Vous êtes sur la page 1sur 7

Abstract Traumatic dental injuries and extensive caries may occur in immature tooth.

When this clinical situation presents itself, an assessment of the pulpal status and the degree of tooth development must be made in order to develop an appropriate treatment plan that is conducive for pulp to continuing root development and apical maturation. Tooth with minimal pulp injury and normal pulp can be treated with apexogenesis. The goal of apexogenesis is the preservation of vital pulp tissue so that continued root development with apical closure may occur. Keyword : apexogenesis, vital pulp, root development.

Pendahuan Dalam praktek klinis, keadaan

terkena karies, traumatik injuri, atau kasus lainnya. Khusus pada gigi permanen muda, pulpa berhubungan dengan kelanjutan apeksogenensis. Retensi jangka panjang pada gigi permanen membutuhkan akar dengan mahkota yang baik/ rasio akar dan dinding dentin cukup tebal untuk mempertahankan fungsi normal.2 Semua terapi pulpa dilakukan dengan rubber dam atau isolasi efektif lainnya untuk meminimalkan daerah kerja.1,2 kontaminasi bakteri dari

patologis pada gigi muda dengan pulpa vital yang perkembangannya belum sempurna merupakan kasus yang cukup jarang ditemui. Keadaan ini bisa disebabkan oleh traumatik injuri atau karies yang besar dan membutuhkan beberapa bentuk tindakan endodontik agar perkembangan akar dapat berlanjut. Dibutuhkan pemeriksaan status pulpa dan derajat perkembangan gigi yang adekuat untuk menentukan prioritas rencana perawatan yang juga kondusif untuk retensi gigi dalam jangka panjang.1,2 Tujuan utama dari perawatan pulpa adalah untuk memelihara kesatuan dan kesehatan gigi dan jaringan pendukungnya. Hal ini merupakan tujuan perawatan untuk mempertahankan kevitalan pulpa yang

Apeksogenesis Apeksogenesis adalah perawatan pada gigi permanen pulpa muda yang dengan terinflamasi mempertahankan pulpa yang vital dan/atau menyingkirkan

ireversibel yang bertujuan agar pembentukan akar dan pematangan apeks dapat dilanjutkan. Berikut tindakan-tindakan yang termasuk di dalam apeksogenesis : 1. Protective liner Indikasi: pada gigi dengan pulpa normal, ketika karies disingkirkan dan akan dilakukan pemasangan restorasi, bahan protective liner diletakkan pada daerah terdalam preparasi untuk meminimalkan injuri pada pulpa, jaringan, sensitivitas mendukung dan/atau paska penyembuhan meminimalkan perawatan Tujuan: memelihara kevitalan gigi,

Kevitalan eksterna sempurna

gigi atau

harus

dipertahankan. patologis melanjutkan

Tidak ada gambaran resorpsi interna atau perubahan akan lainnya. Gigi dengan akar yang belum perkembangan apeksogenesis. 3. Direct pulp cap Indikasi: pada gigi dengan lesi karies kecil atau terpapar karena tindakan mekanis dengan pulpa yang normal. Tujuan: vitalitas gigi dipertahankan. akarnya dan

Terbukti tidak dijumpai perubahan klinis atau keluhan seperti : sensitiv, sakit, atau pembengkakan paska perawatan. Penyembuhan pulpa dan pembentukan dentin reparatif terjadi. Terbukti juga tidak ada perubahan radiografis berupa resorpsi abnormal, sempurna perkembangan apeksogenesis. 4. Partial exposure Indikasi: pada gigi permanen muda dengan karies pulpa terbuka dimana pulpotomy for carious interna atau atau perubahan akan eksterna, patologis radiolusensi periapikal, kalsifikasi yang lainnya. Gigi dengan akar yang belum melanjutkan akarnya dan

mendukung penyembuhan jaringan, dan memfasilitasi pembentukan dentin tersier. 2. Indirect pulp treatment Indikasi: pada gigi permanen dengan diagnosa pulpa normal atau pulpitis tanpa keluhan atau dengan diagnosa pulpitis reversibel. Penegakan diagnosa dengan pemeriksaan radiografi dan pemeriksaan klinis dan prognosis gigi dapat sembuh dari gangguan karies. Tujuan: restorasi akhir dapat harus dapat menjaga bagian interna gigi termasuk dentin dari kontaminasi lingkungan oral.

perdarahan

pulpa

dikontrol

dalam

perubahan radiografis berupa resorpsi interna atau eksterna, radiolusensi periapikal, kalsifikasi yang abnormal, atau perubahan patologis lainnya. Gigi dengan akar yang belum sempurna akan melanjutkan perkembangan akarnya dan apeksogenesis. 6. Apexogenesis Apeksogenesis adalah waktu histologis untuk menggambarkan fisiologis kelanjutan dan perkembangan

beberapa menit. Gigi harus vital dengan diagnosis pulpa normal atau pulpitis reversibel. Tujuan: pulpa yang tertinggal diharapkan tetap vital setelah pulpotomi parsial. Seharusnya tidak ada tanda klinis yang merugikan atau keluhan seperti : sensitiv, sakit, atau pembengkakan. Tidak ada perubahan radiografis berupa resorpsi interna atau eksterna, radiolusensi periapikal, kalsifikasi yang abnormal, atau perubahan patologis lainnya. Gigi dengan akar yang belum sempurna akan melanjutkan perkembangan akarnya dan apeksogenesis. 5. Partial pulpotomy for traumatic

pembentukan apeks akar. Pembentukan apeks pada gigi permanen muda dapat diselesaikan dengan melakukan perawatan pulpa vital seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.2

exposures (Cvek pulpotomy) Indikasi: pada gigi permanen muda terutama dengan pembentukan akar yang belum sempurna dengan keadaan pulpa terbuka karena trauma. Perdarahan pulpa setelah penyingkiran jaringan pulpa yang terinflamasi harus dikontrol. Tujuan: pulpa yang tertinggal diharapkan tetap vital setelah pulpotomi parsial. Seharusnya tidak ada tanda klinis yang merugikan atau keluhan seperti : sensitiv, sakit, atau pembengkakan. Tidak ada Pulpotomi Pada umumnya kerusakan pada gigi permanen muda lebih banyak disebabkan oleh karies yang luas dan fraktur akibat traumatik injuri. Pada keadaan ini, jaringan pulpa bagian koronal biasanya telah rusak dan tidak bisa dipertahankan lagi. Jaringan pulpa bagian koronal yang terinfeksi dan mengalami inflamasi ireversibel dibersihkan agar vitalitas pulpa sehingga radikular dapat dapat terjadi dipertahankan,

apeksogenesis atau penutupan bagian apeks

dan terbentuk jembatan dentin. Perawatan ini disebut dengan pulpotomi. Pulpotomi merupakan perawatan pilihan untuk keadaan berikut : 1. terbuka 2. Pulpa terbuka yang dibiarkan Terjadi perdarahan yang tidak

tinggi dengan pendingin air secara terusmenerus. Cara pengambilan jaringan seperti ini menimbulkan cedera paling ringan pada pulpa di bawahnya, dan lebih diutamakan daripada ekskavasi dengan instrumen tangan atau penggunaan bur kecepatan rendah.
4. Dilakukan

dapat dikendalikan pada pulpa yang

irigasi

perlahan-lahan

dengan aliran air untuk membersihkan semua sisa dentin yang tertinggal. Cairan yang berlebih di bersihkan dengan hatihati menggunakan vakum atau butiran kapas yang steril. Pulpa yang terekspos tidak perlu dikeringkan dengan udara karena bisa menyebabkan desikasi atau kerusakan tambahan pada jaringan pulpa yang tertinggal.
5. Perdarahan setelah amputasi pulpa

lebih dari 24 jam. Sebelum pemeriksaan melakukan radiografis yang perawatan bertujuan

pulpotomi, terlebih dahulu harus dilakukan untuk memberikan informasi spesifik dalam hal perluasan lesi karies, perkembangan akar, keadaan patosis periradikular, resorpsi akar dan fraktur mahkota dan/atau akar.1-3

tidak boleh berlebihan atau menunjukkan Teknik Pulpotomi


1. Anestesi lokal, desinfeksi serta isolasi

warna

yang

abnormal.

Biasanya

perdarahan dapat dikendalikan dengan baik, dengan meletakkan butir kapas yang dibasahi larutan saline atau larutan anestesi lokal di atas potongan pulpa.
6. Setelah perdarahan berhenti, di atas

daerah kerja (dengan rubber dam). 2. Dibuat arah masuk dari tempat perforasi ke ruang pulpa dengan bur steril. Seluruh atap pulpa harus dibuang, tidak boleh ada dentin yang bergaung atau tanduk pulpa yang tertinggal. 3. Jaringan pulpa dalam ruang pulpa dipotong menggunakan bur kecepatan

potongan diikuti

pulpa dengan

diletakkan semen yang

kalsium cepat untuk dan

hidroksida (dengan ketebalan 1-2 mm) mengeras menghindari (dengan alasan

kebocoran/leakage

sebagai basis yang kaku agar restorasi bisa ditempatkan), selanjutnya gigi dapat direstorasi dengan restorasi sementara. Walaupun sampai restorasi dapat terbukti dilakukan bahwa restorasi perawatan dapat Kalsium permanen, namun lebih baik ditunggu

mungkin kelak diperlukan perawatan yang lebih agresif, misalnya apeksifikasi.3

Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan cara

berhasil, sehingga waktu dan biaya permanen dipertanggungjawabkan.

memantau dan membandingkannya dengan gambaran radiografis sebelum perawatan.

hidroksida yang diletakkan langsung di atas potongan pulpa radikular akan segera menstimulasi respon kalsifikasi di dekatnya, yang kelak akan terlihat pada radiograf sebagai jembatan radiopak di atas potongan pulpa. Jika perubahan degeneratif atau perubahan pulpa ireversibel tidak meluas ke dalam pulpa radikular, pulpa akan tetap vital dan penutupan akar akan tetap berhasil sampai selesai. 7. Evaluasi dilakukan setiap 3 bulan pada tahun pertama, dan setiap 6 bulan pada tahun ke 2 sampai 4 untuk menentukan tercapai dan jika pembentukan ada akar tidak tanda-tanda

Tanda-tanda keberhasilan apeksogenesis :


1. Tidak

ada

tanda-tanda/

gejala

penyakit pulpa (resorpsi interna) atau periapikal 2. Pembentukan dentin 3. Jembatan foto)
4. Gigi melanjutkan perkembangan akar

kalsifikasi

dibawah

Ca(OH)2 (bisa tidak terlihat di rontgen

dan

tertutupnya

foramen

apikal

(morfologi akar normal)1-5 Tiga tanda utama jika perawatan yang dilakukan gagal :
1.

kematian pulpa, resorpsi akar atau patosis pada periradikular.

Foramen

apikal

yang

8. Kepada orang tua dan anak harus

terbuka lebar

diinformasikan

bahwa

ada

resiko

perawatan yang tidak berhasil, dan

2.

Kanal

dengan

bentuk

Kesimpulan Tindakan apeksogenesis merupakan

taper terbalik (blunderbuss)


3.
3

Dinding dentin yang tipis1-

tindakan konservatif yang dilakukan pada gigi muda dengan pulpa vital yang bertujuan agar perkembangan akar dan penutupan apikal dari gigi tersebut dapat berlangsung

Sering dijumpai garis kalsifikasi yang progresif di sepanjang saluran akar setelah terbentuknya jembatan dentin. Hal ini dianggap sebagai suatu metamorfosa kalsium yang merupakan keadaan patologis yang dapat berlanjut sampai seluruh saluran akar tampak terkalsifikasi pada gambaran radiografis. Beberapa klinisi menganggap ini adalah upaya alamiah dalam menutup saluran akar sehingga efisien dalam pengerjaannya. Namun pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan adanya sisa-sisa pulpa yang menjadi nonvital karena terhentinya suplai darah dan dapat dimanfaatkan oleh bakteri untuk berkembang kelainan yang akhirnya pada menyebabkan patologi

kembali. Pada keadaan-keadaan pulpa koronal tidak dapat dipertahankan, tindakan perawatan yang dilakukan adalah amputasi pulpa (pulpotomi). Pulpotomi perawatan pertama dapat final yang terus bukanlah melainkan tujuannya berlangsung. merupakan perawatan hanya agar

perkembangan akar dan penutupan apeks Selanjutnya perawatan ke dua yang dapat dilakukan adalah pengisian saluran akar bila apeks sudah tertutup.

jaringan periapikal. Pada instrumentasi derajat keadaan sangat ini sulit tindakan dilakukan lanjut.

Daftar Pustaka
1. Barrington C. Apexogenesis in an

incompletely developed permanent tooth with pulpal exposure. J Oral Health 2003: 49,50, 53.
2. Clinical affairs committee pulp

sekalipun dengan penggunaan EDTA karena kalsifikasi yang sudah Dibutuhkan tindakan bedah periapeks dan pengisian retrograd atau gigi dicabut.4,5

therapy subcommittee. Guideline on pulp therapy for primary and immature

permanent teeth. American academy of pediatric dentistry. Reference manual V 33 No 6 11/12. Revised 2009: 212-9.
3. Budiyanti EA. Perawatan endodontik

pada anak. Jakarta: EGC, 2006: 50-5


4. Kennedy DB. Konservasi gigi anak.

Alih bahasa: Narlan sumawinata. Ed 3. Jakarta: EGC, 1992: 275-9.


5.

Harty FJ. Endodonti klinis. Alih

bahasa: Lilian yuwono. Ed 3. Jakarta: Hipokrates, 1992: 299-302.

Vous aimerez peut-être aussi