Vous êtes sur la page 1sur 3

MANAJEMEN ZAKAT

Seperti halnya lembaga keuangan, organisasi yang mengelola zakat melakukan


manajemen pengelolaan dana yang tujuannya adalah memaksimalkan dana-dana
masyarakat yang dihimpun lembaga. Pengelolaan keuangan harus diwujudkan
dalam suatu panduan baik berupa kebijakan umum maupun pedoman teknis.
Panduan ini yang nantinya sebagai acuan standar yang digunakan dalam
menerima, mencatat, menyimpan, menyalurkan, dan mempertanggungjawabkan
dana.
Jenis dana yang diterima organisasi pengelola tidak terbatas hanya pada dana-
dana zakat saja. Sesuai UU No. 38 Tahun 1999 yang mengatur tentang organisasi
yang mengelola dana zakat terdiri dari beberapa jenis, di antaranya:
Infak/sedekah, wasiat, waris, kaIarat, wakaf, hibah lembaga lain, hibah dari
pemerintah, dan hibah dari luar negeri.
Masing-masing memliki karakteristik yang berbeda baik sumbernya ataupun
dalam penyalurannya. Yang kita pahami bersama, dilembaga keuangan, dana-
dana yang berasal dari masyarakat, penyalurannya tergantung dari bank, tidak ada
ketentuan pasti harus disalurkan ke mana. Tetapi pembatasannya bisa berupa
batasan syariah, undang-undang atau langsung dari pemberi dana, yang langsung
menunjuk mana yang menjadi sasaran dana yang ia salurkan.
Contoh karakteristik sumber dan pembatasan yang harus dipenuhi oleh organisasi
pengelola zakat adalah dalam hal zakat Iitrah. Karakteristik dari zakat Iitrah
adalah kewajiban bagi setiap muslim yang harus disalurkan maksimal sebelum
khatib naik mimbar pada saat shalat ied akan dimulai. Contoh lain sedekah yang
dikhususkan untuk beasiswa yatim atau untuk program lainnya yang ditentukan
para donator. Sehingga dalam pengalokasian dana-dananya, organisasi yang
mengelola zakat wajib untuk menyalurkan sebagaimana disyaratkan oleh pemberi
dana.
Atas dasar katakteristik masing-masing jenis dana yang berbeda, organisasi yang
mengelola zakat harus menetapkan jenis dana yang akan diterima sesuai dengan
kemampuan untuk memenuhi pembatasan yang melekat pada dana yang diterima.
Sehingga tidak menjadi satu hal yang salah ada beberapa lembaga tidak menerima
semua jenis donasi yang mengandung persyaratan tertentu karena terbatasnya
jangkauan pengelolaan.
Selain jenis dana, perlu diperhatikan juga cara penerimaan dana. Ini berpengaruh
terhadap eIektiIitas penghimpunan dana. Biaya untuk penghimpunan dana juga
perlu diperhatikan, karena setiap cara penerimaan dana membutuhkan sarana dan
pengendalian yang berbeda. Setidaknya ada tiga cara penerimaan dana. Melalui
rekening di bank, counter, ataupun dengan mengambil langsung ke tempat
donator.
alam QS. At-Taubah ayat 60, telah jelas dikatakan siapa saja yang mendapat hak
atas zakat, atau yang sering dikenal sebagai Mustahiq zakat. Secara kajian Iiqih
telah jelas, bagaimana karaketristik dari masing-masingnya. Namun ada beberapa
permasalahan ketika diimplementasikan dalam tataran praktis. Misalnya saja
untuk ukuran Iakir di Indonesia. Mungkin kriterianya akan berbeda dengan Iakir
yang ada di Brunai arusalam.
Terkait 2ustahiq zakat, panduan yang dibuat dapat mengacu pada simpulan-
simpulan pendapat sebagai berikut:
1. Tidak harus seluruh golongan 2ustahiq mendapat bagian dalam
penyaluran secara bersamaan sekaligus atau dibagi sama rata. Yang harus
dipastikan bahwa tidak terjadi saling mendzalimi diantara golongan
2ustahiq yang ada.

2. Setidaknya golongan mustahiq dapat digolongkan menjadi dua bagian,
yaitu: kelompok permanen, diantaranya adalah Iakir, miskin, amil dan
muallaI. Maksud permanen adalah bahwa empat mustahiq ini diasumsikan
akan selalu ada dalam wilayah kerja pengelola zakat dan karena itu
penyaluran dana kepada mereka akan terus menerus dalam waktu lama.
kelompok temporer, yaitu 7iqob, gho7i2in, fisabilillah, dan ibnu sabil.
Selain dana zakat, penerima dan infak atau sedekah akan lebih Ileksibel. Oleh
karena itu, lembaga zakat harus menyusun ukuran-ukuran tertentu dari kriteria
para penerima dana-dana infak 80/0,dengan tetap berpanduan kepada
2ustahiq yang delapan.
alam menentukan bidang sasaran perlu diperhatikan kebutuhan riil para
penerima zakat, skala prioritas permasalahan, dan kemampuan sumber dana dan
sumber daya manusia. Pemilihan ruang lingkup sasaran harus dituangkan dalam
panduan agar danayang dihimpun tidak dialokasikan secara spo7adic dan hanya
tertumpu pada satu aspek saja. Sehingga sasaran masing-masing lembaga
pengelola zakat akan berbeda, tergantung wilayah yang menjadi tangggung
jawabnya.
Harus diingat, bahwa penyaluran dana kepada mustahik tidak dalam rangka
menghambat kemandirian. Artinya dana-dana yang diperoleh para mustahik
bukanlah dana-dana yang siIatnya konsumtiI belaka. Artinya, penyaluran dana
perlu juga menjadi target kemandirian ekonomi. Sehingga konsepnya adalah
pemberdayaan dana zakat, dimana penyaluran dana zakat dan dana lainnya yang
disertai target merubah keadaan penerima dari kondisi kategori mustahik menjadi
kategori muzakki.
Setidaknya ada dua bentuk pemberdayaan dana yaitu: hibah, artinya tidak ada
ikatan antara pengelola dengan mustahik setelah penyerahan zakat dan dana
bergulir (qo7dul hasan). ana pengelola adalah dana yang menjadi hak pengelola
yang berasal bagian amil dalam zakat, bagian tertentu dari dana selain zakat,
hasil mengusahakan dana yang menjadi hak pengelola serta hibah dan atau
pinjaman dari pihak lain yang digunakan untuk operasi atau kegiatan organisasi.
Untuk menentukan jumlah yang menjadi hak pengelola dapat dilakukan dengan
menggunakan salah satu dari dua dasar perhitungan berikut:
1. Prosentase tertentu, digunakan apabila bagian amil dari zakat ditetapkan
1/8. engan itu maka prosentase dari dana non zakat juga harus
diprosentasekan.

2. Secukupnya, dalam arti disesuaikan dengan kebutuhan amil tanpa melebihi
bagian amil yaitu 1/8.
Pengendalian adalah kemampuan untuk mengatur kebijakan keuangan dan
operasional organisasi secara sistematis guna tercapainya tujuan organisasi.
Pengendalian keuangan yang baik dalam suatu organisasi dapat diwujudkan
melalui eksis dan sehatnya unsur-unsur sebagai berikut:
1. Unit atau orang penanggungjawab keuangan. Adanya unit atau orang
tertentu ini sebagai pemisahan Iungsi antara amil yang satu dengan amil
yang lain. Tidak boleh terjadi setiap orang bertindak sebagai bendahara.
2. Anggaran, dapat dijadikan sebagai tolok ukur atau alat pembanding dalam
mengevaluasi kegiatan.
3. Kebijaksanaan dalam setiap tindakan penggunaan dana.
4. Pelaporan dan publikasi merupakan saran pengendalian keuangan yang
melibatkan bukan hanya atasan melainkan para muzakki dan seluruh
lapisan masyarakat.
5. Pencatatan yang menjadikan setiap transaksi keuangan dapat ditelusuri.
6. Prosedur yang jelas baik pada saat penerimaan ataupun penyalurannya.
7. Personalia yang tidak lepas dari akhlaqul ka7i2ah.
8. Internal audit yang dapat menghindarkan dari penyimpangan-
penyimpangan

Vous aimerez peut-être aussi