Vous êtes sur la page 1sur 11

Penyakit Antraks

Antraks disebabkan bakteri Bacillus anthracis. Bakteri ini umumnya menyerang hewan ternak seperti sapi, kambing, domba, atau kuda. Penularan biasanya terjadi dari hewan ke manusia, bukan dari manusia ke manusia. Bakteri antraks mempunyai daya tahan hidup yang sangat lama di dalam tanah, yaitu sekitar 48 tahun. Oleh karena itu, perlu penanganan khusus terhadap bangkai binatang yang mati karena antraks. Jenis antraks Penularan antraks dapat terjadi melalui tiga cara, yaitu melalui kulit, pencernaan, dan pernapasan. Cara penularan ini mempengaruhi jenis antraks yang timbul. Setidaknya dikenal tiga jenis antraks, yaitu antraks kulit, antraks saluran cerna, dan antraks saluran napas. Antraks Kulit Gejala antraks kulit biasanya berupa bintik coklat kemerahan yang semakin membesar. Bagian tengahnya berlubang dan berwarna kehitaman. Gejala kulit ini dapat disertai pembengkakan kelenjar limfe dan gejala-gejala seperti nyeri otot, sakit kepala, demam, mual, dan muntah. Antraks kulit biasanya sembuh setelah enam minggu. Tetapi, jika tidak mendapat antibiotik yang cocok, dapat terjadi kematian. Antraks Saluran Cerna Antraks saluran cerna timbul karena memakan daging yang terkontaminasi dan tidak dimasak dengan baik. Gejalanya berupa mual, hilang nafsu makan, diare berdarah, demam yang diikuti dengan nyeri perut. Bakteri antraks yang tertelan akan menembus dinding usus dan masuk ke dalam pembuluh darah. Kemudian menginfeksi seluruh tubuh dan menyebabkan kematian. Antraks Saluran Napas Gejala antraks saluran napas timbul perlahan-lahan; menyerupai penyakit flu. Beberapa hari kemudian, penyakit memburuk dan dapat terjadi kegagalan pernapasan, syok, koma, dan kematian. Antraks jenis ini paling mematikan. Setelah terhirup, bakteri antraks akan sampai di paru-paru lalu menuju kelenjar limfe. Di sinilah bakteri antraks memperbanyak diri dan menghasilkan racun mematikan. Walaupun telah diberikan antibiotik yang tepat, kematian akibat antraks saluran napas sering tidak dapat dihindari. Penyebabnya, antibiotik dapat membunuh bakteri antraks, tetapi tidak dapat menetralkan racun yang terlanjur di produksi. Antibiotik Sesegara Mungkin Pada sebagian kasus, pengobatan segera dapat menyembuhkan antraks. Antraks kulit dapat diobati dengan antibiotik seperti penisilin, tetrasiklin, eritromisin, atau siprofloksasin. Antraks saluran napas merupakan kedaruratan medik. Terapi antibiotik intravena segera dapat membantu

mencegah timbulnya kematian. Demikian pula dengan antraks saluran cerna. Pemberian antibiotik sesegera mungkin sangat penting. Hindari Kontak Tindakan untuk mencegah terkena antraks adalah menghindari kontak dengan hewan yang sakit. Perlu diingat bahwa kontak saja tidak diperbolehkan, apalagi memakannya. Selain itu, bangkai binatang yang dicurigai mati karena antraks sebaiknya dimusnahkan dengan cara dibakar, atau dikubur ditempat yang tidak produktif sehingga tidak dapat dijangkau oleh manusia. Bacaan: 1. http://en.wikipedia.org/wiki/Anthrax 2. http://www.medicinenet.com/anthrax/article.htm 3. http://emedicine.medscape.com/article/212127-overview
Antraks DEFINISI Antraks adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis, yang bisa menginfeksi kulit, paru-paru dan saluran pencernaan. Antraks sangat menular dan bisa berakibat fatal. Biasanya menyebar ke manusia dari hewan, terutama sapi, kambing dan domba. PENYEBAB Bakteri Bacillus anthracis.

Bakteri yang dorman (tidur) dapat bertahan hidup di dalam tanah dan produk hewan

(misalnya wol) selama berpuluh-puluh tahun. Infeksi biasanya masuk melalui kulit, tetapi bisa juga berasal dari daging yang tercemar atau karena menghirup spora maupun bakteri. GEJALA Gejala bisa muncul dalam waktu 12 jam - 5 hari setelah terpapar oleh bakteri. Infeksi kulit berawal sebagai benjolan merah-coklat yang membesar disertai pembengkakan di sekelilingnya. Benjolan berubah menjadi lepuhan dan mengeras, kemudian tengahnya pecah dan mengeluarkan cairan bening, lalu membentuk keropeng yang hitam. Kelenjar getah bening di daerah yang terkena bisa membengkak, dan penderita merasakan tidak enak badan, kadang ototnya terasa sakit, sakit kepala, demam, mual dan muntah. Antraks pulmoner (penyakit woolsorter) terjadi akibat menghirup spora dari bakteri antraks. Spora membelah diri di dalam kelenjar getah bening yang terletak di dekat paru-paru. Kelenjar getah bening kemudian pecah dan berdarah, menyebarkan infeksi ke struktur terdekat di dalam dada. Di dalam paru-paru dan di dalam rongga antara paru-paru dan dinding dada tertimbun cairan yang terinfeksi. Pada mulanya, gejalanya samar-samar dan menyerupai flu. Tetapi selanjutnya, demam semakin memburuk dan dalam beberapa hari terjadi gangguan pernafasan yang hebat, yang diikuti oleh syok dan koma. Juga bisa terjadi infeksi otak dan selaputnya (meningoensefalitis). Meskipun diberikan pengobatan dini, jenis antraks ini hampir selalu berakibat fatal. Antraks gastrointestinalis jarang terjadi. Bakteri dapat tumbuh ke dalam dinding usus dan melepaskan racun yang menyebabkan perdarahan luas dan kematian jaringan. Jika menyebar ke dalam aliran darah, infeksi ini bisa berakibat fatal. DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya, didukung adanya riwayat kontak dengan hewan. Untuk mendiagnosis infeksi paru-paru, bisa diambil contoh dahak untuk dibiakkan; tetapi laboratorium tidak selalu dapat menemukan bakteri penyebabnya. PENGOBATAN Infeksi kulit diobati dengan suntikan penisilin atau dengan tetrasiklin maupun eritromisin per-oral. Infeksi paru-paru diobati dengan penisilin intravena. Kortikosteroid digunakan untuk mengurangi peradangan paru-paru.

Jika pengobatan tertunda (biasanya karena diagnosisnya belum pasti), maka kemungkinan akan terjadi kematian. PENCEGAHAN Orang-orang yang memiliki resiko tinggi kontak dengan hewan (misalnya dokter hewan, teknisi laboratoriuim dan pekerja pemintalan tekstil yang mengolah bulu binatang) bisa mendapatkan vaksinasi.

Antraks adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas.[1] Antraks bermakna "batubara" dalam bahasa Yunani, dan istilah ini digunakan karena kulit para korban akan berubah hitam. Antraks paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.[1] Penyakit ini bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat ditularkan antara sesama manusia.[1]

Faktor virulensi
Faktor virulensi dari penyakit ini disebabkan oleh B. anthracis yang berasal dari kapsul dan toksin. Kapsul dari B. anthracis terdiri dari poly D-glutamic acid yang tidak berbahaya (non toksik) bagi dirinya sendiri.[2] Kapsul ini dihasilkan oleh plasmid pX02 dan berfungsi untuk melindungi sel dari fagositosis dan lisis.[2] Toksin yang dihasilkan oleh B. anthracis berasal dari plasmid pX01 yang memiliki AB model (activating dan binding). Toksin dari B. anthracis terdiri dari tiga jenis, yaitu protective antigen (PA) yang berasal dari kapsul poly D- glutamic acid, edema factor (EF), dan lethal factor (LF).[2] Ketiga toksin ini tidak bersifat racun secara individual, namun dapat bersifat toksik bahkan letal jika ada dua atau lebih. Toksin PA dan LF akan mengakibatkan aktivitas yang letal, EF dan PA akan mengakibatkan penyakit edema (nama lain dari penyakit anthrax), toksin EF dan LF akan saling merepresi (inaktif), sedangkan jika ada ketiga toksin tersebut (PA, LF, dan EF), maka akan mengakibatkan edema, nekrosis dan pada akhirnya mengakibatkan kematian (letal).[2] Bila spora anthrax masuk ke dalam tubuh dan kemudian sudah tersebar di dalam peredaran darah, akan tercipta suatu mekanisme pertahanan dari sel darah putih, namun sifatnya hanya sementara.[3] Setelah spora dari pembuluh darah terakumulasi dalam sistem limpa, maka infeksi akan mulai terjadi.[3] Racun dari toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif tersebut akan mengakibatkan pendarahan internal (internal bleeding) sehingga mengakibatkan kerusakan pada beberapa jaringan bahkan organ utama. Jika racun dari toksin tersebut telah tersebar, maka antibiotik apapun tidak akan berguna lagi.[3] Penularan dan gejala Manusia dapat terinfeksi bila kontak dengan hewan yang terkena anthraks, dapat melalui daging, tulang, kulit, maupun kotoran. Meskipun begitu, hingga kini belum ada kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang yang mengidap antraks Infeksi antraks jarang terjadi namun hal yang sama tidak berlaku kepada herbivora-herbivora seperti ternak, kambing, unta, dan antelop. Antraks dapat ditemukan di seluruh dunia. Penyakit ini

lebih umum terjadi di negara-negara berkembang atau negara-negara tanpa program kesehatan umum untuk penyakit-penyakit hewan. Beberapa daerah di dunia seperti (Amerika Selatan dan Tengah, Eropa Selatan dan Timur, Asia, Afrika, Karibia dan Timur Tengah) melaporkan kejadian antraks yang lebih banyak terhadap hewan-hewan dibandingkan manusia. Antraks biasa ditularkan kepada manusia disebabkan pengeksposan kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang dikeringkan. Pekerja yang tertular kepada hewan yang mati dan produk hewan dari negara di mana antraks biasa ditemukan dapat tertular B. anthracis, dan antraks dalam ternakan liar dapat ditemukan di Amerika Serikat. Walaupun banyak pekerja sering tertular kepada jumlah spora antraks yang banyak, kebanyakan tidak menunjukkan simptom.

Penjangkitan
Antraks dapat memasuki tubuh manusia melalui usus, paru-paru (dihirup), atau kulit (melalui luka). Antraks tidak mungkin tersebar melalui manusia kepada manusia. Bakteri B. anthracis ini termasuk bakteri gram positif, berbentuk basil, dan dapat membentuk spora. Endospora yang dibentuk oleh B. anthracis akan bertahan dan akan terus berdormansi hingga beberapa tahun di tanah. Di dalam tubuh hewan yang saat ini menjadi inangnya tersebut, spora akan bergerminasi menjadi sel vegatatif dan akan terus membelah di dalam tubuh. Setelah itu, sel vegetatif akan masuk ke dalam peredaran darah inangnya. Proses masuknya spora anthrax dapat dengan tiga cara, yaitu :
1. inhaled anthrax, dimana spora anthrax terhirup dan masuk ke dalam saluran pernapasan. 2. cutaneous anthrax, dimana spora anthrax masuk melalui kulit yang terluka. Proses masukkanya spora ke dalam manusia sebagian besar merupakan cutaneous anthrax (95% kasus). 3. gastrointestinal anthrax, dimana daging dari hewan yang dikonsumsi tidak dimasak dengan baik, sehingga masih megandung spora dan termakan.

Simptom
Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau merah, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Sedangkan, gejala antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan di sekitarnya membengkak, dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit. Tipe kulit terjadi setelah mengomsumsi daging yang terkena antraks. Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir, dan berbau.

Penanganan
Secara umum, perawatan untuk penyakit anthrax dapat dilakukan dengan pemberian antibiotik, biasanya penisilin, yang akan menghentikan pertumbuhan dan produksi toksin.[4] Pemberian antitoksin akan mencegah pengikatan toksin terhadap sel.[4] Terapi tambahan, seperti sedation (pemberian obat penenang).[4] Namun, pada level toksin sudah menyebar dalam pembuluh darah dan telah menempel pada jaringan maka toksin tidak dapat dinetralisasi dengan antibiotik apapun. [4] Walaupun dengan pemeberian antitoksin, antibiotik, atau terapi, pasien tentu mempunyai rasio kematian.[4]

Jenis-jenis
Ada 4 jenis antraks yaitu[5] :

antraks kulit. antraks pada saluran pencernaan. antraks pada paru-paru. antraks meningitis.

1. Todar K. 2005. Bacillus anthracis and anthrax. [terhubung berkala]. http://www.textbookofbacteriology.net/Anthrax.html [31 Mei 2008]. 2. Dixon TC, Meselson M, Guillemin J, Hanna PC. 1999. Anthrax. N Engl J Med. 341(11):815-26 3. Madigan M; Martinko J (editors). (2005). Brock Biology of Microorganisms (edisi ke-11th). Prentice Hall. 4. Santamaria J, Toranzos GA. 2003. Enteric pathogens and soil. Int Microbiol 6:5-9. 5. [MedicineNet] .2010. Anthrax. [terhubung berkala] http://www.medicinenet.com/anthrax/article.htm [13 Mei 2010].

Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Antraks pada Manusia


PENDAHULUAN Penyakit Antraks merupakan penyakit menular yang umumnya menyerang hewan ( herbivora ) dan dapat menyebabkan kesakitan sampai kematian pada manusia. Dalam keadaan sehari-hari penyakit ini sangat jarang dijumpai pada manusia. Hal ini disebabkan karena pada umumnya kesakitan pada manusia selalu berhubungan dengan kejadian kesakitan pada hewan ternak dalam skala wabah, atau kontak manusia dengan ternak dan produknya didaerah endemis. Angka resiko terinfeksi pada

manusia berkisar 1/ 100.000 dan sebagian besar merupakan antraks kulit (cutaneous anthrax). (Kenneth,1999) Oleh karena jarangnya penyakit ini pada manusia menyebabkan lemahnya sector medis dalam mendeteksi secara dini (early detection) gejala penyakit dan melakukan pengobatan yang tepat (prompt treatment) sehingga menyebabkan terjadinya keterlambatan penanganan yang dapat menyebabkan bertambah beratnya penyakit sampai dengan tingkat kematian. Dalam upaya untuk mengeleminir penyakit ini perlu kiranya dilakukan sosialisasi sekaligus pengenalan manifestasi klinis sekaligus bagaimana pengobatan dan pencegahannya bagi tenaga medis khususnya yang berada di wilayah endemis dan perbatasan. PENANGANAN PENYAKIT Penanganan yang baik senantiasa harus berpedoman pada pengamatan komprehensif. Sehubungan dengan penanganan penyakit antraks ini perlu kiranya dilakukan : Anamnesa terarah Suatu early diagnosis (diagnosa dini) penyakit antraks umumnya sulit ditegakkan karena pada awalnya menunjukkan gejala dan tanda yang bersifat umum. Seperti demam subfebris, sakit kepala, kelainan kulit, akut abdomen dan sesak nafas. Yang mudah ditegakkan adalah bila gejala penyakit tersebut sudah menampakkan tanda pathognomonik seperti ?eschar? pada antraks kulit.Oleh karena sebagian besar manifestasi klinis penyakit antraks adalah antraks kulit (90%) , ( Marc, La Force, 1994) ; maka umumnya penderita datang dengan keluhan demam, sakit kepala disertai tumbuhnya papel yang gatal atau vesikel yang berisi cairan. Pada keadaan seperti inilah perlu dilakukan anamnesa terarah seperti : Riwayat sering kontak dengan ternak atau produknya (kulit, tulang). Riwayat kontak dengan ternak sakit Riwayat mengkonsumsi daging ternak sakit Status pekerjaan (petani ladang, peternak, RPH, penyamak kulit). Tidak kalah pentingnya bagi kalangan medis adalah mengetahui dimana dia berada, di wilayah endemis atau perbatasan. Pengenalan penyakit Mendeteksi secara dini penyakit antraks dapat mudah dilakukan bila kalangan medis sudah pernah melihat secara langsung kelainan pathognomonis yang ada seperti eschar pada kulit, yaitu kerak hitam yang berada ditengah ulkus yang mongering. Untuk mengenal penyakit antraks tersebut maka harus diketahui manifestasi klinisnya. Antraks kulit Keluhan penderita : demam subfebris, sakit kepala. Pada pemeriksaan, umumnya di daerah terbuka seperti muka, leher, lengan dan tangan ditemukan kelainan berupa papel, vesikel yang berisi cairan dan jaringan nekrotik berbentuk ulsera yang ditutupi oleh kerak berwarna hitam, kering yang disebut eschar ( pathognomonik ) disekitar ulkus, sering didapatkan eritema dan edema. Pada perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk ( non pitting ) bila ditekan, disebut juga malignant pustule.

Antraks saluran pencernaan Keluhan penderita : rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak napsu makan, suhu badan meningkat, hematemesis. Pemeriksaan fisik : perut membesar dan keras, dapat berkembang menjadi ascites dan edema scrotum. Antraks paru-paru Keluhan penderita : demam subfebris, batuk non produktif, lesu, lemah. Dalam 2 ? 4 hari gangguan pernafasan menjadi hebatdisertai suhu yang meningkat, sianosis. Dispneu, keringat berlebihan, detak jantung menjadi lebih cepat. Pemeriksaan fisik : edema subkutan di daerah dada dan leher. Antraks meningitis : akibat dari komplikasi bentuk antraks yang lain. Gejala klinis seperti randang otak maupun selaput otak yaitu demam, sakit kepala hebat, kejang, penurunan kesadaran, kaku kuduk. PENGOBATAN Penisilin merupakan obat antibiotika yang paling ampuh untuk penderita antraks yang alami dan jarang resisten. Pengobatan penderita/ tersangka antraks, tergantung dari tipe atau gejala klinisnya yaitu; Antraks kulit ; Prokain penisilin 2 x 1,2 juta IU diberikan secara IM selama 5 s.d 7 hari. Atau dapat juga dengan menggunakan benzil penicillin 2500 IU secara IM setiap 6 jam. Perlu diperhatikan mengingat drug of choise untuk antraks adalah penicillin sehingga sebelum diberikan suntikan harus dilakukan skin test terlebih dahulu. Bila penderita/ tersangka hipersensitif terhadap penisilin dapat diganti dengan memberikan tetrasiklin, klorampenikol atau eritromisin. Antraks intestinal dan pulmonal Penisilin G 18 ? 24 juta IU / hari, IVFD ditambah dengan streptomisin 1 ? 2 gram untuk tipe pulmonal, dan untuk tipe gastro intestinal tetrasiklin 1 gram/ hari. Terapi supportif dan simptomatis perlu diberikan, biasanya plasma ekspander dan regiment vasopresor bila diperlukan. (Nalin, dkk 1977), antraks intestinal menggunakan klorampenikol 6 garam/ hari selama 5 hari, kemudian diteruskan 4 gram/ hari selama 18 hari, diteruskan dengan eritromisin 4 garam/ hari untuk menghindari supresi sumsum tulang Antraks pulmonal oleh karena bioterrorism o Pengobatan profilaksis ( terpapar ) ; Type Pengobatan Dewasa Anak-anak

Pengobatan awal Ciprofloxacin, dosis 500 mg, setiap 12 jam Atau Doxycycline, 100 mg oral, 2 kali/hari Ciprofloxacin, 10-15 mg per Kg BB, oral setiap 12 jam Atau Doxycycline, 100 mg per oral, 2 kali/ hari ( > 8 th dan > 45 th) Pengobatan Optimal Amoxicilin 500 mg per oral setiap 8 jam Atau Doxycycline, 100 mg oral, setiap 12 jam Amoxicilin 500 mg per oral setiap 8 jam ( BB > 20 kg) Untuk BB < 20 kg diberikan 40mg/kg BB per oral dibagi 3 dosis ( setiap 8 jam ) Pengobatan terhadap klinis antraks Type Pengobatan Dewasa Anak-anak Pengobatan awal Ciprofloxacine, dosis 400 mg, intra vena setiap 1 jam Ciprofloxacin, 20-30 mg, per kg BB per hari ( IV ), dibagi 2 dosis Pengobatan Optimal Penicilin G, 4 juta U, intra vena setiap 4 jam Atau Doxycycline, 100 mg Intra Vena , setiap 12 ja Ciprofloxacin, 20-30 mg, per kg BB per hari setiap 12 jam Atau Penicilin G, 50.000 Unit, intra vena setiap 6 jam ( 12 th diberikan Penicilin G, 4 juta U, intra vena setiap 4 hari Catatan : lamanya pengobatan sampai dengan 60 hari Sumber : Departement of Medicine, Bullfinch 127, Massachusetts Generak HospitL, 55Fruit St, Boston, MA 02114-2696 Children And Antrax : A fact Sheet For Clinicion, Nov 7 Th, 2001, U.s Deparrtment OF Health and Human Services, CDC ATLANTA. PENANGANAN DI RUMAH SAKIT

Penderita antraks yang dirujuk ke RS umumnya penderita yang penyakitnya makin memburuk seperti septikemi, syok, dehidrasi. Untuk itu penanganannya adalah: Rawat di ruang isolasi Tindakan medik dan pemberian obat-obatan simptomatis/ supportif Pemberian antibiotik Desinfeksi terhadap ekreta dan sekreta yang dikeluarkan penderita Pengambilan dan pengiriman spesimen ke Laboratorium PENCEGAHAN Hindari kontak langsung dengan bahan atau makanan yang berasal dari hewan yang dicurigai terkena antraks. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan Cuci sayuran/ buah-buahan sebelum dimakan Memasak daging sampai matang sempurna Vaksinasi antraks ( penggunaannya selektif dan efek samping tinggi ).

Penderita Suspek Antraks

Vous aimerez peut-être aussi