Vous êtes sur la page 1sur 12

A.

Judul Jurnal
A systematic review of nursing rehabilitation of stroke patients with Aphasia (Kajian Sistematis Rehabilitasi Keperawatan Pada Pasien Stroke dengan Afasia).
B.

Identifikasi Tema atau Masalah

Mengeksplor evidence-based asuhan keperawatan pada rehabilitasi pasien stroke dengan afasia, yang berfokus pada identifikasi afasia dan keefektifan terapi intervensi speechlanguage. Hal ini disebabkan pedoman rehabiltasi pasien stroke yang ada hanya rehabilitasi secara umum, tidak langsung pada rehabilitasi pasien stroke dengan afasia.

Pasien poststroke dengan afasia mempunyai angka rata-rata kematian lebih tinggi , system fungsional yang lebih buruk daripada pasien poststroke tanpa aphasia dan dapat beresiko terhadap komplikasi seperti depresi.

Afasia adalah gangguan bahasa yang diperoleh dan mempengaruhi kemampuan individu untuk memahami kata yang diucapkan, berbicara, membaca dan menulis setelah stroke (Clarkson). Selain itu afasia adalah gangguan kognitif yang paling sering terjadi pada pasien poststroke.

Perawat menyadari bahwa afasia merupakan masalah yang terkait pada stroke karena mereka memiliki kontak sehari-hari. Jenis-jenis afasia ada 4 yaitu:
-

Afasia reseptif (posterior) adalah suatu keadaan saat

klien tidak dapat memahami bahasa lisan atau bahasa tertulis. Kelainan ini dicurigai jika klien tidak dapat memahami suatu perintah atau pertanyaan yang diajukan. Bicaranya lancar tetapi tidak teratur. Kelainan ini terjadi karena adanya lesi (infark, perdarahan, atau tumor) pada

hemisfer yang dominan bagian posterior girus temporalis superior (area Wernicke).
-

Afasia ekspresif (anterior) adalah suatu keadaan saat

klien dapat mengerti, tetapi tidak dapat menjawab denagn tepat. Bicaranya tidak lancar. Kelainan ini terjadi karena adanya lesi pada bagian posterior girus frontalis inferior (area Broca). Afasia nominal adalah suatu keadaan saat klien tidak mampu menyebutkan nama benda tetapi aspek-aspek lain dari fungsi bicara klien normal. Klien dapat menggunakan kalimat-kalimat yang panjang untuk mengatasi kegagalan menemukan kata-kata yang tepat (sirkumlokusi). Kelainan ini disebabkan lesi pada daerah temporoparietal posterior kiri. Penyebab lainnya meliputi enselofati, atau tekanan intracranial akibat lesi desak ruang. Oleh karena itu makna lokalisasinya masih di ragukan. Semua tipe afasia menyebabkan kesulitan dalam menyebutkan nama-nama benda. Afasia konduktif adalah suatu keadaan saat klien tidak dapat mengulangi kalimat-kalimat dan sulit menyebutkan nama-nama benda, tetapi dapat mengikuti perintah. Kelainan ini disebabkan lesi pada fasikulus arkuatus yang menghubungkan area Wernicke dan area Broca.

C. Hasil Penelitian
Dari telaah 1656 judul jurnal yang di dapatkan dari database online seperti Cinahl, Medline, PsycINFO serta database systematic review Chocrane, di temukan 24 jurnal yang spesifik terhadap topik penelitian. Jurnal-jurnal tersebut terdiri dari 7 systematic review dan 17 hasil studi dengan berbagai macam desain. Dari 24 jurnal tersebut terdapat 1 jurnal systematic review dan 6 hasil studi tentang

identifikasi afasia. Sisanya yaitu 11 hasil studi dan 6 systematic review mengacu pada topik keefektifan terapi speech-language.

D. Analisis Hasil Penelitian


Analisis hasil penelitian berdasarkan focus topiknya dari jurnal tersebut adalah:

Identifikasi Afasia Istilah afasia sangat kompleks karena di pengaruhi faktor interaksi yaitu fungsi komunikasi, peran mitra komunikasi dan keadaan lingkungan sekitar. Selain itu, pengkajian instrument dan gambaran klasifikasi sangat kompleks pada komunikasi yang terbatas, sehingga kolaborasi dengan keluarga dan professional lain penting untuk menentukan keputusan penentuan klasifikasi dan pengkajian instrumen. Menurut jurnal dalam penelitian ini deteksi dini afasia sangat relevan dengan dua instrument skrining singkat daripada tanpa instrumen(Edwards.et.al,2006). Hal ini disebabkan skrining tanpa instrument pada 79% pasien stroke dengan gangguan afasia ringan-sedang tidak terdeteksi. Dua instrument skrining singkat yang bermanfaat bagi perawat tersebut yaitu FAST (Frenchay Aphasia Screening Test) dan UAS (Ullevaal Aphasia Screening test). Selain itu, metode yang dapat di gunakan adalah MSC atau MPC (Measure of Skill In Supported Conversation atau Measure of Participation In Conversation). Metode tersebut mengidentifikasi kualitas percakapan pasien dan partner dialognya dan dapat di pakai untuk tahap rehabilitasi pasien afasia .
1. FAST (Frenchay Aphasia Screening Test)

o Definisi: FAST adalah suatu instrument dan metode yang cepat (3-10menit) untuk skrining aphasia pada stroke akut dan

postakut yang di rujuk untuk evaluasi lebih rinci dengan mengidentifikasi dan mengukur language deficit. FAST pertama di publikasikan tahun 1987 dan digunakan unuk tenaga kesehatan yang professional.
o

Metode: melakukan pengkajian bahasa yang meliputi 4 area dan mempunyai total skor 30 yaitu comprehension (10), ekspresi verbal(10), membaca(5) dan menulis(5). Tes ini menggunakan single,double-sided stimulus card yang mana satu sisi menggambarkan pemandangan dan sisi yang lain bentuk geometri serta lima kalimat yang di tulis.

Pemberian skor berdasarkan kebenaran atau kelengkapan respons. Keuntungan: metode cepat sehingga cocok untuk orangorang yang tidak suka lama dalam menjalankan aktivitas, sensitivitas tinggi(80%),spesifikasi(87%) dan validitas(0.73-0.91), FAST dapat di laksanakan hanya 2 poin saja, karena pemeriksaan sebagian di laporkan sama dengan pemeriksaan penuh sehingga dapat mempersingkat waktu. Terdapat titik cut-off yang menandakan adanya kesulitan bahasa pada orang lansia untuk mengurangi kesalahan dalam penentuan klasifikasi.

Kelemahan: di pengaruhi oleh usia karena pada orang yang sangat tua penilaian harus lebih hati-hati untuk menghindari kesalahan klasifikasi.

2. UAS (Uleeval Aphasia Screening Test )


o

Definisi: suatu metode yang simple yang digunakan oleh perawat untuk mendeteksi adanya afasia dalam tahap akut poststroke.

Metode: pengkajian kemampuan bahasa pada tujuh aspek yaitu: ekpresi, comprehension (pemahaman), repetition (pengulangan), reading, reproduksi kata-kata sulit (reproduction string of words), writing dan free communication. Lama pemeriksaanya sekitar 5-15 menit. Metode dalam UAS ini hampir sama dengan FAST namun pemerikasaan lebih luas karena terdapat dua aspek tambahan yaitu pengulangan dan reproduksi dari serangkaian kata-kata. Pengkajian dalam tes ini berdasarkan lukisan self-potrait oleh pelukis norwegia Theodor Kittelsen. Lukisan tersebut menggambarkan seorang seniman pelukis sedang istirahat di ayunan(tempat tidur gantung), sementara seekor babi sedang makan cat-kuas. Selain itu, dapat memakai reading cards, 6 objek lain yaitu cangkir, sisir, pena, sendok, koin dan pasta gigi. Pengkajian mengacu pada kelengkapan dan kecepatan respon. Berikut ini tabel metode tes UAS pada 7 aspek:

Jenis pemeriksaan Ekspresi Pemahaman (comprehension) Kemampuan membaca (reading) Kemampuan menulis (writing) Pengulangan (repetition) dalam lukisan

Metode Pasien di minta untuk menyebutkan 6 objek Pasien di minta untuk menyebutkan objek yang berbeda dalam lukisan. Pasien di minta untuk membaca dan melaksanakan instruksi tertulis. Pasien diminta untuk menulis namanya sendiri, nama tiga benda dan suatu kalimat. Pasien di minta untuk mengulang kata-kata dan frase tertentu, nama hari-hari dalam seminggu serta menghitung sampai 20

Catatan: Pada pasien dengan gangguan bahasa yang parah 6 objek tersebut dapat diganti dengan objek lain misalnya: cangkir, sisir, pena, sendok, koin dan pasta gigi.

Hasil positif palsu tampak pada orang disartri.

Terapi SLT (speech-language therapy) Menurut hasil telaah terdapat 5 jurnal systematic review yang mengacu pada keefektifan terapi SLT dan 3 jurnal systematic review berfokus pada waktu dan durasi SLT. Terapi SLT merupakan salah satu intervensi yang memenuhi klasifikasi terapi intervensi dalam keperawatan dan hasil dari terapi ini juga menunjukkan rehabilitasi yang baik pada pasien post-stroke fase akut. Menurut Robey dalam hasil studi metaanalisis mengatakan bahwa efek rata-rata pemulihan afasia pada poststroke akut setelah SLT dua kali efek rata-rata pemulihan tanpa perawatan dengan SLT. Efek ini berangsurangsur berulang pada tahap akut ke moderat dan terdapat sedikit efek terapeutik pada tahap kronis. Selain itu dari hasil studi control menunjukkan bahwa terapi SLT lebih awal (20 hari poststroke) mempunyai respon enam kali lebih besar daripada setelah tertunda. Intensitas pemberian dari terapi SLT dengan jangka pendek dan intensif yaitu 9 jam dalam seminggu selama 2-3 bulan efektif, selain itu dalam studi lain juga di jelaskan bahwa pemberian SLT rata-rata 4 jam setiap minggu mempunyai keefektifan yang sama dengan pemberian SLT dalam waktu 2 jam perminggu. Jadi, dapat di simpulkan bawa intensitas pengobatan berkorelasi positif dengan keefektifan pengobatan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil rehabilitasi intensif yang efektif pada pasien afasia yang parah. Namun, faktor penyedia (pemberi terapi) tidak berpengaruh dengan terapi tersebut, hal ini di tunjukkan bahwa pemberian SLT dengan sukarelawan

terlatih dan speech-languge therapist mempunyai hasil yang sama. Selain terapi SLT secara umum terapi SLT secara khusus (alternatif) juga dapat di berikan oleh perawat dalam praktek klinis seperti: Jenis terapi Task- specisfik interventions Metode -Oral reading Keterangan Perbaikan pada membaca kalimat, memahami bacaan pada afasia kronik dan deep alexia yang di indikasikan dengan perubahan skor pada pretreatment dan -Latihan fonologi (bunyi kata) dan semantic (makna kata) -kognitif Perbaikan fungsional pada afasia. posttreatment.

Perbaikan pada pasien deficit-language tertentu seperti perumusan bahasa dan memahami bacaan AAC (Augmentative alternative communication) - Latihan komunikasi non-verbal seperti gerakan (gerakan bermakna/ namely meaningful gestures, (reading comprehensions). - Keterampilan kognitif yang berbeda dapat mengaktifkan tiga jenis gerakan. - Di berikan pada pasien

gerakan tubuh/ meaningly gestures dan pantomim) atau perangkat ( menggambar ikon dengan memakai teknologi rendah-tinggi tergantung pada pemahaman seperti: grafik gambar, buku komunikasi dengan kata-kata di awali gambar, symbol, Dynavox V dan VComputer-based therapy max, papan alphabet) - Membaca pada computer .

afasia berat dengan keterbatasan ekspresi verbal.

-Meningkatkan keterampilan berbicara-berbahasa, memahami bacaan

Menurut 6 jurnal hasil studi penelitian yang berfokus pada identifikasi afasia, terdapat tiga sumber yang menda sari komunikasi dengan pasien afasia yaitu:
a) Dimensi aktifitas / partisipasi menurut WHO yaitu

kemaksimalan fungsi, kecacatan dan kesehatan. b) Terdapat empat pengkajian pada fungsi komunikasi yaitu: indeks keefektifan komunikasi, kemampuan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari dan profil komunikasi fungsional.

c) Studi Kualitatif etnografi yaitu komunikasi sehari-hari

dapat menjadi aktifitas yang dinamis dan unik tergantung pada tujuan komunikasi, kebiasaan dan budaya pada individu.

E. Saran
Kelebihan:
a) Jurnal ini sangat bagus karena intervensi yang di teliti

telah di telaah dari berbagai macam hasil penelitian dari berbagai negara. b) Intervensi yang di teliti c) Menjelaskan kekurangan atau keterbatasan pada hasil penelitian , sehingga dapat membuat pembaca lebih paham. Kekurangan:
a) Aspek penelitian kurang luas karena masih perlu

penelitian lebih lanjut untuk mengetahui kelayakan intervensi ini pada praktek keperawatan klinis dan mengidentifikasi pengalaman klien setelah di berikan terapi dari hasil penelitian ini. Hal ini menyebabkan hasil penelitian belum bisa di manfaatkan pada dunia keperawatan secara luas.
b) Intervensi yang di teliti tidak di jelaskan dengan detail,

sehingga membuat pembaca tidak dapat mengaplikasikan intervene tersebut secara langsung. c)
F.

Aplikasi hasil penelitian pada setting pelayanan kesehatan di Indonesia.


Hambatan
-

FAST & UAS :

Membutuhkan penjelasan tentang metode-metode tersebut pada perawat-perawat di Indonesia secara luas.

Terapi SLT secara umum: Membutuhkan orang yang terlatih dan terapis SLT sehingga perlu pelatihan khusus. Terapi ini mungkin tidak bisa di jangkau oleh masyarakat yang mempunyai pendapatan rendah karena

Terapi SLT khusus: Computer Based Therapy: kemungkinan adanya pasien yang gaptek.

Aplikasi
-

FAST&UAS: sebagian komponen-komponen pemeriksaan pada UAS & FAST untuk skrining afasia telah di terapkan di setting pelayanan kesehatan di Indonesia, sehingga dapat memudahkan pengaplikasiannya di Indonesia dengan memberiakn tambahan komponen-komponen yang belum ada. Berikut ini adalah jenis skrining afasia yang ada di Indonesia:

Bicara lancar (afasia reseptif, konduktif atau nominal) Menyebut nama-nama benda: klien dengan afasia nominal, konduktif atau reseptif sulit menyebutkan nama-nama benda. Repetisi: klien dengan afasia reseptif dan

Bicara tidak lancar (afasia ekspresif) Menyebut nama-nama benda: sulit di lakukan tetapi lebih baik daripada bicara spontan. Repitisi: mungkin dapat di lakukan frasa kurang baik.

konduktif tidak dapat mengulangi pesan bahasa. dengan usaha yang keras. Repetisi

Komprehensi: hanya klien dengan afasia reseptif yang tidak dapat mengikuti perintah (verbal atau tertulis). Menulis: klien afasia konduktif sulit menulis (disgrafia), sedangakn klien dengan afasia reseptif isi tulisannya abnormal. Klien dengan lesi lobus frontal dominan dapat juga menderita disgrafia. Terapi SLT

Komprehensi: normal (perintah tertulis dan verbal dapat diikuti) Tulisan: disgrafia dapat ditemukan. Hemiparesis : lengan lebih sering terkena daripada tungkai.

Di Indonesia penderita stroke dengan gangguan aphasia

KRITISI JURNAL SISTEM NEUROLOGI

A Systematic Review of Nursing Rehabilitation of Stroke Patients with Aphasia PEMBIMBING: Ns. Ika Setyorini,M.Kep

NAMA KELOMPOK: M. Amirullah Rosyidi Riska Ayu Asyhari Laili Maslahatun Ni'mah Lisya Setyowati Rize Umami (105070200111009) (105070200111019) (105070200111028) (105070200111031) (105070207111019)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

Vous aimerez peut-être aussi