Vous êtes sur la page 1sur 12

Abses Ginjal . Ada 2 jenis : 1. Kortikal/kortikorenal. akibat infeksi hematogen causa 90 % stafilokokus aureus predisposisi : obat-obat i.

v, HD, DM. 2. Kortikomeduler :akibat ascending infection reflux. Causa : E. coli, klebsiella, proteus. Predisposisi : obstruksi, reflux. Klinis : - sama dengan pyelonefirtis akut - abses besar teraba mass daerah pinggan . Lab. : - sama dgn pyelonefritis - pada kortikorenal urinalisis normal. IVP : - distorsi sistim pyelokalic - cari faktor predisposisi Terapi : sama dgn pyelonefritis - abses besar drainage - abses luas dan multiple nefrektomi - koreksi faktor primer I SK atas : Pyelonefritis Klinis : - febris (t : 38,5 - 40) disertai menggigil - nyeri pinggang - gejala ISK bawah - malaise, mual, muntah - takikardi (90 - 140) - palpasi pinggang tegang - flank pain - bising usus turun -kronis hipertensi, azotemia, -- faktor pencetus penting. LAB. : - leukositosis PMN dan segmen meningkat - LED meningkat - urinalisis : urin keruh, pyuria, bacteriuria, proteinuria, hematuria - kultur urin > 100.000 koloni/cc - febris kultur darah IVP : - kontur ginjal >> - batas ginjal dan lemak perirenal - psoas line kabur - cari bayangan kalsifiaksi - kalic, infundibulum, pyelum -> kecil & langsing (a/ edem) - bila ada tanda-tanda obstruksi di pyelokalic degan klinis pyelonefritis dx/ Urosepsis. - bila nonvisualized konfirmasi dengan USG ada dilatasi pyelokalic -> dx/ pyonefrosis

. Pyelonefritis kronis : - batas/ kontur ginjal tidak teratur - kaliektase multiple (clubbing) akibat scarring dari parenkim ginjal Voiding cistografi : untuk melihat adanya reflux vesiko uretral ascending infection

: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d hipertermi, perubahan membran mukosa, kurang nafsu makan

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nafsu makan bertambah. Batasan karateristik : Subjektif : kram abdomen, melaporkan perubahan sensasi rasa, merasa kenyang setelah mengingesti makanan, merasakan ketidakmampuan mengingesti makanan. Objektif : adanya bukti kekurangan makanan, bising usus hiperaktif, konjungtiva dan membran mukosa pucat, tonus otot buruk. iteria Hasil : menunjukkan status gizi : asupan makanan, cairan dan zat gizi. ervensi : No Mandiri 1 Pantau / catat permasukan diet Membantu defisiensi dan dan mengidentifikasi kebutuhan diet. Intervensi Rasionalisasi

Kondisi fisik umum, gajala uremik (contoh : mual, anoreksia, gangguan rasa) dan pembatasan diet multiple mempengaruhi makanan. 2 Tawarkan perawatan mulut sering/cuci dengan larutan (25%) cairan asam Mambran mukosa menjadi kering asetat. Berikan permen karet, permen dan pecah. Perawatan mulut pemasukan

keras, penyegar mulut diantara makan

menyejukkan,

meminyaki

dan

membantu menyegarkan rasa mulut yang sering tidak nyaman pada uremia dan membatasi pemasukan oral. Pencucian dengan asam asetat membantu 3 Berikan makanan sedikit tapi sering menetralkan amonea

yang dibentuk oleh perubahan urea.

Meminimalkan anoreksia dan mual Kolaborasi : 4 Konsul dengan ahli sehubungan dengan status

gizi/tim uremik/menurunnya paristaltik

pendukung nutrisi Menentukan kalori individu dan kebutuhan pembatasan,dan nutrisi dalam

mengidentifikasi

rute paling efektif dan produknya, 5 Batasi kalium, natrium dan pemasukan contoh tambahan oral, makanan fosat sesuai indikasi selang hiperalimentasi

Pembatasan elektrolit ini dibutuhkan untuk mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut, khususnya bila dialisis 6 Awasi contoh; pemeriksaan BUN, labiratorium, tidak menjadi bagian pengobatan, serum, dan atau selama fase penyembuhan.

albumin

transferin, natrium dan kalium. Indikator pembatasan, kebutuhan dan nutrisi, /

kebutuhan

efektivitas terapi.

Dp. 2 : Nyeri akut b.d proses peradangan, infeksi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang. arakteristik: kegelisahan, perilaku melindungi, perilaku menjaga, kandung kemih tegang

Subjektif

: keletihan

Objektif : perubahan kemampuan untuk meneruskan aktifitas sebelumnya, perubahan pola tidur, penurunan interaksi dengan orang lain, perubahan berat badan. Kriteria Hasil : Tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih, kandung kemih tidak tegang, tenang, tidak mengekspresikan nyeri secara verbal atau pada wajah, tidak ada posisi tubuh, tidak ada kegelisahan, tidak ada kehilangan nafsu makan.

Intervensi : No Mandiri : 1 Pantau intensitas, lokasi, dan factor Rasa sakit yang hebat menandakan yang memperberat atau meringankan adanya infeksi nyeri 2 Klien dapat istirahat dengan tenang Berikan waktu istirahat yang cukup dan dapat merilekskan otot otot dan tingkat aktivitas yang dapat di 3 toleran. Untuk membantu klien dalam Intervensi Rasionalisasi

berkemih Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika 4 tidak ada kontra indikasi Untuk Pantau haluaran warna, masukan urine bau dan mengidentifikasi indikasi

terhadap kemajuan atau penyimpangan dari dan pola hasil yang di harapkan

perubahan berkemih, 5

haluaran

setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang Meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot

Berikan tindakan nyaman, seperti pijatan punggung, lingkungan istirahat Untuk mencegah kontaminasi uretra

Berikan perawatan parineal Temuan temuan ini dapat memberi Kolaborasi : tanda kerusakan jaringan lanjut dan

Konsul dokter bila : sebelumnya perlu pemeriksaan luas

kuning gading urine kuning, jingga gelap, berkabut atau keruh. Pla

berkemih berubah, sering berkemih 8 dengan jumlah sedikit, perasaan ingin kencing, menetes setelah berkemih. Analgesic memblok lintasan nyeri Nyeri menetap atau bertambah sakit 9 Berikan analgesic sesuia kebutuhan Akibat dan evaluasi keberhasilannya dari haluran urin sehingga mengurangi nyeri

memudahkan berkemih sering dan membantu membilas saluran

Berikan

antibiotic.

Buat

berbagi berkemih

variasi sediaan minum, termasuk air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari

Dp. 3 : Hipertermia b.d demam, peradangan / infeksi Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam demam pasien berkurang n Karakteristik : suhu tubu meningkat di atas rentang normal, frekuensi napas meningkat, kulit hangat bila disentuh, kadang merasa mual. riteria Hasil :hilangnya rasa mual, suhu tubuh kembali normal, nafas normal dan suhu kulit lembab Intervensi : No Mandiri : 1 Pantau suhu pasien (drajat dan pola) ; Suhu 38,90 41,10 C menunjukkan perhatikan menggigil/diaforesis proses penyakit infeksius akut Intervensi Rasionalisasi

Pantau suhu lingkungan, batasi / Suhu ruangan/jumlah selimut harus tambahkan linen tempat tidur, sesuai diubah untuk mempertahankan suhu indikasi mendekati normal.

3 Berikan kompres mandi hangat;

Dapat

membantu

mengurangi

demam. Catatan : penggunaan air

hindari penggunaan alkohol

es/alkohol mungkin menyebabakan kedinginan, peningkatan suhu secara aktual. Selain itu alkohol dapat mengeringkan kulit.

4 Berikan selimut pendingin Digunakan untuk mengurangi

demam umumnya lebih besar dari 39,50 -400 C pada waktu terjadi 5 Kolaborasi : Berikan antipiretik, misalnya ASA (aspirin), asetaminofen (tylenol) Digunakan untuk mengurangi kerusakan/ gangguan otak.

demam dengan aksi sentralnya pada hipotelamus. mungkin Meskipun berguna demam dalam

dapat

membatasi pertumbuhan organisme. Dan meningkatkan autodestruksi

dari sel-sel yang terinfeksi

Dp. 4 : Ansietas b.d hematuria, kurang pengetahuan tentang penyakit dan tujuan pengobatan Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam cemas pasien Hilang dan tidak memperlihatkan tanda-tanda gelisa Karakteristik : klien gelisah, tidak tenang, tanda vital abnormal, gelisah, ketakutan, gangguan tidur. Kriteria Hasil : tenang, gelisa berkurang, ketakutan berkurang, dapat beristirahat, frekuensi nafas 1224/menit

No 1 Beri

Intervensi kesempatan klien

Rasionalisasi untuk Agar klien mempunyai semangat dan mau empati terhadap perawatan dan pengobatan

mengungkapkan perasaannya

Pantau tingkat kecemasan

Untuk mengetahui berat ringannya kecemasan klien

Beri dorongan spiritual

Agar klien kembali menyerahkan sepenuhnya kepada tuhan YME

Beri penjelasan tentang penyakitnya

Agar klien mengerti sepenuhnya dengan penyakit yang di alaminya.

nfeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih Tujuan : Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam pasien memperlihatkan tidak adanya tanda-tanda infeksi. Kriteria Hasil : 1)Tanda vital dalam batas normal 2)Nilai kultur urine negatif 3)Urine berwarna bening dan tidak bau Intervensi : 1)Kaji suhu tubuh pasien setiap 4 jam dan lapor jika suhu diatas 38,50 C Rasional : Tanda vital menandakan adanya perubahan di dalam tubuh 2)Catat karakteristik urine Rasional : Untuk mengetahui/mengidentifikasi indikasi kemajuan atau penyimpangan dari hasil yang diharapkan. 3)Anjurkan pasien untuk minum 2 3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk mencegah stasis urine 4)Monitor pemeriksaan ulang urine kultur dan sensivitas untuk menentukan respon terapi. Rasional : Mengetahui seberapa jauh efek pengobatan terhadap keadaan penderita. 5)Anjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara komplit setiap kali kemih. Rasional : Untuk mencegah adanya distensi kandung kemih 6)Berikan perawatan perineal, pertahankan agar tetap bersih dan kering. Rasional : Untuk menjaga kebersihan dan menghindari bakteri yang membuat infeksi uretra Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan frekuensi dan atau nokturia) yang berhubunganm dengan ISK. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam klien dapat mempertahankan pola eliminasi secara adekuat. Kriteria : 1)Klien dapat berkemih setiap 3 jam 2)Klien tidak kesulitan pada saat berkemih 3)Klien dapat bak dengan berkemih Intervensi : 1)Ukur dan catat urine setiap kali berkemih

Rasional : Untuk mengetahui adanya perubahan warna dan untuk mengetahui input/out put 2)Anjurkan untuk berkemih setiap 2 3 jam Rasional : Untuk mencegah terjadinya penumpukan urine dalam vesika urinaria. 3)Palpasi kandung kemih tiap 4 jam Rasional : Untuk mengetahui adanya distensi kandung kemih. 4)Bantu klien ke kamar kecil, memakai pispot/urinal Rasional : Untuk memudahkan klien di dalam berkemih. 5)Bantu klien mendapatkan posisi berkemih yang nyaman Rasional : Supaya klien tidak sukar untuk berkemih. Nyeri yang berhubungan dengan ISK Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 24 jam pasien merasa nyaman dan nyerinya berkurang. Kriteria Hasil : 1)Pasien mengatakan / tidak ada keluhan nyeri pada saat berkemih. 2)Kandung kemih tidak tegang 3)Pasien nampak tenang 4)Ekspresi wajah tenang Intervensi : 1)Kaji intensitas, lokasi, dan factor yang memperberat atau meringankan nyeri. Rasional : Rasa sakit yang hebat menandakan adanya infeksi 2)Berikan waktu istirahat yang cukup dan tingkat aktivitas yang dapat di toleran. Rasional : Klien dapat istirahat dengan tenang dan dapat merilekskan otot-otot 3)Anjurkan minum banyak 2-3 liter jika tidak ada kontra indikasi Rasional : Untuk membantu klien dalam berkemih 4)Berikan obat analgetik sesuai dengan program terapi. Rasional : Analgetik memblok lintasan nyeri

. Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil Intervensi: a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles R: Menyatakan adanya pengumpulan sekret

b. Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2 c. Atur posisi senyaman mungkin R: Mencegah terjadinya sesak nafas d. Batasi untuk beraktivitas R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia Pola nafas tidak efektif b.d - Hiperventilasi - Sindrom hipoventilasi - Kerusakan muskuloskletal - Disfungsi Neuromuskular - Kelelahan otot-otot respirasi Data : Perubahan gerakan dada Bradipneu, takipneu Penurunan tekanan inspirasi dan ekspirasi Nafas cuping hidung Penggunaan otot-otot bantu nafas Peningkatan tanda-tanda vital a. Manajemen Jalan Nafas : i Buka jalan nafas dengan headtilt, chinlift, jaw thrust i Mengatur posisi untuk memaksimalkan ventilasi i Gunakan alat bantu jalan nafas ( Gudel) i Lakukan fisioterapi dada i Ajarkan nafas dalam dan batuk efektif i Auskultasi bunyi nafas i Berikan bronkodilator ( Kolaborasi) b. Terapi 02 i Sediakan peralatan oksigen system humidifikasi i Pantau aliran oksigen dan jumlah yang diberikan i Monitor tanda-tanda keracunan oksigen c. Pemantauan respirasi i Pantau frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan i Pantau penggunaan otot bantu pernafasan d. Pemantauan tanda-tanda vital i Monitor TD, Nadi, RR, Suhu i Monitor TD saat tidur, duduk, berdiri jika diindikasikan i Monitor tanda dan gejala hipotermi atau hipertermi i Monitor irama dan suara nafas

pola nafas tidak efektif b.d hiperventilasi Tujuan; setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2X24 jam diharapkan: - ventilasi adekuat - kepatenan jalan nafas dapat dipertahankan KH: a. b. c. status VS dalam batas normal suara nafas bersih tidak ada dypnea

Intervensi: a. Buka jalan nafas, posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi

R/ memaksimalkan ventilasi b. Kaji adanya tanda-tanda distress pernafasan (dysnea, nafas cuping hidung, retraksi dada). R/ sebagai indikasi adanya distres pernafasan

c.

Auskultasi suara nafas, catat adanya nafas tambahan

R/ adanya suara ronchi, wheezing mengidikasikan gangguan respirasi d. Hitung irama, frekuensi, dan kedalaman pernafasan.

R/ untuk mengetahui status respirasi e. Monitor suhu, warna, dan kelembapan kulit R/ akral dingin, cianosis menunjukkan status respirasi yang tidak adekuat. f. Kolaborasi pemberian O2 R/ mengurangi keadaan hipoksia.

Kimia Klinik tgl 3 Anslisa Gas Darah pH 7,244/7,350 PCO2 22,10/35,00-45,00 PO2 128,90/ 75-100 HCO3 9,50/ 21-25 Total CO2 10,20, 21-27 Base Excess -15,80/ -2,50- +2,50 O2 saturation 98,20% 95-98 Standard HCO3 12,9 22-24 Standard base excess -15,6 Tgl 2 USG ginjal buli Riwayat nefrolithiasis, post aff DJ stent, CKD, riwayat ESWL, ISK Hasil: Ginjal kanan : ukuran membesar, lobulated, korteks menipis, tampak pelebaran pelviokalises dengan lesi hiperekoik dengan posterior acoustic shadow berdiameter 0,74cm Ginjal kiri : sulit diidentifikasi dengan baik, tampak lesi anechoic berbatas tegas dengan internal echo, ukuran 12x8,2x8,5 cm Buli-buli : bentuk dan ukuran baik, dinding buli reguler dan tidak menebal, tidak tampak batu/ SOL Kesan : hidronefrosis dan nefrolithiasis kanan. Suspek abses renalis kiri Hematologi rutin Hb 6,9 Ht 20,2 Eritrosit 2,37 MCV/VER 85,2 MCH/HER 29,1 MCHC/KHER 15,51 Jumlah leukosit 16,51 H Jumlah trombosit 327 Kimia klinik Ureum darah H276 <50 Kreatinin darah H13,40 0,80-1,30 Elektrolit Na darah 135 132-147 K darah 3,97 3,30-5,40 Cl darah 105,7 94-111 Tgl 2 abses ginjal kiri, post drainase abses, nefrostomi jl. Puskesmas II rt07/07 jak bar 248-76-38 3 okt 2011 Nyeri perut kiri sejak 3 hari Sebelum Masuk RS, demam, BAK 1000cc/hari, post RPG ka + VRS kiri, stent kiri 3 minggu SMRS, riwayat CKD

Abdomen : datar, lemas, BU + 45 tahun.. Sesak, TD 110/80, N 84 S = 38, Umu : BAK 1500cc, Intake : 2000cc, output : IWL 500cc, drain 50, BAK 1500 = 2150 BC= -150cc

Vous aimerez peut-être aussi