dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh”.(al-Mu’minuun :
51) dan Allah berfirman : “Hai orang-orang yang berima, makanlah di antara rezeki
yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu”.(al-Baqarah : 172)
Maksud kata thoyyibat adalah halal.
Isi hadits tersebut menunjukkan bahwa seseorang akan diberi pahala atas
makanan yang ia makan jika bermaksud untuk menjalankan ketaatan kepada Allah
dan menghidupi dirinya sendiri. Itu semua termasuk kewajiban, berbeda apabila ia
makan hanya untuk menuruti nafsu dan bersenang-senang.
Ucapan Rasulullah : ((ِ‫حرَا م‬
َ ْ‫بِال‬ َ‫سهُ َحرَا ٌم َوغُذِ ي‬
ُ َ‫شرَبُ هُ َحرَا ٌم َومَلْب‬
ْ َ‫ )) مَ ْطعَمُ هُ َحرَا ٌم َوم‬arti
kata َ‫ غُذِ ي‬adalah kenyang yaitu bentuk fi’il maadhi majhul (kata kerja bentuk pasif).
Adapun kata ghadaa’ berarti makanan yang dimakan pada waktu siang hari. Allah
berfirman: “berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan
kita”.(al-Kahfi : 62).
Sabda Rasulullah : ((‫ص‬
ُ ‫صتَجَابُ لَه‬
ْ ‫ )) فََأنّىص يُس‬maksudnya mustahil Allah
mengabulkan doa. Oleh karena itu Imam ‘Ibadi mensyaratkan agar doa diterima
adalah ia harus makan yang halal. Yang benar adalah hal itu tidak ada syaratnya,
karena Allah mengabulkan kejahatan makhluknya yaitu Iblis. Firman Allah : “Allah
berfirman : “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”.(al-A’raaf :
15).
Hadits Ke 11
Wara’ dan meninggalkan perkara Syubhat

َ‫عَنْ َأبِي ممد السن بن علي بن أب طالب سبط رسول ال صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّم‬
‫ك ِإلَى مَا لَا‬
َ ُ‫ دَعْ مَا َيرِيب‬:َ‫وريانته قَالَ َحفِ ْظتُ مِنْ َرسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّم‬
)‫(رواه الترمذي و النسائي‬ َ‫َيرِيبُك‬
“Dari Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Abu Thalib, cucu kesayangan
Rasulullah berkata: “Aku hafal sabda Rasulullah: “Tinggalkanlah sesuatu yang
meragukanmu kepada yang tidak meragukanmu”.(HR Tirmidzi dan an-Nasaa’i).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Perkataan Rasulullah SAW : ((َ‫َيرِيبُ ك‬ ‫ع مَا َيرِيبُ كَ ِإلَى مَا لَا‬


ْ َ‫)) د‬ menunjukkan
bahwa orang yang bertakwa seharusnya tidak makan harta yang mengandung perkara
syubhat, sebagaimana ia menjauhkan diri dari makan barang haram seperti yang telah
diterangkan sebelumnya.

Ucapan beliau : ((َ‫َيرِيبُ ك‬ ‫ )) مَا لَا‬maksudnya berpalinglah kepada makanan yang


tidak mengandung keraguan. Makanan yang membuat hati dan jiwa tenang. Kata
arraibah ((ُ‫ )) ألرِيبة‬berarti keraguan dan telah disebutkan sebelumnya mengenai
syubhat.

1
Ditakhrij oleh Tirmidzi (2518) dan an-Nasaa’i dalam as-Sunanul Kubra (5220). Dishahihkan oleh Al
Albani dalam al Irwaa’ (2074).
Hadits Ke 12
Meninggalkan urusan yang tidak penting

‫عَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَالَ قَالَ َرسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ ِم ْن ُحسْ ِن ِإسْلَا ِم الْ َمرْ ِء َترْ ُك ُه مَا‬
)‫(رواه الترمذي‬ ِ‫لَا َيعْنِيه‬
“Dari Abu Hurairah ra ia berkata : bahwasanya Rasulullah pernah
bersabda: “Diantara keislaman seseorang yang baik adalah ia mau meninggalkan
urusan yang tidak penting baginya”.(HR Tirmidzi) 1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah SAW: (( ِ‫َيعْنِي ه‬ ‫)) مِ نْ حُ سْنِ إِ سْلَامِ الْ َم ْرءِ َترْكُ هُ مَا لَا‬ yakni urusan
agama dan dunia baik itu perbuatan maupun perkataan yang tidak penting baginya.
Rasulullah pernah berkata kepada Abu Dzar ketika ia bertanya kepada Rasulullah
mengenai shuhuf Ibrahim. Nabi menjawab: “Semuanya berisi tentang perumpamaan.
Di antaranya : “Wahai Sultan yang terlena, aku tidak mengutusmu untuk menumpuk
harta benda akan tetapi aku mengutusmu untuk menjawab ajakan orang yang
didzalimi karena aku tidak menjawabnya meskipun berasal dari orang kafir. Ada lagi
dalam shuhuf tersebut mengatakan bahwa seorang yang berakal selama masih sehat
harus memiliki 4 waktu : waktu untuk bermunajat kepada Tuhannya, waktu
merenungi ciptaan Allah, waktu untuk berinteropeksi diri dan waktu untuk
menyendiri bersama Allah Yang Maha Agung dan Maha Mulia. Salah satu waktu
tersebut membantu terwujudnya beberapa waktu yang lain. Dalam shuhuf tersebut ada
perumpamaan lagi, bahwa seorang yang berakal selama masih sehat akalnya harus
berusaha dalam 3 hal : mencari bekal untuk hari akhir, mencari penghidupan dan
kesenangan yang tidak dilarang. Ada lagi bagi orang yang berakal sehat harus
mengenal lingkungannya, siap menghadapi urusannya dan menjaga lidahnya.
Barangsiapa membandingkan antara ucapan dan perbuatan maka sudah pasti ia akan
sedikit berbicara kecuali mengenai hal yang penting baginya.

Aku berkata: Demi Allah, lalu apa yang ada dalam shuhuf Musa? Rasulullah
menjawab: Di dalamnya seluruhnya berisi pelajaran. Diantaranya : Sungguh aneh
bagi orang yang yakin akan masuk neraka bagaimana ia bisa tertawa. Mengherankan
bagi orang yang yakin akan mati bagaimana ia bisa gembira. Mengherankan bagi
orang yang melihat kekejaman dunia bagaimana ia bisa tenang begtu saja. Sungguh
aneh bagi orang yang yakin akan takdir lalu ia marah dan sungguh mengherankan
orang yang yakin akan hari kiamat nanti tapi ia tidak berbuat baik?!

Aku bertanya : “Demi Tuhan masih adakah sisa-sisa dari kedua shuhuf
tersebut? Rasulullah menjawab : “Masih Ya Abu Dzar, firman Allah: “Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia sembahyang. Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan
dunia. Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal. Sesungguhnya ini
benar-benar terdapat dalam kitab-kitab yang dahulu. (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan
Musa.(al-A’laa : 14-19).

1
Ditakhrij oleh Tirmidzi (2317) dan Ibnu Majah (3976) dishahihkan oleh Al Albani sebagaimana
tertera dalam Shahih Ibnu Majah (3211).
Aku bertanya: Demi Tuhan berilah aku nasehat! Rasulullah menjawab: “Aku
menasehatimu agar bertakwa kepada Allah karena takwa adalah inti amal
perbuatanmu seluruhnya”. Abu Dzar berkata: tambahkan lagi ya Rasulullah!
Rasulullah menjawab: “Engkau harus selalu membaca Al Qur’an dan banyak
mengingat Allah karena Dia mengingatmu selalu di langit. Aku berkata : “Lagi Ya
Rasulullah”. Rasulullah melanjutkan: “Engkau harus berjihad karena jihad adalah
perjuangan kaum mukminin”. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullah
berkata: “Engkau harus banyak diam, karena diam pengusir setan dan membantumu
dalam urusan agamamu”. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullahpun
menjawab: “Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya”. Aku berkata : “Lagi Ya
Rasulullah”. Rasulullah menjawab: “Janganlah kamu sekali-kali menjadikan dirimu
dicela”. Aku berkata : “Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullah menjawab: “Jagalah
silaturahmi meskipun mereka memutuskan hubungan denganmu”. Aku berkata :
“Lagi Ya Rasulullah”. Rasulullah menjawab : “Cukuplah seseorang berbuat jahat yang
ia tidak ketahui dan cukuplah membebani dirinya dengan urusan yang tidak penting
baginya”. “Hai Abu Dzar: “Tidak ada akal yang lebih baik seperti akal untuk berpikir.
Tidak ada kewarakan yang lebih baik seperti telapak tangan. Dan tidak ada keindahan
seperti keindahan wajah”. 2

Ditakhrij oleh Abu Nu’aim dalam al-Hilyah (1/166) dan Ibnu Habban dalam Shahihnya (2/361). Al-
Haitsami dalam bukunya al Mawaarid hal 54 : (di dalam riwayat tersebut ada Ibrahim bin Hasyim al
Ghassaani) Menurut Abu Hatim dan lainnya Ibrahim bin Hasyim adalah pendusta. Dan hadist ini
dilemahkan oleh al Albani sebagaimana tertulis dalam Dhaif al Jami’ (2122)
Hadits Ke 13
Cinta Kebaikan

ِ‫عَنْ أب حزة َأَنسٍ بن مالك رَضِي اللّهم َعنْه خادم رسول ال صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّ َم عَن‬
ِ‫ب لَِن ْفسِه‬
ّ ‫ح‬
ِ ُ‫ب ِلَأخِي ِه مَا ي‬
ّ ِ‫ لَا ُي ْؤمِ ُن َأحَدُ ُك ْم حَتّى يُح‬:َ‫الّنبِيّ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ قَال‬
)‫(رواه البخاري ومسلم‬
“Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya
seperti ia mencintai dirinya sendiri”.(HR Bukhari dan Muslim). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah SAW : (( ِ‫سه‬
ِ ْ‫حبّ ِلَنف‬
ِ ‫مَا ُي‬ ِ‫حبّ لِأَخِيه‬
ِ ُ‫)) لَا ُي ْؤمِنُ أَ َحدُكُمْ حَتّى ي‬
Yang paling utama memaknai arti kata saudara di sini adalah saudara pada umumnya
sehingga mencakup orang kafir dan orang islam. Jadi ia akan mencintai saudaranya
yang kafir sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri untuk masuk agama Islam dan
disamping juga mencintai saudara yang muslim untuk tetap dalam keislamannya.
Oleh karena itu berdoa agar orang kafir mendapat petunjuk adalah dianjurkan. Hadits
tersebut menafikan keimanan sempurna dari orang yang tidak mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.
Arti kata mahabbah adalah menghendaki kebaikan dan manfaat. Maksud
mahabbah sendiri adalah mahabbah diiniyah (cinta yang dilandasi agama) dan bukan
mahabbah basyariyah (cinta yang dilandasi nafsu manusiawi), karena karakter
manusia kadang tidak suka akan kebaikan dan membeda-bedakannya. Manusia harus
melawan tabi’at manusia dan mendoakan saudaranya serta mengharap ia memperoleh
kebaikan sebagaimana yang ia sukai. Apabila seseorang tidak mencintai saudaranya
sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri maka ia adalah orang yang dengki.
Dengki menurut Imam Al Ghazali terbagi menjadi 3 bagian:
Pertama: Berharap nikmat orang lain lenyap dan berharap ia mendapatkan
bagi dirinya sendiri.
Kedua : berharap nikmat orang lain lenyap meskipun nikmat itu tidak ia
dapatkan. Sebagaimana jika ia memiliki nikmat yang sama ataupun yang tidak ia
sukai. Dan ini adalah lebih dengki dari yang pertama.
Ketiga : Tidak berharap nikmat orang lain hilang tapi tidak suka orang lain
memperoleh keberuntungan dan kedudukan yang lebih tinggi darinya. Ia
menginginkan persamaan dan tidak menginginkan perbedaan. Ini juga dilarang karena
ia tidak rela dengan bagian yang telah Allah tentukan : “Apakah mereka yang
membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan...”.(az-Zukhruf : 32).
Barangsiapa tidak rela dengan bagian yang Allah tentukan maka ia telah menentang
pembagian dan kebijaksanaan Allah. Manusia harus memperbaiki dirinya dan
mencoba untuk menerima ketentuan Allah dan melawan nafsunya dengan mendoakan
musuhnya agar melawan nafsu seperti yang ia lakukan.

1
Ditakhrij oleh Bukhari (13) dan Muslim (54)
Hadits Ke 14
Kapan darah muslim itu halal

ُ‫ح ّل دَ م‬
ِ َ‫ لَا ي‬:َ‫ قَالَ رَ سُولُ اللّ هِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه وَ سَلّم‬:َ‫عَ ْن ابْ ِن مسعود رضي ال عَن هْ قَال‬
ُ‫س بِالّنفْ سِ وَالتّارِ ُك ِلدِينِ هِ الْ ُمفَارِ ق‬
ُ ْ‫ب الزّانِي وَالّنف‬
ُ ّ‫ث الثّي‬
ٍ ‫ئ مُ سْ ِل ٍم إِلّا ِبإِ ْحدَى ثَلَا‬
ٍ ِ‫امْر‬
)‫(رواه البخاري و مسلم‬ ِ‫لِلْجَمَا َعة‬
“Dari Ibnu Mas’ud ra ia berkata : Rasulullah telah bersabda: “Tidak halal
darah orang muslim kecuali tiga : seorang dewasa yang berzina, membunuh dan
meninggalkan agamanya lagi keluar dari jama’ah”.(HR Bukhari dan Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah : ((‫ص الزّانِي‬
ُ‫ )) الثّيّب‬maksudnya adalah orang yang pernah
menikah dalam pernikahan yang benar, lalu berzina setelah itu, maka ia harus dirajam
dan orang juga yang belum menikah ketika berzina karena mempunyai sifat muhshan
(beragama Islam, baligh, merdeka dan berakal).
Sabda Rasulullah : ((ِ‫بِالّنفْ س‬ ُ‫ )) وَالّنفْ س‬dengan syarat persamaan. Maka seorang
muslim tidak dibunuh karena membunuh seorang kafir dan seorang merdeka tidak
dibunuh karena membunuh seorang hamba sahaya menurut mahzab Syafi’i tapi tidak
bagi Mahzab Hanafi.
Sabda Rasulullah : ((ِ‫جمَاعَة‬
َ ْ‫الْ ُمفَارِ قُ لِل‬ ِ‫)) وَالتّارِ ُك لِدِينِ ه‬ maksudnya adalah orang
murtad. Kadang sesuai dengan jama’ah seperti seorang yahudi yang kemudian
menjadi nasrani dan sebaliknya maka ia boleh dibunuh. Karena ia meninggalkan
agamanya tanpa menyimpang dari jama’ah masyarakatnya. Dalam hal ini ada dua
pendapat, yang paling benar adalah ia tidak dibunuh tetapi disembunyikan di tempat
yang aman.
Kedua : ia harus dibunuh karena meyakini bahwa agama yang ia peluk adalah
salah lalu ia pindah agama yang sebelumnya ia anggap salah. Itu tidak benar maka
tidak dibiarkan saja tapi jika ia tidak masuk Islam maka harus dibunuh. Masalah
membunuh telah disebutkan juga sebelumnya.

1
Ditakhrij oleh Bukhari (6878) dan Muslim (1676)
Hadits Ke 15
Kemuliaan dan Diam

ِ‫ َمنْ كَا َن ُي ْؤ ِمنُ بِاللّ ِه وَالَْيوْم‬:َ‫صلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ قَال‬


َ ِ‫عَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ أن َرسُولَ اللّه‬
ْ‫ت َو َمنْ كَانَ يُ ْؤ ِمنُ بِال ّلهِ وَالْيَوْ ِم الْآ ِخرِ فَلْيُ ْكرِ ْم جَا َرهُ وَ َمن‬
ْ ُ‫الْآخِ ِر فَلَْي ُقلْ خَ ْيرًا أَ ْو لِيَصْم‬
)‫(رواه البخاري ومسلم‬ ُ‫كَا َن ُي ْؤمِ ُن بِاللّ ِه وَالَْيوْ ِم الْآ ِخرِ فَلُْي ْكرِمْ ضَ ْي َفه‬
“Dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam.
Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir,maka hendaklah ia
memuliakan tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari
Akhir,maka hendaklah ia memuliakan tamunya”.(HR Bukhari dan Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah : ((ْ‫مت‬


ُ ْ‫خَْيرًا َأوْ ِليَ ص‬ ْ‫ )) مَ نْ كَا نَ ُي ْؤمِ نُ بِاللّ هِ وَالَْيوْ مِ الْآ ِخرِ فَ ْلَيقُل‬Imam
Syafi’i berpendapat bahwa makna hadits adalah jika seseorang ingin berbicara maka
pikirkanlah dulu, jika jelas tidak berakibat buruk maka berbicaralah. Tapi jika jelas
berakibat buruk ataupun ragu maka tahanlah untuk berbicara. Imam Abu Muhammad
bin Abu Zaid, Imam Mazhab Maliki di Maroko berkata : “Semua adab kebaikan itu
diambil dari 4 hadits yaitu :
Pertama:
ْ‫َمنْ كَا َن ُي ْؤمِ ُن بِاللّ ِه وَالَْيوْ ِم الْآ ِخرِ فَلَْي ُق ْل خَ ْيرًا َأوْ لِيَصْ ُمت‬
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hendaklah ia
berkata baik dan atau diam”.

Kedua :
ِ‫ِم ْن ُحسْ ِن ِإسْلَا ِم الْ َمرْ ِء َترْ ُكهُ مَا لَا َيعْنِيه‬
“Diantara keislaman seseorang yang baik adalah ia mau meninggalkan
urusan yang tidak penting baginya”.2

Ketiga: Sabda Rasulullah kepada orang yang meminta wasiat kepada beliau:
ْ‫َلَتغْضَب‬
“Janganlah kamu marah”.3
Keempat: Sabdanya :
ِ‫سه‬
ِ ْ‫ب لَِنف‬
ّ ‫ح‬
ِ ُ‫ب ِلَأخِي ِه مَا ي‬
ّ ِ‫لَا ُي ْؤمِ ُن َأحَدُ ُك ْم حَتّى يُح‬
“Tidak beriman seseorang diantara kamu sehingga ia mencintai saudaranya
seperti ia mencintai dirinya sendiri”4I
Diambil dari Abu Qasim al-Qusyairi, bahwasanya ia berkata: “Diam pada
waktunya adalah sifat lelaki sejati demikian juga berbicara pada tempatnya adalah
1
Ditakhrij oleh Bukhari (6018) dan Muslim (37)
2
Ditakhrij oleh Tirmidzi (2317) , Ibnu Majah (3211) dan dalam Musnad Ahmad (1/201)
3
Ditakhrij oleh Bukhari (6116) dari hadits Abu Hurairah ra
4
Ditakhrij oleh Bukhari (13) dari hadits Anas bin Malik ra.
sifat yang paling mulia”. Ia melanjutkan : ‘Aku mendengar Abu Ali Daqqaq berkata :
‘Barangsiapa diam dari kebenaran maka ia adalah setan yang bisu”. Demikian juga
yang ia riwayatkan dalam Hilyatul-ulama dari beberapa orang dan juga dalam
Hilyatul-auliya’ seorang manusia hendaknya tidak mengeluarkan kata-kata kecuali ia
butuhkan. Selain itu seharusnya ia menafkahkan rezekinya sesuai yang ia butuhkan”.
Beliau berkata : “Jika kamu membeli kertas untuk menghafal tulisan maka kamu diam
tidak banyak bicara”. Diriwayatkan darinya bahwasanya Rasulullah bersabda :
ِ‫ِمنْ ِف ْقهِ الرّ ُج ِل قِ ّلةُ كَلَا ِم ِه فِيْمَا لَاَيعْنِ ْيه‬
“Diantara kecerdasan seorang lelaki adalah sedikit bicara dalam hal yang
tidak penting baginya”.1 Diriwayatkan juga bahwasanya Rasulullah bersabda :
ّ‫ل َتعَال َع ّز وَ َجل‬
ِ ‫ت ِإلّا َع ْن ذِ ْكرِ ا‬
ِ ْ‫س َعةٌ مِ ْنهَا فِي الصّم‬
ْ ‫ ِت‬:ٍ‫ش َرةِ َأ ْجزَاء‬
ْ ‫العَافِيَ ُة فِي َع‬
“Sehat itu ada dalam 10 bagian : 9 diantaranya dalam diam, kecuali
mengingat Allah SWT”.2

Ada pepatah yang mengatakan siapa yang diam maka ia selamat, sebagaimana
orang yang berkata maka ia mendapat bagian. Jika seorang ditanya : Kenapa kamu
terus diam?”. Ia menjawab : “Aku tidak pernah menyesal karena diam, bahkan aku
berulang kali menyesal karena mengucapkan kata-kata”.

Ada pepatah juga mengatakan : Luka karena lidah sama dengan luka karena
ulah tangan. Pepatah lain mengatakan : Lidah ibarat anjing yang suka menggigit jika
dilepas begitu saja maka ia akan menggigit.

Diriwayatkan dari Ali bin Abu Thalib ra:

Orang mati karena kesalahan lidahnya


Bukan mati karena tergelincir kakinya
Kesalahan lidah dapat dilempar kepalanya
Tergelincir kaki bisa diperlambat jalannya

Ada juga syair yang mengatakan:

Beruntunglah orang yang diam membisu


Ucapannya kadang ibarat menu
Tak semua dikata jadi jawaban pasti

Jawaban yang mengusik jiwa yang mati


Sungguh aneh orang yang banyak mendzalimi
Meyakini suatu hari nanti dirinya kan mati
Sabda Rasulullah SAW:
((ْ‫كرِ م‬
ْ ُ‫َفلْي‬ِ‫مَ نْ كَا َن ُي ْؤمِ نُ بِاللّ ِه وَالَْيوْمِ الْآ ِخرِ فَ ْلَيقُلْ خَْيرًا َأوْ ِليَصْ ُمتْ َومَ نْ كَا نَ ُي ْؤمِ نُ بِاللّ ِه وَاْلَيوْمِ الْآ ِخر‬
ُ‫ضْيفَه‬
َ ْ‫))جَا َر ُه َومَنْ كَانَ ُي ْؤمِنُ بِالّلهِ وَالَْي ْومِ الْآ ِخرِ َفلْيُ ْك ِرم‬

1
Tidak aku dapatkan
2
Ditakhrij oleh ad-Dailami (3/52) dari hadits Abdullah bin ‘Abbas dan al-‘Iraqi menyatakan hadits itu
mungkar seperti dalam al-faidhul, karangan al-Manawi (8/72). Hadits ini nyatakan dhaif oleh al-Albani
dalam Dhaiful-jami’ i (3834).
Al-Qadhi ‘Iyyadh berkata: Arti hadits tersebut ialah siapa memegang teguh
syari’at-syari’at Islam, maka ia wajib memuliakan tamu dan tetangganya. Rasulullah
bersabda :
ُ‫ت َأّنهُ سَُيوَ ّرثُه‬
ُ ْ‫مَا زَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَا ِر حَتّى ظَنَن‬
“Jibril tidak henti-hentinya memberikan nasehat kepadaku agar aku
memperhatikan tetangga, sampai aku mengira bahwa ia akan menjadi ahli
warisnya”.1
Rasulullah juga bersabda:
ُ‫ل دَا َره‬
ُ ‫َمنْ آذَي جَا َرهُ مَ ّل َكهُ ا‬
“Barangsiapa menyakiti tetangganya, niscaya Allah akan menjadikan rumah
yang menghina tadi milik tetangga yang dihina”. 2 Allah berfirman : “(berbuat
baiklah)...kepada tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh”.(an-Nisaa’ : 36).

Tetangga itu ada empat : yang tinggal bersama kamu dalam rumah atau isteri.
Seorang penyair berkata :
Wahai isteriku, engkau aku talak
Lalu berikutnya orang yang tinggal dekat dengan rumahmu, orang yang
jauhnya 40 rumah dari rumahmu dan orang yang tinggal bersamamu dalam satu
wilayah. Allah berfirman : “kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di
Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar”.(al-Ahzaab : 60). Tetangga dekat
Muslim memiliki 3 hak, tetangga yang jauh memiliki 2 hak dan tentangga selain
Muslim mempunyai 1 hak.

Menerima tamu adalah termasuk adab Islam, akhlak para nabi dan orang-
orang yang saleh. Imam al-Laits mewajibkan menerima tamu satu malam. Para ulama
berbeda pendapat : Apakah yang diterima menjadi tamu itu orang yang hidup menetap
dan juga mengembara ataukah khusus untuk orang yang mengembara saja? Imam
Syafi’y dan Muhammad bin Abdul Hakam berpendapat bahwa yang diterima sebagai
tamu boleh orang yang menetap maupun tidak. Malik dan Sahnun berpendapat bahwa
itu khusus untuk orang-orang yang tidak menetap. Karena seorang musafir bisa
mendapati di tempat-tempat orang menetap itu hotel-hotel dan tempat-tempat
penginapan. Dan juga bisa memperoleh barang-barang dagangan yang dibeli di pasar-
pasar. Dalam sebuh hadits disebutkan :
‫الضّيَافَةُ عَلى َأهْ ِل الْ َوَبرِ َولَيْسَ عَلى َأهْ ِل الْ َمدَر‬
“Yang diterima menjadi tamu adalah orang-orang yang mengembara bukan
orang-orang yang menetap”.3

1
Ditakhrij oleh Bukhari (6014) dan Muslim (2624) dari hadits ‘Aisyah.
2
Disebutkan oleh Al ‘Ajluni dalam Kasyful khafa (2/219) bahwa hadits ini tidak mempunyai asal
muasal, mungkin ucapan itu seperti ucapan pada umumnya dan bukanlah sebuah hadits.
3
Ditakhrij oleh Ibnu Uday dalam al-Kamil (1/273) dan ad-Dailami (3712) dari hadits Abdullah bin
Umar ra . Al Albani mengatakan dalam Dhaifah (791) bahwa hadits itu palsu.
Hadits ke 16
Melarang marah

‫ لَا‬:َ‫ َأوْصِنِي قَال‬:َ‫صلّى اللّهم عََليْهِ َوسَلّم‬


َ ّ‫عَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ رَضِي اللّهم َعنْه َأنّ رَجُلًا قَالَ لِلّنِبي‬
)‫(رواه البخاري‬ ْ‫ لَا َتغْضَب‬:َ‫َتغْضَبْ َفرَدّ َد مِرَارًا قَال‬
“Dari Abu Hurairah ra, bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada
Rasulullah SAW : “Berilah aku nasehat”. Rasulullah bersabda: “Janganlah kamu
marah”. Lelaki itu terus meminta Rasulullah memberikan nasehat. Rasulullah
menjawab: “Janganlah kamu marah”.(HR Bukhari). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah SAW: ((‫ص‬
ْ ‫َت ْغضَب‬ ‫)) لَا‬ maksudnya janganlah menuruti
kemarahanmu. Larangan tersebut tidak mengarah kepada hakekat marah itu sendiri.
Karena marah merupakan watak manusia. Tidak mungkin seorang manusia
membuang amarah dari dirinya . Adapun sabda Rasulullah SAW:

‫ب ابْ نِ آدَ مَ أَلَ ْم َترَوْا ِإلَى َأ َحدِكُ ْم ِإذَا‬


ِ ْ‫ب جَ ْم َرةٌ تََت َو ّقدُ فِي قَل‬
َ َ‫ِإيّاكُ ْم وَ اْلغَضَب فإِنّ اْلغَض‬
ْ‫س َأحَدُ ُك ْم ِبشَيْ ٍئ ِمنْ َذِلكَ فَلْيَضج ْع َأو‬
ّ َ‫خ أَ ْودَا ُج ُه َفإِذَا أَح‬
ُ ِ‫ف تَحْ َمرّعَيْنَا ِه َوتَنَْتف‬
َ ْ‫غَضِبَ كَي‬
ِ‫ص ْق بِاْلأَرْض‬
َ ْ‫فَلْيَل‬
“Jauhkanlah dirimu dari amarah, karena amarah ibarat barat api yang
membara di dalam hati manusia. Tidakkah kamu bisa melihat salah seorang diantara
kamu ketika ia marah, bagaimana matanya merah dan urat-urat lehernya
mengembang. Jika seorang diantara kamu merasakan hal tersebut, maka baringlah
atau tengkuraplah di atas tanah”.2
Seorang lelaki datang menghadap Rasulullah seraya berkata : “Ya Rasulullah,
ajarkanlah aku ilmu yang bisa mendekatkan diriku ke surga dan menjauhkanku dari
neraka. Rasulullah menjawab :
ُ‫ك الْجَّنة‬
َ َ‫ب َول‬
ْ َ‫لََتغْض‬
“Janganlah kamu marah, maka kamu mendapat surga”. 3
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda :
‫إِ ّن اْلغَضَبَ مِ َن الشّيْطَانِ َوإِ ّن الشّيْطَا َن خُ ِل َق ِمنَ النّارِ َوِإنّمَا تُ ْط َفُأ النّا ُر بِالْمَاءِ فَِإذَا‬
ْ‫ضأ‬
ّ َ‫ب َأ َحدُ ُكمْ فَلْيََتو‬
َ ِ‫غَض‬
“Sesungguhnya amarah itu berasal dari Setan, dan Setan diciptakan dari api.
Api itu dipadamkan dengan air. Dan jika seorang diantara kamu marah maka
hendaklah ia berwudhu’”.4
1
Shahih Bukhari (6116)
2
Ditakhrij oleh Ahmad (3/61), Tirmidzy d(2191) dan Abdurrazaq (20720) dari hadits Abu Sa’id al
Khuddry ra. Al Albani mendha’ifkan hadits tersebut (385) dari kumpulan hadits dha’if Tirmidzy
3
Ditakhrij oleh ath-Thabrani dalam al-Ausath (2352) dan dishahihkan olel al-Albani dalam Shahihul-
jami’ (7374).
4
Ditakhrij oleh Abu Daud (4784), dari hadits Athiyah bin Urwah as Sa’idy. Al-Albani menyatakan
bahwa hadits itu dhaif dalam al Misykah (5113)
Abu Dzar al Ghifary berkata bahwasanya Rasulullah bersabda :
ْ‫ب وَِإلّا فَلْيَضْ َطجِع‬
ُ َ‫س َفإِنْ َذهَبَ عَ ْن ُه اْلغَض‬
ْ ‫ب أَ َحدُ ُكمْ َو ُهوَ قَائِ ٌم فَلْيَجْ ِل‬
َ ‫ض‬
ِ َ‫ِإذَا غ‬
“Jika seorang dari kamu marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia
duduk karena duduk bisa melenyapkan amarahnya kalau tidak, maka
1
berbaringlah”.
Isa As pernah berkata kepada Yahya bin Zakaria as : “Aku mengajarkanmu
ilmu yang bermanfaat : jangan kamu marah. Yahya bertanya : “Bagaimana bisa aku
tidak marah?” Isa menjawab : “Jika orang lain menggunjing apa yang ada dalam
dirimu, maka katakanlah : ‘Kamu berdosa, aku memohon ampun kepada Allah’. Jika
kamu dikatai dengan apa yang tidak ada pada dirimu maka ucapkan Alhamdulillah
karena apa yang dalam dirimu tidak menjadikan kamu dicela, maka itu adalah
kebaikan bagimu”.

Amru bin ‘Ash pernah berkata: “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
tentang hal-hal yang bisa menjauhkan aku dari kemarahan Allah SWT. Rasulullahpun
menjawab:
ْ‫لَا تَغْضَب‬
“Jangan kamu marah”.2
Luqman pernah berkata kepada anaknya: “Jika engkau ingin mengambil
seorang saudara maka buatlah ia marah. Jika ia berlaku adil maka dia juga
membuatmu marah, jika tidak maka hati-hatilah terhadapnya”.

1
Ditakhrij oleh Ahmad (5/152) dan Tirmidzy (4783) dan dishahihkan oleh al-Albani (693)
2
Ditakhrij oleh Ahmd (2/175) dengan isnad yang shahih.
Hadits ke 17
Lemah lembut dan berbuat baik

َ‫ إِ ّن ال ّلهَ كَتَب‬: َ‫صلّى اللّهم عََليْهِ َوسَلّمَ قَال‬


َ ِ‫عَنْ َأبِي َيعْلىَ شَدّادِ بْنِ َأوْسٍ عَنْ َرسُولِ اللّه‬
ّ‫حد‬
ِ ُ‫ح َولْي‬
َ ْ‫الِْإ ْحسَانَ عَلَى ُك ّل شَيْ ٍء َفِإذَا قَتَلُْت ْم َفَأحْسِنُوا اْلقِتْ َلةَ َوِإذَا َذبَحُْت ْم َفأَ ْحسِنُوا ال ّذب‬
)‫(رواه مسلم‬ ُ‫ح َذبِيحََته‬
ْ ِ‫أَ َحدُ ُكمْ َش ْف َرتَ ُه فَلُْير‬
“Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus ra dari Rasulullah SAW beliau bersabda:
“Sesungguhnya Allah menuliskan kebaikan atas segala sesuatu. Jika kamu
membunuh maka baguskanlah cara membunuh dan jika kamu menyembelih
baguskanlah menyembelih dan hendaknya menajamkan pisau serta lemah lembutlah
kepada hewan yang disembelih”.(HR Muslim). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah SAW (( ٍ‫يء‬


ْ َ‫ش‬ ‫َبص الِْإحْسصَا َن عَلَى كُ ّل‬
َ ‫ّهص كَت‬
َ ‫)) إِن ّ الل‬ di antara
kebaikan ketika mengqishah orang Muslim adalah mengecek alat untuk qishah dan
jangan mengqishah dengan alat yang tumpul. Selain itu seseorang seharusnya
menajamkan pisau ketika menyembelih binatang dan lemah lembut kepada hewan
yang disembelih tersebut. Jangan sekali-kali memotong bagian lain dari tubuh hewan
sebelum ia mati. Jangan mengasah pisau di hadapan hewan tersebut. Sebaiknya ia
menyodorkan air ke hewan tersebut sebelum disembelih. Jangan sekali-kali
menyembelih unta yang masih banyak susunya, atau yang bunting sampai habis
susunya. Dan jangan memerah susunya sampai habis dan memotong kuku-kukunya
ketika memerah susunya. Orang-orang berkata: “Janganlah menyembelih salah satu
hewan di depan yang lain”.

1
Shahih Muslim (1955)
Hadits ke 18
Takwa dan Akhlak Baik

ِ‫ت َوأَتْبِع‬
َ ْ‫عَنْ َأبِي ذَرّ قَالَ قَالَ لِي َرسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ اّتقِ ال ّل ِه حَيْثُمَا كُن‬
)‫(رواه مسلم‬ ٍ‫سن‬
َ ‫حهَا َوخَاِلقِ النّاسَ ِبخُ ُلقٍ َح‬
ُ ‫حسََنةَ تَ ْم‬
َ ْ‫السّيَّئ َة ال‬
Artinya: “Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah, Abu Abdurrahman Mu’adz bin
Jabal dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Bertakwalah kepada Allah di manapun
kamu berada, dan berbuatlah baik sebagai ganti jika sebelumnya berbuat tercela
sehingga kebaikan itu menghapus kejelekan sebelumnya dan pergaulilah orang
dengan akhlak yang baik”.(Diriwayakan oleh Tirmidzy, ia berkata bahwa hadits ini
hadits hasan. Dalam beberapa naskah hadits, hadits ini adalah hadits shahih). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah ((َ‫كُنْ ت‬ ‫)) اتّ قِ اللّ هِ َحيْثُمَا‬ artinya bertakwalah kepada Allah
dalam kesendirian, sebagaimana kamu bertakwa kepada-Nya di tengah-tengah
manusia. Bertakwalah kepada-Nya di segala tempat dan waktu.
Diantara hal yang bisa membantu ketakwaan adalah menghadirkan perasaan
bahwa Allah SWT mengawasi hamba dalam segenap keadaannya. Allah berfirman:
“Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang
keempatnya”.(al-Mujadilah : 7).

Takwa adalah kata singkat tapi bermakna luas, yaitu melakukan seluruh
kewajiban dan meninggalkan segala larangan Allah.

Sabda Rasulullah ((‫محُه َا‬


ْ َ‫ت‬ َ‫َسصنَة‬
َ ‫السصيّئَ َة الْح‬
ّ ‫ِعص‬ِ ‫)) وََأتْب‬ maksudnya jika kamu
melakukan perbuatan tercela, maka mohon ampunlah kepada Allah SWT dan
lakukanlah kebaikan setelah itu sehingga bisa menghapus keburukan amal
sebelumnya.

Ketahuilah bahwa makna eksplisit hadits ini menunjukkan bahwa amal baik
itu hanya menghapus amal kejelekan satu saja meskipun kebaikan itu diberi balasan
dengan 10. Artinya bahwa pahala berlipat ganda tidak dapat menghapus segala
kejelekan. Tapi ini bukan maksud sebenarnya, karena satu kebaikan itu bisa
menghapus 10 keburukan. Dalam sebuah hadits ada bukti yang menunjukkan hal
tersebut yaitu Sabda Rasulullah :

َ‫شرًا َفذَِلكَ خَ ْمسُون‬


ْ ‫شرًا وَتسَبّحُون َع‬
ْ ‫شرًا َوتُحْ ِمدُون َع‬
ْ ‫تكبون فِي ُدُبرِ ُكلّ الصَلَاةٍ َع‬
ِ‫ف وَخَمْسُ مِاَئةٍ فِي الْمِيزَان‬
ٌ ْ‫وَمِائَ ٌة بِاللّسَا ِن َوأَل‬
“Setiap habis sholat kamu membaca takbir sebanyak 10 kali, tahmid 10 kali
dan tasbih 10 kali maka itu sama dengan 150 kali dengan lisan dan 1500 kali dalam
timbangan amal”. Kemudian Rasulullah bersabda :

1
Jami’ut Tirmidzi (1987) dan dalam al-Misykah (5083) al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan.
ٍ‫َأّيكُ ْم َيفْ َع ُل فِي الْيَوْ ِم اْلوَا ِحدِ َأْلفًا َوخَ ْمسُمِائَة سَيَّئة‬
“Siapa saja diantara kamu yang melakukan kejelekan sebanyak 1500 kali
dalam satu hari (kejelekannya dapat dihapus)”.1
Ini menunjukkan bahwa pelipatgandaan pahala dapat menghapus banyak amal
jelek.
Makna eksplisit hadits adalah bahwa kebaikan bisa menghapus kejelekan yang
berhubungan dengan hak Allah. Sementara kejelekan yang berhubungan dengan
manusia lain seperti marah, menggunjing dan menghasut, maka tidak akan dihapus
oleh Allah kecuali ia meminta maaf kepada orang lain. Ia harus menyebutkan
kedzaliman yang telah ia perbuat terhadap orang lain dengan mengatakan : “Aku telah
menggunjingmu begini dan begitu”.

Hadist tersebut juga menunjukkan bahwa interopeksi diri adalah wajib.


Rasulullah SAW bersabda :
‫سكُ ْم قَ ْبلَ أَنْ ُتحَاسَُبوْا‬
َ ‫حَاسُِبوْا َأنْ ُف‬
“Hitunglah amal-amal perbuatan kamu sebelum amal-amalmu dihitung (di
Hari Kiamat nanti)”. 2
Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat)”.(al-Hasyr : 18).

Sabda Rasulullah SAW: ((ٍ‫سن‬


َ َ‫ح‬ ‫خلُ ٍق‬
ُ ِ‫ )) وَخَالِ قِ النّا سَ ب‬ketahuilah bahwa akhlak
yang baik itu mengandung makna berbuat baik kepada orang lain dan tidak
menyakitinya. Rasulullah bersabda :
ِ‫سنِ الْخُ ُلق‬
ْ ‫ط اْلوَ ْجهِ وَ ُح‬
ِ ْ‫سعُ ْو ُهمْ بَِبس‬
ْ ‫س ِبأَ ْموَاِلكُ ْم َف‬
َ ‫س َعوْا النّا‬
ْ ‫ِإّنكُ ْم َلنْ َت‬
“Sesungguhnya kamu tidak akan bisa mendekati orang-orang dengan
hartamu, tapi dekatilah mereka dengan wajah berseri dan akhlak yang baik”.3
Rasulullah juga bersabda :
‫خِيَارُ ُكمْ أَ ْحسََنكُ ْم َأخْلَاقًا‬
“Sebaik-baik kamu adalah yang paling baik akhlaknya”. 4
Di hadits lain Rasulullah juga bersabda:
‫سنُ الْخُلُق‬
ْ ‫ ُح‬: َ‫ل مَا َأفْضَ ُل الْأَ ْعمَال؟ قَال‬
ِ ‫ يَا َر ُسوْلَ ا‬: ‫أَنّ َرجُلًا أَتَاهُ َفقَا َل‬
“Seseorang datang kepada Rasulullah dan bertanya: Ya Rasulullah, apakah
amal yang paling utama?” Rasulullah menjawab: “Akhlak yang baik”.1
Itu sama dengan hadits yang telah lewat yaitu jangan marah.

Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW pernah mengeluhkan keburukan


1
Ditakhrij oleh Abu Daud (5065), An Nasaai dalam al Kubra (1271) dan Ibnu Majah (926) dari hadits
riwayat Abdullah bin Amru bin ‘Ash ra. Dishahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah (722)
2
Ditakhrij oleh Ibnu Abi Dunya dalam “Muhasabatun Nafsi” hal. 22.
3
Ditakhrij oleh Al Hakim (1/124) dan Abu Ya’la (6550) dengan isnad dhaif. Al Albani melemahkan
hadits tersebut dalam as silsilah ad dhaifah (643).
4
Ditakhrij oleh Bukhari (3559) dan Muslim (2331) dari hadits riwayat Abdullah bin Amru ra
1
Ditakhrij oleh Ibnu Nasr dalam (Ta’dziim qadaris sholat) (2/878).
akhlak isterinya kepada Allah. Lalu Allahpun berfirman kepadanya: “Itu menjadi
bagian penderitaan bagimu”.

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah bersabda:


‫ي إِيَانًا أَ ْحسَُن ُهمْ خُ ُلقًا َوخِيَارُ ُكمْ خِيَارُ ُكمْ لِِنسَاِئهِ ْم خُ ُلقًا‬
َ ِ‫أَكْ َم ُل الْ ُم ْؤمِن‬
“Orang-orang yang paling sempurna imannya adalah mereka yang palig baik
akhlaknya. Dan sebaik-sebaik kamu adalah yang paling baik akhlaknya terhadap
isterinya”.2

Rasulullah juga bersabda:


‫ َفإِّنهُ لَا ُيكْ ِملُ ِإلّا ِبهَا‬,ِ‫س ِن الْخُ ُلقِ َو السّخَاء‬
ْ‫ح‬ُ ِ‫ل ِإخْتَارَ َل ُكمُ اْلإِسْلَا َم ِديْنًا َفأَ ْك ِرمُ ْو ُه ب‬
َ ‫إِنّ ا‬
“Sesungguhnya Allah memilihkan Islam sebagai agama bagimu, maka
muliakanlah Islam dengan akhlak yang baik dan bermurah hati. Karena Islam tidak
akan sempurna tanpanya”.3

Jibril As pernah berkata kepada Nabi Muhammad ketika turun wahyu Allah :
“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh”.(al-A’raaf : 199).
Rasulullahpun menafsirkan ayat tersebut, bersabda : “hendaklah kamu
memaafkan orang yang berbuat dzolim kepadamu, menyambung silaturahmi kepada
orang yang memutusnya dan memberikan sesuatu kepada orang lain yang tidak mau
memberikan sesuatunya kepadamu”.

Allah berfirman : “Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik.
Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah
telah menjadi teman yang sangat setia”.(Fushshilat : 34).

Dikatakan dalam menafsirkan firman Allah : “Dan sesungguhnya kamu


benar-benar berbudi pekerti yang agung”.(al-Qalam : 4).
Hendaknya orang itu berakhlak Qur’ani, melakukan segala perintah dan
meninggalkan larangnya, ridho karena ridhonya dan marah karena marahnya
Rasulullah.

2
Ditakhrij oleh Tirmidzi (1162) dan menurut Al Albani dalam (as Shahihah) hadits tersebut hasan.
3
Ditakhrij oleh ath Thabrani dalam Al Ausath dan oleh al-Haitsami dilemahkan dalam al Majma’
(3/127)
Hadits ke 19
Perhatian dan Penjagaan Allah

‫ يَا غُلَا ُم ِإنّي‬:َ‫صلّى اللّه عََليْهِ َوسَلّ َم َيوْمًا َفقَال‬


َ ِ‫عَنِ ابْ ِن َعبّاسٍ قَالَ ُكْنتُ خَلْفَ َرسُولِ اللّه‬
َ‫ت فَاسَْألِ ال ّله‬
َ ْ‫ك ِإذَا َسأَل‬
َ َ‫ج ْد ُه تُجَاه‬
ِ َ‫ظ ال ّلهَ ت‬
ِ َ‫حفَ ْظكَ ا ْحف‬
ْ َ‫ظ ال ّلهَ ي‬
ِ َ‫أُعَلّ ُمكَ كَلِمَاتٍ ا ْحف‬
ْ‫ت فَاسَْت ِعنْ بِال ّلهِ وَاعْ َلمْ أَنّ اْلُأمّ َة َلوِ اجْتَ َمعَتْ عَلَى أَ ْن يَ ْنفَعُو َك ِبشَيْ ٍء َلم‬
َ ْ‫وَِإذَا اسَْتعَن‬
‫ضرّو َك ِإلّا‬
ُ َ‫ضرّو َك ِبشَيْ ٍء َلمْ ي‬
ُ َ‫ك َولَوِ اجْتَ َمعُوا عَلَى أَ ْن ي‬
َ َ‫شيْ ٍء َقدْ َكتََبهُ ال ّلهُ ل‬
َ ‫يَ ْن َفعُو َك ِإلّا ِب‬
ٌ‫سن‬
َ َ‫ث ح‬
ٌ ‫ف قَالَ َهذَا َحدِي‬
ُ ُ‫شيْ ٍء َقدْ كََتَبهُ ال ّلهُ عَلَ ْيكَ ُر ِفعَتِ اْلَأقْلَا ُم َو َجفّتِ الصّح‬
َ ‫ِب‬
)‫(رواه الترمذي‬ ٌ‫صَحِيح‬
‫ك َت َعرّفْ ِإلَ ْيهِ فِي‬
َ َ‫ج ْد ُه َأمَام‬
ِ َ‫ظ اللّ َه ت‬
ِ َ‫حفَ ْظكَ ا ْحف‬
ْ َ‫ظ اللّ َه ي‬
ِ َ‫ ا ْحف‬: ‫وف رواية غي الترمذي‬
‫ وما أصابك ل يكن‬,‫شدّ ِة واعلم أن ماأخطأك ل يكن ليصيبك‬
ّ ‫ك فِي ال‬
َ ْ‫ال ّرخَا ِء َي ْع ِرف‬
‫سرًا‬
ْ ‫ب وَأَ ّن مَ َع اْل ُعسْ ِر ُي‬
ِ ْ‫صرَ مَ َع الصّ ْب ِر َوأَنّ اْل َفرَجَ مَ َع اْل َكر‬
ْ ّ‫ وَاعْ َل ْم أَ ّن الن‬,‫ليخطئك‬
“Dari Ibnu Abbas, ia berkata : “Pada suatu hari aku berada di belakang Rasulullah
SAW, lalu beliau berkata kepadaku : “Hai anak muda, sesungguhnya aku akan
mengajarkanmu beberapa kata : “Jagalah hak-hak Allah atasmu, maka Dia akan
menjagamu. Jagalah hak-hak Allah atasmu, niscaya engkau mendapati-Nya di
depanmu. Jika engkau ingin memohon sesuatu, maka mohonlah kepada Allah. Jika
ingin meminta tolong, maka mintalah kepada Allah. Ketahuilah seandainya umat
manusia bersatu untuk memberi manfaat kepadamu dengan sesuatu, maka sekali-kali
mereka tidak bisa berbuat itu kecuali yang Allah telah tentukan baik bagimu. Dan
bila mereka bersatu untuk menyelakakanmu dengan sesuatu, maka mereka tidak bisa
kecuali dengan sesuatu yang telah Allah tentukan bisa menyelakakanmu. Allah telah
menentukan takdir makhluk sebelum mereka diciptakan dan Allah telah selesai
menuliskan takdir mereka”. 1 Tirmidzi mengatakan bahwa hadits tersebut hadits
hasan shahih.
Dalam riwayat selain Tirmidzi: “Jagalah hak-hak Allah atasmu niscaya kamu
mendapati-Nya ada di hadapanmu. Kenalilah Allah ketika engkau dalam keadaan
bahagia, niscaya Allah mengenalmu ketika dalam kesusahan. Ketahuilah bahwa yang
salah pasti salah dan benar pasti benar. Dan ketahuilah bahwa kemenangan itu
bersama dengan kesabaran, sesudah kesempitan ada kelapangan dan sesudah ada
kesulitan ada kemudahan”. 2

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah SAW: ((‫ص‬
َ ‫حفَظْك‬
ْ ‫ )) ا ْحفَظ ِص اللّه َص َي‬maksudnya jagalah segala
perintah Allah dan taatilah perintah-Nya dan jauhilah larangan-larangan-Nya, maka
Allah akan memenuhi permintaanmu dan menjagamu baik dunia dan akhirat. Allah

1
Jami’ut Tirmidzy (2516) hadits ini dalam Musnad Ahmad ada dalam (1/293) dishahihkan oleh Al
Albani dalam Shahihul Jami’
2
Ditakhrij oleh Ahmad (1/307) dan al-Hakim (3/624)
berfirman : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik”.(an-Nahl : 97). Adapun segala bala dan musibah
yang menimpa seorang hamba adalah disebabkan ia menyia-nyiakan perintah Allah
SWT. Allah berfirman : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri”.(asy-Syuura : 30).
Sabda Rasulullah : ((َ‫تُجَاهَ ك‬ ُ‫ )) تَجِدْ ه‬artinya adalah di hadapanmu. Sabda
Rasulullah ((ِ‫دة‬
ّ ّ‫ )) َت َعرّ فْ ِإلَيْ هِ فِي الرّخَاءِ َي ْعرِفْ كَ فِي الش‬Allah telah menegaskan dalam
Kitab-Nya bahwa amal saleh itu membawa manfaat dalam keadaan susah dan bisa
menyelamatkan orang yang beramal saleh. Adapun perbuatan jelek akan
mengakibatkan kesusah bagi orang yang melakukannya. Firman Allah dalam
menceritakan tentang Yunus As : “Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-
orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu
sampai hari berbangkit”.(ash-Shaaffaat : 143-144).
Dan tatkala Fir’aun hampir tenggelam ia berkata: “Saya percaya bahwa tidak
ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil”. Allahpun berfirman :
“Apakah sekarang (baru kamu percaya), padahal sesungguhnya kamu telah durhaka
sejak dahulu, dan kamu termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan”.(Yunus :
90-91).
Sabda Rasulullah : (( َ‫اللّه‬ ‫ )) ِإذَا سَأَْلتَ فَاسْأَ ِل‬menunjukkan bahwa seorang hamba
tidak boleh menggantungkan hatinya kepada selain Allah. Tapi ia harus
menggantungkan sepenuhnya kepada Allah. Jika hajat yang ia mau tidak ada
hubungannya dengan makhluknya, seperti memohon hidayah, ilmu dan pemahaman
tentang Al Qur’an dan as-Sunnah, sembuh dari penyakit dan mohon selamat dari bala
dunia dan akhirat, maka ia memohon kepada Allah. Apabila hajat yang ia mau ada
hubungannya dengan makhluknya seperti kebutuhan yang berhubungan dengan
tukang, pegawai dan pemimpin, mintalah kepada Allah agar hati orang-orang itu
condong kepadanya sambil berdoa: “Ya Allah, condongkanlah hati para hamba-Mu
kepada kami”. Dan doa semacamnya. Dan janganlah meminta kepada Allah agar tidak
membutuhkan makhluk yang lain, karena Rasulullah pernah mendengar Ali berdoa:
“Ya Allah jauhkanlah aku dari makhluk ciptaanmu”. Rasulullahpun bersabda:
ْ‫ ال ّلهُم أَغْنِنَا َعن‬: ْ‫ َوَلكِن ُقل‬,ٍ‫ضهُم ِإلَى َبعْض‬
ُ ْ‫ج َبع‬
ُ ‫لَا َتقُل َه َكذَا َفإِنّ الْخَ ْل َق يَحْتَا‬
َ‫شَرَا ِر خَ ْلقِك‬
“Jangan sekali-kali katakan itu, karena manusia antara satu dengan lainnya saling
membutuhkan, tapi katakanlah : “Ya Allah jauhkanlah kami dari kejahatan
makhlukmu”.1
Adapun meminta sesuatu kepada makhluk dan bergantung kepadanya maka
itu tercela. Diriwayatkan dari Allah SWT dalam firman-Nya di Kitab-kitab suci :
“Apakah selain pintu-Ku diketuk dengan penuh pengharapan sementara pintu-Ku
terbuka? Ataukah kepada selain Aku ia berharap dalam kesempitan sementara Aku
adalah Raja Yang Berkuasa? Barangsiapa mengharap kepada selain-Ku, maka Aku
akan memakaikan pakaian kehinaan di antara manusia yang lain...sampai akhir”.
Sabda Rasulullah SAW : ((َ‫الُْأمّة‬ ّ‫)) وَاعَْل مْ أَن‬ ketika orang kadang mengharap
kebaikan orang yang dicintainya dan takut akan kejahatan dari orang yang ia
1
Disebutkan oleh al ‘Ajluni dalam “Kasyful Khufa” (1/188) dan itu tidak shahih.
waspadai, maka Allah pasti menghilangkan keputusasaan dari makhluknya dengan
firman-Nya : “Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki
kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya”.(Yunus : 107).
Ini semua tidak bertentangan dengan cerita tentang Musa As : “...maka aku takut
mereka akan membunuhku”.(asy-Syu’araa’ : 107) dan (al-Qishash : 33). Allah juga
berfirman : “(Ya Tuhan) sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa
kami atau akan bertambah melampaui batas”.(Thaahaa : 45). Demikian juga Allah
berfirman : “..bersiap siagalah kamu”.(an-Nisaa’ : 71). Dan lain sebagainya.
Tetapi kesalamatan dan kebinasaan itu ditentukan oleh Allah. Manusia hanya
bisa beralih dari sebab-sebab binasa menuju sebab-sebab selamat. Allah SWT
berfirman : “dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam
kebinasaan”.(al Baqarah : 195).
Sabda Rasulullah SAW: ((ِ‫الصّ ْبر‬ َ‫)) وَاعَْلمْ أَنّ الّنصْ َر مَع‬
Rasulullah SAW bersabda :
َ‫ َفإِنّ الَ مَع‬,‫لَا تَمَّنوْا ِلقَاءَ اْل َعدُ ّو وَسَلُوا ال ّلهَ اْلعَافَِي َة َفإِذَا َلقِيتُمُو ُهمْ فَاصِْبرُوا َولَا َت ِف ّروْا‬
‫الصّاِب ِريْن‬
“Janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, tapi mintalah kepada Allah
agar diberikan kekuatan. Jika kamu bertemu dengan mereka, maka bersabarlah dan
janganlah melarikan diri, karena sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang
bersabar”.2
Sama halnya dengan kesabaran akan penderitaan, itu juga akan berakhir dengan
kemenangan.
Sabda Rasulullah : ((ِ‫كرْ ب‬
َ ْ‫ال‬ َ‫ج مَ ع‬
َ َ‫)) وَأَنّ اْل َفر‬ al-karbu adalah bencana yang
keras. Jika bencana bertambah keras, maka Allah akan memberikan jalan keluar
seperti pepatah mengatakan : “Kuatkanlah dirimu menghadapi musibah niscaya kaum
mendapat jalan keluar”.
Sabda Rasulullah : ((‫سرًا‬
ْ ُ‫ي‬ ِ‫سر‬
ْ ُ‫ )) وَأَنّ مَعَ اْلع‬disebutkan di hadits lain bahwasanya
Rasulullah bersabda :
‫سرَين‬
ْ ‫س ٌر ُي‬
ْ ‫لَا َيغْلِبُ ُع‬
“Satu kesukaran tidak akan mengalahkan dua kemudahan”.
Allah menyebutkan kata al ‘usru sebanyak dua kali dan kemudahan dua kali.
Akan tetapi menurut tata bahasa Arab, isim ma’rifah (kata benda tertentu) jika diulang
dua kali maka maknanya satu, karena laam kedua adalah lil’ahdi (untuk benda yang
sudah diketahui sebelumnya tanpa disebutkan), tapi kalau isim nakirah (kata benda
tak tertentu) diulang dua kali maka maknanya banyak. Kata al ‘usru disebutkan dua
kali dengan bentuk ma’rifah dan kata yusru disebut dua kali dengan bentuk nakirah
maka jadi dua. Oleh karena itu Rasullah bersabda : ((‫سرَين‬
ْ ُ‫ي‬ ‫س ٌر‬
ْ ُ‫))لَا َي ْغِلبُ ع‬

2
Ditakhrij oleh Bukhari (3026) dan Muslim (1741) dari hadits Abu Hurairah ra.
Hadits ke 20
Rasa malu dan iman

‫ قَا َل النِّبيّ صَلّى‬:َ‫سعُو ٍد عُ ْقَب َة بن عُمْرِو اْلأَْنصَارِي اْلبَدَرِي رضي ال عنه قَال‬
ْ َ‫عَنْ َأبِي م‬
‫حيِ فَاصَْن ْع مَا‬
ْ َ‫ ِإذَا لَ ْم َتسْت‬:‫س ِمنْ كَلَا ِم النّبُ ّو ِة الول‬
ُ ‫اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ إِ ّن مِمّا َأدْرَ َك النّا‬
)‫(رواه البخاري‬ َ‫شِئْت‬
“Dari Abu Mas’ud ‘Uqba bin Amru al-Anshari dan al-Badari ra berkata
bahwasanya Rasulullah bersabda : “Di antara kata-kata kenabian yang pertama
yang diketahui oleh manusia adalah jika kamu tidak malu, maka lakukanlah sesuka
hatimu”. (HR Bukhari).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah (( َ‫شِئْ ت‬ ‫ستَحْ ِي فَا صْنَ ْع مَا‬


ْ َ‫ ))ِإذَا لَ ْم ت‬maksudnya jika kamu ingin
melakukan sesuatu hal, yaitu perbuatan yang jika dilakukan, kamu tidak malu kepada
Allah maupun orang lain, maka kerjakanlah, dan bila malu maka jangan. Atas dasar
hadits inilah inti ajaran agama Islam ada di situ. Oleh karena itu Rasulullah bersabda :
((َ‫شئْ ت‬
ِ ‫ ))فَا صْنَ ْع مَا‬perintah kepada sesuatu yang mubah (boleh). Karena perbuatan jika
tidak dilarang secara agama maka berarti hukumnya mubah.

Di antara ulama ada yang menafsirkan hadits tersebut : “Sesungguhnya jika


kamu tidak malu kepada Allah dan tidak merasa diawasi oleh-Nya, maka lakukanlah
perbuatan yang dilarang sesuka hatimu. Jadi perintah di situ mengandung makna
ancaman dan bukan merupakan perintah dibolehkan melakukannya. Sebagaimana
firman Allah : “Perbuatlah apa yang kamu kehendaki”.(Fushshilat : 40). Dan
firmannya dalam surat al-Israa’ : “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di
antara mereka dengan ajakanmu”.(al-Israa’ : 64).

Hadits ke 21

1
Shahih Bukhari (3483)
Iman dan Istiqamah

ِ‫ وَقِيلَ َأبِي عَمْ َر َة ُس ْفيَا َن بْ ِن َعبْدِ اللّهِ الّث َقفِيّ قَالَ ُق ْلتُ يَا َرسُولَ اللّه‬,‫عَنْ َأبِي عَمْرُو‬
)‫(رواه مسلم‬ ْ‫ت بِال ّلهِ فَاسْتَ ِقم‬
ُ ْ‫قُلْ لِي فِي الِْإسْلَامِ َقوْلًا لَا َأ ْسأَ ُل َعنْهُ أَ َحدًا َغيْ َركَ قَالَ ُقلْ آمَن‬
“Dari Abu Amru, ada yang menyebutnya Abu ‘Amra Sufyan bin Abdullah ats-
Tsaqafi berkata : Aku berkata kepada Rasulullah SAW : Ya Rasulullah , katakan
kepadaku mengenai Islam sebuah perkataan yang aku tidak akan bertanya kepada
seorangpun selain kamu”. Rasulullah menjawab : “Katakanlah aku beriman kepada
Allah lalu beristiqamahlah”.(HR Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah : ((ْ‫َاسصَتقِم‬


ْ ‫ّهص ف‬
ِ ‫ْتص بِالل‬
ُ ‫ ))آمَن‬maksudnya sebagaimana telah
diperintahkan dan dilarang. Adapun kata al istiqamah artinya komitmen di jalan
kebaikan dengan melakukan seluruh kewajiban dan meninggalkan seluruh larangan.
Allah berfirman : “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu”.(Huud :
112). Dan Allah berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan
kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat
akan turun kepada mereka”.(Fushshilaat : 30). Yaitu ketika mati dalam kubur,
malaikat memberikan kabar gembira kepada mereka dengan firman Allah :
“Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan
bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah
kepadamu”.(Fushshilaat : 30).

Dalam tafsir dikatakan bahwa mereka ketika diberikan gambar gembira akan
memperoleh surga, mereka berkata : “Bagaimana dengan anak-anak kami, apa yang
mereka makan dan bagaimana keadaan mereka setelah kami tinggal?”. Maka
dikatakan kepada mereka : “Kamilah Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan
dunia dan di akhirat”.(Fushshilaat : 31). Maksudnya kami yang akan mengurusi
mereka setelah kamu. Lalu merekapun pergi dengan tenang.

Hadits ke 22
Jalan menuju surga
1
Shahih Muslim (38)
ِ‫صلّى اللّهم عََليْه‬ َ ِ‫ َأنّ َرجُلًا َسأَلَ َرسُولَ اللّه‬: ‫عَنْ َأبِي عبد ال جابر عبد ال النصاري‬
َ‫حلَال‬ َ ْ‫ت ال‬
ُ ‫ص ْمتُ َر َمضَا َن َوأَحْلَ ْل‬
ُ َ‫ت الْ َمكْتُوبَاتِ و‬
ِ ‫ت الصَّلوَا‬
ُ ‫َوسَلّمَ َفقَالَ أَ َرَأيْتَ إِذَا صَّلْي‬
)‫(رواه مسلم‬ ْ‫جّنةَ قَالَ َن َعم‬
َ ْ‫ك َشْيئًا َأأَ ْدخُ ُل ال‬
َ ِ‫حرَامَ وَلَمْ أَ ِز ْد عَلَى ذَل‬
َ ْ‫وَ َح ّر ْمتُ ال‬
“Dari Abu Abdullah Jabir bin Abdullah al Anshari bahwasanya seorang
lelaki bertanya kepada Rasulullah SAW : “Bagaimana pendapatmu jika aku
menunaikan sholat-sholat fardhu, puasa Ramadhan, menghalalkan yang halal dan
mengharamkan yang haram, serta tidak berlebihan sedikitpun, apakah aku akan
masuk Surga?”.Rasulullah menjawab : “Ya benar”. (HR Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Makna harramtul haraam adalah aku menjauhkan diriku darinya, dan arti
ahlaltul halaalan ialah aku melakukannya dengan keyakinan bahwa itu adalah halal.

Sabda Rasulullah : (( ‫ال‬...َ‫ ))َأرََأْيت‬artinya adalah beritahukanlah kepadaku.

Sabda Rasulullah : ((َ‫حلَال‬


َ ْ‫ال‬
‫ت‬
ُ ْ‫ ))وَأَحَْلل‬aku meyakini bahwa itu adalah halal dan
aku melakukan kewajiban-kewajibannya. Adapun ((َ‫حرَا م‬ َ ْ‫ ))وَ َح ّرمْ تُ ال‬aku meyakini
bahwa itu adalah haram dan aku tidak melakukannya.

Sabda Rasulullah ((ْ‫ ))َنعَم‬artinya benar kamu akan masuk Surga.

Hadits ke 23
Sarana menuju kebaikan

1
Shahih Muslim (17)
ِ‫صلّى اللّ هم عََليْ ه‬
َ ِ‫ اْلأَ ْشعَرِيّ قَالَ قَالَ رَ سُولُ اللّ ه‬- ‫عَ نْ أَبِي مَالِ كٍ – الارث بن عا صم‬
ِ‫ح ْمدُ لِلّ هِ تَمْ َلُأ الْمِيزَا َن وَ سُبْحَا َن اللّ ِه وَالْحَ ْم ُد لِلّ هِ تَمْ َلآَ ن‬
َ ْ‫وَ سَلّمَ ال ّطهُو ُر شَ ْطرُ اْلإِيَا ِن وَال‬
ُ‫ص َدقَ ُة ُب ْرهَا ٌن وَال صّ ْبرُ ضِيَا ٌء وَاْلقُرْآ ن‬
ّ ‫ض وَال صّلَاةُ نُو ٌر وَال‬
ِ ْ‫أَ ْو تَمْ َلُأ مَا بَيْ َن ال سّمَاء وَاْلأَر‬
‫سهُ فَ ُمعِْت ُقهَا َأ ْو مُوِب ُقهَا‬
َ ‫ك أَوْ عَلَ ْيكَ ُك ّل النّاسِ َي ْغدُو فَبَايِ ٌع َن ْف‬
َ ‫جةٌ َل‬
ّ ُ‫ح‬
)‫(رواه مسلم‬

“Dari Abu Malik – al Harits bin ‘Ashim – al-Asy’ari ra berkata : Rasulullah


pernah bersabda : “Bersuci itu adalah setengah iman. Kalimat tahmid itu memenuhi
timbangan. Tasbih dan tahmid memenuhi antara langit dan bumi. Sholat itu cahaya,
bersedekah itu bukti, kesabaran itu lentera dan Al Qur’an itu hujjah bagimu dan ke
atasmu. Setiap orang berusaha untuk dirinya sendiri : ada yang menjual diri sendiri
untuk taat kepada Allah sehingga selamat dari azab dan ada yang menjual diri
sendiri untuk setan sehingga ia binasa”. (HR Muslim)1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah SAW : ((ِ‫ ))ال ّطهُورُ شَ ْطرُ اْلِإيَا ن‬Imam al Ghazali menafsirkan
kata ath-thuhuur : dengan sucinya hati dari dendam, iri, dengki dan segala bentuk
penyakit hati lainnya. Karena iman yang sempurna bisa terwujud dengan kesucian
tersebut. Barangsiapa mengucapkan dua kalimat syahadah maka ia mendapatkan
setengah iman dan barangsiapa mensucikan hatinya dari penyakit-penyakit hati
lainnya maka imannya sempurna. Dan siapa yang tidak membersihkan hatinya dari
penyakit-penyakit hati tersebut maka imannya kurang sempurna.

Di antara ulama ada yang berpendapat siapa yang membersihkan hatinya,


berwudhu, mandi dan sholat maka ia telah masuk sholat dengan dua thahaarah. Dan
barangsiapa masuk sholat dengan bersuci anggotan badan khususnya, maka ia telah
masuk surga dengan dua thahaarah . Allah SWT hanya melihat pada kesucian hati,
seperti sabda Rasulullah SAW :

ْ‫صوَرِ ُكمْ َوأَبشار ُك ْم َولَ ِكنْ يَنْ ُظ ُر ِإلَى قُلُوبِ ُكم‬


ُ ‫إِ ّن ال ّلهَ لَا يَنْ ُظرُ ِإلَى‬
“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk wajah dan tubuhmu, tapi
Allah melihat pada hatimu”.2

Sabda Rasulullah: (( ‫مَا‬ ُ‫وَالْحَمْدُ ِللّ هِ تَ ْملَأُ الْمِيزَا َن وَ ُسبْحَا َن اللّ هِ وَالْحَمْ ُد لِلّ هِ َتمْلَآَ نِ َأوْ تَ ْملَأ‬
ِ‫))بَيْ َن السّمَاء وَالَْأ ْرض‬
Hadits ini sepertinya bertentangan dengan hadits yang lain yaitu bahwasanya Musa As
berkata :
ْ‫ َولَو‬,ِ‫ لَا اِله ِالّا ال‬: ‫ يَا مُوسنى قُل‬: َ‫يَا رَبّ ُدلّنِي عَلى َع َملٍ ُي ْدخِلُنِي الْجَنّةن ؟ قَال‬
1
Shahih Muslim (15)
2
Ditakhrij oleh Muslim (2564) dari hadits Abu Hurairah ra
ْ‫حت‬
َ َ‫ َلرَج‬,‫ َولَا اِله ِالّا الِ فِى ِكفّة‬,‫ضعَتِ السّمَاواَت السَبْع وَالْأَرْضُون السَبْع فِى ِكفّة‬
ِ ُ‫و‬
‫ِبهِ ْم لَا اله ال ال‬
“Ya Tuhanku, tunjukkan kepadaku amal ibadah yang bisa memasukkanku ke
dalam Surga?”. Allahpun menjawab: “Hai Musa katakanlah : ‘Laa ilaaha illallah,
jika tujuh langit dan tujuh bumi diletakkan di telapak tangan dan laa ilaaha illallah
di telapak tanganmu yang lain, maka kalimat laa ilaaha illallah itu lebih berat”.1
Kita ketahui bahwa tujuh langit dan tujuh bumi lebih luas dari pada satu langit
dan satu bumi. Jika tahmid itu memenuhi timbangan keadilan atau lebih, maka
otomatis tahmid memenuhi antara bumi dan langit. Karena neraca keadilan lebih luas
diban dingkan antara bumi dan langit. Dan tahmid memenuhi langit dan bumi.
Maksudnya kalau diibaratkan badan maka neraca keadilan akan penuh atau pahala
tahmid memenuhinya.

Sabda Rasulullah SAW : ((ٌ‫نُور‬ ُ‫)) وَال صّلَاة‬ maksudnya pahala sholat itu ibarat
cahaya. Dalam sebuah hadits disebutkan :
ِ‫ي فِي الظّ َلمِ ِإلَى الْ َمسَا ِجدِ بِالنّورِ التّا ّم َيوْ َم الْقِيَامَة‬
َ ِ‫َبشّ ِر الْ َمشّائ‬
“Berilah kabar gembira kepada orang yang suka berjalan kaki dalam
kegelapan menuju masjid (untuk sholat) dengan cahaya sempurna di hari akhir”.2

Sabda Rasulullah SAW : ((‫َانص‬


ٌ ‫ُب ْره‬ ُ‫َالصصدََقة‬
ّ ‫)) و‬ menunjukkan syahnya iman
seseorang. Dinamakan sedekah karena mengandung makna kejujuran hatinya. Sebab
orang yang munafik mungkin saja mengerjakan sholat tapi biasanya tidak mudah
memberikan sedekah.

Sabda Rasulullah SAW : ((ٌ‫ضيَاء‬


ِ ُ‫َالصصر‬
‫)) و ّْب‬ yaitu kesabaran yang disukai.
Maksudnya sabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah, sabar menghadapi
bencana dan kesulitan hidup di dunia. Arti hadits itu ialah bahwa orang yang memiliki
kesabaran senantiasa dalam kebenaran.

Sabda Rasulullah : ((ُ‫سه‬


َ ْ‫َنف‬ ٌ‫ )) كُ ّل النّا سِ َيغْدُو َفبَايِ ع‬artinya bahwa setiap manusia
berusaha untuk dirinya sendiri. Di antara mereka ada menjual dirinya demi mentaati
Allah sehingga Allah membebaskannya dari azab. Di antara mereka juga ada yang
menjual dirinya demi mengikuti setan dan hawa nafsu, sehingga amalnya itu
membinasakannya.

Rasulullah bersabda :
‫ِكن‬
َ ‫ُكن َوأُ ْش ِهدُ حَمَ َلةَ َع ْرش‬
َ ‫َصنبَحْتُ أُ ْش ِهد‬
ْ ‫ح َأوْ يُمْسنِي ال ّلهُمّ ِإنّين أ‬
ُ ِ‫ُصنب‬
ْ ‫َنن قَا َل حِيَ ي‬
ْ ‫م‬
َ‫ك لَ ك‬
َ ْ‫ت وَ ْحدَ كَ لَا َشرِي‬
َ ْ‫ت اللّ ُه لَا ِإلَ َه إِلّا َأن‬
َ ْ‫ك َأن‬
َ ّ‫ك وأنبيائك وَجَمِي َع خَ ْلقِ كَ َأن‬
َ َ‫وَمَلَائِكَت‬
ُ‫ص َفه‬
ْ ِ‫ك أَعْتَ قَ اللّ هُ ُرُبعَ ُه مِ َن النّا ِر َفإِ نْ قَالَهَا َم ّرتَيْ ِن أَعْتَ َق اللّ ُه ن‬
َ ّ‫وَأَنّ مُحَ ّمدًا عَ ْبدُ َك وَنبِي‬
1
Ditakhrij oleh Ahmad dengan isnad yang shahih (2/170)
2
Ditakhrij oleh Abu Daud (561) dan Tirmidzy (223) dari hadits Buraidah ra
ِ‫وَفإ ْن قَالَهَا ثَلَاثًا أَعَْت َق ال ّلهُ ثَلَاَثةَ أَ ْربَا ِعهِ فَإِ ْن قَاَلهَا أَ ْربَعًا أَعَْت َقهُ ال ّلهُ ِم َن النّار‬
“Siapa yang berdoa ketika pagi dan sore dengan mengatakan : “Ya Allah,
sesungguhnya aku mengakui kebesaran-Mu, mengakui keagungan kerajaan-Mu,
malaikat-malaikat-Mu, nabi-nabi-Mu dan seluruh makhluk-Mu. Aku bersaksi bahwa
tidak ada Tuhan selain Engkau semata, tiada sekutu bagi-Mu dan Muhammad itu
hamba-Mu dan nabi-Mu, maka Allah pasti membebaskan seperempat badannya dari
api neraka, jika ia membacanya dua kali maka Allah membebaskan setengah
tubuhnya, jika ia membacanya tiga kali maka Allah membebaskan tigaperempat
tubuhnya dan jika membacanya empat kali, maka Allah membebaskannya dari api
neraka”.1

Jika ada yang mengatakan : jika seorang tuan memberikan sebagian


kemerdekaan kepada hambanya maka otomatis kemerdekaan yang lain pun dirasai.
Tidak demikian dengan Allah.

Jawabannya : Allah tidak bisa dihubungkan dengan perkara-perkara paksaan


berbeda dengan selain Allah. Apa yang tidak diinginkan oleh Allah tidak ada dalam
kebijaksanaan-Nya. Allah berfirman : “Sesungguhnya Allah telah membeli dari
orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk
mereka. Mereka berpegang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh
(itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur’an.
Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) dari pada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan
yang besar”.(at-Taubah : 111).

Beberapa ulama berkata : Tidak ada jual beli yang lebih mulia dari pada ini.
Karena yang membeli adalah Allah, penjualnya orang-orang mukmin, yang dijual
adalah jiwa lalu harganya adalah surga.

Ayat tersebut menunjukkan bahwa seorang penjual pertama-tama memaksa


untuk menyerahkan barang jualan sebelum uangnya dipegang. Dan seorang pembeli
tidak memaksa untuk menyerahkan uanganya.

Itu karena Allah SWT mewajibkan orang-orang mukmin untuk berjihad


sampai terbunuh di jalan Allah, maka mereka harus menyerahkan jiwa yang dijual
tersebut dan mengambil surga sebagai gantinya. Jika ada pertanyaan : Bagaimana
seorang tuan membeli jiwa hambanya? Jawabannya ia memberikan syarat uang yang
harus dibayar oleh budak-budak agar bebas. Itu artinya ia membeli dari mereka. Allah
SWT mewajibkan orang-orang mukmin untuk sholat 5 waktu dan puasa serta lainnya,
jika mereka melaksanakannya maka mereka menjadi bebas. Wallahu a’lam.
Hadits ke 24
Larangan berbuat dzolim

‫عَ نْ َأبِي ذَرّ عَ ِن النِّبيّ صَلّى اللّهم عََليْ هِ وَ سَلّمَ فِيمَا َروَى عَ نِ اللّ ِه َتبَارَ كَ َوَتعَالَى َأنّ هُ قَالَ يَا‬
‫حرّمًا فَلَا تَظَالَمُوا يَا عِبَادِي‬
َ ُ‫عِبَادِي إِنّين َح ّرمْتُن الظّلْمَن عَلَى َنفْسنِي وَ َجعَلْتُهُن بَيَْنكُم ْن م‬
1
Ditakhrij oleh Abu Daud (5078) dan Tirmidzi (3501). Al Albani menganggapnya lemah dalam
Dhaiful Jami’ (5731)
ُ‫كُّلكُ مْ ضَالّ ِإلّا مَ نْ َه َديْتُ ُه فَا سْتَ ْهدُونِي َأ ْهدِكُ ْم يَا عِبَادِي كُّلكُ مْ جَائِ ٌع ِإلّا مَ نْ أَ ْطعَ ْمتُ ه‬
‫سوُْت ُه فَا سْتَ ْكسُونِي أَكْ سُ ُك ْم يَا‬
َ َ‫فَا سْتَ ْطعِمُونِي أُ ْطعِ ْمكُ ْم يَا عِبَادِي كُّلكُ مْ عَا ٍر ِإلّا مَ نْ ك‬
‫ب جَمِيعًا فَاسْتَ ْغ ِفرُونِي أَ ْغ ِف ْر لَكُمْ يَا‬
َ ‫عِبَادِي إِّنكُ ْم تُخْطِئُو َن بِاللّ ْيلِ وَالّنهَا ِر َوأَنَا أَ ْغ ِفرُ ال ّذنُو‬
ّ‫ضرّونِي وَلَ نْ تَبْ ُلغُوا َنفْعِي فَتَ ْن َفعُونِي يَا عِبَادِي َل ْو أَن‬
ُ َ‫ضرّي فَت‬
َ ‫عِبَادِي إِّنكُ ْم لَ ْن تَبْ ُلغُوا‬
َ‫أَ ّوَلكُمْ وَآ ِخرَكُ ْم َوإِنْسَ ُكمْ وَجِّنكُمْ كَانُوا عَلَى َأْتقَى قَلْبِ َر ُجلٍ وَاحِ ٍد مِ ْنكُمْ مَا زَادَ َذلِك‬
ِ‫جر‬
َ ْ‫فِي مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي َلوْ أَنّ َأوَّلكُ مْ وَآ ِخرَكُ مْ َوِإنْ سَ ُك ْم وَجِّنكُ مْ كَانُوا عَلَى َأف‬
ْ‫ك مِ نْ مُلْكِي شَيْئًا يَا عِبَادِي َلوْ أَنّ َأوَّلكُ مْ وَآ ِخرَكُ م‬
َ ِ‫ص َذل‬
َ َ‫قَلْ بِ َر ُجلٍ وَاحِ ٍد مَا َنق‬
َ‫سَألَتَ ُه مَا َنقَ ص‬
ْ َ‫صعِي ٍد وَا ِحدٍ فَ سََألُونِي َفأَعْطَ ْي تُ ُك ّل ِإنْ سَا ٍن م‬
َ ‫س ُكمْ َوجِنّكُ مْ قَامُوا فِي‬
َ ْ‫وَِإن‬
ْ‫ح َر يَا عِبَادِي ِإنّمَا هِ َي أَعْمَالُكُ م‬
ْ َ‫ط ِإذَا ُأ ْد ِخلَ الْب‬
ُ َ‫ك مِمّا عِ ْندِي إِلّا كَمَا يَ ْنقُ صُ الْ ِمخْي‬
َ ِ‫َذل‬
‫أُحْ صِيهَا لَكُ مْ ثُمّ ُأوَفّيكُ مْ ِإيّاهَا فَمَ نْ َو َجدَ خَ ْيرًا فَلَْيحْ َم ِد اللّ َه َومَ ْن َوجَدَ غَ ْي َر َذلِ كَ فَلَا‬
)‫(رواه مسلم‬ ُ‫سه‬
َ ‫يَلُو َم ّن إِلّا نَ ْف‬
“Dari Abu Dzar al Ghifari ra dari Nabi Muhammad SAW bahwasanya Allah
berfirman : “Hai hamba-hamba-Ku, Aku telah mensucikan diri-Ku dari kedzoliman,
dan Aku mengharamkannya di antara kamu, maka janganlah kamu saling berbuat
dzolim. Hai hamba-hamba-Ku, kamu semua tersesat kecuali yang Aku beri petunjuk,
maka mintalah petunjuk kepada-Ku pasti Aku beri petunjuk. Hai hamba-hamba-Ku,
kamu semua kelaparan, kecuali yang Aku beri makan, maka mintalah makan kepada-
Ku pasti aku beri. Hai hamba-hamba-Ku, kamu semua telanjang, kecuali yang Aku
beri pakaian, maka mintalah penutup pasti aku berikan penutup. Hai hamba-hamba-
Ku, kamu selalu berbuat salah siang dan malam, dan Aku mengampuni semua dosa,
maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya aku ampuni dosa kamu. Hai hamba-
hamba-Ku, sesungguhnya kamu tidak bisa mencelakai-Ku, maka celakailah Aku
kalau kamu bisa, dan sesungguhnya kamu tidak bisa memberikan manfaat kepada-
Ku, maka berikanlah manfaat kepada-Ku kalau kamu bisa. Hai hamba-hamba-Ku,
jika orang yang pertama dan terakhir kamu, manusia dan jin di antara kamu menjadi
orang yang paling bertakwa, itu semua tidak dapat mempengaruhi kekuasaanku
sedikitpun.
Hai hamba-hamba-Ku, jika orang yang pertama dan terakhir kamu, manusia dan jin
di antara kamu menjadi orang yang paling jahat, itu semua tidak dapat mengurangi
kekuasaan-Ku sedikitpun. Hai hamba-hamba-Ku, jika orang yang pertama dan
terakhir kamu, manusia dan jin di antara kamu berdiri di atas gunung lalu mereka
semua meminta-Ku dan Aku berikan apa yang diminta, maka hal itu tidaklah
mengurangi apa yang Aku punya, kecuali seperti kurangnya apabila sebuah jarum di
masukan ke dalam laut. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya itu semua adalah
amal-amal kamu yang Aku simpan untukmu, kemudian Aku cukupkan kepadamu.
Barangsiapa mendapati kebaikan maka bertahmidlah dan barangsiapa mendapati
selain itu, maka janganlah mencela kecuali kepada dirinya sendiri. (HR Muslim). 1
1
Shahih Muslim (2577)
Penjelasan dan Uraian Hadits

Firman Allah : (( ‫َنفْ سِي‬ ‫ )) ِإنّي َح ّرمْتُ الظّلْ َم عَلَى‬artinya Aku sucikan diri-Ku dari
kedzoliman. Kedzoliman adalah mustahil bagi Allah SWT. Karena kedzoliman itu
melampaui batas dan melakukan perbuatan sewenenang-wenang kepada orang lain.
Keduanya adalah mustahil bagi Allah.

Firman-Nya : ((‫تَظَالَمُوا‬ ‫)) فَلَا‬ maksudnya janganlah kamu saling mendzolimi


antara satu dengan yang lain.

Firman-Nya : (( ِ‫وَالّنهَار‬ ‫ )) ِإنّكُ مْ ُتخْطِئُو نَ بِاللّيْ ِل‬dengan fathah ta’ dan tha’ diambil
dari khuthi’a dan kata kerja sekarang (al mudhaari’) adalah yakhthau. Boleh juga
dengan dhommah tha’ dari kata akhthaau . Kata al khathau dipakai untuk
menyatakan perbuatan salah secara sengaja maupun tidak. Arti bahasa ini tidak dapat
dipungkiri. Allah berfirman : “Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa
yang besar”.(al-Israa’ : 31). Dengan kasrah kha’ dan sukun tha’ ada juga yang
membaca khathaan kabiiran.

(( ْ‫كم‬
ُ َ‫وَإِنْس‬ ‫ ))وَ ِجنّكُم َلوْ أَنّ َأوّلَكُ ْم وَآ ِخرَكُ ْم‬menunjukkan dalil naqli dan ‘aqli bahwa
Allah tidak membutuhkan sesuatu apapun. Dan Allah tidak merasa kekuasaan-Nya
bertambah sedikitpun dari makhluk-makhluk-Nya. Allah telah menjelaskan bahwa
Dia yang menguasai langit dan bumi serta seisinya. Lalu Allah juga menjelaskan
bahwa Dia tidak membutuhkan apapun : “Dialah yang menciptakan apa yang Dia
kehendaki”.(Ali Imran : 47) . Dia Maha Kuasa untuk melenyapkan alam semesta ini
dan menciptakan selainnya. Siapa yang mampu menciptakan segala sesuatu, maka
Diapun tidak membutuhkan ciptaan-Nya. Lalu Allah SWT menjelaskan bahwa Dia
tidak membutuhkan sekutu. Allah berfirman : “Dan Dia tiada mempunyai sekutu
dalam kerajaan-Nya”.(al-Israa’ : 111).
Lalu Allah menjelaskan bahwa Dia tidak membutuhkan penolong maupun pelindung.
Allah berfirman : “dan Dia bukan pula hina yang memerlukan penolong”.(al-Israa’ :
111). Allah menggambarkan kemuliaan-Nya kekal selamanya, dan menggambarkan
bahwa sifat hina tidaklah Dia miliki. Maka barangsiapa yang mempunyai sifat seperti
itu maka ia tidak memerlukan apapun dari ketaatan seorang hamba.

Kalaupun semua makhluk taat seperti taatnya orang yang paling takwa, lalu
mereka segera melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan dan
mereka tidak membantahnya, Allah tidak pernah merasa bertambah kekuasaan-Nya
dengan itu semua. Karena ketaatan mereka itu disebabkan oleh taufik dan
pertolongan-Nya. Ketaatan mereka adalah nikmat Allah bagi mereka. Kalaupun
mereka semua durhaka seperti durhakanya orang yang paling jahat yaitu Iblis. Mereka
melanggar perintah dan larangan-Nya itu tidaklah membawa mudharat bagi Allah dan
juga tidak mengurangi kesempurnaan kuasa-Nya. Karena jika Allah menghendaki bisa
menghancurkan mereka dan menciptakan selain mereka. Allah tidak terpengaruh oleh
ketaatan dan kemaksiatan makhluk ciptaan-Nya.
((َ‫ص ذَلِ كَ مِمّا عِنْدِي ِإلّا كَمَا يَْنقُ صُ الْمِخْيَ طُ ِإذَا ُأدْخِل‬
َ َ‫فََأعْ َطيْ تُ كُلّ إِْن سَا ٍن مَ سْأَلََت ُه مَا َنق‬
ْ َ‫))اْلب‬
َ‫حر‬
Kita tahu bahwa jarum kalau diamati tidaklah bisa berpengaruh terhadap
lautan. Jadi sesuatu yang ada hubungannya dengan jarum tidak ada pengaruhnya baik
itu dalam timbangan maupun bentuknya.

((َ‫الّله‬‫ ))فَمَ ْن وَ َجدَ خَْيرًا فَ ْليَحْمَ ِد‬mengucapkan pujian atas taufik yang Dia berikan.
((ُ‫سه‬
َ ْ‫ )) َومَ ْن وَجَ َد غَْي َر ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنّ إِلّا َنف‬karena Allah telah memberikan apa yang
ia inginkan tapi ia malah mengikuti hawa nafsunya.

Hadits ke 25
Keutamaan berdzikir

‫ب النِّبيّ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ قَالُوا لِلّنبِيّ صَلّى اللّهم عََليْ ِه‬
ِ ‫عَنْ َأبِي ذَرّ أَ ّن نَاسًا مِنْ أَصْحَا‬
ُ‫َوسَلّ َم يَا َرسُولَ اللّهِ َذهَبَ َأهْلُ ال ّدثُو ِر بِاْلأُجُو ِر ُيصَلّونَ كَمَا ُنصَلّي َوَيصُومُونَ كَمَا َنصُوم‬
ٍ‫حة‬
َ ‫َوَيَتصَدّقُو َن ِبفُضُولِ َأ ْموَاِلهِمْ قَالَ َأوَ لَيْسَ قَ ْد َجعَ َل ال ّلهُ َل ُكمْ مَا تَصّ ّدقُونَ إِنّ ِب ُكلّ َتسْبِي‬
ِ‫ص َدقَ ًة َوأَ ْم ٌر بِالْ َم ْعرُوف‬
َ ٍ‫ص َد َقةً وَ ُكلّ َتهْلِي َلة‬
َ ٍ‫ص َد َقةً وَ ُك ّل تَحْمِي َدة‬
َ ٍ‫ية‬
َ ِ‫صدَ َق ًة وَ ُكلّ َتكْب‬
َ
‫ص َدقَةٌ قَالُوا يَا َرسُولَ اللّهِ َأيَأتِي أَحَ ُدنَا‬
َ ْ‫ض ِع أَ َحدِ ُكم‬
ْ ُ‫ص َد َقةٌ وَفِي ب‬
َ ٍ‫ص َد َقةٌ َوَنهْيٌ َع ْن مُ ْنكَر‬
َ
َ‫ض َعهَا فِي َحرَا ٍم أَكَانَ عَلَ ْي ِه فِيهَا وِزْ ٌر َف َكذَِلك‬
َ َ‫َش ْه َوتَهُ َوَيكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ أَ َرأَيُْت ْم لَ ْو و‬
)‫(رواه مسلم‬ ‫ض َعهَا فِي الْحَلَالِ كَا َن َلهُ َأ ْجرًا‬
َ َ‫ِإذَا و‬
“Dari Abu Dzar ra juga, bahwasanya beberapa orang di antara sahabat
Rasulullah berkata kepada Nabi Muhammad SAW: “Ya Rasulullah, orang-orang
lampau telah meninggal membawa pahala-pahala mereka., mereka sholat seperti
kami, puasa seperti kami, bersedekah dengan harta benda yang lebih baik seperti
kami”. Rasulullah menjawab : “Bukankah Allah telah menjadikan semua amal baik
kamu sebagai sedekah bagi kamu? Sesungguhnya setiap kali tasbih itu sedekah,
setiap kali takbir sedekah, setiap kali tahmid sedekah, setiap kali tahlil sedekah, amr
ma’ruf nahi munkar sedekah dan berhubungan suami isteripun sedekah”. Mereka
bertanya kembali : “Apakah seorang diantara kami menyalurkan nafsunya juga
mendatangkan pahala baginya?”. Rasulullah menjawab: “Ketahuilah bahwa kalau
ia melakukan dengan cara haram aja membawa dosa demikian juga jika ia
melakukannya dengan cara halal, pasti ia mendapat pahala”.(HR Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah SAW (( ‫فِيهَا‬ ُ‫قَالُوا يَا رَ سُولَ اللّ هِ َأيَأتِي أَحَ ُدنَا َش ْه َوتَ هُ َوَيكُو نُ لَ ه‬
ٌ‫ض َعهَا فِي َحرَا ٍم أَكَانَ عَلَ ْي ِه فِيهَا وِزْر‬
َ َ‫))أَ ْجرٌ قَالَ أَ َرأَيُْت ْم لَ ْو و‬
Ketahuilah bahwa syahwat untuk berjima’ dengan isterinya adalah syahwat yang
paling disukai oleh para nabi dan orang-orang yang saleh. Mereka berpendapat karena
menyalurkan nafsu syahwatnya pada jalan yang benar itu mengandung kemaslahatan
dunia dan akhirat; di antaranya menundukkan pandangan, membunuh syahwat untuk
berbuat zina dan memperoleh keturunan untuk bisa membangun dunia dan
memperbanyak umat manusia sampai hari kiamat. Ada juga yang mengatakan bahwa
semua bentuk syahwat itu mengeraskan hati kecuali nafsu yang satu ini bisa
melembutkan hati.

Hadits ke 26
Diantara jalan menuju kebaikan

ِ‫ قَالَ َرسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ ُك ّل سُلَامَى ِمنَ النّاسِ عَلَ ْيه‬: َ‫عَنْ أب هُ َريْ َرةَ قَال‬
ِ‫ي الرّ ُجلَ فِي دَابِّته‬
ُ ِ‫ص َد َقةٌ وَُتع‬
َ ِ‫س َت ْعدِ ُل بَ ْينَ الِاثْنَيْن‬
ُ ْ‫صدَ َقةٌ ُك ّل يَوْ ٍم تَطْ ُل ُع فِيهِ الشّم‬
َ

1
Shahih Muslim (1006)
‫ص َدقَ ٌة وَ ُك ّل خُطْ َو ٍة تَ ْمشِيهَا‬
َ ُ‫ص َد َقةٌ وَالْكَلِ َم ُة الطّيَّبة‬
َ ُ‫فَتَحْمِ ُلهُ َعلَ ْيهَا َأوْ َت ْرفَ ُع َلهُ عَلَ ْيهَا مَتَا َعه‬
)‫(رواه البخاري و مسلم‬ ٌ‫صدَ َقة‬
َ ِ‫ص َد َقةٌ َوتُمِيطُ اْلَأذَى َعنِ ال ّطرِيق‬
َ ِ‫ِإلَى الصّلَاة‬
“Dari Abu Hurairah ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda : “Setiap
anggota tubuh manusia itu ada sedekahnya setiap harinya manakala Matahari terbit.
Berbuat adil antara dua orang adalah sedekah, membantu orang naik onta atau kuda
atau menaikan barangnya ke atas kudanya juga sedekah, kata-kata yang baik
sedekah, setiap langkah menunaikan sholat sedekah dan menyingkirkan duri dari
jalan adalah sedekah”.(HR Bukhari dan Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah ((ٌ‫صدَقَة‬


َ‫مِنَص النّاسِص َعلَيْهِص ص‬ ‫صَامَى‬
‫)) كُلّ سُل‬ kata sulaama artinya
anggota tubuh manusia. Ada yang menyebutkan jumlahnya 360 anggota tubuh. Bagi
setiap anggota tubuh tersebut ada sedekahnya. Setiap amal perbuatan baik dari tasbih,
tahlil, takbir ataupun langkah untuk menunaikan sholat adalah sedekah. Siapa yang
melakukan ini semua di awal setiap harinya, maka ia telah menunaikan zakat
tubuhnya.

Dalam sebuah hadits disebutkan :


‫أَنّ رَ ْكعَتَ ْي ِن ِمنَ الضّحَى َتقُوْ ُم َمقَا َم ذلك‬
“Setiap dua rakaat dari sholat Dhuha menggantikannya”.

Dalam hadits lain :


َ‫صلّ لِي أَ ْربَ عَ َر َكعَا تٍ ف َأوّ ِل اليوم أَ ْكفِ ك‬
َ َ‫قَا َل اللّ هُ َع ّز وَ َجلّ يَا ابْ َن يَا ابْ نَ آدَ م‬
ِ‫ف َأوّ ِل اليوم وأَ ْك ِفكَ ف آ ِخ ِره‬
“Allah berfirman : Hai anak Adam, sholatlah kalian menyembah-Ku 4 rakaan
awal harimu, maka aku cukupkan pahalamu bagimu di awal dan akhir hari”.2

Hadits ke 27
Kebaikan dan dosa

ِ‫سنُ الْخُ ُلق‬


ْ ‫ الْبِ ّر ُح‬:َ‫عَ ْن َنوّاسِ بْ ِن سِ ْمعَانَ عن َرسُولِ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ قَال‬
)‫(رواه مسلم‬ ُ‫ت أَ ْن يَطّلِعَ عَلَ ْي ِه النّاس‬
َ ْ‫ك وَ َكرِه‬
َ ِ‫وَاْلإِْث ُم مَا حَا َك فِي َن ْفس‬
1
Ditakhrij oleh Bukhari (2989) dan Muslim (1009)
2
Ditakhrij oleh Ahmad (5/286) dan Tirmidzi (475) dan dishahihkan oleh al-Albani di Shahihul Jami’
(4339)
ِ‫ت َتسَْألُ َعن‬
َ ْ‫ جِئ‬:َ‫صلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ َفقَال‬
َ ِ‫صةَ اْلَأسَدِيّ قَالَ َأَتيْتُ َرسُولَ اللّه‬
َ ‫عَ ْن وَاِب‬
ُ‫ت ِإلَ ْيهِ الّنفْسُ وا ْط َمأَ ّن إِلَ ْي ِه الْقَلْب‬
ْ ّ‫ت قَلَْبكَ الِْب ّر مَا ا ْط َمأَن‬
ِ ْ‫الْبِ ّر وَاْلِإثْ ِم َفقَا َل نَ َعمْ اسَْتف‬
‫ حديث حسن‬.َ‫س وََأفَْتوْك‬
ُ ‫صدْرِ وَإِ ْن َأفْتَاكَ النّا‬
ّ ‫وَاْلإِْث ُم مَا حَا َك فِي الّنفْسِ َوَت َردّ َد فِي ال‬
.‫ بإسناد حسن‬,‫ والدرامي‬,‫ أحد بن حنبل‬: ‫رويناه ف مسندي المامي‬
“Dari Nawwas bin Sam’an dari Rasulullah beliau bersabda : “Kebaikan adalah
berperilaku baik, adapun dosa adalah keraguan yang mengganjal hatimu dan kamu
tidak mau orang lain tahu”.(HR Muslim).1
“Dari Wabishah bin Ma’bad al Asady ia berkata : “Aku mendatangi Rasulullah SAW
untuk bertanya, lalu Rasulullah bersabda : “Kamu datang menanyakan apa itu
berbuat baik dan dosa”. Aku menjawab : “Ya benar”. Rasulullah pun bersabda :
“Tanyalah hatimu, kebaikan itu apa yang membuat jiwa dan hati tenang. Adapun
keburukan atau dosa itu adalah apa yang membuat jiwa terpengaruh dan hati
bimbang meskipun orang lain memberikan nasehat kepadamu. (Hadits hasan yang
kami riwayatkan dalam Musnad Ahmad dan ad Darami dengan isnad hasan).2

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah ((ِ‫الْخُلُ ق‬ ُ‫ )) الِْبرّ ُح سْن‬telah disebutkan dalam hadits terdahulu.
Ibnu Umar pernah berkata : “Berbuat baik itu hal mudah, dengan wajah berseri dan
kata-kata yang lembut merupakan perbuatan baik”. Allah berfirman dalam sebuah
ayat yang menghimpun berbagai bentuk kebaikan : “tetapi sehungguhnya kebajikan
itu ialah beriman kepada Allah dan hari kemudian”.(al-Baqarah : 177).

Sabda Rasulullah ((َ‫سك‬


ِ ْ‫َنف‬ ‫)) وَالِْإثْ ُم مَا حَا َك فِي‬ artinya gelisah, bimbang dan
tidak tenang dalam melakukan perbuatan. Dalam hadits tersebut menunjukkan bahwa
manusia harus mempertimbangkan dalam hati jika ingin melakukan suatu perbuatan,
jika hatinya merasa tenang maka kerjakanlah, jika tidak tenang hatinya maka
tinggalkanlah. Pernyataan mengenai syubhat telah diuraikan dalam hadits (( ٌ َ‫اْلحَلَال‬ ّ‫إِن‬
ٌ‫حرَامَ َبيّن‬
َ ْ‫))وَال‬
“Sesungguhnya hal halal itu jelas demikian juga hal yang haram”.3

Diriwayatkan bahwa Nabi Adam As memberikan wasiat kepada anaknya


dengan beberapa wasiat diantaranya :
Adam berkata : “Jika kamu melakukan sesuatu, lalu hati kamu gelisah, maka jangan
kamu lakukan karena aku ketika hendak makan buah kuldi, hatiku bimbang ketika
memakannya”.
“Jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka lihatlah akibatnya. Karena kalau
seandainya aku mengetahui akibat makan buah itu maka aku tidak akan
memakannya”.
“Jika kamu ingin melakukan sesuatu, maka mintalah petunjuk kepada orang yang
lebih tahu, karena kalau aku meminta pendapat para Malaikat, niscaya mereka

1
Shahih Muslim (2553)
2
Ditakhrij oleh Ahmad (4/228) dan ad-Darami (2/246) dengan isnad yang dhaif.
3
Takhrijnya telah disebutkan dalam hadits terdahulu.
memberitahukan kepadaku untuk tidak makan dari buah pohon Kuldi”.

Sabda Rasulullah : ((ُ‫النّا س‬ ِ‫ )) وَ َك ِرهْ تَ أَ ْن يَطِّل َع عََليْ ه‬karena kadang manusia itu
mencela seseorang karena ia memakan barang yang syubhat, mengambilnya dan juga
mencela karena menikahi seorang wanita yang katanya masih sesusuan dengannya.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda :
َ‫كَيْفَ وَ َق ْد قِيل‬
“Bagaimana (mau meneruskan jalinan pernikahan), sementara ada yang
mengatakan macam-macam”.1

Demikian juga dengan hal-hal haram yang sudah biasa dilakukan oleh
seseorang, maka ia tidak mau semua orang tahu. Contoh perbuatan haram adalah
memakan harta orang lain. Boleh dimakan apabila benar-benar ada kerelaan, tapi jika
ia ragu apakah orang lain itu rela atau tidak maka tidak boleh memakannya. Sama
halnya dengan mempergunakan titipan orang tanpa izin dari pemiliknya. Karena kalau
semua orang tahu hal tersebut maka mereka tidak akan suka melihatnya. Jadi ia tidak
mau orang lain mengecam tindakannya.

Perkataan Rasulullah : ((َ‫وَأَ ْفَتوْ ك‬ ‫س‬


ُ ‫س وَإِ نْ أَ ْفتَا كَ النّا‬
ِ ْ‫ ))مَا حَا كَ فِي الّنف‬contohnya
adalah jika kamu diberi hadiah oleh seseorang yang kebanyakan hartanya adalah
haram, lalu hatinya bimbang apa itu halal atau haram, lalu seorang mufti mengatakan
halal memakan harta tersebut, maka fatwa tersebut tidak bisa menghilangkan
kesyubhatan perkara tersebut. Sama halnya jika seorang wanita mengatakan bahwa si
fulan adalah saudara sesusuan dengan si fulanah, lalu jika seorang mufti mengatakan
kepadanya bahwa ia boleh menikahi fulanah tadi karena nisab tidak terpenuhi maka
fatwa itu tidak menghilangkan kesyubhatan perkara tadi. Seharusnya ia menjauhkan
diri dari kesyubhatan meskipun orang lain memberikan petunjuk boleh
melakukannya. Wallahu a’lam.

1
Ditakhrij oleh Bukhari (5104) dari hadits ‘Uqba bin ‘Amir ra.
Hadits ke 28
Berpegang pada sunnah dan menjauhi bid’ah

ً‫صلّى اللّه عََليْ ِه وَ سَلّ َم َم ْوعِ َظة‬


َ ِ‫عَ نِ أ ب ن يح اْلعِ ْربَا ضِ بْ نِ سَا ِرَيةَ قَا َل َوعَظَنَا رَ سُولُ اللّ ه‬
‫ب وَ َذرََفتْ ِمْنهَا الْ ُعيُونُ َفقَلنا با رسول ال كأنّهاَ َم ْوعِ َظ ُة ُموَ ّدعٍ فأوصنا‬ ُ ‫ت ِمْنهَا اْلقُلُو‬
ْ ‫وَجَِل‬
ْ‫ش مِ ْنكُ م‬
ْ ِ‫ ((أُو صِي ُكمْ بَِت ْقوَى اللّ هِ وَال سّمْ ِع وَالطّا َع ِة َوإِ نْ تأمرعليكم عَ ْب ٌد َفِإنّ ُه مَ نْ َيع‬:َ‫قَال‬
‫ف سَيرَى اخْتِلَافًا كَثِيًا َفعَلَيْ كم بِ سُنّتِي وَ سُنّ ِة الْخُ َلفَاءِ الرّا ِشدِي َن الْ َم ْهدِيّيَ عَضّوا عَ َليْهَا‬
َ‫ضلَاَلةٌ)) رواه ابوداود و الترمذي وقَال‬
َ ‫ت اْلأُمُورِ فَإِنّ كل بدعة‬
ِ ‫ح َدثَا‬
ْ ُ‫بِالّنوَا ِجذِ َوِإيّاكُمْ َوم‬
ٌ‫صحِيح‬
َ ٌ‫حَدِيثٌ حَسَن‬
“Dari Abu Najih al ‘Irbadh bin Saariyah ra ia berkata : “Sesuatu ketika Rasulullah
memberikan nasehat kepada kami dengan nasehat yang menggetaran hati dan
membuat air mata mengalir, lalu kamipun berkata : “Hai Rasulullah, sepertinya itu
adalah nasehat yang menyentuh, maka berilah kami nasehat!”. Rasulullah bersabda
: “Aku berwasiat kepada kamu semua agar kamu bertakwa kepada Allah dengan
tunduk dan patuh meskipun ada orang yang merencanakan kejahatan terhadap kamu.
Siapa yang hidup di antara kamu, pasti akan melihat perbedaan yang banyak. Oleh
karena itu kamu harus berpegang pada Sunnahku dan Sunnah para Khulafaur
raasyidiin dengan sekuat-kuatnya. Jauhilah dirimu dari hal-hal baru dalam agama.
Karena setiap yang baru dan menyimpang dari agama (bid’ah) adalah
menyesatkan”. (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Tirmidzy. Ada yang mengatakan
bahwa hadits ini hasan shahih). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Sabda Rasulullah ((‫ )) َوعَظَنَا‬al wa’dzu artinya menakuti-nakuti.
Sabda Rasulullah ((ُ‫اْلعُيُو ن‬ ‫ )) َو َذرَفَ تْ مِْنهَا‬artinya menangis dan mengalirkan air
mata.
Sabda Rasulullah ((‫ِسصنّتِي‬
ُ ‫ب‬ ‫)) َفعَلَيْكصم‬ yaitu ketika menghadapi perbedaan
pendapat, maka tetaplah pada sunnah ajaranku. Dan kata ‘adhdhuu ‘alaiha bin
nawaajiz berati peganglah erat-erat. An-nawaajidz adalah gigi geraham paling
belakang. Ada yang mengatakan artinya gigi taring. Seseorang ketika menggigit
dengan gigi geraham atau gigi taring seakan-akan ia mengatupkan giginya menjadi
satu, jadi artinya adalah mubalaghah (hiperbola). Barang siapa memegang sunnah
maka ia tidak mau melepaskan pegangannya dan tidak mau mengikuti pendapat
orang-orang yang diperbudak nafsu dan bid’ah. ‘Addhuu adalah kata kerja perintah
(fi’lul amr) dari ‘addha ya’addhu. Oleh karena itu kamu mengatakan : Barra ummaka
ya Zaid(Berbuat baiklah kepada ibu, Hai Zaid) karena barra yabarru bukan barra
yaburru ummaka.

1
Ditakhrij oleh Abu Daud (4607), Tirmidzi (2676), Ibnu Majah (42, 43, 44) dan dishahihkan oleh al-
Albani dalam al Misykah (165)
Sabda Rasulullah ((َ‫مهْدِّيي‬
َ ْ‫ال‬ َ‫ )) وَ سُنّةِ اْلخَُلفَاءِ الرّاشِدِي ن‬yang dimaksud khulafaur
raasyidin itu ada 4 orang mereka adalah: Abu Bakar, Umar, Uthman dan Ali.
Hadits ke 29
Jalan menuju Surga

ِ‫جّن َة َوُيبَاعِدُنِي عَ ن‬
َ ْ‫ت يَا رَ سُولَ اللّ هِ أَ ْخبِرْنِي ِبعَمَ ٍل يُ ْدخِلُنِي ال‬
ُ ْ‫ قُل‬: َ‫عَ ْن ُمعَا ِذ بْ نِ َجبَلٍ قَال‬
‫س َرهُ اللّ هُ عَلَيْ ِه تَعُْب ُد اللّ َه َولَا‬
ّ َ‫ َلقَدْ سََألْتَنِي عَ نْ عَظِي ٍم َوإِنّ هُ لَيَ سِيٌ عَلَى مَ ْن ي‬:َ‫النّارِ قَال‬
‫ َألَا‬:َ‫ُتشْرِ ْك بِ ِه شَيْئًا َوُتقِي ُم ال صّلَا َة َوتُؤْتِي الزّكَا َة َوتَ صُومُ َرمَضَا نَ َوتَحُجّ الْبَيْ تَ ثُمّ قَال‬
َ‫َالصنَد َقةُ تُ ْط ِفئُ الْخَطِيَئةَ كَمَا يُ ْط ِفئُ الْمَا ُء النّار‬
ّ ‫الصنوْ ُم جُنّ ٌة و‬
ّ ‫َابن الْخَ ْي ِر‬
ِ ‫ّكن عَلَى َأْبو‬
َ ‫َأدُل‬
َ‫ف اللّيْ ِل قَا َل ُثمّ تَلَا ( تَتَجَافَى جُنُوُبهُ مْ عَ نِ الْمَضَاجِ ِع ) حَتّى بَلَ غ‬
ِ ْ‫وَ صَلَاةُ الرّ ُج ِل مِ نْ َجو‬
‫ت بَلَى يَا‬
ُ ْ‫( َيعْمَلُو نَ ) ثُمّ قَا َل َألَا أُخِْبرُ َك ِب َرأْ سِ اْلأَ ْمرِ كُلّ ِه وَعَمُودِ هِ َوذِ ْر َوةِ سَنَامِ ِه قُل‬
‫جهَا ُد ثُمّ قَا َل َألَا‬
ِ ْ‫س اْلأَ ْمرِ اْلإِ سْلَا ُم وَعَمُودُ ُه ال صّلَاةُ وَذِ ْر َوةُ سَنَامِ ِه ال‬
ُ ْ‫رَ سُو َل اللّ ِه قَالَ َرأ‬
ُ‫ك هَذَا َفقُلْ ت‬
َ ْ‫ت بَلَى يَا نَِبيّ اللّ هِ فََأ َخذَ بِلِ سَاِنهِ قَالَ كُفّ َعلَي‬
ُ ْ‫أُخِْبرُ كَ بِمَلَا ِك َذلِ كَ كُلّ ِه قُل‬
َ‫ك ُأمّ كَ يَا ُمعَا ُذ َوهَ ْل َيكُبّ النّا س‬
َ ْ‫يَا نَبِيّ اللّ هِ َوِإنّا لَ ُمؤَاخَذُو َن بِمَا نََتكَلّ ُم بِ ِه َفقَالَ َثكِلَت‬
ٌ‫ وقَالَ َحدِي ث‬,‫رواه الترمذي‬ .ْ‫فِي النّارِ عَلَى وُجُوهِهِ مْ َأوْ عَلَى مَنَا ِخرِهِ ْم ِإلّا حَ صَاِئدُ َألْ سِنَِت ِهم‬
‫صحِي ٌح‬
َ ٌ‫َحسَن‬
“Dari Mu’adz bin Jabal ra , ia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah: “Ya
Rasulullah, beritahukan kepadaku amal perbuatan yang bisa memasukkan aku ke
surga dan menjauhkan diriku dari api neraka. Rasulullah menjawab: “Engkau telah
menanyakan sebuah pertanyaan yang mulia, sungguh mudah bagi orang yang
diberikan kemudahan oleh Allah SWT; hendaklah kamu menyembah Allah tidak
menyekutukan-Nya dengan yang lain, mendirikan sholat, membayar zakat, puasa
Ramadhan dan menunaikan haji...kemudian Rasulullah melanjutkan : “Bukankah
aku telah menunjukkan kepadamu pada pintu-pintu kebaikan? Puasa itu perisai,
sedekah itu dapat menghapus dosa seperti air bisa memadamkan api dan sholatnya
orang di tengah malam. Lalu Rasulullah membacakan firman Allah : “Lambung
mereka jauh dari tempat tidurnya”. Sampai pada : “..sebagai balasan terhadap apa
yang telah mereka lakukan”. (as-Sajdah : 16-17). Lalu Rasulullah melanjutkan :
“Bukankah aku telah memberitahukan kepadamu mengenai inti, tiang dan puncak
agama?. Aku menjawab : “Betul ya Rasulullah”. Rasulullahpun bersabda : “Inti
agama adalah Islam, tiangnya adalah sholat, puncaknya adalah jihad”. Kemudian
beliau melanjutkan: “Maukah aku beritahukan tentang maksud semua itu?” Aku
menjawab: “Mau ya Rasulullah”. Lalu Rasulullah memegang mulutnya seraya
bersabda: “Hati-hatilah kamu dengan mulutmu”. Aku bertanya : “Apakah kita akan
dihukum karena apa yang kita katakan?”. Rasulullah menjawab: “Tidaklah manusia
masuk neraka kecuali karena kejahatan mulut mereka.”(Diriwayatkan oleh Tirmidz.
Ada yang mengatakan bahwa hadits ini hasan lagi shahih).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

1
Jami’ut Tirmidzi (2616) dan Ibnu Majah (3973), dihasankan oleh Al Albani dalam al Irwaa’ (2/139)
Perkataan Nabi ((ِ‫سَنَامِه‬ ُ‫ )) َو ِذ ْر َوة‬maksudnya yang paling tinggi dan utama. ((
‫ ))بِمِلَاكِ الشيئ‬artinya maksud dan tujuannya.
Perkataan Nabi SAW ((َ‫)) ثَكَِلتْ كَ ُأمّ ك‬ artinya menangis karena kehilangan
kamu. Rasulullah tidak bermaksud mendoakan dengan doa agar binasa, tapi ungkapan
seperti ini biasa dipakai oleh bangsa Arab dalam berbicara.
Sabda Rasulullah ((ْ‫ْسصنَِتهِم‬
ِ ‫ )) حَصصَائِدُ أَل‬maksudnya adalah segala bentuk
kejahatan mulut terhadap orang lain. Yaitu dengan menghina kehormatan mereka,
memfitnah dan lain sebagainya. Adapun kejahatan lidah di antaranya : Mengumpat,
memfitnah, berdusta, berbohong, kufur, mengejek dan tidak menepati janji. Allah
SWT berfirman : “Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-
apa yang tiada kamu kerjakan”.(ash-Shaff : 3).
Hadits ke 30
Hak-hak dan hukum-hukum Allah

‫ عَ نْ رَ ُسوْلِ الِ صلى ال عليه‬,‫شنّ يِ – جُ ْرُثوْ مِ بْ ِن نَاشِرٍ – رضي ال عنه‬


ُ ْ‫عَ نْ َأبِي َثعَْلَبةَ ال‬
َ‫ وَ َحرّ َم َأشْيَاء‬,‫ َوحَ ّد ُحدُ ْودًا فَلَا َتعْتَ ُدوْهَا‬,‫ض فَلَا تُضَّيعُ ْوهَا‬
َ ِ‫ض َفرَائ‬
َ َ‫ إِنّ الَ َفر‬:َ‫وسلم قَال‬
‫(حد يث ح سن‬ ‫ وَ سَكَتَ عَ ْن َأشْيَاءَ َرحْ َمةً َلكُ مْ غَ ْي َر نِ سْيَا ٍن فَلَا تَبْحَُثوْا عَنْهَا‬,‫فَلَا تَنَْت ِهكُوْهَا‬
)‫وراه الدارقطن وغيه‬
“Dari Abu Tsa’labah al Khusyani – Jurtsum bin Nasyir – ra , Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya Allah SWT telah mewajibkan ibadah-ibadah fardhu maka jangan
kamu sia-siakan, Allah telah menetapkan hukum-hukum-Nya maka janganlah kamu
melanggarnya, mengharamkan beberapa hal, maka janganlah kamu terjerumus ke
dalamnya dan tidak menyebutkan beberapa hal sebagai rahmat bagimu yang tidak
pernah dilupakan, maka janganlah kamu bertanya-tanta tentangnya”. (Hadits hasan
diriwayatkan oleh Daruquthni dan lainnya).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Perkataan Nabi Muhammad SAW : ((‫كوْهَا‬


ُ ِ‫َتنَْته‬ ‫ّمصَأشْيَاءَ َفلَا‬
َ ‫)) َحر‬ maksudnya
jangan sekali-kali terjerumus dalam kejahatan.

Sabda Rasulullah : ((‫ص‬


ْ ‫رَحْمَ ًة لَكُم‬ ‫ص َأشْيَا َء‬
ْ ‫ص َكتَ عَن‬
َ ‫)) وَس‬ telah diterangkan
sebelumnya.

1
Ditakhrij oleh Daruquthni (4/183). Dalam isnadnya terputus antara Makhul dan Abi Tsa’labah.
Hadits ke 31
Keutamaan Zuhud

‫صلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ رَجُلٌ َفقَا َل يَا‬


َ ّ‫عَنْ َأبِي عباس َسهْلِ بْنِ َسعْدٍ السّاعِدِيّ قَالَ أَتَى الّنِبي‬
‫صلّى‬َ ِ‫َرسُولَ اللّهِ دُّلنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَ ِم ْلتُهُ أَ َحبّنِي اللّ ُه َوأَ َحبّنِي النّاسُ َفقَالَ َرسُولُ اللّه‬
.‫ك ال ّلهُ وَا ْزهَ ْد فِيمَا فِي َأْيدِي النّاسِ يُحِبّك الناس‬
َ ‫اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ ا ْز َهدْ فِي ال ّدنْيَا يُحِّب‬
)‫(حديث حسن وراه اين ماجه وغيه بأسانيد حسنة‬
“Dari Abi ‘Abbas – Sahal bin Sa’d as-Saa’idi, ia berkata: “Seorang lelaki
mendatangi Rasulullah dan berkata : “Ya Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku suatu
amal perbuatan yang jika aku lakukan Allah akan mencintaiku dan juga manusia
lainnya”. Rasulullahpun menjawab : “Jauhilah kesenangan di dunia, niscaya Allah
akan mencintaimu dan janganlah tamak dengan apa yang didapat oleh orang lain,
maka orang lain akan mencintaimu”. (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah
dengan sanad-sanad yang baik). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits


Perkataan NabI Muhammad SAW : ((ُ‫اللّ ه‬ َ‫حبّ ك‬
ِ ُ‫)) ا ْزهَدْ فِي الدّنْيَا ي‬ kata zuhud
berarti meninggalkan apa yang tidak ia butuhkan dari kehidupan duniawi meskipun
halal dan hanya sebatas cukup tidak lebih, menjauhi kemaksiatan dan perkara
syubhat. Para ulama ada yang mengatakan orang yang paling berakal adalah orang
yang paling zuhud. Karena mereka mencintai sesuatu yang Allah cintai. Membenci
apa yang Allah benci dari kehidupan duniawi dan mereka menggunakan kelapangan
mereka untuk diri mereka sendiri.
Imam Syafi’i rahimahullah berkata : “Jika aku dimintai untuk memberikan
nasehat kepada manusia yang berakal, maka aku akan katakan jadilah orang yang
paling zuhud”.
Di antara orang-orang zuhud ada yang berkata lewat bait-bait syi’ir:
Jangan tergoda akan kesenangan orang
Niscaya kau kan jadi hamba tersayang
Pernahkah lihat malaikat maut merenggut kebahagiaan
Kini pemimpin besok di lubang kematian
Imam Syafi’i juga mempunya bait-bait syi’ir yang mencela kesenangan
duniawi :
Siapa pernah rasakan kesenangan dunia,seperti yang ku rasa
Kebahagiaan dan kepahitan menyatu dalam jiwa
Tiada yang kudapat selain tipuan dan kebatilan semata
Laksana fatamorgana melambai di atas sahara

Kehidupan dunia ibarat bangkai yang ditinggal lama


Dikoyak-koyak anjinglah nasibnya

Bila engkau menjauhinya, menerima apa adanya


Jika terbawa arus maka anjinglah yang kan merenggutnya
Jauhkanlah diri dari perkara sia-sia
1
Ditakhrij oleh Ibnu Majah (412) dan dishahihkan oleh al-Albani dengan berbagai alur perawi
haditsnya seperti dalam ash-Shahihah (944).
Karena tak pantas bagi orang yang bertakwa
(( ‫)) حرام على ن فس الت قي إرتكاب ا‬ maksudnya tak pantas bagi orang yang
bertakwa. Ungkapan ini menunjukkan bahwa tidak pantas berbahagia dengan
kesenangan dunia. Hal ini telah dijelaskan oleh al-Baghawi dalam menafsirkan firman
Allah : ((‫الدّْنيَا‬ ‫))وََف ِرحُواْ بِالْحَيَا ِة‬ yang dimaksud dengan kehidupan dunia di sini adalah
keadaan yang tercela yaitu meminta lebih dari cukup, adapun meminta cukup adalah
wajib hukumnya.
Di antara ulama ada yang mengatakan bukan itu yang dicari dari kehidupan
dunia, tapi lebih dari cukup. Pendapat ini berdasarkan firman Allah : “Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak dan harta yang banyak”. (Ali Imran : 14). Firman Allah
tersebut menunjukkan kepada makna meminta lebih dan banyak.
Imam Syafi’i rahimahullah pernah berkata : “Meminta lebih dari sesuatu yang
halal adalah cobaan Allah bagi orang-orang ahli tauhid”.
Ada syair yang menyatakan :
Setelah mati tiada rumah yang dapat ditempati
Kecuali rumah yang dibangun sebelum mati
Bila dibangun dengan kebaikan, pasti nyaman tuk dihuni
Bila dibangun dengan kejelekan, pasti sakitkan hati

Jiwa manusia selalu inginkan kesenangan dunia


Dan kau tahu zuhud adalah tinggalkan apa yang ada
Selama kau sanggup tanamkanlah dasar-dasar takwa
Ketahuilah setelah mati kau kan menyesalinya
Kemudian jika seseorang senang akan kehidupan duniawi untuk berbangga-
bangga dan menyombongkan diri di hadapan orang lain, maka itu perbuatan yang
tercela. Tapi barangsiapa yang menyukainya karena itu adalah nikmat Allah yang
diberikan kepadanya, maka itu adalah perbuatan yang terpuji.
Umar bin Khattaab pernah berkata : “Ya Allah sesungguhnya kami tidak akan
bahagia kecuali dengan apa yang telah Engkau karuniakan kepada kami”.
Allah SWT memuji orang-orang yang berhemat dalam hidupnya dengan
firman-Nya : “Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak
berlebih-lebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-
tengah orang yang demikian”.(al-Furqaan : 67).
Rasulullah pernah bersabda :
‫ وَلَا افْتَ َق َر َمنِ اقْتَصَد‬,َ‫مَا خَابَ َم ِن اسْتَخَارَ َولَا َندِ َم َمنِ اسَْتشَار‬
“Tidaklah akan sis-sia orang yang mau beristikharah, tidak pula menyesal
orang yang mau meminta pendapat dan tidak pula miskin orang yang mau
berhemat”.1
Ada ungkapan yang menyatakan bahwa berhemat dalam hidup cukup menjadi
setengah bekal bagimu. Hemat adalah menerima dengan sesuatu rezeki yang cukup.
Beberapa orang-orang Saleh berkata : “Siapa yang mencari rezeki dengan baik dan
menafkahkannya dengan hemat maka ia mendapatkan kelebihan”.

1
Ditakhrij oleh ath-Thabrani dalam al Ausath (6627) dari hadits Anas bin Malik ra. Al Albani
melemahkan hadits ini dalam adh-dhaifah (611).
Hadits Ke 32
Tidak mencelakakan dan merugikan orang lain

: َ‫ َأنّ َر ُسوْلَ الَ صلى ال عليه وسلم قَال‬: ‫عَنْ َأبِي َس ِعيْ ٍد – َسعْ ِد بْ ِن ِسيْنَان – الْخُدْرِي‬
ْ ُ‫ حَ ِدْيثٌ حَسَنٌ رَواهُ ابْ ِن مَاجَ ْه وَالدَارقُ ْطنِي َو َغيْ ُرهُمَا م‬.َ‫ضرَار‬
. ‫سنَدًا‬ ِ ‫ضرَ َر َولَا‬
َ ‫لَا‬
: ‫عَ ِن الّنبِي صلي ال عليه وسلم‬,َ‫حي‬ْ َ‫ عَ ْن عَمْرُو بْ ِن ي‬: ‫ورواه مَالِكٌ فِي الْ ُم َوطّأ مُ ْر َسلًا‬
‫ضهَا َبعْضًا‬
ُ ْ‫ق ُي َقوّي َبع‬
ٌ ‫ وَلَهُ طُ ُر‬,ٍ‫َفَأ ْسقَطَ أبََا َس ِعيْد‬
Artinya : “Dari Abu Sa’id – Sa’ad bin Sinan – al Khudhry : bahwasanya Rasulullah
pernah bersabda : “Hendaklah seorang diantara kamu tidak mencelakakan orang
lain tanpa alasan yang benar dan hendaklah kamu tidak mendatangkan bahaya
kepada orang yang telah sengaja membawa kerugian bagimu”.(Hadits Hasan
diriwayatkan oleh Ibnu Majah, ad Daruquthni dan lainnya)1 (Diriwayatkan oleh
Malik dalam al Muwaththa’ sebagai hadits mursal : dari Amr bin Yahya, dari
ayahnya, dari Nabi Muhammad SAW. Lalu Malik membuang nama Abu Sa’id.
Dan ia memiliki jalur perawian yang saling menguatkan) 2

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah SAW : (( َ‫ ))لَا ضَ َرر‬maksudnya hendaknya seorang di antara


kamu tidak mencelakakan orang lain tanpa kebenaran dan kejahatan sebelumnya.

Sabda Rasulullah SAW : ((َ‫ضرَار‬


ِ ‫ )) وَلَا‬maksudnya janganlah sekali-kali kamu
mencelakakan orang yang sebelumnya mencelakakanmu. Jika ada orang yang
mencelamu, maka janganlah sekali-kali kamu membalasnya. Jika ada yang memukul
janganlah pula memukulnya. Tetapi tuntutlah hakmu di hadapan seorang hakim tanpa
mencela. Jika dua orang saling mencela dan mencaci, maka masing-masing
memperkarakan masalah itu kepada seorang hakim. Dalam sebuah hadits Rasulullah
bersabda :
ُ‫الْ ُمسْتَبّانِ مَا قَالَا فَعَلَى الْبَادِئِ مَا َلمْ َيعَْتدِ الْمَظْلُوم‬
“Dua orang saling mencaci mendapatkan sesuai dengan apa yang keduanya
saling katakan. Bagi yang memulai mencaci maka ia berdosa bila yang didzolimi
tidak membalas dengan cacian yang melebihi”.3

1
Ditakhrij oleh ad-Daruquthni (4/288), al-Hakim (2/58) dan tidak ditakhrij oleh Ibnu Majah. Al Albani
menshahihkan dalam al Irwaa’ (896)
2
al Muwaththa’ (2/571)
3
Ditakhrij oleh Muslim (2587)
Hadits Ke 33
Bukti dan Sumpah

ُ‫ لَ ْو ُيعْطَي النَا س‬: َ‫ أَنّ رَ ُسوْلَ الَ صلى ال عليه وسلم قَال‬: ‫عَ ْن ابْ ِن َعبّا سٍ رَضى ال عنه‬
ْ‫ َلكِن البَيّنَةَ عَلى الْ ُمدّعِي وَالْيَمِيْنَ عَلى مَن‬,ْ‫ِبدَعْوَاهُمْ لَادّعَى ِرجَا ٌل َأمْوَا َل َقوْ ٍم َو ِدمَا َءهُم‬
. ‫ حديث حسن رواه البيهقي وغيه هكذا وبعضه ف الصحيحي‬.َ‫َأنْ َكر‬
“Dari Ibnu Abbas ra : bahwasanya Rasulullah bersabda : “Jika manusia diberikan
barang karena pengakuannya, maka orang-orang akan mengaku-aku harta orang
lain dan darah mereka. Akan tetapi bukti itu harus ada pada orang yang menuduh
dan sumpah itu harus ada pada orang yang mengingkarinya”.1 Hadits hasan
diriwayatkan oleh al Baihaqi dan lainnya demikian dan sebagian yang lain dan
Shahih Bukhari dan Muslim.2

Penjelasan dan Uraian Hadits

((َ‫كر‬
َ ْ‫مَ نْ َأن‬ ‫)) البَيّنَ َة عَلى الْ ُمدّعِي وَاْليَمِيْ َن عَلى‬ bukti itu harus ada pada orang yang
menuntut karena ia menuduh berbeda dengan kenyataan. Sebab asalnya adalah bersih
dari masalah. Lalu sumpah itu harus ada di pihak tertuduh karena ia mengaku apa
yang sesuai dengan asalnya yaitu bukti bersih dari masalah.

Ada beberapa masalah yang dikecualikan misalnya, diterimanya pengakuan


penuntut tanpa bukti mengenai masalah yang tidak diketahui informasinya kecuali
dari pihaknya saja seperti pengakuan seorang ayah yang ingin menjaga nasab
anaknya, pengakuan seorang bodoh yang ingin menikah dengan alasan pribadinya.
Pengakuan seorang banci bahwa ia perempuan dan lelaki, pengakuan seorang anak
kalau ia sudah dewasa karena sudah mimpi basah, pengakuan seorang kerabat yang
tidak mempunyai harta agar bisa mengambil nafkah, pengakuan seorang yang
berhutang bahwa ia tidak mampu membayar hutang tanpa imbalan, seperti mahar
seorang isteri, jaminan dan barang yang rusak. Pengakuan seorang wanita bahwa
masa idahnya telah selesai dengan habisnya masa haid ataupun dengan melahirkan
anak dan pengakuannya bahwa ia telah halal dinikahi dan telah dicerai. Pengakuan
orang yang dititipi barang lalu barangnya rusak ataupun hilang dicuri atau sebagainya.

Dikecualikan juga seperti bersumpah dalam urusan pembunuhan, maka


sumpah ada pada pihak penuntut yang mempunyai bukti lemah. Seperti halnya
dengan li’an. Seorang suami menuduh isterinya berbuat zina dan li’an (bersumpah 5
kali bahwa ia benar dan sanggup menerima laknat jika bersalah) sehingga jatuh
hukuman menuduh zina kepadanya. Pengakuan telah menyetubuhi dalam masa li’an.
Apabila seorang isteri memungkirinya, maka suaminya benar dengan dakwaannya,
kecuali isterinya itu masih gadis. Demikian juga kalau mengaku bahwa ia telah
menyetubuhinya selama masa iilaa’ (bersumpah tidak menyetubuhi isteri). Orang
yang meninggalkan sholat jika ia mengatakan aku sudah sholat di rumah. Orang yang
tidak membayar zakat jika ia berkata aku sudah mengeluarkan zakatnya kecuali

1
Ditakhrij oleh Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra (10/252) dan dishahihkan oleh Al Albani dalam al
Irwaa’ (2641)
2
Ditakhrij oleh Bukhari (2514, 4552) dan Muslim (1771)
orang-orang fakir memungkirinya, maka ia harus memberikan bukti sudah
membayarkan zakat. Demikian juga kalau ia mengaku miskin dan meminta zakat
maka ia dikasih bagian tanpa bersumpah. Lain kalau ia mengaku bahwa dirinya
menggantungkan hidupnya pada orang lain, maka pengakuan tersebut membutuhkan
bukti kuat. Jika ia telah makan pada hari ke 30 Ramadhan dan mengaku bahwa ia
telah melihat hilal, maka pengakuannya tidak bisa diterima jika ia mengaku melihat
hilal setelah makan, dengan alasan supaya tidak dihukum. Jika ia mengakuinya
sebelum makan maka pengakuannya diterima dan tidak dihukum. Namun seharusnya
ia makan dengan sembunyi-sembunyi karena kesaksiannya sendiri belum cukup.

((َ‫كر‬
َ ْ‫مَ نْ أَن‬ ‫)) وَاْليَمِيْ َن عَلى‬ sumpah di sini disebut sebagai sumpah sabar dan al
ghumus. Dinamakan sumpah sabar karena sumpah tersebut menghalangi orang yang
mempunyai hak memperoleh haknya. Kata al habsu berarti sabar. Oleh karena itu
orang yang terbunuh dan tidak kubur disebut sebagai mushabbar . Rasulullah SAW
pernah bersabda :
ِ‫ئ ُمسْ ِلمٍ ُهوَ فِيهَا فَا ِج ٌر لَ ِقيَ ال ّل َه وَ ُهوَ عَلَ ْيه‬
ٍ ِ‫َمنْ حَلَفَ عَلَى يَمِيِ صَ ْب ٍر َيقْتَطِ ُع ِبهَا مَا َل امْر‬
ُ‫غَضْبَان‬
“Siapa yang bersumpah dengan sumpah itu ia mengambil harta saudara
muslimnya, maka ia tak tahu malu bertemu dengan Allah, dan Allah amatlah marah
terhadapnya”.1
Sumpah itu hanya berlaku pada suatu perkara yang sudah lampau. Al Qur’an
menyebutnya dalam banyak tempat di antaranya : “Mereka (orang-orang munafik itu)
bersumpah dengan nama Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang
menyakitimu)”.( at-Taubah : 74). Allah juga berfirman mengisahkan tentang
kekufuran : “Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: “Demi Allah,
Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah”.(al-An’aam : 23). Allah juga
berfirman : “Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan
sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit”.(Ali Imran : 77).

Sepantasnya seorang hakim membaca ayat-ayat ini ketika ia meminta orang


yang bermasalah untuk bersumpah agar terjaga dari kesalahan dalam memutuskan
hukuman.

1
Ditakhrij oleh Bukhari (4549, 4550) dan Muslim (138) dari hadits Abdullah bin Mas’ud ra.
Hadits ke 34
Merubah kemungkaran

‫ َمنْ َرأَى‬:ُ‫صلّى اللّهم عََليْهِ َوسَلّ َم َيقُول‬


َ ِ‫ سَ ِمعْتُ َرسُولَ اللّه‬: َ‫خدْرِيّ قَال‬
ُ ْ‫عَنْ َأبِي َسعِي ٍد ال‬
ُ‫ضعَف‬
ْ َ‫ك أ‬
َ ِ‫مِنْ ُك ْم مُنْ َكرًا فَلُْيغَّي ْر ُه بَِي ِدهِ َفإِ ْن َلمْ َيسْتَ ِط ْع فَبِ ِلسَاِنهِ َفإِ ْن َلمْ َيسْتَطِ ْع فَِبقَلِْبهِ َو َذل‬
)‫(رواه مسلم‬ ِ‫اْلإِيَان‬
“Dari Abu Sa’id al Khudhri ia berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW
bersabda: “Siapa di antara kamu melihat kemungkaran, maka hendaklah ia
merubahnya dengan tangannya, jika tidak bisa maka hendaklah dengan lisannya dan
jika tidak bisa juga, hendaklah dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya
iman”. (HR Muslim).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah ((‫َانص‬


ِ ‫َفص الِْإي‬
ُ ‫ضع‬ْ ‫ِكص َأ‬
َ ‫ )) َوذَل‬bukanlah yang dimaksud disini
seorang yang tidak mampu jika mengingkari dengan hatinya maka imannya adalah
lebih lemah dari yang lain. Tetapi yang dimaksudkan di sini adalah hal itu merupakan
iman yang paling rendah. Karena perbuatan itu ibarat buahnya iman. Dan iman yang
paling tinggi dalam hal melarang berbuat mungkar adalah mencegah berbuat
kemungkaran dengan tangannya, meskipun terbunuh ia mati syahid. Allah berfirman
mengisahkan tentang Lukman : “Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlah
(manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan mungkar
dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu”. (Luqman : 17).
Melarang juga wajib bagi orang yang mampu dengan lisannya meskipun ia tidak
mendengar langsung tentang kemungkaran tersebut. Sebagaimana jika ia tahu sudah
mengucapkan salam tapi tidak dibalas, maka ia tetap mengucapkan salam.
Jika ada yang bertanya: ((ِ‫فَِب َقلْبِ ه‬ ْ‫ستَطِعْ َفبِلِ سَاِنهِ َفإِ نْ لَ مْ َي سَْتطِع‬
ْ ‫ ))فَإِ نْ َل مْ َي‬hadits ini
menunjukkan bahwa orang yang tidak mampu, tidak boleh merubah dengan selain
hatinya padahal perintah di sini hukumnya wajib.
Jawabannya ada dua :
Pertama : makna hadits tersebut lebih dikhususkan dengan firman Allah : “dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu”.
Kedua : perintah di sini mengandung makna menghapus kesusahan bukan menghapus
suatu perkara yang dianjurkan.
Jika dikatakan mengingkari dengan hati bukan berarti merubah kemungkaran
lalu apa arti sabda Rasulullah ((ِ‫ )) َفِبقَ ْلبِه‬.
Maksud di sini adalah mengingkari dan tidak suka dengan kemungkaran lalu
ia menyibukkan dirinya dengan mengingat Allah. Allah memuji orang-orang yang
melakukan hal tersebut: “dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang
mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan
menjaga kehormatan dirinya”. (al-Furqaan : 72).

1
Shahih Muslim (49)
Hadits ke 35
Sopan-santun

‫ لَا تَحَا َسدُوا َولَا تَنَا َجشُوا َولَا‬:َ‫ قَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه وَسَلّم‬:َ‫عَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَال‬
ُ‫ضكُ مْ عَلَى بَيْ ِع َبعْ ضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللّ هِ ِإخْوَانًا الْمُ سْ ِلم‬
ُ ْ‫تَبَاغَضُوا َولَا َتدَاَبرُوا وَلَا يَبِ ْع َبع‬
َ‫صدْ ِر ِه ثَلَا ث‬
َ ‫ي ِإلَى‬
ُ ِ‫حقِرُ هُ الّت ْقوَى هَاهُنَا َوُيش‬
ْ ‫خ ُذلُ هُ َولَا َي‬
ْ َ‫أَخُو الْمُ سْ ِل ِم لَا يَظْ ِلمُ ُه َولَا ي‬
ٌ‫ح ِق َر أَخَا هُ الْمُ سْ ِلمَ ُك ّل الْمُ سْ ِلمِ عَلَى الْمُ سْ ِلمِ حَرَا م‬
ْ َ‫شرّ أَ ْن ي‬
ّ ‫ئ مِ نَ ال‬
ٍ ِ‫سبِ ا ْمر‬
ْ َ‫َمرّا تٍ بِح‬
)‫(رواه مسلم‬ ُ‫ضه‬
ُ ْ‫َدمُ ُه َومَاُلهُ وَ ِعر‬
“Dari Abu Hurairah ra ia berkata : Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Janganlah kamu saling mendengki, saling menawar barang lebih tinggi, saling
membenci, saling bermusuhan, beberapa orang di antara kamu tidak boleh menjual
barang yang dijual orang lain dengan harga lebih rendah dari pada yang lain.
Jadilah kamu hamba-hamba Allah yang bersaudara. Orang muslim adalah
saudaranya orang muslim. Ia tidak boleh mendzolimi, membiarkan saudaranya
dalam kesusahan dan menghinanya. Takwa itu tempatnya di sini – Rasulullah
menunjukkan arah dadanya selama tiga kali – cukuplah seseorang mendapatkan
dosa dengan menghina saudaranya sesama muslim. Ada beberapa perkara yang
diharamkan setiap orang muslim atas yang lain yaitu darah, harta dan
kehormatannya”. (HR Muslim)1

Penjelasan dan Uraian Hadits

(( ‫َتحَا سَدُوا‬ ‫ )) لَا‬telah disebutkan di muka bahwa iri itu ada 3 macam. Adapun
an-najsyu asalnya meninggikan dan melebihkan, maksudnya melebihkan harga
barang, untuk mengusik penjual yang lain. Ini adalah perbuatan yang dilarang, karena
mengandung unsur penipuan.

Sabda Rasulullah ((‫تَدَاَبرُوا‬ ‫)) وَلَا‬ janganlah seseorang di antara kamu


membiarkan saudaranya, jika melihatnya ia memalingkan muka atau
meninggalkannya. Rasulullah bersabda :
‫ض َهذَا‬
ُ ِ‫ض َهذَا َويُ ْعر‬
ُ ِ‫ث لَيَا ٍل يَلَْتقِيَانِ فَُي ْعر‬
ِ ‫ق ثَلَا‬
َ ْ‫جرَ َأخَاهُ َفو‬
ُ ْ‫ح ّل لِ ُمسْ ِل ٍم أَ ْن َيه‬
ِ َ‫لَا ي‬
ِ‫َوخَ ْيرُهُمَا الّذِي يَ ْبدَُأ بِالسّلَام‬
“Tidak boleh bagi seorang muslim memutuskan hubungan dan tidak
mengajaknya bicara selama lebih dari 3 hari. Jika keduanya bertemu, yang satu
memalingkan muka, dan yang lain tidak mau menatapnya. Sebaik-baik keduanya
adalah orang yang memulai mengucapkan salam”. 2

Bentuk menjual barang dengan harga lebih rendah dari saudaranya adalah
saudaranya menjual suatu barang, lalu ia merayu pembeli tersebut untuk membatalkan

1
Shahih Muslim
2
Ditakhrij oleh Bukhari (6077) dan Muslim (2560) dari hadits Abu Ayyub al Anshari ra.
akad jual-belinya agar ia dapat menjual barang yang sama atau lebih baik dari
saudaranya kepadanya dengan harga lebih rendah. Membeli barang dengan harga
lebih tinggi dari saudaranya juga haram hukumnya. Teknisnya adalah ia merayu
seorang penjual untuk membatalkan akad jual belinya dengan saudaranya dengan
membeli barang penjual tersebut dengan harga lebih tinggi. Demikian juga dilarang
menawar barang yang sedang ditawar saudaranya. Semua itu masuk dalam pengertian
hadits tersebut, yaitu saling membenci dan saling bermusuhan. Membatasi larangan
dengan menjual barang yang lebih rendah dari saudaranya menunjukkan bahwa tidak
haram menjual barang yang lebih rendah dari orang kafir. Ini adalah pendapat Ibnu
Khaluwih. Yang benar adalah sebetulnya tidak ada perbedaan. Karena itu termasuk
memenuhi hak orang yang kafir dalam perlindungan negara Islam.

((‫هَاهُنَا‬ ‫)) الّت ْقوَى‬ Rasulullah mengarahkan tangannya ke arah dadanya yang
dimaksud adalah hati. Telah diterangkan dalam hadits terdahulu yaitu
ُ‫سدُ كُّله‬
َ‫ج‬َ ْ‫ح ال‬
َ ‫ض َغ ًة ِإذَا صَ َلحَتْ صَ َل‬
ْ ُ‫سدِ م‬
َ‫ج‬َ ْ‫َألَا َوإِ ّن فِي ال‬
“Bukankah dalam tubuh manusia itu ada segumpal daging. Jika tubuhnya
baik maka baik pula seluruhnya dan jika rusak maka rusak seluruhnya”. 2

((ُ‫يَخْذُلُ ه‬ ‫)) وَلَا‬ yaitu ketika dalam amar ma’ruf nahi mungkar ataupun ketika
menuntut salah satu haknya. Tapi seharusnya seseorang harus menolong dan
membantu saudaranya dari penderitaan semampunya.

((ُ‫ح ِقرُ ه‬
ْ َ‫ي‬ ‫)) وَلَا‬ artinya, janganlah mengatakan bahwa dirinya lebih baik dari
yang lain, tapi harus menganggap bahwa orang lain itu baik dari dirinya sendiri. Atau
tidak sama sekali karena apa yang akan terjadi tidaklah diketahui. Seorang hamba
tidak tahu bagaimana keadaan di akhir hayatnya. Jika seorang melihat anak kecil, lalu
ia mengatakan bahwa anak itu lebih baik dari padanya karena ada anggapan bahwa
anak itu lebih sedikit dosanya. Jika ia melihat orang yang lebih dewasa darinya, ia
mengatakan bahwa orang itu lebih baik darinya karena ia menganggap bahwa orang
itu lebih dulu masuk islam daripadanya. Dan jika ia melihat orang kafir janganlah
mengatakan bahwa orang itu pasti masuk neraka karena ada kemungkinan orang kafir
itu masuk islam lalu mati dalam keadaan muslim.

((ّ‫شر‬
ّ ‫ِنص ال‬
َ ‫م‬ ٍ‫َسصبِ ا ْم ِرئ‬
ْ ‫)) بِح‬ maksudnya cukuplah seorang mendapatkan dosa
dengan menghina saudaranya. (( ُ‫ح ِقرَ أَخَا ه‬
ْ َ‫ي‬ ْ‫)) أَ ن‬ artinya ini adalah dosa besar yang
cukup bagi orang yang melakukannya mendapatkan balasan atas dosanya.

’Rasulullah bersabda ketika menunaikan haji wada ))‫ال‬... ‫((كُلّ الْمُ ْسلِ ِم‬
ْ‫ح ْرمَ ِة َيوْ ِم ُكم‬
ُ ‫ح ْر َمةِ َي ْومِ ُكمْ َهذَا َك‬
ُ َ‫ض ُكمْ عَلَ ْيكُ ْم َحرَامٌ ك‬
َ ‫إِ ّن ِدمَاءَ ُكمْ وََأ ْموَالَ ُك ْم وَأَ ْعرَا‬
‫َهذَا فِي شَ ْهرِ ُكمْ َهذَا فِي بَ َلدِ ُكمْ َهذَا‬
“Sesungguhnya darah, harta dan kehormatanmu itu haram tidak boleh
2
Takhrij hadits ini ada pada hadits ke enam dari buku ini.
diinjak-injak sebagaimana kesucian hari ini, bulan ini dan di negeri ini”.1
Berdasarkan hadits ini al-Karabisy mengatakan bahwa menggunjing dan
menginjak-injak kehormatan orang lain adalah dosa besar, bisa jadi karena kata
tersebut diikuti dengan kata ad-dam (darah) dan al-mal (harta benda) dan
kemungkinan lain karena diumpamakan dengan kata-kata setelahnya :
‫ح ْر َمةِ َي ْومِ ُك ْم هَذَا فِي َشهْرِ ُك ْم َهذَا فِي بَ َلدِ ُكمْ هَذَا‬
ُ َ‫ك‬
Allah SWT memberikan ancaman dengan azab yang menyakitkan kepadanya dalam
firman-Nya : “dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan yang
zalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebagian siksa yang pedih”.(al-Hajj :
25).

1
Ditakhrij oleh Bukhari (7078) dan Muslim (1679) dari hadits Abu Bukra ra.
Hadits ke 36
Amal kebaikan dan pahalanya

ْ‫ مَ ْن َنفّسَ عَنْ ُم ْؤمِنٍ ُك ْرَبةً مِن‬:َ‫ قَالَ رَسُولُ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه وَسَلّم‬:َ‫عَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَال‬
ُ‫سرَ اللّ ه‬
ّ َ‫سرٍ ي‬
ِ ْ‫سرَ عَلَى ُمع‬
ّ َ‫ب َيوْ ِم الْقِيَامَ ِة َومَ ْن ي‬
ِ َ‫ُكرَ بِ الدّنْيَا َنفّ سَ اللّ هُ عَنْ هُ ُك ْربَ ًة مِ نْ ُكر‬
ِ‫عَلَيْ هِ فِي الدّنْيَا وَالْآ ِخ َرةِ َومَ نْ سََت َر مُ سْلِمًا سََت َرهُ اللّ هُ فِي الدّنْيَا وَالْآخِ َر ِة وَاللّ هُ فِي َعوْ ن‬
ِ‫س فِي هِ عِ ْلمًا َس ّهلَ اللّ هُ لَ ُه بِ ه‬
ُ ِ‫الْعَ ْبدِ مَا كَا َن اْلعَبْ ُد فِي َعوْ نِ َأخِي ِه َومَ نْ سَ َلكَ َطرِيقًا يَلْتَم‬
ُ‫ب اللّ ِه وَيََتدَارَ سُوَنه‬
َ ‫ت مِ ْن بُيُو تِ اللّ ِه يَتْلُو نَ كِتَا‬
ٍ ْ‫َطرِيقًا ِإلَى الْجَّن ِة َومَا اجْتَمَ َع َقوْ ٌم فِي بَي‬
ْ‫سكِيَنةُ وَ َغشِيَ ْتهُ ُم الرّحْ َم ُة وَ َحفّ ْتهُمُ الْمَلَاِئكَ ُة َوذَ َكرَهُ ُم اللّ ُه فِيمَن‬
ّ ‫بَيَْنهُمْ إِلّا َنزَلَتْ عَلَ ْيهِ ُم ال‬
)‫(رواه مسلم‬ ُ‫سرِعْ بِ ِه َنسَُبه‬
ْ ‫عِ ْن َد ُه َومَ ْن بَ ّطأَ ِبهِ َعمَ ُلهُ َل ْم ُي‬
“Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Siapa yang
meringankan seorang mukmin dari kesempitan dunia, niscaya Allah akan
meringankannya dari kesempitan di hari kiamat nanti. Siapa yang memudahkan
orang yang dalam kesulitan, niscaya Allah akan memudahkan baginya di dunia dan
akhirat. Siapa yang menutupi aib saudaranya sesama muslim, niscaya Allah akan
menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan Allah akan menolong hamba-Nya selama
orang itu mau menolong saudaranya. Siapa yang meniti jalan untuk mencari ilmu,
niscaya Allah akan memudahkan jalan baginya menuju surga. Tidaklah suatu kaum
berkumpul di salah satu rumah Allah, membaca Al Qur’an dan mempelajarinya di
antara mereka kecuali mereka akan memperoleh ketenangan, dikarunia rahmat,
dikelilingi oleh para Malaikat dan Allah akan mengingat-Nya. Dan siapa yang
lambat bekerja, nasabnya tidaklah mampu mempercepatnya”.(HR Muslim). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits

((ِ‫اْلقِيَامَة‬ ِ‫))مَنْ َن ّفسَ عَ ْن ُم ْؤمِنٍ ُكرَْب ًة مِنْ ُك َربِ الدّْنيَا َن ّفسَ الّلهُ عَْنهُ ُكرَْب ًة مِنْ ُك َربِ َي ْوم‬
Menunjukkan dianjurkan membebaskan tawanan dari tangan orang-orang
kafir dengan hartanya dan membebaskan orang muslim dari tangan orang-orang
dzolim serta membebaskannya dari penjara.

Dikatakan bahwa Yusus As ketika keluar dari penjara, beliau menulis di atas
pintu penjara : “Ini adalah kuburan orang-orang hidup, orang-orang yang dicibir
musuh-musuhnya dan cobaan bagi teman-teman”.

Termasuk dalam bab ini adalah jaminan bagi orang yang kesusahan, menjamin
dengan badannya bagi yang mampu, sementara yang tidak mampu tidak ada
kewajiban untuk itu.

Beberapa orang mengatakan : “Sesungguhnya dalam Taurat tertulis ‘Jaminan


itu tercela’ yang pertama adalah penyesalan, yang ditengah-tengah cacian dan yang
1
Shahih Muslim (2699)
terakhir denda’”.

Bila ada yang mengatakan : Allah berfirman : “Barangsiapa membawa amal


yang saleh maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya”.(al-An’aam : 160).
Sementara dalam hadits di atas itu menunjukkan bahwa kebaikan itu di balas dengan
kebaikan yang sama karena amal baik tadi diterima dengan meringankan satu beban
kesempitan dan tidak dibalas dengan 10 kali lipat keringanan dari beban di hari
kiamat kelak.

Jawabannya ada dua :


Pertama : ini adalah pemahaman jumlah. Menetapkan sesuatu dengan jumlah tertentu
tidak menafikan jumlah lebih atau kurang.

Kedua : bahwa setiap beban dari beban-beban kesulitan di Hari Kiamat meliputi
ketakutan yang amat sangat, kondisi yang sulit dan teror yang mengerikan. Dan
ketakutan tersebut bisa lebih dari 10 atau kelipatannya.

Dalam hadits tersebut juga mengandung rahasia yang tersembunyi yang bisa
terlihat dengan hukum allazim lilmalzum (sebab-akibat atau kausalitas). Dalam hadits
ini ada sebuah janji berdasarkan ungkapan Nabi Muhammad SAW: “siapa yang
meringankan beban dari pada orang Muslim maka ia akan mendapatkan akhir hidup
yang baik dan mati dalam keadaan islam. Karena seorang kafir tidak dikasihi di
akhirat tidak pula diringankan bebannya sedikitpun.

Hadits tersebut juga memberitahukan kabar gembira yang terkandung dalam


ungkapan yang datang dari pada Allah. Maka dengan janji mulia ini, orang-orangpun
yakin : “Untuk kemenangan serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang
bekerja”.(ash-Shaaffaat : 61). Maka sebaik-baik amal perbuatan adalah meringankan
beban kesulitan orang lain.

Dalam hadits itu juga menunjukkan agar menutup aib orang muslim. Jika ia
membuka maka itu adalah perbuatan yang tercela. Allah berfirman : “Sesungguhnya
orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di
kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di
akhirat”.(an-Nuur : 19).
Yang dianjurkan oleh seorang manusia, jika ia berbuat dosa adalah
menutupinya. Adapun saksi zina ada dua pendapat yang berbeda, salah satunya :
dianjurkan untuk menutupinya dan yang kedua bersaksi atas perbuatan tersebut.

Beberapa ulama menjelaskan jika para saksi tadi memandang adanya


kemaslahatan dalam bersaksi maka sebaiknya mereka bersaksi atau jika memandang
ada baiknya menutupi maka sebaiknya mereka menutupinya.

Dalam hadits ada anjuran untuk menuntut ilmu. Dikisahkan bahwa Allah
memberikan wahyu kepada Nabi Daud As : “Ambillah tongkat besi, sepasang sandal
besi dan tuntutlah ilmu hingga sepasang sandal tadi koyak dan tongkatnya hancur”.

Di sini juga ada petunjuk untuk melayani para ulama, mengikuti mereka,
bepergian bersama mereka dan mengambil ilmu dari mereka. Allah berfirman
mengisahkan tentang Musa As: “Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-
ilmu yang telah diajarkan kepadamu”.(al-Kahfi : 66).

Ketahuilah bahwa hadits ini mengandung syarat-syarat tertentu di antaranya


berbuat sesuai dengan yang ia ketahui. Anas ra berkata : “Cita-cita para ulama itu
adalah mengayomi dan keinginan orang-orang bodoh itu mendongeng belaka”.

Di antara syarat-syarat itu adalah menyebar luaskan. Allah berfirman : “Tidak


sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya”.(at-Taubah : 122). Anas meriwayatkan dari Rasulullah bahwasanya
beliau pernah bersabda kepada para sahabat:
‫ َوأَنَا‬,ِ‫ أَلُ َأجْ َودُ اْلَأجْوَاد‬: َ‫ قَال‬,ِ‫((أَلَا أُخِْبرُكُمْ عَ ْن أَ ْج َودِ اْلأَ ْجوَادِ)) قَاُلوْا بَلى يَا رَسُولَ ال‬
,‫ث يَوْ َم اْلقِيَا َمةِ أُمَة وحده‬
ُ َ‫شرَ ُه يُ ْبع‬
َ ‫ َوأَ ْجوَ ُدهُ مْ َب ْعدِي َر ُجلٌ عَلّ مَ عِ ْلمًا فََن‬,ِ‫اَ ْج َودُ َوَلدِ آ َد م‬
َ‫ل حَت قُِتل‬
ِ ‫وَرَ ُج ٌل جَا َد بَِن ْفسِ ِه فِي سَبِ ْيلِ ا‬
“Maukah kamu aku beritahukan tentang sesuatu yang paling baik? Para
sahabat menjawab: “Mau ya Rasulullah”. Rasulullahpun bersabda : “Allah adalah
Dzat Yang Paling Baik. Aku adalah keturunan Adam yang paling baik. Dan orang
yang paling baik setelah aku adalah seorang yang mengajarkan ilmu lalu
menyebarkannya sehingga di hari kiamat bisa membangkitkan satu umat besar. Serta
orang yang mengorbankan dirinya di jalan Allah sampai mati”. 1

Di antara syaratnya adalah : meninggalkan sikap menyombongkan diri dan


mendebat. Diriwayatkan dari Rasulullah bahwasanya beliau pernah bersabda :
ِ‫س َفهَا َء َأ ْو َيأْ ُخذَ ِبه‬
ّ ‫ي ِبهِ ال‬
َ ِ‫ لِيُبَاهِ َي ِبهِ اْلعُلَمَا َء َأوْ لِيُمَار‬:َ‫َمنْ طَلَبَ اْلعِ ْلمَ ِلأَ ْرَبعَ ٍة َدخَ َل النَار‬
ِ‫س ِإلَيْه‬
ِ ‫صرِفَ بِ ِه ُوجُوهَ النّا‬
ْ َ‫ا َل ْموَالَ َأ ْو ي‬
“Siapa yang mencari ilmu karena empat perkara maka ia masuk neraka :
untuk menandingi para ulama, mendebat orang-orang yang bodoh, untuk
mendapatkan uang dan menarik perhatian orang”.2

Syarat selanjutnya adalah berniat untuk menyebarkan ilmunya dan tidak


bakhil. Allah SWT berfirman : “Katakanlah: “Aku tidak meminta upah kepadamu
dalam menyampaikan (Al-Qur’an)”.(al-An’aam : 90).

Syarat yang lain adalah jangan menganggap dirinya paling tahu dengan
mengatakan sesuatu yang tidak ia ketahui. Rasulullah bersabda ketika ditanya
mengenai hari kiamat:
ِ‫مَا الْ َمسْئُولُ عَ ْنهَا ِبأَعْ َلمَ ِم َن السّاِئل‬

1
Ditakhrij oleh Abu Ya’la dalam Musnadnya (5/279), Ibnu Habban dalam al Majruhin (2/103). Ini
adalah khabar mungkar yang tidak punya asal.
2
Ditakhrij oleh Tirmidzi (2654) dari hadits Ka’ab bin Malik ra.
“Tidaklah yang ditanya itu lebih tahu dari yang bertanya”.1
Dan ditanya mengenai ruh, beliau menjawab: “Aku tidak tahu”.

Syarat lainnya adalah tawadhu’ (merendahkan diri). Allah berfirman: “Dan


hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan
di atas bumi dengan rendah hati”.(al-Furqaan : 63). Rasulullah bersabda kepada
Abu Dzar: “Ya Abu Dzar, jagalah wasiat nabi Isa, niscaya Allah akan memberikan
manfaat bagimu, rendahkan hatimu di hadapan Allah, agar Allah mengangkat
derajatmu di Hari Kiamat, sampaikan salam kepada orang yang engkau temui dari
umatku yang baik maupun buruk. Berpakianlah dengan baju yang kasar. Dan
hendaklah engkau hanya menginginkan keridhaan Allah, semoga kesombongan dan
keangkuhan tidak menemukan tempat sedikitpun di dalam hatimu”.

Di antara syaratnya adalah siap menanggung rasa sakit dalam memberikan


nasehat dan mengikuti ulama salaf. Dalam hal ini Allah berfirman: “...dan cegahlah
(mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa
kamu”.(Luqmaan : 17). Rasulullah bersabda:
ْ‫َومَاُأ ْوذِيَ نَِبيّ مِ ْث ُل مَاأُ ْو ِذيَت‬
“Tidak ada seorang nabi yang disakiti seperti yang terjadi pada diriku”. 2

Syarat yang lain adalah mengajarkan ilmunya kepada orang yang paling
membutuhkan kepada pelajaran. Sebagaimana sedekah dengan harta itu ditujukan
kepada orang yang paling membutuhkan. Siapa orang yang menghidupkan orang
bodoh dengan mengajarkan ilmunya seolah-olah ia menghidupkan manusia
seluruhnya. Dalam hal menasehati orang yang lalai dan mengembalikannya ke jalan
taat ada sebuah syair yang mengisahkannya:

Memberi petunjuk pada hamba yang tersesat tuk kembali


Pasti dosanya yang banyak kan diampuni

Sabda Rasulullah (( ُ‫ال سّكِينَة‬ ‫ )) ِإلّا َنزَلَ تْ َعلَْيهِ ُم‬kata as-sakiinah diambil dari kata
sukuun yang berarti ketenangan dan ketentraman dari Allah. Allah berfirman: “(yaitu)
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat
Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram”.(ar-Ra’d
: 28). Cukuplah mengingat Allah niscaya Allah mengingat hamba-Nya dalam
pembicaraan-Nya dengan para malaikat.

Ada sebuah syair yang menyatakan:


Banyaklah mengingat Allah ketika di dunia
Niscaya namamu kan di ingat di atas sana

Dalam syair lain:


Ketahuilah dzikir menyimpan limpahan harta
Bersenang-senang hanya menyisakan duka dan sengsara

1
Takhijnya telah disebutkan di hadits ke dua
2
Ditakhrij dari Tirmidzi (2472), Ibnu Majah (151) dan Ahmad (3/102). Al Albani menyatakan hadits
ini Shahih Ibnu Majah (123).
Sabda Rasulullah ((ُ‫عَمَلُ ه‬ ‫)) َومَ نْ بَطّأَ بِ ِه‬ meskipun ia adalah keturunan orang
mulia. (( ُ‫نَ سَُبه‬ ِ‫سرِعْ بِه‬
ْ ‫ )) َل مْ ُي‬tidak mempercepat untuk mendapatkan surga. Maka Allah
mendahulukan orang yang beramal dengan taat meskipun ia berasal dari hamba
Habsy daripada orang yang beramal meskipun berasal dari suku Quraisy yang mulia.
Allah berfirman : “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi
Allah ialah orang yang paling bertakwa”. (al-Hujuraat : 13).
Hadits ke 37
Kemuliaan Allah

‫صلّى اللّهم عََليْ هِ وَ سَلّمَ فِيمَا يَ ْروِي عَ نْ َربّ ِه َتبَارَ َك َوَتعَالَى‬


َ ِ‫س عَ نْ رَ سُولِ اللّ ه‬
ٍ ‫عَ ِن ابْ ِن َعبّا‬
‫ك فَمَ ْن َهمّ بِحَسََن ٍة فَلَ ْم يَعْمَ ْلهَا كَتََبهَا‬
َ ِ‫ت ُثمّ بَيّ َن َذل‬
ِ ‫ت وَالسّيّئَا‬
ِ ‫ب الْحَسَنَا‬
َ َ‫ إِنّ اللّهَ كَت‬:َ‫قَال‬
ٍ‫ش َر حَ سَنَات‬
ْ ‫اللّ هُ عِ ْندَ ُه حَ سََنةً كَامِلَ ًة َوإِ ْن َهمّ بِهَا َفعَمِ َلهَا َكتََبهَا اللّ هُ َعزّ َو َجلّ عِ ْندَ هُ َع‬
ُ‫ي ٍة وَإِ ْن هَمّ بِ سَيَّئ ٍة فَلَ مْ َيعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللّ هُ عِ ْندَ ه‬
َ ‫ضعَا فٍ كَِث‬
ْ َ‫ضعْ فٍ إِلَى أ‬
ِ ِ‫ِإلَى سَبْ ِع مِاَئة‬
)‫(وراه البخاري و مسلم‬ ً‫َحسَنَةً كَامِ َلةً َوإِ ْن هَ ّم ِبهَا َفعَمِ َلهَا كَتََبهَا ال ّلهُ سَيّئَ ًة وَا ِح َدة‬
“Dari Ibnu ‘Abbas ra dari Rasulullah SAW , yang diriwayatkan dari Allah
SWT beliau bersabda : “Sesungguhnya Allah menulis amal-amal baik dan buruk,
kemudian menjelaskannya: “barangsiapa berniat melakukan kebaikan dan belum
melaksanakannya Allah menuliskan baginya kebaikan penuh. Jika ia berniat
melakukan kebaikan lalu melaksanakannya Allah menuliskan baginya 10 kebaikan
sampai 700 dan berlipat-lipat ganda banyaknya. Siapa yang berniat melakukan
kejelekan dan ia belum sempat melakukannya maka Allah menuliskan kebaikan
penuh. Jika ia berniat melakukan kejelekan lalu melaksanakannya maka Allah
menuliskan baginya satu kejelekan. (HR Bukhari dan Muslim).1

Hai saudaraku, ingatlah semoga Allah memberikan kepada kita semua taufik dan
perlindungan-Nya. Perhatikanlah kata-kata ini. Kata ((‫َهص‬
ُ ‫ ))عِنْد‬menunjukkan pada
perhatian Allah akan kebaikan. Dan kata ((ً‫ )) كَامَِلة‬untuk menegaskan perhatian Allah
kepada masalah tersebut. Lalu perkataan Nabi Muhammad tentang kejelekan yang
ingin diperbuat lalu tidak dilakukan : Allah menuliskan baginya kebaikan secara
sempurna. Nabi tegaskan dengan kata ((ً‫)) كَا ِملَة‬. Jika ingin dilakukan maka Allah

menuliskan dengan kata satu kejelekan ((ً‫دة‬


َ ِ‫ )) وَاح‬Allah menyedikitkannya dengan
kata tersebut dan bukan dengan kata ((ً‫)) كَا ِملَة‬. Segala puji bagi Allah. Maha Suci
Allah yang tidak terhitung pujian bagi-Nya.

Penjelasan Dan Uraian Hadits

Perkataan ((ٍ‫ضعَا ف‬
ْ ‫ضعْ فٍ إِلَى َأ‬
ِ ‫سنَاتٍ إِلَى سَبْ ِع مِاَئ ِة‬
َ ‫شرَ َح‬
ْ َ‫َكتَبَهَا اللّ ُه َعزّ َوجَ ّل عِنْدَ هُ ع‬
ٍ‫)) َكثِ َية‬
Al Bazzar meriwayatkan dalam Musnadnya bahwasanya Rasulullah bersabda:
,ٍ‫ْهص ِبعَشْ َرة‬
ِ ‫َسصةِ ِفي‬
‫ َوعَمَ ُل الْح ََن‬,ٍ‫َنص وَاحِدٌ ِبوَاحِد‬
ِ ‫ َوعَ َمل‬: ‫َانص‬
ِ ‫َنص ُموْ ِجب‬
ِ ‫ عَ َمل‬: ‫سص َع ٌة‬
‫اَلَعْمَال َْب‬

1
Ditakhrij oleh Bukhari (6491)dan Muslim (131).
ِ‫ َفَأمّ ا اْلعَ َملَ ن‬,‫ َوعَمَلٌ لَ ُيحْ صَى َثوَابُ هُ إِلّ الُ َتعَال‬,ٍ‫ضعْ ف‬ َ ِ‫سْبعِمِاَئة‬
َ ِ‫سَنةِ ِفيْ ِه ب‬
َ َ‫َوعَمَ ُل الْح‬
ِ‫ َوَأمّ ا اْلعَ َملَ ن‬,َ‫ب النّار‬
ُ ِ‫جّنةَ فَاْل ُكفْرث ُيوْج‬ َ ْ‫ فَاْ ِليْمَا نُ ُيوْجِ بُ ال‬,ُ‫ا ُلوْ ِجبَا نِ فاَْل ُكفْ ُر َواْلِيْمَا ن‬
ً‫ َومَ ْن عَمِلَ سَّيَئة‬,ً‫سَنة‬
َ َ‫سَن ٍة وَلَم َيعْمَ ْلهَا َكَتَبهَا الُ لَهُ ح‬
َ َ‫ َفمَ ْن هَ ّم بِح‬,ٍ‫اللّذَانِ هُمَا وَاحِ ٌد ِبوَاحِد‬
ِ‫جهَادُ فِى َسبِيْلِ ال‬ ِ ْ‫ضعْ فٍ َف ُهوَ ال‬
ِ ِ‫سْبعِمِاَئة‬ َ ِ‫ َوأَمّا الْعَمَلُ الّذِي ب‬,ً‫َكتَ بَ الُ عََليْ هِ َسيَّئ ًة وَاحِ َدة‬
‫تعال‬
“Amal perbuatan itu ada tujuh macam : dua amal perbuatan yang jelas
mendatangkan dua hal, dua amal yang dibalas dengan kadar yang sama, satu amal
perbuatan yang dibalas dengan 10 kebaikan, satu amal perbuatan baik yang dibalas
dengan kelipatan 700 dan satu amal perbuatan yang pahalanya tidak terhitung
kecuali Allah ta’aala yang mengetahuinya. Adapun dua amal yang mendatangkan
dua hal pasti adalah kekafiran dan keimanan. Iman pasti mendatangkan surga
sementara kekafiran mendatangkan neraka. Adapun dua perbuatan yang dibalas
dengan kadar yang sama adalah orang yang berniat mengerjakan suatu perbuatan
baik namun tidak sempat melaksanakannya maka Allah menetapkan satu kebaikan
baginya. Dan barangsiapa melakukan perbuatan buruk maka Allah menetakkan satu
keburukan baginya. Adapun perbuatan yang dibalas dengan kelipatan 700 adalah
berperang di jalan Allah”.1
Allah berfirman: “(perumpamaan nafkah yang diberikan di jalan Allah) adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir
seratus biji”. (al-Baqarah : 261).

Kemudian Allah juga menyebutkan bahwa Dia akan melipatkan gandakan


amal perbuatan orang yang Dia kehendaki sebagai tambahan. Allah berfirman: “..dan
jika ada kebajikan sebesar zarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan
memberikan dari sisi-Nya pahala yang besar”.(an-Nisaa’ : 40). Ayat ini dan juga
hadits yang berbunyi : (( ٍ‫ية‬
َ ِ‫َكث‬ ٍ‫ضعَا ف‬
ْ ‫)) ِإلَى َأ‬ menunjukkan bahwa kata 10 dan 700
bukanlah kata untuk membatasi kadar pahala. Dan Sesungguhnya Allah akan melipat
gandakan bagi yang Dia kehendaki dan memberikan dari sisi-Nya pahala yang tidak
bisa dihitung dan dikira. Maha Suci Allah yang tidak terhitung nikmat dan karunia-
Nya. Segala puji syukur bagi Allah dengan segala nikmat dan anugerah-Nya.

Adapun yang ketujuh yaitu puasa, Allah berkata dalam sebuah hadits Qudsi :

ِ‫ُكلّ عَ َم ِل اْبنِ آدَ َم َلهُ ِإ ّل الصّوْ َم َفِإنّ ُه لِي َوَأنَا َأجْزِي ِبه‬
“Setiap amal perbuatan anak Adam memperoleh balasannya sesuai dengan
amalnya kecuali puasa, sesungguhnya puasa itu ada pada-Ku dan Aku yang akan
membalasnya”.2

1
Disebutkan oleh al Haitsami dalam Majma’uz Zawaaid (3/182) bahwa hadits ini lemah.
2
Ditakhrij oleh Bukhari (1904) dan Muslim (1151)
Hadits ke 38
Kemurkaan dan Keridhaan Allah

‫صلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّمَ إِ ّن اللّ َه قَا َل َمنْ عَادَى لِي َولِيّا‬
َ ِ‫عَنْ َأبِي هُ َريْ َرةَ قَالَ قَالَ َرسُولُ اللّه‬
ُ‫شيْ ٍء َأحَبّ ِإَليّ مِمّا افَْترَضْتُ عَ َل ْيهِ َومَا َيزَال‬
َ ‫ب َومَا َتقَ ّربَ ِإَليّ عَ ْبدِي ِب‬
ِ ْ‫حر‬
َ ْ‫َف َقدْ آ َذنْتُ ُه بِال‬
ُ‫ص َره‬
َ َ‫ت سَ ْمعَ ُه الّذِي َيسْمَ ُع ِب ِه وَب‬
ُ ‫ب ِإلَ ّي بِالّنوَافِ ِل حَتّى ُأحِبّ ُه َفِإذَا َأحْبَبُْتهُ كُ ْن‬
ُ ّ‫عَ ْبدِي يََت َقر‬
ِ‫ش ِبهَا وَرِجْ َلهُ الّتِي يَ ْمشِي ِبهَا َوإِ ْن سََألَنِي َلأُعْطِيَّن ُه َولَِئن‬
ُ ِ‫ص ُر ِبهِ َوَي َدهُ الّتِي يَبْط‬
ِ ْ‫اّلذِي يُب‬
ُ‫اسَْتعَاذَنِي َلأُعِي َذّنهُ َومَا َت َر ّددْتُ َع ْن شَيْ ٍء َأنَا فَاعِ ُل ُه َت َردّدِي َع ْن َنفْسِ الْ ُم ْؤ ِمنِ َي ْك َره‬
)‫(رواه البخاري‬ ُ‫الْمَ ْوتَ وََأنَا أَ ْك َر ُه َمسَا َءَته‬
“Dari Abu Hurairah ra berkata bahwasanya Rasulullah pernah bersabda :
“Sesungguhnya Allah berfirman: “Siapa yang memusuhi hamba-Ku yang beriman,
maka aku beritahukan kepadanya untuk memeranginya. Amal-amal ibadah fardhu
yang Aku wajibkan kepada hamba-Ku yang mereka lakukan untuk mendekatkan
dirinya kepada-Ku adalah lebih Aku sukai. Hamba-Ku senantiasa melakukan ibadah-
ibadah sunnah untuk mendekatkan diri kepada-Ku hingga Aku mencintainya. Dan
jika Aku mencintainya maka Aku menjadi telinga baginya untuk mendengar, mata
untuk melihat, tangan untuk memegang serta kaki untuk berjalan. Apabila ia meminta
kepada-Ku pasti akan Kuberi. Apabila meminta perlindungan kepada-Ku pasti akan
Kulindungi. Tidak sedikitpun Aku ragu. Aku pasti melakukannya. Keraguan-Ku hanya
pada diri orang mukmin yang enggan mati, padahal Aku enggan
mencelakakannya”.(HR Bukhari).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Perkataan Nabi Muhammad dari Allah SWT : ((‫ص‬


ُ‫آذَنْتُه‬ ْ‫مَن ْص عَادَى لِي وَلِيّاص َفقَد‬
ِ‫ح ْرب‬
َ ْ‫))بِال‬
Yang dimaksud dengan al-waliyyu di sini adalah orang mukmin. Allah berfirman:
“Allah Pelindung orang-orang yang beriman”.(al-Baqarah : 257). Jadi barangsiapa
menyakiti seorang mukmin maka Allah mengizinkan atau memerintahkannya untuk
memeranginya. Jika Allah memerangi seorang hamba maka Allah pasti
membinasakannya. Oleh karena itu seseorang tidak boleh sama sekali menyakiti
setiap orang islam.
Firman Allah: ((‫ْهص‬
ِ ‫ْتص َعلَي‬
ُ ‫مِمّاص افَْت َرض‬ ّ ‫ّبص ِإلَي ّ عَبْدِي بِشَ ْيءٍ أَحَب ّ إِلَي‬
َ ‫))وَم َا َت َقر‬
menunjukkan bahwa perbuatan fardhu itu lebih baik dari pada perbuatan sunah.
Dalam sebuah hadits disebutkan:
ً‫ضلُ عَلى َثوَابِ النّافِ َلةِ ِبسَ ْبعِ ْينَ َم ّرة‬
ِ ْ‫إِ ّن َثوَابَ اْل َف ِريْضَ ِة ُيف‬
“Sesungguhnya pahala ibadah fardhu lebih baik tujuhpuluh kali dari pada
pahala nafilah (sunah)”.
Firman Allah: ((ُ‫فَِإذَا أَحَْببْتُ ه‬ ُ‫)) وَمَا َيزَا ُل عَبْدِي يََت َقرّ بُ ِإلَيّ بِالّنوَافِلِ حَتّ ى أُحِبّ ه‬ Para

1
Shahih Muslim (6502)
ulama membuat perumpamaan tentang hamba-hamba tersebut. Mereka berkata
perumpamaan orang yang melakukan ibadah nafilah bersama dengan ibadah fardhu
dan yang lain seperti seorang lelaki memberi 1 dirham kepada salah satu hambanya
untuk membeli buah dan memberi 1 dirham kepada yang lain untuk membeli buah
juga. Salah satu dari keduanya pergi membeli buah lalu meletakkannya ke dalam
sebuah tempat lalu ia menambahi wewangian, kemudian ia letakkan di hadapan
tuannya. Yang lain pergi membeli buah lalu meletakkan begitu saja di hadapan
tuannya di atas lantai. Kedua hambanya tadi sudah mematuhi perintahnya akan tetapi
salah satunya menambahkan tempat dan wewangian untuk buah-buahan tadi,
sehingga hal itu membuat tuannya lebih suka. Siapa yang sama-sama menunaikan
sholat nafilah dan fardhu maka ia menjadi hamba yang lebih disukai oleh Allah.
Kecintaan dari Allah adalah menghendaki kebaikan. 1 Jika Allah mencintai hambanya,
Allah pasti menjadikan hamba-Nya sibuk untuk mengingat dan menaati-Nya serta
menjaganya dari godaan setan. Hamba tersebut menggunakan anggota tubuhnya
untuk berbuat taat, suka mendengarkan bacaan Al Qur’an dan dzikir serta enggan
mendengarkan alat-alat musik dan ia termasuk orang-orang yang dikatakan Allah
dalam firman-Nya : “dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka
mengucapkan kata-kata yang baik”.(al Furqaan : 63). Jika mereka mendengar kata-
kata keji, mereka berpaling dan mengatakan kata-kata yang baik. Allah menjaga
matanya dari hal-hal yang dilarang agama maksudnya ia tidak melihat kepada hal-hal
yang tidak halal untuk dilihat. Jadi pandangan orang mukmin adalah pandangan yang
penuh pemikiran dan perenungan. Ia tidak melihat kecuali kepada ciptaan yang
menuntunnya kepada Sang Khaliq.
Ali bin Abu Thalib pernah berkata: “Aku tidak melihat sesuatu apapun kecuali
aku melihat Allah ada didepannya”. Maksud kata al-i’tibaari adalah menelusuri
berbagai ciptaan Allah dengan akal pikiran untuk memahami kekuasaan Sang
Pencipta. Ketika mendapati kekuasaan Allah yang sebegitu besar, ia bertasbih,
mensucikan dan mengagungkan Allah SWT. Jadi segala gerak-geriknya baik itu
dengan kedua tangan maupun kedua kaki adalah untuk Allah. Ia tidak menggerakkan
kakinya untuk suatu urusan yang tidak penting baginya dan tidak pula melakukan
sesuatu apapun dengan sia-sia. Tapi seluruh gerakan tubuh maupun dalam keadaan
diam milik Allah. Karena itu ia mendapatkan pahala dalam segenap gerak tubuhnya,
dalam keadaan diam serta dalam segala pekerjaannya.
Firman Allah ((ُ‫م َعه‬
ْ َ‫س‬ ‫ت‬
ُ ْ‫ )) كُن‬bisa mengandung arti Aku menjaga pendengaran,
penglihatan, gerak tangan dan kaki dari godaan setan. Dan bisa juga mengandung
makna Aku berada dalam hatinya ketika mendengar, melihat dan bekerja. Jika ia ingat
kepada-Ku, maka ia pasti menghentikan kesibukan yang lain.

1
Ini adalah interpretasi yang kurang tepat mengenai mahabbatullah. Menurut pendapat ulama salaf
mahabbatullah adalah menetapkan mahabbah itu untuk Allah tanpa ada penafsiran dan bentuknya.
Yaitu mahabbah yang layak bagi Allah SWT. Syeikul Islam Ibnu Taimiyah dalam bukunya Majmu’ul
fataawa (2/354) menyebutkan: “Para ulama salaf sepakat menetapkan kecintaan Allah kepada hamba-
hamba-Nya yang beriman dan menetapkan kecintaan mereka kepada Allah. Ini adalah pokok agama
Nabi Ibrahim As”. Adapun penafsiran kata mahabbah dan lain sebagainya secara pasti, maka ini adalah
pendapat ahli retorika dan bukan pendapat salafi. Wallau a’lam.
Hadits 39
Suatu yang tidak ada dosa

ْ‫ إِنّ اللّ هَ تَجَاوَزَ عَ ن‬: َ‫صلّى اللّهم عََليْ ِه وَ سَلّم‬


َ ِ‫ قَالَ رَ سُولُ اللّ ه‬: َ‫عَ نْ َأبِي ذَرّ الْ ِغفَارِيّ قَال‬
)‫(وراه ابن ماجه و البيهقي وغيها‬ ِ‫ُأمّتِي الْخَ َطأَ وَالّنسْيَا َن َومَا اسْتُ ْك ِرهُوا عَلَ ْيه‬
“Dari Abu Dzar al Ghifary ra ia berkata: “Rasulullah pernah bersabda:
“Sesungguhnya All ah mengampuni untukku dosa umatku karena kesalahan, lupa dan
mereka dipaksa berbuat dosa”. (Hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
Baihaqi dan lainnya). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Perkataan Nabi ((ِ‫عََلْيه‬ ‫))إِ ّن الّلهَ َتجَا َوزَ عَنْ ُأمّتِي اْلخَطََأ وَالنّسْيَا َن َومَا اسُْت ْكرِهُوا‬
Maksudnya menghapus dari mereka dosa karena berbuat salah, lupa dan dipaksa.
Adapun hukum salah, lupa dan dipaksa tidaklah dihapuskan. Jika ia merusakkan suatu
barang dengan tidak sengaja atau barang titipan hilang karena lupa maka ia harus
memberikan tanggungan atau jaminan. Kecuali pemaksaan. Paksaan berbuat zina dan
membunuh tidak boleh dihukum karena ada unsur paksaan. Yang dikecualikan dari
lupa adalah sebab lupa yang diiterjang begitu saja oleh seseorang, maka ia berdosa
melakukannya karena ia tidak mengindahkan sebab itu.

1
Ditakhrij oleh Ibnu Majah (2045) dan dishahihkan oleh Al Albani dalam al Irwaa’ (82)
Hadits ke 40
Harapan pendek

َ‫صلّى اللّهم عََليْهِ َوسَلّم‬


َ ِ‫عَ ْن َعبْدِاللّ ِه بْ ِن عُمَرَ َرضِي اللّهم َعنْهممَا قَالَ أَخَذَ َرسُولُ اللّه‬
َ ْ‫ب َأوْ عَابِ ُر سَبِيلٍ وَكَانَ ابْ ُن عُ َم َر َيقُولُ ِإذَا َأم‬
َ‫سيْت‬ ٌ ‫بِ َمْن ِكبِي َفقَالَ ُك ْن فِي ال ّدنْيَا َكَأّنكَ َغرِي‬
َ‫ك َومِنْ َحيَاتِك‬
َ ِ‫حتِكَ لِ َمرَض‬
ّ ِ‫حتَ فَلَا َتْنتَظِ ِر الْمَسَا َء وَخُذْ مِنْ ص‬
ْ َ‫صب‬
ْ َ‫ح َوإِذَا أ‬
َ ‫صبَا‬
ّ ‫َفلَا َتنْتَ ِظ ِر ال‬
)‫لِ َم ْوتِكَ (رواه البخاري‬
“Dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata: “Rasulullah SAW memegang
bahuku lalu bersabda: “Jadilah dirimu di dunia ini seperti seorang asing atau
musafir”. Ibnu Umar berkata: “Jika kamu berada di sore hari janganlah menunggu
pagi, dan jika kamu dalam keadaan pagi janganlah menunggu sore. Ambillah
sehatmu untuk sakitmu dan hidupmu untuk matimu”.(HR Bukhari).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah SAW ((ٍ‫سبِيل‬


َ ُ‫))كُ ْن فِي الدّنْيَا كَأَنّ كَ َغرِي بٌ َأ ْو عَاِبر‬ Janganlah
terlalu cinta akan kehidupan dunia, jangan menjadikan dunia itu tanah air, jangan
racuni jiwamu untuk menetap di dunia dan janganlah terlalu bergantung kepadanya
kecuali ketergantungan seorang asing di sebuah negeri yang ingin ia tinggalkan suatu
ketika untuk kembali kepada keluarganya. Inilah makna pernyataan Salman al Farisi
ra : “Kekasihku Rasulullah SAW memerintahkan kepadaku untuk tidak menjadikan
dunia kecuali seperti bekalan penunggang kuda”.2

Mengenai zuhud ada syair yang menyatakan:


Akankah kau bangun rumah yang kekal selamanya
Padahal singgahmu sekejap saja
Cukup kiranya berteduh dibawah rindang
Bagi yang senantiasa berpetualang

Mengenai zuhud ada syair mengatakan :

Asa menetap di rumah yang tiada kekal abadi


Namun adakah awan yang selalu berhenti

Penyair lain berkata:

Meski terpenjara kau cintakan dunia


Alangkah nistanya cinta dalam penjara dunia
Usahlah terlena oleh kegemerlapan maya
Suatu saat kau kan meninggalkannya

Dunia memberikan kesenangan bagimu


Namun dalam sekejap dunia kan merampasnya darimu

1
Shahih Bukhari (6416)
2
Ditakhrij oleh Ibnu Majah (4104)
Dalam hadits itu mengajak untuk tidak berpengharapan tinggi, mendahulukan
taubat dan mempersiapkan diri untuk mati. Jika ia berharap maka katakanlah insyaa
Allah (semoga Allah menghendaki). Allah berfirman: “Dan jangan sekali-kali kamu
mengatakan terhadap sesuatu: “Sesungguhnya aku akan mengerjakan itu besok pagi.
Kecuali (dengan menyebut) Insya Allah ”.(al-Kahfi : 23-24).

Perkataannya : ((‫صِحّتِك‬ ‫ )) وخُ ْذ مِ ْن‬1. Rasulullah memerintahkan Abdullah bin


Umar untuk memanfaatkan waktu sehat dengan beramal saleh. Karena kadang
seorang manusia tidak mampu melakukan puasa, sholat dan sebagainya karena alasan
sakit atau sudah tua.

Perkataanya : ((‫ِكص‬
َ ‫ِكص لِ َموْت‬
َ ‫ِنص حَيَات‬
ْ ‫ )) َوم‬2. Rasulullah SAW memerintahkan
Abdullah bin Umar untuk lebih dulu mempersiapkan bekal. Sesuai dengan firman
Allah SWT : “hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat)”.(al-Hasyr : 18). Hendaknya jangan berlebih-lebihan dalam
hidup sampai ia meninggal. Allah berfirman : “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke
dunia)”.(al-Mu’minuun : 99-100).

Imam Al Ghazali rahimahullah berkata : “Tubuh anak Adam seperti jaringan


yang ia gunakan untuk beramal-amal saleh. Jika ia memperoleh kebaikan lalu mati
cukuplah sudah dan ia tidak membutuhkan jaringan tersebut. Yaitu badan yang ia
tinggalkan karena mati. Tidak diragukan lagi bahwa manusia apabila mati terputuslah
nafsu keinginan akan dunia, dan ia menginginkan amal saleh karena amal itu bekal di
kubur. Apabila ia memiliki bekal tersebut maka ia merasa cukup dan jika tidak ia
meminta kembali lagi ke dunia untuk mengambil bekal tersebut. Itu setelah diambil
jaringan yang ada padanya. Lalu dikatakan kepadanya : ‘Sungguh jauh terlambat’.
Tinggallah ia bingung senantiasa menyesali atas kelalaiannya mempersiapkan bekal
sebelum jaringan tubuhnya diambil.

Oleh karena itu Ibnu Umar berkata: “Manfaatkan hidupmu untuk matimu”.
Tiada kekuatan dan kekuasaan kecuali dari Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Kuasa.

1
dari ucapan Abdullah bin Umar dan bukan dari ucapan Nabi Muhammad SAW.
2
Masih dari ucapan Abdullah bin Umar.
Hadits ke 41
Nafsu orang mu’min

ُ‫ لَُي ْؤمِن‬: ُ‫ قَالَ َر ُسوْلُ ال‬:َ‫ضيَ الُ عَنْهُ قَال‬


ِ َ‫ل بْ ِن عَمْرُو بْ ِن اْلعَاصِ ر‬
ِ ‫حمّ ٍد َعبْدِ ا‬
َ ُ‫عَنْ َأبِي م‬
)‫ رويناه ف كتاب الجة بإسناد صحيح‬,‫( حديث حسن صحيح‬. ِ‫ت ِبه‬
ُ ْ‫أَ َحدُ ُكمْ حَتَى يَ ُكوْ َن تَِبعًا لِمَاجِئ‬
“Dari Abu Muhammad Abdullah bin Amru bin ‘Ash berkata, Rasulullah SAW
pernah bersabda: “Tidaklah seorang itu beriman hingga ia menjadi pengikut dari
ajaran yang aku bawa”. (Hadits Hasan Shahih kami riwayatka dalam buku al
Hujjah dengan isnad shahih).1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Sabda Rasulullah SAW ((ِ‫بِ ه‬ ُ‫)) لَُي ْؤمِ نُ َأحَدُكُ ْم حَتَى يَ ُكوْ نَ تَبِعًا لِمَا ِجئْ ت‬ artinya
bahwa seseorang harus melakukan perbuatannya sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah
dan tidak mengikuti hawa nafsunya dan harus mengikuti ajaran Rasulullah. Hal ini
sama dengan firman Allah: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak
(pula) bagi perempuan yang mu’min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan
suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan
mereka”.(al-Ahzaab : 36). Tidak ada bagi seseorang pilihan ataupun keinginan lain
ketika Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu perkara baginya.

Dari Ibrahim bin Muhammad al-Kufy ia berkata: “Aku melihat Imam Syafi’i
berada di Mekkah memberikan fatwa kepada orang-orang. Aku melihat Ishaq bin
Rahuwih dan Ahmad bin Hambal hadir di situ. Ahmad berkata kepada Ishaq: “Mari
aku perlihatkan seorang lekaki yang tidak pernah engkau lihat sepertinya”. Ishaq
bertanya: “Belum pernah aku melihatnya?”. Ahmad menjawab: “Ya benar”. Lalu
Ahmadpun membawanya ke hadapan Syafi’i dan menceritakan kisah sampai ia
berkata: “Lalu Ishaq maju ke majlis Syafi’i lalu bertanya kepadanya tentang
menyewakan rumah-rumah di Mekkah. Syafi’i menjawab: “Itu boleh menurut kami”.
Rasulullah bersabda:
ٍ‫ع َأوْ دُور‬
ٍ ‫َو َهلْ َترَ َك لَنَا َعقِيلٌ ِمنْ ِربَا‬
“Apakah ‘Aqil telah mewarisi bagi kita tempat tinggal atau rumah?”.2

Ishaq berkata: “Yazid bin Harin memberitahukan kami dari Hisyam dari
Hasan bahwasanya ia belum pernah melihat itu, ‘Atha’ dan Thawus belum pernah
melihat itu”.
Syafi’ipun menjawab: “Apakah kamu yang dianggap oleh penduduk Khurasan
sebagai orang yang paling pintar di antara mereka?”. Ishaq berkata: “Demikianlah
mereka mengatakannya”. Syafi’i berkata: “Betapa aku menginginkan orang lain
menggantikan kedudukanmu. Aku memerintahkan untuk mengorek kedua telinganya.
1
Ditakhrij oleh al Baghawi dalam Syarhus sunnah (1/213) dan Khatib dalam at Tarikh (4/369). Dalam
Jami’ul ulum Al Hafidz Ibnu Rajab memberikan tanggapan kepada pernyataan Imam Nawawi yang
menshahihkan hadits ini dengan mengatakan: “Pernyataan bahwa hadits ini shahih adalah sangat jauh
sekali dari berbagai sisi”. Untuk lebih jelasnya lihat sisi-sisi yang mendhaifkan hadits tersebut dalam
bukunya. Demikian juga Al Albani mendhaifkan hadits ini dalam al Misykah (167)
2
Ditakhrij oleh Bukhari (1588) dan Muslim (1351).
Aku mengatakan: ‘Rasulullah SAW bersabda’. Dan kamu mengatakan: ‘Atha’,
Thawuus, Hasan dan Ibrahim berkata padahal mereka tidak melihat itu”. Apakah
seorang mempunyai hujjah sementara Rasulullah masih hidup bersamanya?”.

Lalu Syafi’i melanjutkan: “Allah berfirman: “(Juga) bagi para fuqara yang
berhijrah yang diusir dari kampung halaman”.(al-Hasyr : 8). Apakah kamu akan
menyatakan rumah itu milik pemiliknya atau bukan?”.

Ishaq menjawab: “Milik pemiliknya”. Syafi’i berkata: “Firman Allah adalah


firman yang paling benar. Rasulullah pernah bersabda:
ٌ‫َمنْ َد َخلَ دَا َر َأبِي ُسفْيَا َن َف ُهوَ آ ِمن‬
“Siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia dalam keadaan aman”.1

Umar bin Khattab r.a pernah membeli rumah mempelai. Syafi’i menyebutkan
ada golongan sahabat Rasulullah SAW. Ishaq berkata kepada Syafi’i dengan
menyebutkan firman Allah: “..baik yang bermukim di situ maupun di padang
pasir”.(al-Hajj : 25). Syafi’i menjawab: yang dimaksud dalam ayat itu adalah Masjid
khususnya. Itu yang berada di sekitar Ka’bah. Kalau seperti yang kamu anggap, maka
tidak boleh bagi seseorang mencari barang hilang di negeri Mekkah sementara kamu
tidak tinggal di situ, tidak melemparkan kotoran tapi ini khusus di masjid saja. Maka
Ishaq pun terdiam dan tidak bicara. Syafi’i akhirnya diam.

1
Shahih Muslim (1780)
Hadits ke 42
Kemaafan Allah

َ‫س بْ ِن مَالِكٍ قَا َل سَ ِم ْعتُ َرسُولَ اللّهِ صَلّى اللّهم عََليْ ِه َوسَلّ َم َيقُولُ قَا َل اللّ ُه تَبَارَك‬
ِ َ‫عن َأن‬
‫ك َولَا ُأبَالِي يَا‬
َ ‫ت لَكَ عَلَى مَا كَا َن فِي‬
ُ ْ‫ك مَا دَ َع ْوتَنِي وَ َرجَ ْوتَنِي َغ َفر‬
َ ّ‫وََتعَالَى يَا اْبنَ آ َد َم ِإن‬
َ‫ت ُذنُوبُكَ عَنَا َن السّمَا ِء ُثمّ اسَْتغْ َف ْرتَنِي َغ َف ْرتُ َلكَ وَلَا أُبَالِي يَا اْبنَ آدَم‬
ْ َ‫ابْنَ آدَمَ لَ ْو بَ َلغ‬
ً‫شرِ ُك بِي شَيْئًا َلَأتَيُْتكَ ِب ُقرَاِبهَا َم ْغفِ َرة‬
ْ ‫ض خَطَايَا ُث ّم لَقِيتَنِي لَا ُت‬
ِ ْ‫ب الْأَر‬
ِ ‫ِإّنكَ َلوْ َأتَيْتَنِي بِ ُقرَا‬
“Dari Anas bin Malik r.a berkata: “Aku mendengar Rasulullah SAW berkata:
“Allah ta’aala berfirman: “Hai anak Adam, sesungguhnya jika kamu berdoa dan
memohon kepada-Ku, maka Aku pasti mengampuni dosa yang ada pada dirimu dan
Aku tidak peduli. Hai anak Adam, jika dosamu setinggi langit lalu kamu memohon
ampun kepada-Ku, pasti Aku ampuni dan aku tidak peduli. Hai anak Adam,
sesungguhnya jika kamu datang kepada-Ku dengan kesalahan sebesar bumi lalu
kamu menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan-Ku, pasti Aku akan
menghapus dosamu yang seberat bumi”. (Diriwayatkan oleh Tirmidzy dan
dikatakan hadits hasan shahih). 1

Penjelasan dan Uraian Hadits

Firman Allah ((ِ‫ال سّمَاء‬ َ‫ )) عَنَا ن‬ada yang mengatakan artinya adalah awan. Ada
juga yang mengatakan apa yang terlihat olehmu yakni terlihat olehmu ketika kamu
mendongakkan kepalamu.

Firman Allah ((َ‫َغ َفرْ تُ لَ ك‬ ‫ )) ثُمّ ا سَْت ْغ َفرْتَنِي‬sama dengan firman Allah dalam Al
Qur’an: “Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.(an-Nisaa’ : 110).

Istighfar (memohon ampun) harus diiringi dengan taubat. Allah berfirman:


“dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat kepada-
Nya”.(Huud : 3). Dan firman-Nya: “Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,
hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”.(al-Mu’minuun : 31).

Ketahuilah bahwa istighfar artinya meminta ampunan. Itu adalah permintaan


orang-orang yang berbuat dosa. Boleh jadi karena mereka lupa untuk bersyukur
seperti permintaan para wali dan orang-orang yang saleh. Boleh jadi bukan dari
keduanya tapi itu adalah sebuah rasa syukur seperti istghfarnya Rasulullah dan para
nabi As.

Rasulullah SAW bersabda:

1
Jami’ut tirmidzi (3540) dalam cetakannya disebut sebagai hadits aneh. Namun dalam shahihul jami’
Al Albani menyatakan hadits tersebut hasan.
‫سَيّ ُد الِا سِْتغْفَا ِر أَ ْن َتقُولَ ال ّلهُمّ َأنْ تَ َربّ ي لَا ِإلَ َه ِإلّا َأنْ تَ خَلَقْتَنِي وَأَنَا عَ ْبدُ َك وَأَنَا عَلَى‬
ُ‫ك بِِنعْمَتِ كَ عَ َليّ َوأَبُوء‬
َ َ‫ت َأبُو ُء ل‬
ُ ْ‫ت أَعُوذُ بِ كَ مِ نْ َش ّر مَا صََنع‬
ُ ْ‫َع ْهدِ َك َووَ ْعدِ َك مَا ا سْتَ َطع‬
َ‫ب ِإلّا َأنْت‬
َ ‫ك ِبذَنْبِي فَا ْغفِ ْر لِي َفِإنّ ُه لَا َي ْغ ِفرُ الذّنُو‬
َ َ‫ل‬
“Sebaik-baik istighfar adalah kamu berdoa: “Ya Allah, Engkau-lah Tuhanku,
tiada Tuhan selain Engkau yang telah menciptakanku, akulah hamba-Mu, aku
berpegang teguh pada janji-Mu semampuku. Aku berlindung kepada-Mu dari
kejelekan amalku. Aku mengakui banyaknya nikmat-Mu untukku dan aku mengakui
dosaku maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni
segala dosa kecuali Engkau”.1

Rasulullah berkata kepada Abu Bakar :


‫ت َن ْفسِي ُظلْمًا كَثِيًا‬
ُ ْ‫ُقلِ ال ّل ُهمّ ِإنّي ظَلَم‬
“Katakanlah Ya Allah sesungguhnya aku telah berbuat dzolim kepada diriku
dengan kedzoliman yang banyak”.
Dalam riwayat lain disebutkan: ((‫)) كَبيًا‬

ُ‫ت الْ َغفُورُ الرّحِيم‬


َ ْ‫ت فَا ْغ ِفرْ لِي مَ ْغ ِف َرةً ِمنْ عِ ْندِ َك وَا ْرحَمْنِي ِإّنكَ َأن‬
َ ْ‫وَلَا َيغْ ِفرُ ال ّذنُوبَ ِإلّا َأن‬
“Tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau, maka ampunilah aku dengan
ampunan daripada-Mu, dan kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”.2

1
Ditakhrij oleh Bukhari (6306) dari hadits Syaddad bin Aus
2
Ditakhrij oleh Bukhari (843) dan Muslim (2705)

Vous aimerez peut-être aussi