Vous êtes sur la page 1sur 6

A. Pre eklampsia 1.

Pengertian Pre-eklamsi adalah penyakit yang ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan edema yang timbul selama kehamilan atau 48 jam setelah post-partum (Bobak & Jansen, 1995. Umumnya terjadi pada trimester 3 kehamilan. Pre-eklampsia dikenal juga dengan sebutan Pregnancy Induced Hipertension (PIH) gestosis atau toksemia kehamilan. Pre-eklampsia adalah kondisi khusus dalam kehamilan, ditandai dengan peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Bisa berhubungan dengan atau berlanjutmenjadi kejang (eklampsia)dan gagal organ ganda pada ibu, sementara komplikasi pada janin meliputi restriksi pertumbuhan dan abrupsio placenta / solusio placenta (Scenan &Kappel, 2001 dalam Asuhan Kebidanan Persalinan dan kelahiran, 2006). 2. Eliologi Penyebab timbulnya pre-eklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti, tetapi pada umumnya disebabkan oleh vasospasme arteriola. Faktor-faktor lain yang diperkirakan akan menimbulkan pre-eklapsia antara lain: primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, mola hdatidosa, mulrigravida, malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia. 3. Tanda dan gejala Pre-eklampsia dinyatakan berat bila ada salah satu di antara gejala-gejala berikut : a. Hipertensi dengan tekanan darah 160/170 mmHg atau lebih, di ukur minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam pada keadaan istirahat. b. Proteinuria 5gr/24jam atau lebih, +++ atau ++++ pada pemeriksaan kualitatif. c. Oliguria, urine 400ml/24jam atau kurang d. Edema paru-paru, sianosis e. Tanda gejala lain yaitu sakit kepala yang berat, pandangans kabur dan spasme arteri retina pada funduskopi, nyeri epigastrium, mual atau muntah serta emosi mudah marah. f. Pertumbuhan janin intrauterin terlambat. g. Adanya HELLP Syndrome (H; hemolisys, ELL; Elevated Liver Enzym, P: low platelet count ). Kriteria menentukan adanya edema adalah: nilai positif jika pitting edema di daerah tibia, lumbo sakral, wajah (kelopak mata), dan tangan, terutama setelah malam tirah baring. Bila sulit menentukan tingkat edema, maka metode yang digunakan adalah sebagai berikut: + : sedikit edema pada daerah kaki pretibia ++ : edema ditentukan pada ekstremitas bawah +++ : edema pda muka, tangan, abdomen bagian bawah ++++ : anasarka disertai asites. Protein positif artinya jumlah protein lebih dari 0,3gram per liter urine 24 jam atau lebih dari 2 gram per liter sewaktu. Urine diambil dengan penyadapan/ kateter. + : 0,3gram protein/liter ++ : 1gram protein/liter +++ : 3gram protein/liter

++++ : lebih dari 10gram/liter Kenaikan berat badan berlebih jika berat badan naik dari 500gram per minggu atau 2000gram per bulan. 4. Patofisiologi Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitifitas vaskuler terhadap angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah ke semua organ, fungsi-fungsi organ sseperti plasenta, ginjal, hati, dan otak menurun sampai 40-60%. Gangguan plasenta menimblkan degenerasi pada plassenta dan kemungkinan terjadi IUGR dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat. Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubhan glomelurus, protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air dithan, tekanan osmotik plasma menurun, cairankeluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi, peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada pre-eklampsia berat terjadi penuruna volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan cepat 5. Pemeriksaan penunjang Selain anamnesa dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan adanya pre-eklampsia sebaiknya diperiksa juga: 1. Pemeriksaan darah rutin serta kimia darah: ureum, kreatini, SGOT, LDH, bilirubin 2. Pemeriksaan urine: protein, reduksi, biliirubin, sedimen. 3. Kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat dengan konfirmasi USG 4. Kardiotografi untuk menilai kesejahteraan janin. 6. Komplikasi Komplikasi ibu dengan pre-eklampsia atau PIH: cerebral vascular accident, kardiopulmonary edema, insufisiensi renal shutdown, retardasi pertumbuhan, kematian janin intrauterin yang disebebkan karena hipoksia dan prematur. PIH dapat berkembang secra progresif menjadi eklampsia yaitu pre-eklampsia ditambah dengan kejansg dan koma (Khattheryn & Laura, 1995) 7. Pencegahan Pencegahan timbulnya pre-eklampsia berat dapat dilakukan dengan pemeriksaan antenatalcare secara teratur. Gejala ini dapat ditangani dsecara tepat. Penyuluhan tentang manfaat istirahat akan banyak berguna dalam pencegahan. Istirahat tidak selalu tirah baring di tempat tidur. Nutrisi penting untuk diperhatikan selama hamil, terutama protein. Protein yang adekuat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid. 8. Penatalkasanaan Prinsip penatalaksaan pre-eklampsia: 1. Melindungi ibu dari efek peningktan TD 2. Mencegarah progresivitas penyakit menjadi eklampsia

3. Mengatasi atau menurunkan resiko janin (solusio placenta, pertumbuhan janin terhambah, hipoksia sampai kematian janin) 4. Melahirkan janin dnegan cara yang paling aman dan cepat sesegera mungkin setelahs matur atau imatur, jika diketahui bahwa resiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda lebih lama. Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan (TD < 140/90mmHg): 1. Dapat dikatakan tidak beresiko bagi ibu dan janin 2. Tidak perlu segera diberi obat anti hipertensi, tidak perlu dirawat, kecuali TD meningkat terus (batas aman: 140-150/90-100mmHg) 3. Istirahat yang cukup (berbaring 4jam apada siang hari dan 8 jam pada malam hari) 4. Diet rendah garam, tinggi protein. 5. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa setiap minggu 6. Indikasi dirawat jika ada perburukan, TD tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan. 7. Jika dalam perawatan tidak adda [perbaikan tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Penatalaksanaan pre-eklampsia konserfvatif dan aktif. berat(TD> 160/90mmHg) dapat ditangani secara

1. Konserfatif berarti kehamilan tetap dipertahankan dengan pemberian pengobatan medicinal (untuk kehamilan kurang dari 35mgg tanpa disertai tandatanda impending eklampsia dengan keadaan janin baik) 2. Penangana aktif: Apabila ibu memiliki satu atau lebih kriteria berikut: Ada tanda-tanda impending eklampsia Ada HELLP syndrome Ada kegagalan penangan konserfativ Ada tanda-tanda pertumbuhan janin terlambat Usia kehamilan lebih dari 35mgg Maka ibu harus dirawats di rumah sakit, khususnya kamar bersalin Pemberian pengobatan medicianal: anti kejang Terminasi kehamilan; bila pasien belum inpartu dilakukan induksi persalinan

Persalinan Sc dilakukan apabila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontra indikasi persalinan pervaginam.

B. Eklampsia 1. Pengertian Istilah eklampsia berasal dari yunani yang berarti halilintar. Kata tersebut dipakai karena seolah-olah gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda yang lain. Eklampsia umunya timbul pada wanita hamil atau dalam nifas dalam tandatanda pre-eklampsia, timbul serangan kejang yang diikuti koma. Tergantung dari saat tibulnya eklampsia, di bedakans eklampsia gravidarum, eklampsia partunientum dan eklampsia puerperale. 2. Etiologi 3. Tanda dan gejala Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya pre-eklampsiadan terjadianya gejala-gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual yang hebat, nyeri di epigastrium, dan hiperefleksi. Bila keadaan ini tidak segera diobati akan timbul kejang. Terutama pada persalinan, bahaya ini besar. Konvulsi eklampsia di bagi menjadi 4 tingkatan: a. Tingkat awal (aura). Keadaan ini berlangsung kira-kira 30detik, mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke kiri dan kanan. b. Tingkat kejang tonik, berlangsung kurang dari 30 detik. Dalam tingkat in i seluruh otot menjadi kaku, wajahnya kelihatan kaku, tangan menggemgam, kaki membengkok ke dalam, pernapasan berhenti, muka mulai menjadi sianotik, lidah dapat tergigit, c. Tingkat kejang klonik, berlangsung antar 1-2 menit. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalm tempio yang cepat, mulut membuka dan menutup, lidah dapat tergigit, bola mata menonjol, dari mulut keluar ludah yang berbusa, muka menunjukkan kongesti dan sianosis, klien menjadi tidak sadar. d. Tingkat koma. Lama kesadaran tidak selalu sama. Secar perlahan-lahan penderita mulai sadar lagi, akantetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama serangan, TD meninggi, nadi cepat dan suhu meninggkat sampai 400C. 4. Patofisiologi 5. Pereriksaan penunjang 6. Komplikasi a. Solusio plasenta b. Hipofibrinogenia c. Hemolisis

d. Perdarahan otak e. Kelainan mata, kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung sampai satu minggu, perdarahan kadang-kadang terjadi padda retina. Hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apofleksia cerebri. f. Edema paru g. Nekrosis hati h. Syndroma HELLP i. Kelainan ginjal j. Komplikasi lain: lidah tergigit, trauma dan fraktur karena jatuh dan DIC. k. Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterine. 7. Penatalaksanaan Tujuan: Menhentikan/mencegah kejang Mempertahankan fungsi organ vital Koreksi hipoksia/asidosis Mengendalikan TD dalam batas aman Pengakhiran kehamilan Mencegah/mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi, untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin. Penatalaksanaan umum yang dilakukans pada ibu dengan eklampsia, addalh sebagai berikut; a. Ibu dirawat di rumah sakit dengan perawatan intensif. b. Penanganan kejang Hindari pemeriksaan yang berulang-ulang untuk mengurangi rangsangan kejang. Perlengkapan untuk penanganan kejang (jalan napas, suction, masker oksigen, oksigen untuk mempertahankan jalan napas yang bebas, pemberian oksigen, menghindari tergigitnya lidah). c. Pemberian cairan intravena d. Obat-obatan: antikejang (MgSo4) e. Sikap dasar : semua kehamilan dnegan eklampsia harus diakhiri tanpa memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Pertimbangannya adalah keselamatan ibu. Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi hemodinamika dan metabolisme ibu, cara terminasi dengan prinsip trauma ibu seminimal mungkin.

C. Asuhan keperawatan

Diagnosis 1. Gejala prodromal 2. Kejang tonik-kolik

Vous aimerez peut-être aussi