Vous êtes sur la page 1sur 28

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GLUKOMA

A. DEFINISI Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optik dengan defek lapang pandangan mata.( Sidarta Ilyas, 2000 ). Galukoma adalah sekelompok kelainan mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler.( Long Barbara, 1996)

B. KLASIFIKASI 1. Glaukoma primer Glaukoma sudut terbuka Merupakan sebagian besar dari glaukoma ( 90-95% ) , yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian dan kelainan berkembang secara lambat. Disebut sudut terbuka karena humor aqueousmempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan rabekular, saluran schleem, dan saluran yg berdekatan. Perubahan saraf optik juga dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada, kelainan diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan dapat dihubungkan dengan nyeri mata yang timbul. Glaukoma sudut tertutup(sudut sempit) Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekular dan menghambat humor aqueous mengalir ke saluran schlemm. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba- tiba dan meningkatnya TIO, dapat berupa nyeri mata yang berat, penglihatan yang kabur dan terlihat hal. Penempelan iris menyebabkan

dilatasi pupil, bila tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri yang hebat. 2. Glaukoma sekunder Dapat terjadi dari peradangan mata , perubahan pembuluh darah dan trauma . Dapat mirip dengan sudut terbuka atau tertutup tergantung pada penyebab. Perubahan lensa Kelainan uvea Trauma bedah

3. Glaukoma kongenital Primer atau infantil Menyertai kelainan kongenital lainnya

4. Glaukoma absolut Merupakan stadium akhir glaukoma ( sempit/ terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut .Pada glaukoma absolut kornea terlihat keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

Berdasarkan lamanya : 1. GLAUKOMA AKUT a. Definisi Glaukoma akut adalah penyakit mata yang disebabkan oleh tekanan intraokuler yang meningkat mendadak sangat tinggi.

b. Etiologi Dapat terjadi primer, yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik mata depan yang sempit pada kedua mata, atau secara sekunder sebagai akibat penyakit mata lain. Yang paling banyak dijumpai adalah bentuk primer, menyerang pasien usia 40 tahun atau lebih. c. Faktor Predisposisi Pada bentuk primer, faktor predisposisinya berupa pemakaian obatobatan midriatik, berdiam lama di tempat gelap, dan gangguan emosional. Bentuk sekunder sering disebabkan hifema,

luksasi/subluksasi lensa, katarak intumesen atau katarak hipermatur, uveitis dengan suklusio/oklusio pupil dan iris bombe, atau pasca pembedahan intraokuler. d. Manifestasi klinik 1). Mata terasa sangat sakit. Rasa sakit ini mengenai sekitar mata dan daerah belakang kepala .

2). Akibat rasa sakit yang berat terdapat gejala gastrointestinal berupa mual dan muntah , kadang-kadang dapat mengaburkan gejala glaukoma akut. 3). Tajam penglihatan sangat menurun. 4). Terdapat halo atau pelangi di sekitar lampu yang dilihat. 5). Konjungtiva bulbi kemotik atau edema dengan injeksi siliar. 6). Edema kornea berat sehingga kornea terlihat keruh. 7). Bilik mata depan sangat dangkal dengan efek tyndal yang positif, akibat timbulnya reaksi radang uvea. 8). Pupil lebar dengan reaksi terhadap sinar yang lambat. 9). Pemeriksaan funduskopi sukar dilakukan karena terdapat

kekeruhan media penglihatan. 10). Tekanan bola mata sangat tinggi. 11). Tekanan bola mata antara dua serangan dapat sangat normal.

C. ETIOLOGI Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh : - Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliary - Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil

e. Pemeriksaan Penunjang Pengukuran dengan tonometri Schiotz menunjukkan peningkatan tekanan. Perimetri, Gonioskopi, dan Tonografi dilakukan setelah edema kornea menghilang. f. Penatalaksanaan Penderita dirawat dan dipersiapkan untuk operasi. Dievaluasi tekanan intraokuler (TIO) dan keadaan mata. Bila TIO tetap tidak turun, lakukan operasi segera. Sebelumnya berikan infus manitol 20% 300500 ml, 60 tetes/menit. Jenis operasi, iridektomi atau filtrasi, ditentukan berdasarkan hasil pemeriksaab gonoskopi setelah

pengobatan medikamentosa.

2. GLAUKOMA KRONIK a. Definisi Glaukoma kronik adalah penyakit mata dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan anatomi dan fungsi mata yang permanen. b. Etiologi Keturunan dalam keluarga, diabetes melitus, arteriosklerosis, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, miopia tinggi dan progresif. c. Manifestasi klinik Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada

stadium lanjut keluhannya berupa pasien sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga kebutaan permanen. d. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan tekanan bola mata dengan palpasi dan tonometri

menunjukkan peningkatan. Nilai dianggap abnormal 21-25 mmHg dan dianggap patologik diatas 25 mmHg. Pada funduskopi ditemukan cekungan papil menjadi lebih lebar dan dalam, dinding cekungan bergaung, warna memucat, dan terdapat perdarahan papil. Pemeriksaan lapang pandang menunjukkan lapang pandang menyempit, depresi bagian nasal, tangga Ronne, atau skotoma busur. e. Penatalaksanaan Pasien diminta datang teratur 6 bulan sekali, dinilai tekanan bola mata dan lapang pandang. Bila lapang pandang semakin memburuk,meskipun hasil pengukuran tekanan bola mata dalam batas normal, terapi ditingkatkan. Dianjurkan berolahraga dan minum harus sedikit-sedikit.

D. PATHWAY GLAUKOMA Usia > 40 th DM Kortikosteroid jangka panjang Miopia Trauma mata

Obstruksi jaringan Trabekuler

peningkatan tekanan Vitreus

Hambatan pengaliran Cairan humor aqueous

pergerakan iris kedepan

Nyeri

TIO meningkat

Glaukoma

TIO Meningkat

Gangguan saraf optik tindakan operasi

Gangguan persepsi sensori penglihatan

Perubahan penglihatan Perifer

Anxietas

Kurang pengetahuan

Kebutaan

E. ASUHAN KEPERAWATAN 1). Pengkajian a) Aktivitas / Istirahat Perubahan aktivitas biasanya / hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. b) Makanan / Cairan Mual, muntah (glaukoma akut) c) Neurosensori Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, fotofobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata/pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan. Peningkatan air mata. d) Nyeri / Kenyamanan Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis) Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut). e) Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin. 2). Pemeriksaan Diagnostik (1) Kartu mata Snellen/mesin Telebinokular (tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik.

(2) Lapang penglihatan

Penurunan mungkin disebabkan CSV,

massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. (3) Pengukuran tonografi mmHg) (4) Pengukuran gonioskopi sudut tertutup glaukoma. (5) Tes Provokatif :digunakan dalam menentukan tipe :Membantu membedakan sudut terbuka dari : Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25

glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan. (6) Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan

mikroaneurisma. (7) Darah lengkap, LED (8) EKG, kolesterol :Menunjukkan anemia sistemik/infeksi. dan pemeriksaan lipid: Memastikan

serum,

aterosklerosisi,PAK. (9) Tes Toleransi Glukosa :menentukan adanya DM.

F. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi a. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah. Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang

Kriteria hasil : pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian

pengontrolan nyeri pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang ekspresi wajah rileks

Intervensi : kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman. Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan TIO

b.

Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan Berikan analgesik sesuai anjuran

Gangguan persepsi sensori : penglihatan berhubungan dengan gangguan penerimaan; gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. Tujuan : Penggunaan penglihatan yang optimal

Kriteria Hasil: - Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan - Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut. Intervensi :

Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/ kemungkinan kehilangan penglihatan

Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, menikuti jadwal, tidak salah dosis

Lakukan tindakan untuk membantu pasien menanganiketerbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam.

c.

Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi

Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri, kemungkinan/kenyataan kehilangan

penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. Tujuan : Cemas hilang atau berkurang Kriteria Hasil: Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun tingkat dapat diatasi. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah Pasien menggunakan sumber secara efektif : sampai

Intervensi

Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbul nya gejala tibatiba dan pengetahuan kondisi saat ini.

Berikan

informasi

yang

akurat

dan

jujur.

Diskusikan

kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan

perasaan. Identifikasi sumber/orang yang menolong.

d. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan : Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan

pengobatannya. Kriteria Hasil: pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan

pengobatan. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi : Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. Izinkan pasien mengulang tindakan. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal. Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan,

jantung tak teratur dll. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/men dorong, menggunakan baju ketat dan sempit. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat. Tekankan pemeriksaan rutin. Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth.2002. Keperawatan Medical Bedah EGC : Jakarta.

Doungoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed. 3, EGC : Jakarta

Junadi P., dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : FKUI

Long C Barbara. 1992. Medical Surgical Nursing.

Sidarta Ilyas. 2000. Ilmu Penyakit Mata. FKUI

Susan, Martin Tucker. 1998. Standar Perawatan Pasien : Proses Keperawatan, Diagnosis dan Evaluasi. Ed. 5, Vol. 3. EGC: Jakarta

Denpasar, 3 april 2012

Mengetahui, Pembimbing Praktik Mahasiswa,

Ngkn. Pt. Dody Permana Yudha NIM.PO712001063

Mengetahui, Pembimbing Akademik

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN SM DENGAN POST OP TRABEKULEKTOMI OD DAN MMC DI RUANG POST OP RS INDRA PADA TANGGAL 2 APRIL 2012

I. PENGKAJIAN Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 juni 2011 pukul 12.00 WITA, dengan sumber informasi dari pasien,keluarga pasien,dan catatan medis (cm) pasien.

A. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis kelamin Usia Agama Alamat Tanggal masuk RS Diagnosa medis : SM : Laki-laki : 71 tahun : Islam : Denpasar : 27 Mei 2011 : OD. Glaukoma Sekunder Ex. Pseudofakia Sumber biaya Sumber informasi : Askes : Keluarga, Catatan Medis

Penanggung Jawab SD laki-laki 48 tahun Islam Denpasar -

B. RIWAYAT KEPERAWATAN

1. Riwayat Kesehatn Sekarang a. Keluhan Utama Mata kanan tidak bisa melihat sejak 2 tahun yang lalu. b. Riwayat Penyakit Sekarang Saat pangkajian pasien mengeluh mata kanannya tidak dapat melihat ,nyeri pada mata kanan yang hilang timbul, pasien merasa sering pusing dan mual.

c. Kronologis Keluhan Pasien mengatakan mengalami gangguan pengelihatan pada mata kanan yang tidak bisa melihat jelas dari 2 tahun yang lalu, nyeri yang hilang timbul, serta pusing sehingga akhirnya di periksakan ke RS indera. Pasien datang dan diperiksa di poliklinik RS indera dengan diagnose OD Glaukoma Sekunder ex. Pseudofakia. Sebelumnya pasien sudah pernah menjalani operasi katarak. Pada tanggal 2 april 2012 dilakukan tindakan oprasi di ruang Ok. RS indera. Pada Pre OP pasen mengeluh takut dioperasi, TIO OD= 29,00 dan OS = 12,2. Pasien masuk rung operasi jam 10.50 wita, pasien sebelumnya sudah di anastesi lokal. Setelah di lakukan oprasi trabekulektomi dan MMC pada mata kanan pasien, pasien masuk ruang Post OP jam 12.00 Wita dengan terapi obat : C. Xitrol Culcori Asam mafenamat Cifrofoxasin 2 jam post op 2 jam Post op 3 x 5 jam 2 x 5 jam

2. Riwayat Kesehatan Masa Lalu a. Riwayat Alergi Pasien tidak pernah punya riwayat alergi dengan jenis makanan apapun dan tidak ada alergi obat, riwayat DM ( - ), Hipertensi( - ). b. Riwayat Kecelakaan Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami kecelakaan atau maupun trauma yang fatal/membahayakan.

C. DATA BIO-PSIKO-SOSIAL-SPIRITUAL 1. Bernafas Saat pengkajian klien tidak mengalami kesulitan dalam bernafas baik inspirasi maupun ekspirasi.

2. Nutrisi Makan : Saat pengkajian klien mengatakan makannya teratur dan mampu menghabiskan porsi makannya. Minum: Sebelum MRS pasien tidak mengetahui pasti berapa liter minum, hanya mengira-ngira saja minum sampai 6 gelas perhari. 3. Eliminasi BAB/BAK BAB : Saat pengkajian klien BAB 1x sehari pada pagi hari dengan warna feses kuning ampas (+). BAK : Saat pengkajian pasien mengatakan BAK 2x 500cc 4. Gerak dan Aktivitas Saat pengkajian klien mengatakan sering di bantu melalukan ADL , karena penglihatannya yang kuarng baik. 5. Istirahat tidur Saat pengkajian pasien mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam hal tidur. Pasien biasa tidur kurang lebih pukul 22.00 WITA dan bangun pukul 05.00 WITA. 6. Kebersihan Diri Sebelum MRS klien mandi 2x seharidegan menggunakan sabun dan rajin memotong kuku. 7. Rasa Nyaman Saat pengkajian pada post op pasien mengatakan nyeri pada mata kanan yang telah doperasi, skala nyeri 4 dari (0-10), pasien tampak meringis dan tidak rileks, pasien mengatakan takut tidak bisa melihat lagi setelah operasi. 8. Rasa Aman Pasien mengalami kecemasan terhadap status kesehatannya. Bertanyatanya akan status kesehatannya. Pasien takut penyakitnya akan mengganggu aktivitasnya.

9. Pengaturan Suhu Tubuh Suhu tubuh klien 360 C. Klien tidak mengeluh kepanasan atau kedinginan. 10. Sosialisasi Klien tidak mengalami kesulitan dalam berkomunikasi baik dengan keluarga maupun perawat dan dokter. 11. Ibadah Klien dan keluarga menganut agama islam. 12. Pengetahuan Klien mengerti tindakan keperawatan dan melaksanakan prosedur keperawatan sesuai arahan perawat. 13. Prestasi Pasien mangatakan mengerti tantang penyakitnya, setelah diberi penjelasan dan mengatakan ingin cepat sembuh. 14. Rekreasi Saat pengkajian pasien mengatakan sering berkumpul dengan keluarga dan kerabat. D. PENGKAJIAN FISIK 1. Keadaan Umum (KU) a. Keadaan umum : lemah b. Kesadaaran c. Bentuk Tubuh d. Warna kulit e. TB/BB 2. Gejala Kardinal a. Suhu b. Nadi : 36c : 70 kali/menit : Composmentis : sedang : sawo matang : tidak dapat dikaji

c. Tekanan Darah : 130/70 mmHg d. Respirasi e. SPO2 f. Map : 18 kali/menit : 98 % : 88

3. Keadaan Fisik a. Kepala b. Mata : kebersihan rambut dan kulit kepala baik. : keadaan umum mata tidak baik,

PRE OP : Mata Kiri Visus PH TIO Palpebra superior Palpebra Inferrior Sacus Lakrimalis Cornea Iris Pupil Lensa Fundus lopi 0,9 1,0 9,0 mmHg 6/6 12,2 normal -

Mata Kanan HM 29,00 Odema Lensa keruh CDR NCR

Glaukoma Sekunder Ex. Pseudofokia POST OP :

- Terdapat luka insisi bekas operasi pada mata kanan. - Mata bekas operasi tertutup hass. - Keadaan luka baik. - Tidak ada tanda-tanda infeksi. c. Hidung : bentuk simetris, sekret (-) d. Muka : keadaan normal, bentuk simetris, bengkak (-), cedera (-)

e. Mulut dan Gigi: keadaan kurang bersih, mukosa bibir lembab. f. Leher : pembesaran kelenjar thyroid (-)

g. Thorak : bentuk normal, gerakan simetris. i. Ekstremitas : keadaan normal

4. Terapi Obat Post Op: C. Xitrol Culcori Asam mafenamat Cifrofoxasin 5. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Lab KIMIA DARAH Glukosa Sewaktu Glukosa Puasa Glukosa 2 jam HASIL 109 mg/d NILAI NORMAL 110 140 80 110 110 140 2 jam post op 2 jam Post op 3 x 5 jam 2 x 5 jam

II.DIAGNOSA i. No 1. Analisa Data Hari/Tanggal Data Subjektif dan Objektif Standar Normal Kesimpulan Nyeri akut

Senin , 2 april Ds : pasien mengeluh nyeri pada -pasien tidak nyeri. 2012 mata kanan bekas operasi, skala -pasien tidak nyeri 4 dari (0-10) Do : -pasien tampak meringis meringis. -pasien rileks.

menahan sakit - pasien tidak rileks

2.

Ds : - pasien mengatakan cemas -Pasien tidak cemas dengan status kesehatannya, -Pasien tanang

Ansietas

pasien

takut

tidak

mampu

melihat lagi setelah operasi. Do : - pasien tidak tenang, gelisah. - pasien lemah dan letih

3.

DS : - px mengatakan sering menggosok mata saat tangan masih kotor. DO : -luka bekas operasi (+) pada mata kanan, -perilaku bersih px kurang.

-Keadaan luka baik -Tanda infeksi(-) Resiko infeksi

iii. Analisis Masalah

1.

P E

: Nyeri Akut : Diskontinuitas Jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat : pasien mengeluh nyeri pada mata kanan bekas operasi, skala

operasi. S

nyeri 4 dari (0-10) Proses terjadinya : pembedahan yang menyebab diskontuitas jaringan sehingga menyebabkan adanya luka yang menimbulkan rasa nyeri. Akibat bila tidak ditanggulangi : Klien akan mengalami kesakitan dan pasien akan merasa tidak nyaman dengan proses pembedahan yang telah dilakukan sehingga menghambat penyembuhan luka pasien.

2.

P E

: Ansietas : faktor fisiologis, perubahan status kesehatan ; adanya nyeri ;

kemungkinan / kenyataan kehilangan penglihatan

: pasien takut akan status kesehatannya, pasien takut tidak mampu

melihat lagi setelah operasi. Proses terjadi : kurang informasi tentang penyakit menyebabkan pasien menjadi cemas dan gelisah tentang pemulihan setelah operasi. Akibat bila tidak ditangani : terjadi kesulitan dalam prosedur pengobatan.

3.

P E

: Resiko Infeksi : port de entry sebagai akibat diskontinuitas jaringan.

Proses terjadi : kurangnya perilaku bersih dan kurangnya perawatan luka operasi sehingga beresiko terjadi infeksi pada luka operasi Akibat jika tidak di tanggulangi : terjadi infeksi pada luka operasi px.

ii. 1.

Diagnosa Keperawatan Nyeri Akut berhubungan dengan Diskontinuitas Jaringan dan refleks spasme otot sekunder akibat operasi ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pada mata kanan bekas operasi, skala nyeri 4 dari (0-10)

2.

Ansietas berhubungn dengan faktor fisiologis, perubahan status kesehatan ; adanya nyeri ; kemungkinan / kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan pasien mengatakan takut dan cemas dengan penyakitnya, pasien takut tidak mampu melihat setelah operasi.

3.

Resiko Infeksi berhubungan dengan port de entry sebagai akibat diskontinuitas jaringan.

III PERENCANAAN Hari/Tang gal Senin, 2 april 2012 Diagnosa keperawatan Nyeri berhubungan dengan Diskontinuitas Jaringan refleks otot akibat ditandai Akut Setelah diberikan askep selama 1 x 15 menit diharapkan Nyeri dan Akut berkurang spasme dengan KE : sekunder -intensitas nyeri operasi berkurang skala dengan nyeri 2 dari (0-Beri suasana yang nyaman
-Pantau

Tujuan

Intervensi

Rasional

-untuk membuat pasien lebih rileks. -untuk mengetahui karakteristik nyeri.

karakteristik nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi durasi, intensitas nyeri (skala 0-10)

pasien mengeluh 10) nyeri pada mata -pasien tidak kanan operasi, bekas meringis lagi. skala -pasien rileks

-Berikan tindakan - untuk memberi kenyamanan dasar (reposisi, aktivitas dan hiburan) posisi yang nyaman dan peregangan pada pasien. -ajarkan teknik relaksasi dan distraksi - untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan dan mengalihkan perhatian pasien terhapap nyeri yang dirasakan.

nyeri 4 dari (010).

Ansietas berhubungn dengan fisiologis, perubahan status faktor

Setelah diberikan askep selama 1 x 15 menit diharapkan

-Monitor TTV

Untuk mengetahui perubahan pada TTV pasien

-dorong pasien untuk mengakui

-untuk mempengaruhi

kesehatan adanya nyeri

; ansietas pasien ; berkurang / dengan KE : -pasien tenang. -cemas dan ketakutan pasien

masalah dan mengekspresikan perasaan.

persepsi pasien terhadap ancaman diri, potensi siklus ansietas, dan dapat mempengaruhi upaya medik untuk mengontrol TIO

kemungkinan kenyataan kehilangan penglihatan ditandai pasien

dengan berkurang. -pasien rileks -beri informasi yang jelas sesuai kebutuhan pasien

mengatakan takut dan cemas dengan penyakitnya, pasien takut tidak mampu melihat

-memberikan pasien jawaban atas pertanyaan yang membuat pasien cemas.

setelah operasi.

- kaji kebutuhan yang dapat menurunkan ansietas( musik, relaksasi)

-memberikan stimulus untuk pasien agar tenang dan relaks.

Resiko

Infeksi Setelah diberikan

-kaji karakteristik

-untuk mengetahui kondisi dan karakteristik luka.

berhubungan

Askep selama 1 x luka, pantau adanya tanda infeksi. -memberi pasien pengetahuan tentang cara-cara perawatan luka.

dengan port de 15 menit entry akibat diskontinuitas jaringan. sebagai diharapkan pasien mampu menghindari dirinya dari infeksi dengan KE : -pasien mengerti perawatan

-untuk mengurangi resiko infeksi akibat kurangnya pengetahuan pasien terhadap perawatan luka.

lukanya -keadaan luka baik. -tidak terjadi infeksi

-tekankan pentingnya menjaga kebersihan. -kolaborasi pemberian antibiotika.

-mengurangi resiko terjadinya infeksi pada luka.

-meningkatkan kekebalan tubuh pasien terhadap penyebab infeksi agar luka cepat sembuh.

IV. IMPLEMENTASI Hari/Tanggal/ Dx. Jam Selasa, 7 juni 2011 Kep dx.1 dx.2 -Beri suasana yang nyaman -monitor TTV pasien -pasien mau untuk relaks S : 36C, TD: 130/70 mmHg, N : 70x/mt, P : 12.00 wita 20x/mt, SPO2 : 90 %, Map : 88 dx.1
-Pantau

Implementasi

Evaluasi Formatif

Paraf

karakteristik nyeri,

-pasien mengaku nyeri pada mata kanan skalanya 4 dari (0-10)

misalnya lokasi nyeri, frekuensi durasi, intensitas nyeri (skala 0-10) dx.2 -dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan

- pasien mengaku takut kehilangan pengihatannya.

dx.1

-Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi, aktivitas dan

-pasien merasa lebih nyaman setelah posisinya di rubah.

hiburan) -ajarkan teknik relaksasi dan distraksi -pasien mengikutu dengan baik, pasien merasa lebih baik,nyeri agak berkurang.

dx.2

-beri informasi yang jelas sesuai kebutuhan pasien

-setelah dijelaskan , pasien mengerti tentang status kesehatannya

dx.3

- kaji kebutuhan yang dapat menurunkan ansietas( musik, relaksasi)

- pasien megikuti dan memeperhatikan dan mengikuti arahan relaksasi dari perawat dengan baik. Pasien mulai tenang.

-kaji karakteristik luka, pantau adanya tanda infeksi. -memberi pasien pengetahuan tentang caracara perawatan luka. -tekankan pentingnya menjaga kebersihan.

-luka pada mata kanan, mata tertutup haas, keadaan luka baik. -pasien menyimak dengan baik arahan yang diberikan. -pasien mengatakan mengerti dengan arahan yang diberikan

-kolaborasi pemberian antibiotika.

-pasien kooperatif

V. EVALUASI

Hari / Tanggal

Diagnosa keperawatan

Evaluasi Sumatif

Paraf

Seni, 2 April dx. 1 2012

Ds : pasien mengatakan nyeri pada matanya sudah bisa di kontrol, skala nyeri 2 dari (0-10). Do : -pasien tidak meringis lagi -pasien mulai relaks A : Masalah teratasi, tujuan tercapai P : pertahankan dan tingkatkan kondisi pasien

dx. 2

Ds: pasien mengatakan sudah mulai tenang dan tidak cemas lagi. Do: -Pasien tampak rilek, dan mulai tenang - pasien mampu mengontrol ketakutanya. A : maslah teratasi, tujuan tercapai P : pertahankan kondisi pasien.

dx. 3

Ds: pasien mengatakan akan menjaga kebersihan dan tidak akan menyentuh luka dengan tangan kotor. Do: -keadaan luka baik -tidak ada tanda infeksi A : masalah teratasi P : pertahankan dan tingkatkan kondisi pasien.

Mengetahui Pembimbing praktek

Gianyar, 3 April 2012 Mahasiswa

Ngkn. Pt. Dody Permana Y NIM : PO7120010063 Mengetahui Pembimbing akademik

28

Vous aimerez peut-être aussi