Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB IV ANALISIS DATA 4.1 Uji Hipotesis Satu Populasi 4.1.

1 Uji Hipotesis Rata-rata Pengujian rata-rata satu populasi merupakan pengujian terhadap nilai parameter Q (rata-rata populasi). Dalam pengujian tersebut Q dengan nilai rata-rata tertentu Q0 dibandingkan

yang ditetapkan berdasarkan informasi

sebelumnya atau ditetapkan berdasarkan suatu nilai dugaan. 1.a. Berat Badan Dua Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata satu populasi berat badan Mahasiswa Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : = 50 kg H1 : 50 kg Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
N 30

= gagal menolak H0
StDev 13,84 SE Mean 2,53 T 2,22 P 0,035

Tabel 4.1 Uji Hipotesis Rata-rata Berat Badan Dua Arah

Variable Berat Badan

Mean 55,60

Berdasarkan Tabel 4.1 Nilai P-value yang dihasilkan dari uji hipotesis ini adalah 0,035. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0,035 < (0,05) sehingga nilai P-value tersebut berada di dalam daerah kritis, jadi diperoleh keputusan tolak H0 sehingga diteruskan dengan pengujian satu arah. 1.b. Berat Badan Satu Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata dua arah didapatkan bahwa kesimpulannya tolak H0 sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis satu arah berat badan Mahasiswa D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : 50 kg H1 : < 50 kg

12

Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
N 30

= gagal menolak H0
StDev 13,84 SE Mean 2,53 T 2,22 P 0,983

Tabel 4.2 Uji Hipotesis Rata-rata Berat Badan Satu Arah

Variable Berat Badan

Mean 55,60

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis rata-rata satu arah berat badan Mahasiswa jurusan D3 Statistika ITS angkatan 2010, memiliki nilai P-value 0,983. Yang artinya nilai P-value (0,983) lebih besar dari pada nilai (0,05)

sehingga didapatkan sebuah kesimpulan bahwa gagal menolak H0 atau rata-rata berat badan Mahasiswa D3 Statistika 2010 lebih dari 50 kg. 2.a. Tinggi Badan Dua Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata satu populasi tinggi badan Mahasiswa Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : = 155 cm H1 : 155 cm Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
N 30

= gagal menolak H0
StDev 8,95 SE Mean 1,63 T 4,32 P 0,000

Tabel 4.3 Uji Hipotesis Rata-rata Tinggi Badan Dua Arah

Variable Berat Badan

Mean 162,07

Berdasarkan Tabel 4.3 Nilai P-value yang dihasilkan dari uji hipotesis ini adalah 0,0. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0,000 < (0,05) sehingga nilai P-value tersebut berada di dalam daerah kritis, jadi diperoleh keputusan tolak H0 sehingga diteruskan dengan pengujian satu arah. 2.b Tinggi Badan Satu Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata dua arah didapatkan bahwa kesimpulannya tolak H0 sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis satu arah tinggi badan Mahasiswa D3 Statistika ITS angkatan 2010.

13

Hipotesis H0 : 155 cm H1 : < 155 cm Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
N 30

= gagal menolak H0
StDev 8,95 SE Mean 1,63 T 4,32 P 1,000

Tabel 4.4 Uji Hipotesis Rata-rata Tinggi Badan Satu Arah

Variable Berat Badan

Mean 162,07

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis rata-rata satu arah tinggi badan Mahasiswa jurusan D3 Statistika ITS angkatan 2010, memiliki nilai P-value 1,000. Yang artinya nilai P-value (1,000) lebih besar dari pada nilai (0,05)

sehingga didapatkan sebuah kesimpulan bahwa gagal menolak H0 atau rata-rata tinggi badan Mahasiswa D3 Statistika 2010 lebih dari 155 cm.

4.1.2 Uji Hipotesis Varians Pengujian varian pada dasarnya adalah pengujian hipotesis berdasarkan sebaran nilainya. 1.a Berat Badan Dua Arah Dari pengujian hipotesis varians satu populasi berat badan Mahasiswa Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : H1 :
2 2

= 25 25

Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
Variable Berat Badan

= gagal menolak H0
N 30 Varians 191 P 0,000

Tabel 4.5 Uji Hipotesis Varians Berat Badan Dua Arah

14

Berdasarkan Tabel 4.5 diperoleh kesimpulan bahwa nilai dari P-value lebih kecil dari nilai . Nilai P-value 0,000 sedangkan nilai 0,05. Sehingga keputusan

yang dapat diambil yaitu menolak H0 dan dilanjutkan dengan mencari uji hipotesis varians satu arah. 1.b Berat Badan Satu Arah Dari pengujian hipotesis varians dua arah didapatkan bahwa kesimpulannya tolak H0 sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis satu arah berat badan Mahasiswa D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : H1 :
2 2

25 < 25

Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
Variable Berat Badan

= gagal menolak H0
N 30 Varians 191 P 1,000

Tabel 4.6 Uji Hipotesis Varians Berat Badan Satu Arah

Berdasarkan hasil analisis uji hipotesis varians satu arah berat badan Mahasiswa D3 Statistika 2010, diperoleh nilai dari P-value sebesar 1,000. Dan jika dibandingkan dengan nilai (0,05), nilai dari P-value lebih besar dari nilai

sehingga dapat diambil keputusan bahwa uji hipotesis gagal menolak H0 dengan arti varians berat badan Mahasiswa D3 Statistika ITS 2010 lebih dari 25. 2.a Tinggi Badan Dua Arah Dari pengujian hipotesis varians satu populasi tinggi badan Mahasiswa Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : H1 :
2 2

= 100 100

Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value > = gagal menolak H0

15

Tabel 4.7 Uji Hipotesis Varians Tinggi Badan Dua Arah

Variable Tinggi Badan

N 30

Varians 80,1

P 0,469

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diperoleh nilai P-value yang dihasilkan dari uji ini adalah 0,469. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0,469 > (0,05) sehingga nilai P-value tersebut berada di luar daerah kritis, jadi diperoleh keputusan yang sama yaitu gagal menolak H0 atau varians tinggi badan Mahasiswa D3 Statistika ITS 2010 adalah 100.

4.1.3 Uji Hipotesis Proporsi 1.a Berat Badan Berikut adalah penghitungan 50% berat badan yang < 50 kg pada mahasiswa D3 Statistika 2010 dengan = 5%.

Tabel 4.8 Proporsi berat badan mahasiswa = 50 kg

Variabel BB

X 17

N 30

Sample p 0.56667

95% CI 0.374273,0.745392

P-value 0.585

Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai P value yang dihasilkan dari uji hipotesis ini adalah 0,585. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0,585 > /2 (0,05). Sehingga nilai P value tersebut berada di luar daerah kritis. Jadi diperoleh keputusan gagal menolak Ho. 2.a Tinggi Badan Dua Arah Berikut ini adalah penghitungan 50% tinggi badan yang < 155 pada mahasiswa D3 Statistika 2010 dengan = 5%.
Tabel 4.9 50% berat badan mahasiswa = 155 cm

Variabel TB

Sample p 0.700000

95% CI 0.506041,0.852 655

P-value 0.043

21 30

Berdasarkan Tabel 4.9 dapat diketahui bahwa nilai P value yang dihasilkan dari uji hipotesis ini adalah 0,043. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0,043 < /2 (0,05). Sehingga nilai P value tersebut berada di daerah

16

kritis. Jadi diperoleh keputusan menolak H0. Untuk itu di lakukan pengujian hipotesis dengan H1 < 155cm 2.b Tinggi Badan Satu Arah
Tabel 4.10 50% tinggi badan mahasiswa < 155 cm

Variabel TB

Sample p 0.7000 00

Upper bound for variance 92.8

P-value 1.00

21 30

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat diketahui bahwa nilai P value yang dihasilkan dari uji hipotesis ini adalah 1.00. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 1.00 > /2 (0,05). Sehingga nilai P value tersebut berada di luar daerah kritis. Jadi diperoleh keputusan gagal menolak Ho. 4.2 Penaksiran Parameter 2 Populasi 4.2.1 Uji Hipotesis Rata-rata 2 Populasi Merupakan pengujian terhadap nilai parameter Q1 (rata-rata populasi pertama) dengan nilai parameter Q 2 (rata-rata populasi kedua) dengan varian kedua populasi diketahui maupun tidak diketahui. 1.a Berat Badan Dua Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata dua populasi berat badan Mahasiswa dan Mahasiswi D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : 1 = 2 H1 : 1 2 Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
N 15 15

= gagal menolak H0
Mean 64,8 46,40 StDev 12,8 7,16 SE Mean 3,3 1,8 T-value 4,86 P-value 0,000

Tabel 4.11 Uji Hipotesis Rata-rata Berat Badan Dua Arah

Variabel Berat Badan Mahasiswa Berat Badan Mahasiswi

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diperoleh nilai P-value sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil daripada nilai dari 0,05 sehingga keputusannya adalah

17

menolak H0 dan diteruskan menguji hipotesis rata-rata dua populasi dengan satu arah. 1.b Berat Badan Satu Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata dua arah didapatkan bahwa kesimpulannya tolak H0 sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis satu arah berat badan Mahasiswa dan Mahasiswi D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : 1 > 2 H1 : 1 2 Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
N 15 15

= gagal menolak H0
Mean 64,8 46,40 StDev 12,8 7,16 SE Mean 3,3 1,8 T-value 4,86 P-value 1,000

Tabel 4.12 Uji Hipotesis Rata-rata Berat Badan Satu Arah

Variabel Berat Badan Mahasiswa Berat Badan Mahasiswi

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis rata-rata satu arah berat badan Mahasiswa dan Mahasiswi jurusan D3 Statistika ITS angkatan 2010, memiliki nilai P-value 1,000. Yang artinya nilai P-value (1,000) lebih besar dari pada nilai (0,05) sehingga didapatkan sebuah kesimpulan bahwa gagal menolak H0 atau rata-rata berat badan Mahasiswa lebih besar daripada rata-rata berat badan Mahasiswi D3 Statistika 2010. 2.a Tinggi Badan Dua Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata dua populasi tinggi badan Mahasiswa dan Mahasiswi D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : 1 = 2 H1 : 1 2 Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value > = gagal menolak H0

18

Tabel 4.13 Uji Hipotesis Rata-rata Tinggi Badan Dua Arah

Variabel Tinggi Badan Mahasiswa Tinggi Badan Mahasiswi

N 15 15

Mean StDev 169,40 4,27 154,73 5,70

SE Mean 1,1 1,5

T-value 7,97

P-value 0,000

Berdasarkan Tabel 4.13 dapat diperoleh nilai P-value sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil daripada nilai dari 0,05 sehingga keputusannya adalah

menolak H0 dan diteruskan menguji hipotesis rata-rata dua populasi dengan satu arah. 2.b Tinggi Badan Satu Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata dua arah didapatkan bahwa kesimpulannya tolak H0 sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis satu arah berat badan Mahasiswa dan Mahasiswi D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : 1 > 2 H1 : 1 2 Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value >
N 15 15

= gagal menolak H0
Mean StDev 169,40 4,27 154,73 5,70 SE Mean 1,1 1,5 T-value 7,97 P-value 1,000

Tabel 4.14 Uji Hipotesis Rata-rata Tinggi Badan Satu Arah

Variabel Tinggi Badan Mahasiswa Tinggi Badan Mahasiswi

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis rata-rata satu arah tinggi badan Mahasiswa dan Mahasiswi jurusan D3 Statistika ITS angkatan 2010, memiliki nilai P-value 1,000. Yang artinya nilai P-value (1,000) lebih besar dari pada nilai (0,05) sehingga didapatkan sebuah kesimpulan bahwa gagal menolak H0 atau rata-rata tinggi badan Mahasiswa lebih besar daripada rata-rata tinggi badan Mahasiswi D3 Statistika 2010.

4.2.2 Penaksiran Selisih Rasio Varians 1.a Berat Badan Dua Arah Dari pengujian hipotesis varians dua populasi berat badan Mahasiswa dan Mahasiswi D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis

19

H0 : H1 :

2 2

1 1

2 2

Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value > = gagal menolak H0
N 15 15 StDev 12,8 7,16 Varians 163,89 51,257 P-value 0,037

Tabel 4.15 Uji Hipotesis Varians Berat Badan Dua Arah

Variabel Berat Badan Mahasiswa Berat Badan Mahasiswi

Berdasarkan Tabel 4.15 dapat diperoleh nilai P-value sebesar 0,037 yang nilainya lebih kecil daripada nilai dari 0,05 sehingga keputusannya adalah

menolak H0 dan diteruskan menguji hipotesis rata-rata dua populasi dengan satu arah. 1.b Berat Badan Satu Arah Dari pengujian hipotesis rata-rata dua arah didapatkan bahwa kesimpulannya tolak H0 sehingga dilanjutkan dengan uji hipotesis satu arah berat badan Mahasiswa dan Mahasiswi D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : H1 :
2 2 1 1 2

<

2 2

Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value > = gagal menolak H0
N 15 15 StDev 12,8 7,16 Varians 163,89 51,257 P-value 0,981

Tabel 4.16 Uji Hipotesis Varians Berat Badan Dua Arah

Variabel Berat Badan Mahasiswa Berat Badan Mahasiswi

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis rata-rata satu arah berat badan Mahasiswa dan Mahasiswi jurusan D3 Statistika ITS angkatan 2010, memiliki nilai P-value 0,981. Yang artinya nilai P-value (0,981) lebih besar dari pada nilai (0,05) sehingga didapatkan sebuah kesimpulan bahwa gagal menolak H0 atau varians berat badan Mahasiswa lebih besar daripada varians berat badan Mahasiswi D3 Statistika 2010.

20

2.a Tinggi Badan Dua Arah Dari pengujian hipotesis varians dua populasi tinggi badan Mahasiswa dan Mahasiswi D3 Statistika ITS angkatan 2010. Hipotesis H0 : H1 :
2 2 1 1 2 2

Taraf signifikan = 0,05 Daerah kritis P-value < = tolak H0, P-value > = gagal menolak H0
N 15 15 StDev 4,273 5,700 Varians 18,257 32,495 P-value 0,293
Tabel 4.17 Uji Hipotesis Varians Tinggi Badan Dua Arah

Variabel Tinggi Badan Mahasiswa Tinggi Badan Mahasiswi

Berdasarkan Tabel 4.17 dapat diperoleh nilai P-value yang dihasilkan dari uji ini adalah 0,293. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0,293 > (0,05) sehingga nilai P-value tersebut berada di luar daerah kritis, jadi diperoleh keputusan yang sama yaitu gagal menolak H0 atau varians tinggi badan Mahasiswa dan Mahasiswi D3 Statistika ITS 2010 adalah sama. 4.3 Uji Hipotesis Proporsi 2 Populasi Bahwa terdapat parameter proporsi yang berasal dari dua populasi yaitu populasi I dan populasi II. Tujuan dari pengujian hipotesis adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi dari kedua populasi tersebut. a. Hipotesis Proporsi Proporsi Tinggi Badan < 155 Laki-laki dengan Mahasiswa Perempuan Berikut adalah pengujian hipotesis terhadap proporsi tinggi badan kurang dari 155 cm antara mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan.
Tabel 4.18 Hipotesis proporsi tinggi badan < 155 sample estimate 95% Cl for N p-value P for difference difference 15 15 0.8 0.93333 0.006 -0.13333 0.371893 , 0.105226 tvalue 1.1

cm antara Mahasiswa

variabel TB laki-laki TB perempuan

X 12 14

21

Berdasarkan Tabel 4.18 dapat diketahui nilai P value yang dihasilkan adalah 0.006. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0.006 < (0,05). Sehingga nilai statistik uji t dan nilai P value tersebut berada di daerah kritis. Jadi diperoleh keputusan hipotesis.
Tabel 4.19 Hipotesis proporsi tinggi badan < 155 dengan H Kurang Dari

menolak H0. Untuk itu dilakukan pengujian

Variable TB laki-laki TB perempuan

X 14 7

N 15 15

sample P 0.93333 0.46667

p-value

estimate for difference 0.46667

95% upper bound for difference 0.703553

tvalue 3.24

0.999

Berdasarkan Tabel 4.19 dapat diketahui nilai P value yang dihasilkan adalah 0.999. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0.999 > (0,05). Sehingga nilai statistik uji t dan nilai P value tersebut berada di luar daerah kritis. Jadi diperoleh keputusan gagal menolak H0. b. Hipotesis Proporsi Proporsi Berat Badan < 50 kg antara Mahasiswa Lakilaki dengan Mahasiswa Perempuan Berikut adalah pengujian hipotesis terhadap proporsi berat badan kurang dari 50 kg antara mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan.
Tabel 4.20 Hipotesis proporsi berat badan < 155

variabel BB laki-laki BB perempuan

X 12 5

N 15 15

sample P 0.8 0.33333

pvalue 0.003

estimate for difference 0.466667

95% Cl for difference 0.153799,0.77 9534

tvalue 2.92

Berdasarkan Tabel 4.20 dapat diketahui nilai P value yang dihasilkan adalah 0.003. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0.003 < (0,05). Sehingga nilai statistik uji t dan nilai P value tersebut berada di daerah kritis. Jadi diperoleh keputusan menolak H0. Untuk itu perlu dilakukan pengujian hipotesis

22

Tabel 4.21 Hipotesis proporsi berat badan < 155

variabel BB laki-laki BB perempuan

X 12 5

N 15 15

sample P 0.8 0.33333

pvalue 0.998

estimate for difference 0.46667

95% upper bound for difference 0.729233

tvalue 2.92

Berdasarkan Tabel 4.21 dapat diketahui nilai P value yang dihasilkan adalah 0.998. Jika dibandingkan dengan daerah kritis maka diperoleh 0.998 > (0,05). Sehingga nilai statistik uji t dan nilai P value tersebut berada di luar daerah kritis. Jadi diperoleh keputusan gagal menolak H0.

23

Vous aimerez peut-être aussi