Vous êtes sur la page 1sur 5

ANALISIS PASAL-PASAL DARI UU No.

5 TAHUN 2011 TENTANG AKUNTAN PUBLIK YANG BERKAITAN DENGAN KODE ETIK Menurut kelompok kami dari pasal-pasal yang ada di UU No. 5 Tahun 2011 tentang akuntan publik yang berkaitan dengan kode etik profesi dan kami analisis sebagai berikut : Pasal 28 (1) Dalam memberikan jasa asurans sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Akuntan Publik dan KAP wajib menjaga independensi serta bebas dari benturan kepentingan. (2) Benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi antara lain, apabila: a. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi mempunyai kepentingan keuangan atau

memiliki kendali yang signifikan pada klien atau memperoleh manfaat ekonomis dari klien; b. Akuntan Publik atau Pihak Terasosiasi memiliki hubungan kekeluargaan dengan pimpinan, direksi, pengurus, atau orang yang menduduki posisi kunci di bidang keuangan dan/atau akuntansi pada klien; dan/atau c. Akuntan Publik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan jasa lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dalam periode yang sama atau untuk tahun buku yang sama. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai benturan kepentingan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri setelah berkonsultasi dengan Komite Profesi Akuntan Publik.

Menurut kami pasal ini berkaitan dengan kode etik karena : Ayat pertama membahas tentang independensi dan benturan kepentingan yang tertera pada prinsip-prinsip kode etik profesi seorang akuntan publik yaitu bahwa setiap praktisi akuntan publik wajib menjaga ketegasan, kejujuran serta independensi dalam menjalin hubungan professional serta hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya dan juga tidak boleh membiarkan subjektivitas dan benturan kepentingan atau pengaruh yang tidak layak dari pihakpihak lain dapat mempengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan bisnisnya.

Ayat kedua membahas tentang maksud dari benturan kepentingan karena hal ini berkaitan dengan kepatuhan terhadap prinsip dasar etika profesi yang dapat terancam oleh berbagai situasi, seperti adanya ancaman kepentingan pribadi sebagai akibat dari kepentingan keuangan (suatu penyertaan dalam saham atau efek ekuitas lainnya, atau suatu pemerolehan hutang, pinjaman, atau instrument hutang lainnya, dari suatu entitas, termasuk hak dan kewajiban untuk mendapatkan penyertaan atau pemerolehan tersebut serta hasil yang terkait secara

langsung dengannya), maupun kepentingan lainnya dari praktisi maupun anggota keluarga langsung (suami atau istri atau orang yang menjadi tanggungan), atau anggota keluarga dekat (orang tua, anak, saudara kandung yang bukan merupakan anggota keluarga langsung) dari praktisi akuntan publik. adanya ancaman kedekatan yang terjadi ketika praktisi akuntan publik terlalu bersimpati terhadap kepentingan pihak laik sebagai akibat dari kedekatan hubungannya. Serta adanya ancaman intimidasi dari pihak lain yang menghalangi praktisi akuntan publik untuk bersikap objektif. Dan terkait dengan pemberian jasa seorang praktisi akuntan publik harus menjelaskan jika ada keterbatasan jasa profesional yang diberikan kepada klien, pemberi kerja, atau pengguna jasa profesional lainnya untuk menghindari terjadinya kesalahtafsiran atas pernyataan pendapat yang terkait dengan jasa profesional yang diberikan. Pasal 29 (1) Akuntan Publik dan/atau Pihak Terasosiasi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang

diperolehnya dari klien. (2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan apabila digunakan untuk

kepentingan pengawasan oleh Menteri. (3) Menteri wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperolehnya dari Akuntan Publik

dan/atau Pihak Terasosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Menurut kami pasal 29 berkaitan dengan kode etik adalah ayat 1 dimana sudah seharusnya setiap praktisi akuntan publik itu wajib untuk menjaga kerahasiaan segala informasi yang diperoleh sebagai hasil dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya, serta tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa persetujuan klien atau pemberi kerja dan informasi rahasia juga tidak boleh digunakan oleh praktisi akuntan publik

untuk mendapatkan kepentingan pribadinya atau pihak ketiga. Setiap praktisi harus menjaga prinsip kerahasiaan dalam lingkungan sosialnya dan harus waspada terhadap kemungkinan pengungkapan yang tidak disengaja, terutama dalam situasi yang melibatkan hubungan jangka panjang dengan rekan bisnis maupun anggota keluarga langsung atau anggota keluarga dekatnya. Pasal 30 (1) Akuntan Publik dilarang: a. memiliki atau menjadi Rekan pada lebih dari 1 (satu) KAP; b. merangkap sebagai: 1. pejabat negara; 2. pimpinan atau pegawai pada lembaga pemerintahan, lembaga negara, atau lembaga lainnya yang dibentuk dengan peraturan perundang-undangan; atau 3. jabatan lain yang mengakibatkan benturan kepentingan; c. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), untuk jenis jasa pada periode yang sama yang telah dilaksanakan oleh Akuntan Publik lain, kecuali untuk melaksanakan ketentuan undang-undang dan peraturan pelaksanaannya; d. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3) dalam masa pembekuan izin; e. memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3) melalui KAP yang sedang dikenai sanksi administratif berupa pembekuan izin; f. memberikan jasa selain jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3) melalui KAP; g. melakukan tindakan yang mengakibatkan kertas kerja dan/atau dokumen lain yang berkaitan dengan pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) tidak dapat dipergunakan sebagaimana mestinya; h. menerima imbalan jasa bersyarat; i. menerima atau memberikan komisi; atau j. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan. (2) Larangan merangkap jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikecualikan bagi Akuntan Publik yang merangkap sebagai pimpinan atau pegawai pada lembaga

pendidikan bidang akuntansi dan lembaga yang dibentuk dengan undang-undang untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab untuk kepentingan profesi di bidang akuntansi. Menurut kami point dari pasal 30 yang berkaitan dengan kode etik profesi adalah ayat 1 point h dan I yaitu menerima imbalan jasa bersyarat dan menerima atau memberikan komisi karena hal ini dapat menimbulkan ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi seperti adanya ancaman kepentingan pribadi terhadap objektivitas, independensi, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional seorang praktisi akuntan publik yang dapat terjadi ketika menerima imbalan atau komisi atau bentuk remunerasi lainnya yang dinilai dapat mempengaruhi keputusan untuk memperoleh informasi atau juga bisa terjadi ancaman intimidasi yang dapat terjadi sehubungan dengan kemungkinan dipublikasikannya penerimaan hadiah tersebut..

Pasal 31 (1) KAP dilarang: a. melakukan kerja sama dengan KAPA atau OAA yang telah melakukan kerja sama dengan KAP lain; b. mencantumkan nama KAPA atau OAA yang status terdaftar KAPA atau OAA tersebut pada Menteri dibekukan atau dibatalkan; c. memiliki Rekan non-Akuntan Publik yang tidak terdaftar pada Menteri; d. membuka kantor dalam bentuk lain, kecuali bentuk kantor cabang; e. membuat iklan yang menyesatkan. Akuntan Publik dan/atau KAP dilarang mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak Terasosiasi yang tercantum pada daftar orang tercela dalam pemberian jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) dan ayat (3). Menurut kami point dari pasal 31 yang berkaitan dengan kode etik adalah ayat 1 point e, karena setiap praktisi akuntan publik tidak boleh mendiskreditkan profesinya dengan memasarkan jasa profesionalnya dalam bentuk iklan atau bentuk pemasaran lainnya seperti membuat pernyataan yang berlebihan mengenai jasa professional yang dapat diberikan, kualifikasi yang dimiliki, atau pengalaman yang diperoleh karena hal ini dapat menyebabkan terjadinya ancaman kepentingan pribadi terhadap kepatuhan professional yang dapat terjadi

ketika jasa profesional, hasil pekerjaan yang ditawarkan oleh seorang akuntan publik tidak sesuai dengan prinsip profesional.

Pasal 55 Akuntan Publik yang: a. melakukan manipulasi, membantu melakukan manipulasi, dan/atau memalsukan data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf j; atau b. dengan sengaja melakukan manipulasi, memalsukan, dan/atau menghilangkan data atau catatan pada kertas kerja atau tidak membuat kertas kerja yang berkaitan dengan jasa yang diberikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) sehingga tidak dapat digunakan sebagaimana mestinya dalam rangka pemeriksaan oleh pihak yang berwenang dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). Menurut kami pasal 55 ini termasuk dalam kode etik profesi karena kami menilai pasal ini tidak menghargai integritas profesi akuntan yang seharusnya mengedepankan prinsip etika dasar akuntan publik yang harus bekerja dengan jujur dan adil dalam hubungan profesionalnya karena telah menyalahgunakan informasi atau data yang diberikan oleh klien demei kepentingan pribadi.

Vous aimerez peut-être aussi