Vous êtes sur la page 1sur 22

A.

Jenis-Jenis Kredit
Kredit oleh bank atau lembaga keuangan lainnya di berikan kepada orang dan lembaga yang memerlukannya di bedakan dalam beberapa jenis kredit. Pembedaan jenis-jenis kredit sangat diperlukan dalam rangka setting kredit yang akan dilakukan oleh bank. Terdapat banyak jenis kredit yang di berikan oleh bank umum dan bank perkreditan rakyat maupun lembagu keuangan lainnya untuk masyarakat terdiri dari beberapa jenis yaitu :

1. Dilihat Dari Segi Tujuan Pegunaannya

a. Kredit Produktif
y

Kredit investasi Yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang atau jasa bagi usaha yang bersangkutan. Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang baru akan berdiri untuk keperluan membangun pabrik baru.

Kredit modal kerja Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha, termasuk guna menutupi biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi atau penjualan. Kredit ini diberikan kepada perusahaan yang telah berdiri, namun membutuhkan dana untuk meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Misalnya dalam hal membayar gaji pegawai atau unutk membeli bahan baku.

b. Kredit Konsumtif Adalah kredit yang diberikan digunakan untuk konsumsi secara pribadi. Dalam kredit ini tidak akan menembah barang atau jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai aleh seseorang atau badan usaha.

2. Dilihat Dari Segi Sektor Usaha

a. Kredit pertanian Diberikan untuk membiayai sektor perkebunan atau pertanian rakyat. b. Kredit peternakan Diberikan untuk jangka pendek misalnya untuk peternakan ayam dan jangka panjang misalnya untuk kambing ataupun sapi. c. Kredit industri Diberikan untuk membiayai industri kecil, menengah atau besar. d. Kredit perumahan Diberikan untuk membiayai pembangunan atau pembelian rumah.

3. Kredit Ditinjau Dari Segi Jangka Waktu a. Kredit jangka pendek Yaitu suatu kredit yang diberikan tidak melebihi jangka waktu 1 tahun. b. Kredit jangka menengah Yaitu suatu kredit yang diberikan dengan jangka waktu 1 3 tahun. c. Kredit jangka panjang Yaitu suatau kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 tahun.

4. Kredit Ditinjau Dari Segi Jaminannya a. Kredit dengan jaminan Adalah suatu kredit yang diberikan dengan suatu jaminan, baik berupa barang / benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan orang. b. Kredit tanpa jaminan Adalah suatu kredit yang diberikan tanpa jaminan baik berupa barang / benda berwujud atau tidak berwujud, dan atau jaminan orang.

B. Penyelesaian Kredit Bermasalah


Sepandai apapun analisis kredit dalam menganalisis setiap permohonan kredit, kemungkinan kredit tersebut macet pasti ada, hal ini disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut:

1. Dari pihak perbankan Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analis krdit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.

2. Dari pihak nasabah Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu:

a. Adanya unsur kesengajaan Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak bermaksud membayar kewajibannya kepada bank sehingga kredit yang diberikannya macet. Dapat dikatakan tidak adanya unsur kemauan untuk membayar.

b. Adanya unsur tidak sengaja Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Sebagai contoh kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, kena hama, kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada. Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian.

Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga bank tidak mengalami kerugian.

Penyelamatan terhadap kredit macet dilakukan dengan cara antara lain:

1. Rescheduling a. Memperpanjang jangka waktu kredit Dalam hal ini si debitur diberikan keringanan dalam masalah jangka waktu kredit misalnya perpanjangan jangka waktu kredit dari 6 bulan menjadi satu tahun sehingga si debitur mempunyai waktu yang lebih lama untuk mengembalikannya. b. Memperpanjang jangka waktu angsuran Memperpanjang angsuran hampir sama dengan jangka waktu kredit. Dalam hal ini jangka waktu angsuran kreditnya diperpanjang pembayarannya pun misalnya dari 36 kali menjadi 48 kali dan hal ini tentu saja jumlah angsuran pun menjadi mengecil seiring dengan penambahan jumlah angsuran.

2. Reconditioning Dengan cara mengubah berbagai persyaratan yang ada seperti; a. Kapitalisasi bunga, yaitu bunga dijadikan hutang pokok. b. Penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu. Dalam hal penundaan pembayaran bunga sampai waktu tertentu, maksudnya hanya bunga yang dapat ditunda apembayarannya, sedangkan pokok pnjamannya tetap harus dibayar seperti biasa. c. Penurunan suku bunga. Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika bunga per tahun sebelumnya dibebankan 20 % diturunkan menjadi 18 %. Hal ini tergantung dari pertimbangan yang bersangkutan. Penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat membantu meringankan nasabah. d. Pembebasan bunga. Dalam pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

3. Restructuring a. Dengan menambah jumlah kredit b. Dengan menambah equity Yaitu dengan: - Dengan menyetor uang tunai - Tambahan dari pemilik 4. Kombinasi Merupakan kombinasi dari ketiga jenis yang diatas. 5. Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan jalan terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak punya itikad baik ataupun sudah tidak mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya.

C. Penggolongan Kualitas Kredit


1. Lancar, yaitu prospek usaha yang memiliki kondisi/prospek usaha sebagai berikut: Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang baik. Pasar yang stabil dan tidak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. Persaingan yang terbatas, termasuk posisi yang kuat dalam pasar Manajemen yang sangat baik Perusahaan afiliasi atau group stabil dan mendukung usaha Tenaga kerja yang memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan

2. Dalam perhatian khusus, yaitu prospek usaha yang memiliki kondisi/prospek usaha sebagai berikut: Industri atau kegiatan usaha memiliki potensi pertumbuhan yang terbatas. Posisi di pasar yang baik dan tidak banyak dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. Pangsa pasar yang sebanding dengan pesaing

Manajemen yang baik Perusahaan afiliasi atau group tidak stabil dan tidak memiliki dampak yang memberatkan terhadap debitur Tenaga kerja yang pada umumnya memadai dan belum pernah tercatat mengalami perselisihan atau pemogokan

3. Kurang lancar, yaitu prospek usaha yang memiliki kondisi/prospek usaha sebagai berikut: Industri atau kegiatan usaha yang menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat terbatas atau tidak mengalami pertumbuhan Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. Posisi di pasar cukup baik tetapi banyak pesaing, namun dapat pulihkembali jika melaksanakan strategi Manajemen yang cukup baik Hubungan dengan perusahaan afiliasi atau group mulai memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur Tenaga kerja berlebihan namum hubungan pimpinan dan karyawan pada umumnyabaik.

4. Diragukan, yaitu prospek usaha yang memiliki kondisi/prospek usaha sebagai berikut: Industri atau kegiatan usaha yang menurun. Pasar dipengaruhi oleh perubahan kondisi perekonomian. Persaingan usaha sangat ketat dan operasional perusahaan mengalami perusahaan yang serius. Manajemen yang kurang berpengalaman Perusahaan afiliasi atau group telah memberikan dampak yang memberatkan terhadap debitur Tenaga kerja berlebihan dalam jumlah yang besar sehingga dapat menimbulkan keresahan.

5. Macet, yaitu prospek usaha yang memiliki kondisi/prospek usaha sebagai berikut: Kelangsungan usaha sangat diragukan, industri mengalami penurunan dan sulit untuk pulih kembali Kemungkinan besar kegiatan usaha akan terhenti Kehilangan pasar sejalan dengan kondisi perekonomian yang menurunan Manajemen sangat lemah Perusahaan afiliasi sangat merugikan debitur Terjadi pemogokan tenaga kerja yang sulit diatasi.

D. Analisis Kredit
Tahap yang paling menentukan dalam analisis dan pengambilan keputusan pemberian kredit adalah penentuan layak atau tidak permohonan kredit calon debitur. Di sisi pihak bank, khususnya AO dituntut objektif dan konsisten atas hasil analisa dengan berpegang pada prinsipprinsip kelayakan kredit.

Dalam dunia perbankan prinsip analisis kredit dikenal dengan konsep 5C; yaitu :

1. Character (watak)

AO harus mencari tahu sifat-sifat dari calon debitur. Hal ini terutama berhubungan dengan kemauan dari calon debitur untuk melakukan kewajiban-kewajibannya. Bank selalu ingin kredit yang diberikannya dapat kembali (dilunasi) pada waktunya. Bank akan berusaha memberi kredit hanya kepada debitur yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap persetujuan yang dibuat. Analisis ini lebih cenderung merupakan analisa kualitatif yang tidak terbaca dengan angka-angka yang disajikan. Tanpa itikad yang baik dari debitur lebih baik kredit tidak diberikan.

Untuk memperoleh informasi tersebut seorang AO dapat melakukannya dengan mencari informasi melalui:

A. Sesama account officer baik dari bank yang sama maupun bank yang berbeda. Seringkali nasabah bercerita tentang pihak lain yang berhubungan kepada AO yang memegang account-nya Nasabah bank yang memiliki bidang usaha yang sama dengan calon debitur. Misalnya samasama pedagang mobil bekas, perusahaan tekstil dan lain-lain.

B. Supplier atau mitra dagang dari pemohon. Dengan mencari informasi dari supplier AO dapat mengetahui sistem pembelian yang diperoleh pemohon dan ketetapan membayar dari calon debitur. Dengan demikian AO dapat mengetahui sejauh mana calon debitur mampu memenuhi kewajibannya.

2. Capacity (kapasitas)

Pada analisa ini bank berusaha mengetahui kemampuan manajemen mengoperasikan perusahaannya sehingga dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank secara rutin dan pada saat jatuh tempo. Kapasitas ini menunjukkan kemampuan riil dari perusahaan untuk merealisasikan rencana yang telah dibuatnya.

Sebagian aspek ini dapat dibaca dari laporan keuangan yang disediakan perusahaan seperti kondisi likuiditas (kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendek maupun solvabilitas atau kebutuhan jangka panjang yang jatuh tempo), rentabilitas (kemampuan perusahaan untuk mencapai laba dari hasil operasinya), dan aspek keuangan lain yang merupakan refleksi kemampuan manajemen.

Di samping angka-angka, aspek kapasitas ini juga harus dianalisis secara kualitatif, yaitu kemampuan manajemen meliputi umur, pengalaman di bidangnya, dan pendidikan. Untuk mengukur kemampuan ini maka sering kali AO meminta daftar riwayat hidup dari calon debitur atau manajemennya apabila calon debitur adalah perusahaan.

3. Capital (modal)

Analisis aspek capital ini meliputi struktur modal yang disetor, cadangan-cadangan dan laba yang ditahan dalam struktur keuangan perusahaan. Besarnya modal sendiri ini menunjukkan tingkat resiko yang ikut dipikul oleh debitur dalam pembiayaan suatu proyek.

4. Condition (kondisi)

Analisis terhadap aspek ini meliputi analisis terhadap variabel ekonomi makro yang melingkupi perusahaan baik variabel regional, nasional, maupun internasional. Variabel yang diperhatikan terutama adalah variabel ekonomi (walaupun tidak terlepas juga bank perlu memperhatikan variabel lainnya seperti kondisi politik, perundang-undangan, dan lain-lain)

5. Collateral (jaminan)

Penilaian ini meliputi penilaian terhadap jaminan yang diberikan debitur sebagai pengaman kredit yang diberikan bank. Penilaian tersebut meliputi kecenderungan nilai jaminan di masa depan dan tingkat kemudahan mengkonversikannya menjadi uang tunai (marketability).

Selain konsep/prinsip 5C tersebut di atas dalam prakteknya bank juga seringkali menetapkan dasar penilaian lain yang sering disebut dengan prinsip 7P dan prinsip 3R; yaitu:

Konsep Prinsip dari 7P

1. Personality

Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya (kelahiran, pendidikan, pengalaman, usaha/pekerjaan, dan sebagainya), hobi, keadaan keluarga (istri, anak), social standing (pergaulan dalam masyarakat serta bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam), serta hal-hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian si peminjam.

2. Purpose

Mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. Apakah akan digunakannya untuk berdagang, atau untuk membeli rumah atauuntuk tujuan lainnya. Selain itu apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of business kredit yang bersangkutan. Misalnya, tujuan atau keperluan kredit untuk perkapalan sedangkan line of business bank dalam bidang pertanian.

3. Prospect

Yang dimaksud dengan prospect adalah harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha si peminjam. ini dapat diketahui dari perkembangan usaha peminjam selama beberapa bulan/tahun, perkembangan keadaan ekonomi perdagangan, keaadaan ekonomi/perdagangan sektor usaha si peminjam, kekuatan keuangan perusahaan yang dibuat dari earning power (kekuatan pendapatan/keuntungan) masa lalu dan perkiraan masa mendatang.

4. Payment

Mengetahui bagaimana perkiraan pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospek, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengambilannya.

5. Profitability

Menilai berapa tingkat keuntungan yang akan diraih calon debitur, bagaimana polanya, apakah makin lama makin besar atau sebaliknya.

6. protection

Menilai bagaimana calon debitur melindungi usaha dan mendapatkan perlindungan

usaha. Apakah dalam bentuk jaminan barang, orang atau asuransi.

7. Parti

Bertujuan mengklasifikasi calon debitur berdasarkan modal, loyalitas, dan karakternya. Pengklasifikasian ini akan menentukan perlakuan bank dalam hal pemberian fasilitas.

Tujuh unsur dalam konsep 7P sebenarnya mempunyai kesamaan dengan lima unsur dalam 5C. Misalnya unsur kepribadian memiliki kesamaan dengan unsur karakter. Sedangkan unsur tujuan, prospek, dan pembayaran dapat memperjelas unsur kapasitas dalam konsep 5C. Unsur perlindungan dalam 7P mungkin dapat disamakan dengan kollateral dalam konsep 5C.

Konsep Prinsip 3R

Tiga komponen dalam prinsip 3R adalah:

1. Tingkat pengembalian usaha (return) 2. Kemampuan membayar kembali (repayment) 3. Kemampuan menanggung resiko (risk bearing ability)

E. Account Officer
Account Officer (AO) adalah orang yang bertugas sejak mencari nasabah yang layak sesuai kriteria peraturan Bank, menilai, mengevaluasi, mengusulkan besarnya kredit yang diberikan. Untuk mendapatkan seorang AO yang berkualitas, diperlukan pendidikan yang memadai dan jam terbang, agar bisa mengenali usaha yang layak dibiayai. Sebelumnya AO akan membuat perencanaan, usaha apa saja yang layak dibiayai di wilayahnya, dan berapa kira-kira dana yang diperlukan untuk menyalurkan kredit tersebut. Kemudian AO akan melakukan kunjungan ke usaha nasabah, melakukan wawancara, menggali sebetulnya apa yang diperlukan oleh nasabah tersebut.

Banyak sekali dijumpai, nasabah sebetulnya hanya tahu bahwa dia perlu pinjaman, tapi belum jelas berapa dan untuk apa. Disini diperlukan keahlian seorang AO untuk melakukan probing, agar kebutuhan pinjaman memang sesuai dengan keperluan nasabah (ada unsur tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran).

AO juga sekaligus menjadi konsultan, karena bagi nasabah kecil, tak jarang mereka bisa bercerita, menunjukkan bon-bon, bukti penjualan atau pesanan, tetapi tak bisa membuat laporan keuangan. Disini AO memandu nasabah agar dapat membuat neraca perkiraan usaha nasabah, serta cash flow kemampuan membayarnya. AO juga harus sensitif, apakah nasabah mengatakan yang sebenarnya (disinilah perlunya melakukan probing, cek dan re cek), kemudian melakukan analisa. Selanjutnya AO akan mengusulkan dalam bentuk memorandum analisis kredit kepada atasannyadan atasan akan meneruskan kedalam komite kredit (loan Comittee) untuk mendapat putusan, apa berupa persetujuan maupun penolakan.

F. Penggolongan Jaminan Kredit Bank


Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya kebendaan yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya.

A. Jaminan karena undang-undang dan karena perjanjian

Jaminan karena undang-undang adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh seperti jaminan umum, hak privelege dan hak retensi (pasal 1132, pasal 1134 ayat (1)). Sedangkan jaminan karena perjanjian adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh perjanjian yang diadakan para pihak sebelumnya, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan dan fiducia.

B. Jaminan umum dan jaminan khusus

Pada prinsipnya menurut hukum segala harta kekayaan debitur akan menjadi jaminan bagi perutangannya dengan semua kreditu. Kitab Undang undang Hukum Perdata pada pasal 1131 menyatakan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perserorangan.

Hal ini berarti seluruh harta kekayaan milik debitur akan menjadi jaminan pelunasan atas utang debitur kepada semua kreditur. Kekayaan debitur dimaksud meliputi kebendaan bergerak maupun benda tetap, baik yang sudah ada pada saat perjanjian utang piutang diadakan maupun yang baru akan ada di kemudian hari yang akan menjadi milik debitur setelah perjanjian utang piutang diadakan.

Dengan demikian, seluruh harta kekayaan debitur akan menjadi jaminan umum atas pelunasan perutangannya, baik yang telah diperjanjikan maupun tidak diperjanjikan sebelumnya. Jaminan umum ini dilahirkan karena undang-undang, sehingga tidak perlu ada perjanjian jaminan sebelumnya. Dalam jaminan yang bersifat umum ini, semua kreditur mempunyai kedudukan yang sama terhadap kreditur-kreditur lain, tidak ada kreditur yang diutamakan atau diistimewakan dari kreditur-kreditur lain.

Karena jaminan umum kurang menguntungkan bagi kreditur, maka diperlukan penyerahan harta kekayaan tertentu untuk diikat secara khusus sebagai jaminan pelunasan utang debitur, sehingga kreditur yang bersangkutan mempunyai kedudukan yang diutamakan atau didahulukan daripada kreditur kreditur lain dalam pelunasan utangnya. Jaminan yang seperti ini memberikan perlindungan kepada kreditur dan didalam perjanjian akan diterangkan mengenai hal ini. Jaminan khusus memberikan kedudukan mendahului (preferen) bagi pemegangnya.

C. Jaminan yang bersifat kebendaan dan jaminan perseorangan.

Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri mempunyai hubungan langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan (contoh: hipotik, hak tanggungan gadai, dan lain-lain).

Sedang jaminan perseorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan lansung pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya ( contoh: borgtocht).

Jaminan kebendaan dapat berupa jaminan benda bergerak dan benda tidak bergerak. Benda bergerak adalah kebendaan yang karena sifatnya dapat berpindah atau dipindahkan atau karena undang-undang dianggap sebagai benda bergerak, seperti hak-hak yang melekat pada benda bergerak. Benda bergerak dibedakan lagi atas benda berwujud atau bertubuh. Pengikatan jaminan benda bergerak berwujud dengan gadai atau fiducia, sedangkan pengikatan jaminan benda bergerak tidak berwujud dengan gadai, cessie, dan account receivable.

G. Asuransi Kredit
Asuransi kredit adalah proteksi yang diberikan oleh Asuransi kepada BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan atas risiko kegagalan Debitur di dalam melunasi fasilitas kredit atau pinjaman tunai (cash loan) seperti kredit modal kerja, kredit perdagangan dan lain-lain yang diberikan oleh BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan. Kriteria kredit yang dapat dijamin pada asuransi kredit adalah kredit yang diberikan : 1. Berdasarkan norma-norma perkreditan yang sehat, wajar dan berlaku umum 2. Sesuai dengan Manual Pemberian Kredit yang sesuai SE Bank Indonesia 3. Ke debitur yang memiliki izin usaha yang ditentukan oleh pihak yang berwenang dan tidak bertentangan dengan hukum. 4. Ke debitur yang tidak sedang dalam proses kepailitan atau telah dinyatakan pailit atau bubar demi hukum

5. Ke debitur yang tidak memiliki tunggakan kredit yang digolongkan kualitas kredit diragukan.

Dalam hal kredit massal (berkelompok), kriteria kredit yang dapat dijamin adalah kredit yang :

1. Mempunyai sektor ekonomi sama 2. Ditinjau dari aspek manajemen, pemasaran, pembelanjaan dan aspek teknis, usaha tersebut memerlukan pengelolaan yang terkait satu dengan lainnya.

BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan yang mengajukan asuransi kredit harus menyerahkan dokumen-dokumen berikut ke calon penanggung: 1. Perjanjian Kerja Sama atau Surat Kesepakatan Bersama antara Perusahaan Asuransi sebagai penanggung dan BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan sebagai tertanggung. 2. Manual Pemberian Kredit yang diterbitkan oleh BankUmum/Lembaga Pembiayaan Keuangan tersebut 3. Akte perusahaan debitur, company profile debitur, laporan keuangan debitur 3 tahun terakhir 4. Copy/tembusan permohonan kredit dari debitur ke bank umum/lembaga pembiayaan, memorandum persetujuan kredit dari bank umum/lembaga pembiayaan ke debitur

Resiko yang dapat dijamin pada asuransi kredit adalah resiko yang timbul karena: 1. Debitur tidak melunasi kredit pada saat kredit yang bersangkutan jatuh tempo dengan ketentuan usaha debitur sudah tidak ada / tidak berjalan lagi. 2. Debitur dinyatakan dalam keadaan insolvent dan untuk itu harus memenuhi salah satu dari hal-hal berikut :
o o

Debitur dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri yang berwenang Debitur dikenakan likuidasi berdasarkan keputusan Pengadilan yang berwenang dan untuk itu telah di tunjuk likuidatur.

Debitur, sepanjang bukan Badan Hukum ditempatkan dibawah pengampunan.

3. Debitur melarikan diri/menghilang/tidak lagi diketahui alamatnya

4. Terjadinya penarikan kembali kredit sebelum jangka waktu kredit berakhir yaitu khusus untuk kredit dengan jangka waktu lebih dari 2 (dua) tahun, dengan syarat bahwa penarikan kembali kredit tersebut memenuhi salah satu ketentuan berikut:
o

Dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi terjadinya kerugian yang lebih besar apabila kredit tersebut dilanjutkan

Disebabkan karena adanya ketidaksesuaian atau penyimpangan yang dilakukan debitur atas ketentuan-ketentuan dalam perjanjian kredit.

5. Resiko lain-lain yang disepakati antara tertanggung dan penanggung yang dituangkan dalam Perjanjian Kerja Sama atau Surat Kesepakatan Bersama

Resiko yang tidak dijamin pada asuransi kredit adalah resiko yang timbul karena : 1. Reaksi nuklir, sentuhan radio aktif, radiasi dan reaksi inti atom yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dan mengakibatkan kegagalan usaha Debitur Bank tanpa memandang bagaimana dan dimana terjadinya 2. Kerugian yang diderita Debitur yang disebabkan oleh resiko-resiko yang wajib ditutup pertanggungannya dalam Asuransi Kerugian dengan nilai penuh (fully insured) atau minimal sama dengan pokok kreditnya. 3. Terjadinya salah satu risiko politik yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dan mengakibatkan kegagalan usaha Debitur untuk melunasi Kreditnya 4. Tindakan hukum yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap Debitur dan atau usaha Debitur yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi dan mengakibatkan Debitur Bank tidak dapat/mampu melunasi kreditnya. 5. Bencana alam (Act of God) 6. Akibat kesalahan/kelalaian yang dilakukan oleh Bank/Lembaga Pembiayaan Keuangan

Plafond untuk asuransi kredit sebagai berikut: 1. Kredit Usaha Mikro ( maks. s/d Rp. 50 Juta) 2. Kredit Usaha Kecil ( > Rp. 50 Juta s/d Rp. 500 Juta) 3. Kredit Usaha Menengah ( > Rp. 500 Juta s/d Rp. 5 Miliar) 4. Kredit Massal (berkelompok) jumlah debitur/plafond harus memenuhi kriteria sbb :

5. Untuk sektor Pertanian dalam arti luas adalah kredit yang diberikan kepada lebih dari 100 debitur atau plafond kredit keseluruhan lebih dari Rp. 500 Juta 6. Untuk bidang non pertanian adalah kredit yang diberikan kepada lebih dari 50 debitur atau plafond kredit keseluruhan lebih dari Rp. 1 M

Hak klaim dari tertanggung muncul : 1. Setelah 3 (tiga) bulan terhitung dari tanggal jatuh tempo Kredit 2. Debitur telah dilaporkan menunggak pada periode Laporan Debitur Menunggak, minimal 3 (tiga) bulan sebelum timbulnya hak klaim 3. Khusus untuk pengajuan klaim sebelum jatuh tempo, klaim mulai timbul pada saat setelah kredit dikategorikan Macet sebagaimana ketentuan SE Bank Indonesia

Jenis-jenis asuransi kredit antara lain:

A. Asuransi atas Pinjaman Tunai (Cash Loan) Asuransi Kredit Modal Kerja Asuransi Kredit Modal Kerja Ekspor Asuransi Trade Financing Asuransi Kredit Modal Kerja Multiguna Asuransi Kredit Modal Kerja Transaksional

B. Asuransi atas Pinjaman Non Tunai (Non Cash Loan) Asuransi Penjaminan L/C Impor Asuransi Jaminan Ulang Bank Garansi

Manfaat yang dapat diperoleh perbankan melalui asuransi kredit antara lain:

1. Transaksi yang tidak bankable menjadi bankable Transaksi yang tidak bankable karena tidak memenuhi persyaratan collateral akan tetapi feasible dapat dibantu dengan adanya asuransi kredit. Dengan adanya asuransi kredit atau penjaminan

kredit dapat menggantikan sebagian collateral yang diperlukan perbankan dalam mendukung pemberian kredit kepada sektor riil.

2. Fee-based income dan penempatan cash collateral Terutama untuk fasilitas non cash loan yang dijamin pihak asuransi, bank dapat mengembangkan fee-based income, dan cash collateral akan ditempatkan pada bank sehingga bank dapat menarik manfaat dari penempatan deposito pada bank.

3. Mengurangi risks premium sehingga lending rate dapat lebih kompetitif Risiko kredit yang dialihkan kepada pihak asuransi dapat diperhitungkan sebagai penurunan unsur risiko dalam pricing suku bunga. Dengan demikian, perbankan nasional dapat lebih kompetitif melalui suku bunga kredit dari perbankan yang dapat lebih kompetitif.

4. Second opinion dalam analisa pemberian kredit Pihak asuransi melakukan risks assessment terhadap pertanggungan yang akan diberikan perbankan kepada pihak asuransi. Dengan demikian, bank akan memperoleh second opinion dari pihak asuransi sebagai lembaga penjaminan kredit sebelum suatu credit line diberikan kepada debitur.

5. Kemungkinan pengembangan kerjasama refinancing Perbankan dapat mengembangkan kerjasama refinancing khususnya untuk kredit ekspor atau impor yang bersifat pre-shipment atau post-shipment dengan tingkat bunga yang kompetitif dengan bank-bank asing atau bank-bank atau lembaga keuangan di luar negeri sehingga lending rate dari perbankan nasional dapat semakin kompetitif.

6. Client referrals Pihak asuransi dapat memberikan referrals atas nasabah-nasabah yang memiliki track record baik untuk dapat memanfaatkan fasilitas bank.

7. Fungsi intermediasi perbankan meningkat Bank-bank lebih kompetitif, berani dan bergairah di dalam menyalurkan kredit kepada sektor riil

termasuk usaha yang bergerak dalam kegiatan ekspor non migas. Dengan adanya proteksi kredit serta incentive (non subsidi, berupa adanya jaminan atas risiko kredit dengan biaya rendah, perhitungan ATMR serta pengurangan risks premium, transaksi yang non bankable dapat menjadi bankable). Dengan demikian fungsi intermediasi perbankan khususnya untuk pembiayaan sektor riil akan dapat ditingkatkan yang akan tercermin dari tingkat LDR.

H. Lembaga Penjamin Kredit


Program penjamin pemerintah ini tetap mewajibkan bank melakukan analisa keyakinan bank terhadap nasabah yang akan ikut fasilitas penjaminan yang antara lain meliputi analisa persyaratan proyek dan analisa persyaratan eksportir. Dengan kewajiban ini maka bankbank tetap mempraktekkan prudential banking meski sudah dijamin oleh pemerintah. Program ini dihentikan oleh pemerintah pada 20 Mei 2002 dengan pertimbangan sudah semakin membaiknya perekonomian nasional.

Secara lebih permanen, fungsi penjaminan ini dilakukan oleh PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo). yang menawarkan skim asuransi dan penjaminan. Lembaga ini dapat dijadikan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan usaha kecil. Hanya saja saat ini Askrindo sedang menyelesaikan problem kepemilikan saham Bank Indonesia dan pemerintah di Askrindo.

Problem ini harus segera diselesaikan, sebab dikhawatirkan mempengaruhi kinerja perseroan. Masalah kepemilikan saham Askrindo itu sendiri mucul akibat Letter of Intent (LoI) yang memaksa BI harus melepaskan 55% kepemilikan saham mereka. Namun ternyata pemerintah tidak memiliki uang untuk membeli saham tersebut sehingga Askrindo dikhawatirkan jatuh ke tangan swasta.

I. Administrasi Kredit
Administrasi adalah alat dalam pelaksanaan fungsi manajemen bank pada umumnya dan khususnya dibidang perkreditan. Jadi, Administrasi kredit merupakan pengelolaan mengenai pencatatan, penyimpanan dokumen dan pembuatan laporan yang berhubungan dengan pemberian fasilitas kredit

Administrasi Kredit merupakan rangkaian kegiatan dan hubungan beberapa komponen yang saling terkait satu dengan yang lain, yaitu: 1. Software 2. Hardware 3. Brainware (SDM)

Proses administrasi menghasilkan output berupa sistem informasi sebagai umpan balik bagi manajemen suatu bank dalam melaksanakan tugasnya secara lengkap Dengan demikian fungsi administrasi kredit adalah : 1. Data / informasi bagi manajemen 2. Alat komunikasi antara bank dengan debitur 3. Sebagai instrumen pengawasan kredit 4. Sebagai pertanggungan jawab 5. Sebagai alat bukti bila terjadi sengketa 6. Sumber data untuk laporan berkala

Tahapan administrasi kredit : 1. Sebelum kredit diberikan 2. Saat proses analisis kredit 3. Saat keputusan kredit 4. Saat pembukaan rekening 5. Saat kredit berjalan 6. Saat pelunasan

7. Saat kredit bermasalah Pengawasan kredit menjadi sangat penting sebab kredit merupakan kekayaan bank yang berisiko tinggi karena asset tersebut dikuasai oleh pihak diluar bank

Pengawasan Kredit dalam Arti Luas

a. Steering Control (Pengawasan sebelum kredit diberikan) i. Tingkat kelayakan sektor usaha ii. Arah Usaha Bank (Missi) b. Post Control (Pengawsan pada waktu proses berjalan) i. Kelengkapan dokumen ii. Akurasi analisis iii. Perjanjian dan Pengikatan jaminan c. Feedback Control (Pengawasan setelah kredit diberikan) i. Pengawasan administratif ii. Pengawasan fisik iii. Analisis kecenderungan pertumbuhan ekonomi

Fokus Pengawasan Kredit

Melakukan penjagaan (preventif) dan pengamanan (represif) atas pengelolaan kekayaan bank kearah portfolio yang baik dan effisien serta menghindari terjadinya penyimpangan dengan cara mendorong dipatuhinya kebijakan perkreditan yang telah ditetapkan oleh manakemen

Tujuan Pengawasan Kredit 1. Untuk menghindari terjadinya penyelewengan baik dari intern maupun ekstern bank 2. Untuk memastikan kebenaran / akurasi data perkreditan 3. Untuk memajukan effisiensi pengelolaan perkreditan 4. Untuk menilai tingkat kepatuhan kepada ketentuan kredit berlaku

Sasaran Pengawasan 1. Personalia dan organisasi 2. Administrasi dan Keuangan perusahaan 3. Peralatan, proses produksi dan limbah 4. Jaminan kredit

Vous aimerez peut-être aussi