Vous êtes sur la page 1sur 25

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Pada kenyataannya, saat ini sebagian besar masyarakat sudah mengenal
berbagai macam penyakit yang menular maupun tidak menular. Namun tidak
sedikit dari mereka juga yang mengetahui pasti mulai dari pengertian, penyebab,
perjalanan penyakit, hingga sampai apa tindaklanjut yang harus dilakukan pada
klien yang mempunyai penyakit tersebut. Dalam laporan ini, tidak banyak penulis
akan membahas tentang penyakit hepatitis B atau di masyarakat yang dikenal
dengan penyakit liver/kuning.
Dalam pencatatan dan penelitian dunia bahwa Hepatitis B diakui sebagai
masalah kesehatan masyarakat yang utama di kebanyakan negara di dunia terutama
di negara-negara berkembang di Asia Timur, Asia Tenggara, AIrika dan PasiIik
(Lopez CG, 1985). Menurut Laporan Kesehatan Dunia tahun 2000, diperkirakan
bahwa inIeksi HBV telah menyebabkan hampir 600.000 orang mengalami
kecacatan dalam kehidupan dan sekitar 31.000 kematian setiap tahun di Asia
Tenggara (Tandon BN, 1996).
Hepatitis B menjadi perhatian umum disebabkan penyakit ini boleh
menyebabkan inIeksi yang kronis, sirosis hati. Berbagai Iaktor risiko yang
menyebabkan terjadinya Hepatitis B. Di Indonesia, Iaktor risiko penularan dari 32
orang anti-HBs positiI terbanyak melalui pencabutan gigi yaitu sebanyak 29 orang
(90,6) diikuti dengan pernah tertusuk jarum tidak steril sebanyak 18 orang
(56,2). Hanya 3 (9,3) dari 32 orang pernah menderita Hepatitis B sebelumnya.
Pada 1 orang dengan HBsAg positiI, Iaktor risiko penularan melalui tertusuk jarum
tidak steril, pengobatan akupuntur, cabut gigi, dan ada anggota keluarga serumah
yang pernah menderita Hepatitis B. Faktor risiko penularan terbanyak pada tenaga
kesehatan di Pekanbaru adalah melalui cabut gigi dan tertusuk jarum bekas atau
2

jarum tidak steril (Rina et al., 2009). Pada laporan ini penulis akan membahas garis
besarnya tentang 'Asuhan Keperawatan Pada Penderita Hepatitis B.

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada laporan ini adalah sebagai berikut :
1) Apa itu hepatitis ?
2) Apa penyebab dari penyakit hepatitis ?
3) Bagaimana perjalanan penyakit hepatitis (patogenesis) ?
4) Bagaimana gambaran/maniIestasi klinis dari hepatitis ?
5) Bagaimana diagnosa keperawatan pada hepatitis ?
6) Bagaimana pengobatan pada hepatitis ?
7) Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan
Maksud dan tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dan memahami apa itu hepatitis
2) Untuk mengetahui penyebab dari penyakit hepatitis
3) Untuk mengetahui perjalanan penyakit hepatitis (patoIisiologi)
4) Untuk mengetahui dan memahami gambaran/maniIestasi klinis dari hepatitis
5) Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada hepatitis
6) Untuk mengetahui pengobatan pada hepatitis
7) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan hepatitis


1.4 Manfaat Penulisan
ManIaat dari penulisan laporan ini diharapkan pembaca dapat mengetahui
dan paham tentang penyakit hepatitis dari mulai pengertian hingga pada asuhan
keperawatannya.

3

1.5 Metode Penulisan


Metode penulisan yang dipakai oleh penulis dalam pembuatan laporan ini
adalah metode penelitian di Rumah Sakit dan metode study pustaka, yaitu
pengumpulan data didapat dari media massa dan buku literature.

1.6 $istematika Penulisan
Sistematika dalam laporan ini adalah sebagai berikut :
- BAB I Pendahuluan merupakan bab yang berisi latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manIaat penulisan, metode penulisan,dan sistematika
penulisan.
- BAB II Tinjauan Teoritis merupakan bab yang berisikan mengenai teori yang
berkaitan dengan berbagai masalah yang dibahas dalam laporan ini.
- BAB III Tinjauan Kasus merupakan bab yang berisikan kasus yang dibahas
dalam laporan ini.
- BAB IV Penutup merupakan bab yang berisi kesimpulan dan saran yang
diharapkan oleh penulis.










4

BAB II
TIN1AUAN TEORITI$

2.1 Pengertian Hepatitis
Hepatitis adalah merupakan inIlamasi hati dapat terjadi karena invasi bakteri,
cedera oleh agen Iisik atau kimia (non-viral), atau inIeksi virus (hepatitis
A,B,C,D,E).
Hepatitis adalah suatu proses peradangan diIus pada jaringan yang dapat
disebabkan oleh inIeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan serta
bahan-bahan kimia. (Sujono Hadi, 1999).
2.2 Etiologi
Dua penyebab utama hepatitis adalah penyebab virus dan penyebab non
virus. Sedangkan insidensi yang muncul tersering adalah hepatitis yang disebabkan
oleh virus. Hepatitis virus dapat dibagi ke dalam hepatitis A, B, C, D, E. Hepatitis
non virus disebabkan oleh agen bakteri, cedera oleh Iisik atau kimia.
2.3 Patogenesis
Virus atau bakteri yang menginIeksi manusia masuk ke aliran darah dan
terbawa sampai ke hati. di sini agen inIeksi menetap dan mengakibatkan peradangan
dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGO T dan
SGPT). Akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasii
bilirubin sehingga terjadi disIungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik. peradangan
ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul gejala tidak naIsu
makan (anoreksia). salah satu Iungsi hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika
toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka
hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya Iungsinya sebagai kelenjar
terbesar sebagai penetral racun. Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi
5

secara cepat dapat menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara
lambat dan juga merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui
pemasukan alkohol yang banyak dalam waktu yang relatiI lama, ini biasanya terjadi
pada alkoholik.
Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga terjadi
pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba/palpasi hati. Nyeri
tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak. Hepatitis viral dapat
dibagi menjadi dua kelompok yaitu kronik dan akut. KlasiIikasi hepatitis viral akut
dapat dibagi atas hepatitis akut viral yang khas, hepatitis yang tak khas
(asimtomatik), hepatitis viral akut yang simtomatik, hepatitis viral anikterik dan
hepatitis viral ikterik. Hepatitis virus kronik dapat diklasiIikasikan dalam 3
kelompok yaitu hepatitis kronik persisten, hepatitis kronik lobular, dan hepatitis
kronik aktiI. hepatitis virus hepatitis A mempunyai masa inkubasi singkat/hepatitis
inIeksiosa, panas badan (pireksia) didapatkan paling sering pada hepatitis A.
Hepatitis tipe B mempunyai masa inkubasi lama atau disebut dengan hepatitis
serum.
Hepatitis akibat obat dan toksin dapat digolongkan ke dalam empat bagian
yaitu: hepatotoksin-hepatotoksin direk, hepatotoksin-hepatotoksin indirec, reaksi
hipersensitivitas terhadap obat, dan idiosinkrasi metabolik. Obat-obat yang dapat
menyebabkan gangguan/kerusakan hepar adalah:
- Obat anastesi
- Obat antibiotik
- Obat antiinIlamasi
- Obat antimetabolik dan munosupresiI antituberkulosa
- Hormon-hormon
- Obat psikotropik
6

- Lain-lain, contoh phenothiazine.


2.4 Gambaran Klinis
Gambaran klinis dapat dibagi dalam dua kelompok:
1. Hepatitis kronik
- Secara klinis bervariasi dari keadaan dari keadaan tanpa keluhan sampai
perasaan lelah yang sangat mengganggu. Adanya keluhan dan gejala hipertensi
portal (asites, perdarahan varises esoIagus) menunjukkan penyakit pada stadium
yang sudah lanjut.
- Pemeriksaan biokimiawi menunjukkan peningkatan kadar bilirubin, transminase
dan globulin serum.
- Gambaran histopatologis memperlihatkan kelainan morIologis yang khas untuk
hepatitis kronik.
2. Hepatitis akut
- Pada umumnya, hepatitis tipe a, b, dan c mempunyai perjalanan klinis yang
sama. Hepatitis tipe b dan c cenderung lebih parah perjalanan penyakitnya dan
sering dihubungkan dengan serum-sickness.
- Serangan yang teringan tidak menunjukkan gejala dan hanya ditandai dengan
naiknya transminase serum.
- Serangan ikterus biasanya pada orang dewasa dimulai dengan suatu masa
prodmoral kurang lebih 3-4 hari sampai 2-3 minggu, saat mana pasien umumnya
merasa 'tidak enak badan, menderita gejala digestiI, terutama anoreksia dan
nausea, dan kemudian ada panas badan ringan; ada nyeri di abdomen kanan atas,
yang bertambah pada tiap guncangan badan; tak ada naIsu untuk merokok atau
minum alkohol; perasaan badan tak enak bertambah menjelang malam dan pasien
merasa sengsara.
7

- Kadang-kadang dapat menderita sakit kepala yang hebat.


- Hati dapat di palpasi dengan pinggiran yang lunak dan nyeri tekan pada 70
pasien.
- Setelah kurang lebih 1-4 minggu masa ikterik, biasanya pasien dewasa akan
sembuh.
2.5 Pengobatan
Hepatitis akut hanya memberi eIek sedikit pada perjalanan penyakit. Pada
permulaan penyakit. Secara tradisional dianjurkan diet rendah lemak, tinggi
karbohidrat, yang ternyata paling cocok untuk selera pasien yang anoreksia. obat-
obatan tambahan seperti vitamin, asam-amino dan obat lipotropik tak diperlukan.
Obat kortikosteroid tidak mengubah derajat nekrosis sel hati, tidak mempercepat
penyembuhan, ataupun mempertinggi imunisasi hepatitis viral.
Hepatitis kronik tidak dianjurkan untuk istirahat di tempat tidur, aktivitas
latihan kebugaran jasmani (physical Iitness) dapat dilanjutkan secara bertahap.
Tidak ada aturan diet tertentu tetapi alkohol dilarang. Sebelum pemberian terapi
perlu dilakukan biopsi hati, adanya hepatitis kronik aktiI berat merupakan petunjuk
bahwa terapi harus segera diberikan. kasus dengan tingkat penularan tinggi harus
dibedakan dari kasus pada stadium integrasi yang relatiI noninIeksius; karena itu
perlu diperiksa status HbeAg, antiHBe dan DNA VHB.
Pada kasus hepatitis karena obat atau toksin dan idiosinkrasi metabolik dapat
diberikan cholestyramine untuk mengatasi pruritus yang hebat. Terapi-terapi
lainnya hanya bersiIat suportiI.
2.6 Prognosis dan Komplikasi
Pada hepatitis kronik oleh inIeksi hepatitis B dikatakan mempunyai
mortalitas tertinggi. di Inggris hepatitis non-A, non-B dikira karena hepatitis C,
8

mempunyai kelangsungan hidup paling jelek, pasien yang agak tua atau yang
kesehatan umumnya kurang, mempunyai prognosis yang jelek.
Pada hepatitis akut sangat bervariasi; pada sebagian kasus, penyakit berjalan
ringan dengan perbaikan biokimiawi terjadi secara spontan dalam 1-3 tahun. pada
sebagian kasus lainnya, hepatitis kronik persisten dan kronik aktiI berubah menjadi
keadaan yang lebih serius, bahkan berlanjut menjadi sirosis. Secara keseluruhan
walaupun terdapat kelainan biokimiawi, pasien tetap asimtomatik dan jarang terjadi
kegagalan hati di Jepang, Eropa, dan Amerika Serikat menunjukkan Anti-HVC
positiI.
komplikasi dapat berupa kegagalan hepar yang Iulminan (sangat berat) atau dapat
juga sirosis. Kekambuhan merupakan komplikasi pada kasus hepatitis akut.
2.7 Diagnosa Keperawatan
1. !erubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan, perasaan
tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan metabolisme
pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik
karena anoreksia, mual dan muntah.
asil yang diharapkan : Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan
dengan nilai laboratorium normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
Intervensi/Perencanaan
1. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan
R/ keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan
2. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering dan
tawarkan pagi paling sering
R/ adanya pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan
menurunkan kapasitasnya.
3. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan
9

R/ akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan rasa tak
sedap yang menurunkan naIsu makan.
4. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak
R/ menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan
5. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak
R/ glukosa dalam karbohidrat cukup eIektiI untuk pemenuhan energi,
sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
2. angguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar yang
mengalami inIlamasi hati dan bendungan vena porta.
asil yang diharapkan .
Menunjukkan tanda-tanda nyeri Iisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya)
Intervensi
1. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri
R/ nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman, oleh
karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan kepada
individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan lebih
eIektiI mengurangi nyeri.
2. Tunjukkan pada klien penerimaan tentang respon klien terhadap nyeri
O Akui adanya nyeri
O Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan klien tentang nyerinya
10

R/ klienlah yang harus mencoba meyakinkan pemberi pelayanan kesehatan


bahwa ia mengalami nyeri
3. Berikan inIormasi akurat
O Jelaskan penyebab nyeri
O Tunjukkan berapa lama nyeri akan berakhir, bila diketahui
R/ klien yang disiapkan untuk mengalami nyeri melalui penjelasan nyeri
yang sesungguhnya akan dirasakan (cenderung lebih tenang dibanding klien
yang penjelasan kurang/tidak terdapat penjelasan)
4. Bahas dengan dokter penggunaan analgetik yang tak mengandung eIek
hepatotoksi
R/ kemungkinan nyeri sudah tak bisa dibatasi dengan teknik untuk
mengurangi nyeri.

3. ypertermi berhubungan dengan invasi agent dalam sirkulasi darah sekunder
terhadap inIlamasi hepar.
asil yang diharapkan .
Tidak terjadi peningkatan suhu
Intervensi
1. Monitor tanda vital : suhu badan
R/ sebagai indikator untuk mengetahui status hypertermi
11

2. Ajarkan klien pentingnya mempertahankan cairan yang adekuat (sedikitnya


2000cc /hari) untuk mencegah dehidrasi, misalnya sari buah 2,5-3 liter/hari.
R/ dalam kondisi demam terjadi peningkatan evaporasi yang memicu
timbulnya dehidrasi
3. Berikan kompres hangat pada lipatan ketiak dan Iemur
R/ menghambat pusat simpatis di hipotalamus sehingga terjadi vasodilatasi
kulit dengan merangsang kelenjar keringat untuk mengurangi panas tubuh
melalui penguapan
4. Anjurkan klien untuk memakai pakaian yang menyerap keringat
R/ kondisi kulit yang mengalami lembab memicu timbulnya pertumbuhan
jamur. Juga akan mengurangi kenyamanan klien, mencegah timbulnya ruam
kulit.

4. eletihan berhubungan dengan proses inIlamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis
Intervensi
1. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu
R/ dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien cenderung
lebih tenang
2. Sarankan klien untuk tirah baring
12

R/ tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan sehingga


metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
3. Bantu individu untuk mengidentiIikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat
R/ memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatan-kegiatan yang
sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan yang
kurang penting
4. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan
R/ keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi kegiatan yang
dapat menimbulkan keletihan
5. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang eIektiI (bersikap
asertiI, teknik relaksasi)
R/ untuk mengurangi keletihan baik Iisik maupun psikologis
5. #esiko tinggi kerusakan integritas kulit dan faringan berhubungan dengan
pruritus sekunder terhadap akumulasi pigmen bilirubin dalam garam empedu
asil yang diharapkan .
Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
Intervensi
1. Pertahankan kebersihan tanpa menyebabkan kulit kering
13

O Sering mandi dengan menggunakan air dingin dan sabun ringan (kadtril,
lanolin)
O Keringkan kulit, jaringan digosok
R/ kekeringan meningkatkan sensitiIitas kulit dengan merangsang ujung
syaraI
2. Cegah penghangatan yang berlebihan dengan pertahankan suhu ruangan
dingin dan kelembaban rendah, hindari pakaian terlalu tebal
R/ penghangatan yang berlebih menambah pruritus dengan meningkatkan
sensitivitas melalui vasodilatasi
3. Anjurkan tidak menggaruk, instruksikan klien untuk memberikan tekanan
kuat pada area pruritus untuk tujuan menggaruk
R/ penggantian merangsang pelepasan hidtamin, menghasilkan lebih banyak
pruritus
4. Pertahankan kelembaban ruangan pada 30-40 dan dingin
R/ pendinginan akan menurunkan vasodilatasi dan kelembaban kekeringan
6. Pola naIas tidak eIektiI berhubungan dengan pengumpulan cairan intraabdomen,
asites penurunan ekspansi paru dan akumulasi sekret.
asil yang diharapkan .
Pola naIas adekuat
Intervensi :
1. Awasi Irekwensi , kedalaman dan upaya pernaIasan
14

R/ pernaIasan dangkal/cepat kemungkinan terdapat hipoksia atau akumulasi


cairan dalam abdomen
2. Auskultasi bunyi naIas tambahan
R/ kemungkinan menunjukkan adanya akumulasi cairan
3. Berikan posisi semi Iowler
R/ memudahkan pernaIasan denagn menurunkan tekanan pada diaIragma
dan meminimalkan ukuran sekret
4. Berikan latihan naIas dalam dan batuk eIektiI
R/ membantu ekspansi paru dalam memobilisasi lemak
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan
R/ mungkin perlu untuk mencegah hipoksia
7. #isiko tinggi terhadap transmisi infeksi berhubungan dengan siIat menular dari
agent virus
asil yang diharapkan .
Tidak menunjukkan tanda-tanda inIeksi.
Intervensi :
1. Gunakan kewaspadaan umum terhadap substansi tubuh yang tepat untuk
menangani semua cairan tubuh
O Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan semua klien atau spesimen
O Gunakan sarung tangan untuk kontak dengan darah dan cairan tubuh
15

O Tempatkan spuit yang telah digunakan dengan segera pada wadah yang
tepat, jangan menutup kembali atau memanipulasi jarum dengan cara apapun
R/ pencegahan tersebut dapat memutuskan metode transmisi virus hepatitis
2. Gunakan teknik pembuangan sampah inIeksius, linen dan cairan tubuh
dengan tepat untuk membersihkan peralatan-peralatan dan permukaan yang
terkontaminasi
R/ teknik ini membantu melindungi orang lain dari kontak dengan materi
inIeksius dan mencegah transmisi penyakit
3. Jelaskan pentingnya mencuci tangan dengan sering pada klien, keluarga dan
pengunjung lain dan petugas pelayanan kesehatan.
R/ mencuci tangan menghilangkan organisme yang merusak rantai transmisi
inIeksi
4. Rujuk ke petugas pengontrol inIeksi untuk evaluasi departemen kesehatan
yang tepat
R/ rujukan tersebut perlu untuk mengidentiIikasikan sumber pemajanan dan
kemungkinan orang lain terinIeksi







16

BAB III
TIN1AUAN KA$U$

A$UHAN KEPERAWATAN PADA Tn.R
DENGAN HEPATITI$ B DI GEDUNG ZAMRUD
RUMAH $AKIT UMUM dr. $LAMET GARUT

A. Pengkajian
1. Biodata
a. Biodata Klien
Nama : Tn. R
Umur : 38 tahun
Alamat : Kp. Cidadap RT/RW 01/01 Sindang Galih-
Karangpawitan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Buruh
Suku Bangsa : Sunda
Tanggal Masuk : 23 September 2011
Tanggal Pengkajian: 24 September 2011
No. CM : 01435644
b. Biodata Penanggungjawab
Nama : Ny. N
Umur : 36 tahun
Alamat : Perempuan
17

Jenis kelamin : Kp. Cidadap RT/RW 01/01 Sindang Galih-


Karangpawitan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku Bangsa : Sunda
Hub. Dengan Klien : Istri
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Klien mengeluh sakit pada ulu hati
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Menurut penuturan klien, 1 minggu sebelum masuk rumah sakit klien
sering merasa pusing, disertai panas dan mual, sebelum datang ke rumah sakit
klien muntah-muntah setelah terjatuh, kemudian pingsan selama 30 menit.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut penuturan klien dan keluarga, klien belum pernah mengalami
penyakit hepatitis sebelumnya.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut penuturan klien dan keluarga, diantara anggota keluarganya
tidak ada yang pernah dan mempunyai penyakit hepatitis seperti ini yang
sama dengan yang dialami oleh klien.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos Mentis
Penampilan Umum : Lemah
b. Tanda-tanda Vital (TTV)
Tekanan Darah :
110
/
70
mmHg
Nadi :
68x
/menit
Pernapasan :
24x
/menit
Suhu : 38,5

C
18

c. Integumen
1) Rambut dan Kulit Kepala
Warna Rambut : Hitam
Penyebaran : Merata di seluruh permukaan kulit kepala
Ketebalan : Tebal
Tekstur : Halus
Kondisi Kulit Kepala : Tidak tampak adanya lesi dan benjolan
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
2) Kulit
Warna Kulit : Sawo matang kekuningan
Tekstur Kulit : Agak kasar
Turgor Kulit : Saat dicubit, kulit tidak kembali dalam waktu 2
detik
Kebersihan : Tampak bersih
Kelembaban : Lembab
3) Kuku
Warna Kuku : Transparan agak kekuningan
Bentuk Kuku : Cembung
Tekstur : Halus
Keadaan : Tidak ada cyanosis (kebiruan)
Kebersihan : Kotor
CRT : Baik, saat kuku ditekan sirkulasi darah dapat
kembali dalam waktu 2 detik
4) Kepala
Kesimetrisan : Simetris
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
Kondisi : Tidak terdapat benjolan
5) Mata
Kesimetrisan : Simetris antara bola mata kanan dan kiri
Gerakan Bola Mata : Dapat digerakkan ke segala arah
19

ReIleks Pupil : Mengecil pada saat disinari penlight


Sklera : Tampak kekuningan
Konjungtiva : Pucat
Fungsi Penglihatan : Jelas
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
6) Hidung
Posisi : Simetris antara lubang kanan dan kiri
Warna : Sama dengan kulit wajah
Kebersihan : Tidak tampak adanya sekret
Fungsi Penciuman : Baik, dapat membedakan bau parIum dan alkohol
7) Telinga
Posisi : Simetris antara telinga kanan dan telinga kiri
Warna : Sama dengan kulit wajah
Tekstur : Daun telinga tampak halus
Fungsi Pendengaran : Baik, klien dapat mendengar dan menjawab
pertanyaan perawat dengan baik
Kebersihan : Tampak adanya serumen
8) Mulut
a) Bibir
Warna : Merah kecoklatan
Tekstur : Tampak kering
Kelembaban : Tampak kering
Keadaan : Tidak tampak adanya stomatitis
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
b) Gigi
Jumlah : 32 buah
Warna : Putih kekuningan
Keadaan : Tidak tampak adanya carries
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
c) Lidah
20

Warna : Merah muda


Tekstur : Halus
Pergerakan : Dapat digerakkan ke segala arah
Fungsi sensorik : Baik, dapat membedakan sensasi rasa
Kebersihan : Tampak tidak ada kotoran
9) Leher
JVP : Tidak ada peninggian
KGB : Tidak ada pembesaran
Kesimetrisan : Simetris antara bahu kanan dan kiri
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
10) Dada
Posisi : Simetris antara dada kanan dan kiri
Bunyi Jantung : Reguler
Bunyi Paru : Vesikuler
Kebersihan : Tidak tampak adanya kotoran
11) Abdomen
Keadaan : Tampak cembung, agak kekuningan
Nyeri tekan : Tampak adanya nyeri tekan
Bising usus :
6x
/menit
Kebersihan : Tidak terdapat kotoran
12) Genetalia
Tidak terkaji
13) Ekstremitas
Atas : Tangan kanan terpasang inIus, tangan kiri bisa
digerakkan sedikit karena lemas
Bawah : Kaki kanan dan kiri bisa digerakkan, namun
terlihat masih lemas



21

4. Pola Aktivitas Sehari-hari


No Jenis Aktivitas Sebelum Sakit Saat Sakit
1
Pola Nutrisi
a. Makan
Jenis
Frekuensi
Porsi
Cara
b. Minum
Jenis
Frekuensi
Cara


Nasi, sayur mayur, lauk pauk
3-4x
/hari
1 piring makan habis
Mandiri

Air putihair teh
6-7 gelas
/hari
Mandiri


BN Vett
2x
/hari


porsi makan habis
Dibantu

Air putih
4-5gelas
/hari
Dibantu
2 Pola Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Warna
Bau
Konsistensi
Cara
b. BAK
Frekuensi
Warna
Bau
Cara


2x
/hari
Kuning kecoklatan
Khas Feses
Lembek
Mandiri

6-7x
/hari
Kuning jernih
Khas urine
Mandiri


4-5x
/hari
Warna tanah liat
Khas Ieses
Encer
Dibantu

7-8x
/hari
Seperti air teh
Khas urine
Dibantu
3 Pola Istirahat
a. Tidur siang
b. Tidur malam
Kualitas

2x
/hari
2x
/hari
Nyenyak

1x
/hari
1x
/hari
Sering terbangun
4 Personal Hygiene


22

a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Ganti Baju
Cara
2x
/hari
2x
/hari
2x
/hari
Mandiri
1x
/hari
1x
/hari
1x
/hari
Dibantu

5. Data Psikologis, Sosial, dan Spiritual
a. Data Psikologis
Klien tampak gelisah dengan keadaannya, tetapi klien terlihat tenang
dalam menghadapi masalah kesehatannya.
b. Data Sosial
Hubungan klien dengan keluarga terlihat baik terbukti bahwa banyak
yang menjenguk klien dan klien menerimanya dengan baik. Hubungan klien
dengan perawat baik terbukti bahwa klien mau diajak kerja sama dalam
proses penyembuhan dan tindakan keperawatan.
c. Data Spiritual
Klien beragama Islam dan klien suka beribadah dan selalu berdo`a agar
cepat sembuh.
6. Data Penunjang
a. Laboratorium
Pemeriksaan Penunjang Hasil Nilai Normal
Haemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
Eritrosit
Bilirubin Total
Bilirubin Direk
AST (SGOT)
ALT (SGPT)
13.2 gr/dL

38
13.400/mm
3
452.000/mm
3
4.56 juta/mm
3
4.90 mg/dL
3.30 mg/dL
101 U/L
123 U/L
13.0 18.0 gr/dL
40 52
3.800 10.600/mm
3
150.000
440.000/mm
3

3.5 6.5 juta/mm
3
s
/
d
1.0 mg/dL
s
/
d
0.3 mg/dL
s
/
d
37

U/L
23

Ureum
Kreatinin
Glukosa Darah
37 mg/dL
0.80 mg/dL
106 mg/dL
s
/
d
40 U/L
15 50 mg/dL
0.7 1.2 mg/dL
140 mg/dL

b. Therapy
InIus RL 20 tts/mnt
Ranitidin 2x1 amp
Ondancetron 3x1 amp
Ketorolac 2x1 amp
Curcuma 3x1 tab

7. Analisa Data
No Symptom Etiologi Problem
1. Ds: - Klien mengeluh mual dan pusing
- Klien mengeluh tidak naIsu
makan
Do: - Klien tampak lemah
- Porsi makan tidak habis
- Sklera tampak kekuningan
- Kulit lidah tampak kekuningan
- Anorexia ()
- Bilirubin meningkat
- SGOT dan SGPT meningkat
ReIleks viseral menekan
peristaltik otot Perubahan
masuknya bilirubin dalam
sirkulasi darah Bilirubin
masuk ke dalam selaput lendir
mulut Merangsang mual
Anorexia
Gangguan kebutuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan.

2. Ds: - Klien mengeluh BAB mencret
- Klien mengeluh pahit setelah
minum
Do: - BAB cair
- Asites ()
Faktor malabsorbsi di hati
Penumpukan di usus
Hiperperistaltik usus
Menurunnya absorbs usus
BAB mencret Cairan
Gangguan keseimbangan
pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit.
24

- Klien tampak lemah


- Mata cekung
intrasel dan ekstrasel
berkurang Resiko volume
cairan elektrolit menurun dan
berkurang
3. Ds: - Klien mengeluh pusing berputar
Do: - Klien tampak meringis kesakitan
Trauma Benturan pada
kepala Nyeri Masuknya
virus hepatitis di hati
Terjadi proses peradangan
(kalor, dolor, rubor, tumor)
Timbul peradangan di daerah
hati Merangsang reseptor
nyeri
Gangguan rasa nyaman;
nyeri
4. Ds: - Klien mengeluh lemah
Do: - Klien tampak lemah dan aktivitas
klien dibantu keluarga
Penurunan energy yang di
metabolism di hati
Kelemahan dan kelelahan
Aktivitas klien dibantu
Gangguan pola aktivitas
sehari-hari
5. Ds: - Klien mengeluh susah tidur
Do: - Konjungtiva pucat
Kelelahan dan kelemahan
Banyak pengunjung
Lingkungan tidak kondusiI
Gangguan pola istirahat
tidur

8. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan pola nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan adanya
rangsangan mual yang ditandai dengan :
Ds: - Klien mengeluih mual muntah dan pusing
-Klien mengeluh tidak naIsu makan dan minum terasa pahit
Do: - Klien tampak lemah
- Porsi makan tidak habis
- Anorexia ()
- Bilirubin meningkat
25

- SGOT dan SGPT meningkat


2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit sehubungan dengan
pengeluaran cairan yang berlebih yang ditandai dengan :
Ds: - Klien mengeluh BAB mencret
- Klien mengeluh mual dan muntah
Do: - Klien tampak lemah
- BAB cair
- Mata cekung
3. Gangguan rasa nyaman nyeri sehubungan dengan adanya trauma di daerah
kepala yang ditandai dengan:
Ds: - Klien mengeluh pusing pada bagian kepala
Do: - Klien tampak meringis
4. Gangguan pola ativitas sehari-hari sampai dengan adanyan kelemahan Iisik
yang di tandai dengan :
Ds : - Klien mengeluh lemah badan
Do : - Klien tampak hanya berbaring
- Klien tampak lemah
- Aktivitas klien dibantu
5. Gangguan pola istirahat tidur sampai dengan tidak nyamansituasi lingkungan
sekitarnya klien,yang di tandai dengan:
Ds: - Klien mengeluh susah tidur
Ds: - Sklera klien pucat
- Klien tampak lemah

Vous aimerez peut-être aussi