Vous êtes sur la page 1sur 10

AKUNTANSI PERPAJAKAN PSAK Nomor 46 tentang AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN Nama : Agung Ariwibowo Akuntansi 2e 8/5/2011

Pendahuluan Dalam akuntansi pajak penghasilan (PPh), laba dibedakan menjadi laba akuntansi (accounting profit), laba komersial dengan laba fiscal (taxable profit), atau Penghasilan Kena Pajak. Laba akuntansi merupakan laba atau rugi bersih selama satu periode sebelum dikurangi beban pajak yang dihitung berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan lebih ditujukan untuk menilai kinerja ekonomi, sedangkan laba fiscal adalah laba atau rugi bersih selama satu periode yang dihitung berdasarkan Peraturan Perpajakan dan lebih ditujukan untuk menjadi dasar perhitungan PPh (IAI, 2004). Pada tahun 1998, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 46 (PSAK 46) mengenai akuntansi PPh. Penerapan PSAK 46 ini diharapkan dapat menjembatani antara Peraturan Perpajakan dengan Ketentuan Akuntansi yang berlakku secara umum. Tujuan PSAK 46 1. Mengatur perlakuan akuntansi untuk pajak penghasilan 2. Bagaimana mempertanggungjawabkan konsekuensi pajak pada periode berjalan dan mendatang: - pemulihan (penyelesaian) jumlah tercatat aset (liabilitas) di masa depan yang diakui pada laporan posisi keuangan entitas. - transaksitransaksi dan kejadiankejadian lain pada periode kini yang diakui pada laporan keuangan entitas. 3. Pernyataan ini juga mengatur pengakuan aktiva pajak tangguhan yang berasal dari sisa rugi yang dapat dikompensasi ke tahun berikut.

Perbedaan Fiskal dan Akuntansi 1. Perbedaan Permanen (Permanent Differences) Perbedaan yang bersifat tetap, timbul karena perbedaan perlakuan antara standar akuntansi dengan ketentuan fiskal terhadap suatu transaksi atau peristiwa. Perbedaan tidak dapat terpilihkan pada periode berikutnya karena berlangsungnya waktu atau terjadinya transaksi/peristiwa lanjutan.

2. Perbedaan Temporer (Temporary Differences) Perbedaan yang bersifat sementara, timbul karena perbedaan perlakuan antara standar akuntansi dengan ketentuan fiskal terhadap suatu transaksi atau peristiwa. Perbedaan akan dapat dapat terpilihkan pada periode berikutnya karena berlangsungnya waktu atau terjadinya transaksi/peristiwa lanjutan.

Beda Waktu / Sementara Beda waktu maksudnya secara keseluruhan beban atau pendapatan akuntansi maupun perpajakan sebenarnya sama, tetapi berbeda alokasi setiap tahunnya. Beda waktu dapat berasal dari perbedaan akrual dan relisasi, penyusutan, amortisasi, dan kompensasi kerugian fiskal antara akuntansi dan perpajakan. Laba yang dihasilkan oleh perusahaan merupakan obyek pajak penghasilan. Jumlah Laba Kena Pajak dalam SPT dihitung berdasarkan ketentuan dan Undang - undang yang berlaku dalam tahun fiskal yang bersangkutan. Sedangkan jumlah Laba Akuntansi dalam Laporan Rugi / Laba ditentukan sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim yang berlaku umum. Perbedaan ini berakibat adanya perbedaan jumlah Pajak Penghasilan yang diperhitungkan (menurut laba akuntansi) dengan jumlah Pajak Penghasilan yang Terhutang (menurut SPT). Sehingga masalah yang timbul dalam akuntansi adalah Bagaimana mengakui dan mencatat perbedaan tersebut dalam rekening pembukuan serta menyajikan pengaruhnya dalam Laporan Keuangan. Beda waktu akan menimbulkan aset / kewajiban pajak tangguhan, sedangkan beda sementara tidak berpengaruh dengan pajak tangguhan. Beban Pajak Tangguhan dan Pendapatan Pajak Tangguhan Beban PPh terdiri atas beban pajak kini dan beban pajak tangguhan / pendapatan pajak tangguhan. Pajak kini (current tax) merupakan jumlah PPh terutang atas Penghasilan Kena Pajak pada satu periode. Pajak Penghasilan diperlakukan sebagai biaya bagi perusahaan. Oleh karena itu Pajak Penghasilan harus diasosiasikan dengan laba dimana pajak penghasilan tersebut dikenakan atau diperhitungkan. Proses untuk

mengasosiasikan Pajak Penghasilan dengan llaba dimana pajak itu dikenakan disebut Alokasi Pajak. Beban pajak tangguhan akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan sedangkan pendapatan pajak tangguhan mengakibatkan aset pajak tangguuhan. Aset Pajak Tangguhan Aset pajak tangguhan (defered tax liabilities) timbul apabila beda waktu yang menyebabkan terjadinya koreksi positif sehinggga beban pajak menurut akuntansi lebih kecil daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Aset pajak tangguhan adalah jumlah PPh terpulihkan pada periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Kewajiban Pajak Tangguhan Kewajiban pajak tangguhan (defered tax liabilities) timbul apabila beda waktu menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menururt akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah PPh terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. Pencatatan dan Penyajiannya Pengakuan aset dan kewajiban pajak tangguhan dilakukan terhadap rugi fiskal yang masih dapat dikompensasikan dan beda waktu antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal yang dikenakan pajak, dikalikan dengan tarif pajak yang berlaku. Karena tarif Pajak Penghasilan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka diperlukan suatu metode alokasi agar diperoleh kepastian dan perlakuan yang konsisten terhadap pajak penghasilan tersebut beserta penyajiannya dalam Laporan Keuangan. Dalam aplikasinya, tarif pajak maksimum PPh 30% digunakan karena alasan kepraktisan. Jurnal untuk memcatat timbulnya aset pajak tangguhan adalah: Langkah Penghitungan Pajak Tangguhan 1. Identifikasi jenis dan jumlah perbedaan temporer yang ada pada tanggal neraca dengan membandingkan Tax Base dengan Accounting Base 2. Identifikasi rugi fiskal tahun berjalan atau sisa kompensasi kerugian serta jangka waktu sebelum daluwarsa

3. Hitung kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities) atas perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences), dengan menggunakan tarif PPh yang berlaku dan buat worksheetnya 4. Hitung aktiva pajak tangguhan (deffered tax assets atas perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary differences)dengan

menggunakan taruf PPh yang berlaku dan buat worksheetnya 5. Hitung aktiva pajak tangguhan atas sisa kompensasi kerugian fiskal dan buat worksheetnya 6. Lakukan penurunan nilai (write-down) aktiva pajak tangguhan bila berdasarkan bukti yang tersedia, sebagian atau seluruh aktiva pajak tangguhan tidak dapat direalisasikan. Sebaliknya lakukan penaikan nilai (write-up) bila pada periode berikutnya terdapat bukti-bukti bahwa aktiva pajak tangguhan yang telah diturunkan nilainya akan dapat direalisasikan. Buat worksheetnya 7. Hitung deffered tax expense/income berdasarkan analisis terhadap perubahan saldo akhir dan awal aktiva/kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari perbedaan temporer. Pisahkan menurut aktivitasnya yaitu aktivitas normal perusahaan dan extraordinary serta buat worksheetnya 8. Hitung total tax expense/income (provision for income tax) dan buat worksheetnya, yang terdiri dari: 9. Komponen current tax expense yang dihitung dengan melalkukan rekonsiliasi fiskal antara LK berdasarkan akuntansi dengan peraturan perpajakan untuk periode yang bersangkutan dan buat worksheetnya 10. Kompnen deferred tax expense/income, termasuk benefit due to loss dengan dasar perhitungan no. 7

Timbulnya Kewajiban Pajak Tangguhan

Kewajiban pajak tangguhan timbul apabila beda waktu menyebabkan terjadinya koreksi negatif sehingga beban pajak menurut akuntansi lebih besar daripada beban pajak menurut peraturan perpajakan. Kewajiban pajak tangguhan adalah jumlah PPh terutang untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan waktu kena pajak.

Kewajiban Pajak Tangguhan (Deferred Tax Liabilities) dan Perbedaan Temporer Kena Pajak (Taxable Temporary Differences) Pengakuan suatu aktiva mengandung makna bahwa nilai tercatat aktiva tersebut akan terpulihkan dalam bentuk manfaat ekonomi yang akan diterima oleh perusahaan pada periode mendatang. Apabila nilai tercatat aktiva lebih besar daripada DPP-nya, jumlah manfaat ekonomi yang kena pajak akan melebihi jumlah yang dapat dikurangkan untuk tujuan fiskal. Perbedaan ini merupakan perbedaan temporer kena pajak dan kewajiban pajak tangguhan. Pada saat perusahaan memulihkan (recover) nilai tercatat aktiva, perbedaan temporer kena pajak akan terealisasi menjadi laba fiskal. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya kewajiban pajak. Beberapa perbedaan temporer timbul apabila penghasilan atau beban diakui dalam penghitungan laba akuntansi yang berbeda dengan periode saat penghasilan atau beban tersebut diakui dalam penghitungan laba fiskal. Berikut ini disajikan contoh perbedaan temporer kena pajak yang akan menimbulkan kewajiban pajak tangguhan, misalnya : penyusutan yang digunakan dalam penghitungan laba fiskal mungkin berbeda dengan penyusutan yang digunakan dalam penghitungan laba akuntansi. Perbedaan temporernya adalah selisih antara nilai tercatat aktiva tetap dengan DPP-nya. DPP aktiva tetap adalah sebesar harga perolehan dikurangi seluruh pengurangan yang diperkenankan oleh peraturan perundangan perpajakan dalam penghitungan fiskal. Perbedaan temporer kena pajak tersebut menyebabkan timbulnya kewajiban pajak tangguhan, apabila penyusutan menurut pajak menggunakan metode dipercepat (accelerated).

Pengukuran Kewajiban pajak tangguhan harus diukur dengan menggunakan tarif pajak yang akan berlaku pada saat aktiva dipulihkan atau kewajiban dilunasi, yaitu dengan tarif pajak (peraturan pajak yang telah berlaku atau yang telah secara substantif berlaku pada tanggal neraca. Kewajiban pajak, baik yang bersifat kini maupun tangguhan, dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) yang telah berlaku. Apabila tarif pajak (dan peraturan) tersebut telah diumumkan oleh pemerintah maka dapat dianggap bahwa tarif (dan peraturan) tersebut telah secara substantif berlaku [walaupun berlakunya tarif (dan peraturan) tersebut secara efektif mungkin saja masih beberapa bulan sesudah pengumumannya]. Dalam hal tersebut aktiva dan kewajiba pajak harus dihitung dengan tarif pajak (dan peraturan pajak) baru yang telah dinyatakan berlaku. Apabila tarif pajak yang berlaku berbeda untuk tingkat laba fisik yang berbeda maka kewajiban pajak tangguhan diukur dengan tarif pajak rata-rata yang akan dikenakan terhadap laba fiskal(rugi pajak) pada saat perbedaan temporer membalik(reverse). Kewajiban pajak tangguhan harus mencerminkan

konsekuensi pajak untuk pemulihan nilai tercatat aktiva atau penyelesaian kewajiban yang diharapkan perusahaan pada tanggal neraca. Kewajiban pajak tangguhan tidak boleh didiskonto (discounted).

Keterangan Aset Pajak Tangguhan Pendapat Pajak Tangguhan

Debit xxx

Kredit xxx

Sementara itu jurnal untuk mencatat timbulnya kewajiban pajak tangguhan adalah: Keterangan Beban Pajak Tangguhan Kewajiban Pajak Tangguhan Penyajian pajak tangguhan: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Aset pajak dan kewajiban pajak harus disajikan terpisah dari aset dan kewajiban lainnya dalam neraca. Aset dan kewajiban pajak tangguhan harus dibedakan dari aset pajak kini (tax receivable / prepaid tax) dan kewajiban pajak kini (tax payable). Aset atau kewajiban pajak tangguhan tidak boleh disajikan sebagai aset atau kewajiban lancar. Aset pajak kini harus dikompensasikan offset) dengan kewajiban pajak kini dan jumlah nettonya disajikan dalam neraca. Beban (penghasilan) pajak yang berhubungan dengan laba atau rugi dari aktivitas normal harus disajikan tersendiri pada laporan laba rugi. Aset pajak tangguhan disajikan terpisah dengan akun tagihan restitusi PPh dan kewajiban tangguhan juga disajikan terpisah dengan utang PPh Pasal 29. 7. PPh final: a) Apabila nilai tercatat aset atau kewajiban yang berhubungan dengan PPh final berbeda dari Dasar Pengenaan Pajaknya, maka perbedaan pajak tersebut tidak boleh diakui sebagai aset atau kewajiban pajak tangguhan. b) Atas penghasilan yang telah dikenakan PPh final, beban pajak diakui proporsional dengan jumlah pendapatan menurut akuntansi yang diakui pada periode berjalan. c) Selisih antara jumlah PPh final yang terutang dengan jumlah yang dibebankan sebagai pajak kini pada perhitungan laba rugi diakui sebagai Pajak Dibayar Dimula dan Utang Pajak. d) 8. Akun PPh final dibayar dimuka harus disajikan terpisah dari PPh final yang masih harus dibayar. Perlakuan akuntansi untuk hal khusus: Debit xxx Kredit xxx

a)

Jumlah tambahan pokok dan denda pajak yang ditetapkan dalam Surat Ketetapan Pajak harus dibebankan sebagai pendapatan atau beban lain-lain pada Laporan Laba Rugi periode berjalan.

b) c)

Apabila diajukan keberatan dan atau banding, pembebanannya ditangguhkan. Apabila terdapat kesalahan mendasar, perlakuan akuntansinya mengacu pada PSAK 25 tentang Laba atau Rugi Bersih untuk periode berjalan, kesalahan mendasar, dan perubahan kebijakan akuntansi.

Penyajian dalam laporan keuangan: Laba sebelum PPh PPh: > Pajak Kini > Pajak Tangguhan xxx xxx xxx

1.

CONTOH: Laba sebelum pajak tahun 2006 = Rp. 900.000.000. Koreksi fiskal atas laba tersebut adalah: a. Pendapatan bunga deposito Rp. 60.000.000. b. Beban jamuan tanpa daftar nominatif Rp. 40.000.000. c. Penyusutan fiskal lebih kecil Rp. 15.000.000 daripada penusutan komersial. d. Angsuran PPh 25 Rp. 20.000.000 per bulan. Pertanyaan: a. Tentukan Penghasilan Kena Pajak. b. Tentukan PPh Kurang / Lebih Bayar c. Tentukan aset atau kewajiban pajak tangguhan. d. Buatlah jurnal dan penyajiannya. Jawab: a. Laba sebelum pajak Rp. 900.000.000 Koreksi beda tetap: -/- Pendapatan bunga deposito (Rp. 60.000.000) +/+ Beban jamuan Rp. 40.000.000 Total beda tetap (Rp. 20.000.000) Rp. 880.000.000 Koreksi beda waktu: +/+ Penyusutan Rp. 15.000.000 Total beda waktu Rp. 15.000.000

Penghasilan Kena Pajak Rp. 895.000.000 b. Pajak terutang: 10% x Rp. 50.000.000 = Rp. 5.000.000 15% x Rp. 50.000.000 = Rp. 7.500.000 30% x Rp. 795.000.000 = Rp. 238.500.000 Rp. 251.000.000 Kredit PPh Pasal 25 (Rp. 240.000.000) Laba Setelah PPh xxx PPh Kurang Bayar (PPh Pasal 29) Rp. 11.000.000 c. d. Aset Pajak Tangguhan: 30% x Rp. 15.000.000 = Rp. 4.500.000 Penyajian & Jurnal: Jurnal: Keterrangan PPh Badan-Pajak Kini Aset Pajak Tangguhan Pendapatan Pajak Tangguhan PPh 25 Dibayar Di Muka Utang PPh 29 Penyajian: PPh Badan-Pajak Kini PPh Pajak Kini Pajak Tangguhan Laba Bersih Rp. 900.000.000 Rp. 251.000.000 (Rp. 4.500.000) (Rp. 246.500.000) Rp. 653.500.000 Debit 251.000.000 4.500.000 Kredit

4.500.000 240.000.000 11.000.000

Vous aimerez peut-être aussi