Vous êtes sur la page 1sur 33

AZAS DESAIN URBAN

SEMESTER 4
KELAS A KELOMPOK 6

LAPORAN TUGAS 1
KONSEP DASAR DAN PERKEMBANGAN KOTA
NAMA ANGGOTA KELOMPOK: FEMINA ANDRADEWI 105060501111001

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Tugas Pertama Azas Desain Urban. Tugas Pertama ini merupakan laporan tugas lapangan untuk mengidentifikasi karakteristik suatu kawasan. Penyusunan laporan tugas ini tidak lepas dari bantuan pihak-pihak mata kuliah Azas Desain Urban. Kami mengucapkan terimakasih kepada : 1. Ir. Jenny Ernawati, MSP., Ph. D. selaku Ketua Tim mata kuliah Azas Desain Urban. 2. Ir. Sigmawan Tri Pamungkas, MT. selaku Anggota Tim Dosen. 3. Dr. Lisa Dwi Wulandari, ST, MT. selaku Anggota Tim Dosen. 4. beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Kami menyadari bahwa masih ada kesalahan dalam penyelesaian tugas pertama ini, maka kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar kami dapat mengoreksi diri dan memperbaiki kesalahan di kemudian hari. Semoga laporan tugas pertama ini bermanfaat bagi kami dan pihak-pihak yang memanfaatnya. Malang, 2 April 2012

Penulis Kelompok 6 Azas Desain Urban, kelas B

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................................................................... 1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................................................................................................. 1.2 RUMUSAN MASALAH ......................................................................................................................................................... 1.3 TUJUAN .................................................................................................................................................................................. 1.4 METODE PROGRAM DAN DESAIN ................................................................................................................................... BAB II BAB III BAB IV TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................................................................................................. IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASAN STUDI ............................................................................................................ PENUTUP .......................................................................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 RUMUSAN MASALAH Bagaimana karakteristik kawasan Jl.Kedawung dengan batasan perempatan Cengger ayam sampai dengan Jl.Letjen Sutoyo? Bagaimana karakteristik fisik kawasan, karakteristik social dan budaya serta issue-issue yang teridentifikasi di kawasan Jl.Kedawung dengan batasan perempatan Cengger ayam sampai dengan Jl.Letjen Sutoyo?

1.3 TUJUAN

1.4 METODE STUDI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kota merupakan kawasan pemukiman yang secara fisik ditunjukkan oleh kumpulan rumah-rumah yang mendominasi tata ruangnya dan memiliki berbagai fasilitas untuk mendukung kehidupan warganya secara mandiri. Menurut Bintarto, kota adalah suatu system jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang memiliki tingkat strata social ekonomi yang heterogen dan kehidupan materialistis. Kota dapat diberikan arti dari berbagai sudut tinjauan, yaitu: Secara demografis, kota merupakan suatu tempat di mana terdapat pemusatan atau konsentrasi penduduk yang sangat tinggi dibandingkan dengan wilayah sekitarnya; Secara sosial budaya, kota merupakan suatu lingkungan dengan pola sosial budaya yang sangat beragam dengan berbagai pergeseran dan perubahan; Secara sosial ekonomis, kota merupakan suatu lingkungan dengan kegiatan didominasi oleh kegiatan perekonomian dan kegiatan usaha yang beragam dan

usaha bukan pertanian yaitu jasa, perdagangan, perangkutan dan perindustrian;

Secara fisik, kota merupakan suatu lingkungan di mana terdapat suatu tatanan lingkungan fisik yang didominasi oleh struktur binaan; Secara geografis, kota merupakan suatu lingkunganyang menempati lokasi strategis wilayah; secara sosial, ekonomis, dan fisik pada suatu

Secara politis administratif, kota merupakan suatu wilayah dengan batas kewenangan pemerintahan yang dibatasi oleh suatu batas wilayah administratif kota.

Wilayah Perkotaan Adalah suatu kota dengan wilayah pengaruhnya. Secara fungsional suatu wilayah perkotaan dengan kota-kota kecil atau desa- desa yang mempunyai sifat saling bergantung dengan kota induknya.

Wilayah Kota Adalah wilayah kota yang secara administratif berada yang berdasarkan kepada peraturan perundangan yang di wilayah yang di batasi oleh batas administratif berlaku.

Bentuk Kota Bentuk kota adalah pola atau wujud yang terbangun dari sebaran kawasan non pertanian/perkotaan (atau disebut sebagai kawasan terbangun). Bentuk kota dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu: Pola jaringan jalan Daya dukung lahan Sebaran sumberdaya alam Kebijakan pemerintah

Jenis Bentuk Kota Beberapa bentuk kota: Linier Spreadsheet/Grid Star/BintangStar/Bintang Finger sheep

Sporadis Ring

Fungsi Kota Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan dan fungsi yang lebih luas lagi antara lain sebagai berikut :

Sebagai pusat produksi (production centre). Contoh: Surabaya, Gresik, Bontang Sebagai pusat perdagangan (centre of trade and commerce). Contoh: Jakarta, Bandung, Hong Kong, Singapura Sebagai pusat pemerintahan (political capital). Contoh: Jakarta (ibukota Indonesia), Washington DC (ibukota Amerika Serikat), Canberra (ibukota Australia)

Sebagai pusat kebudayaan (culture centre). Contoh: Yogyakarta dan Surakarta

Ciri Ciri Kota Ciri fisik kota meliputi hal sebagai berikut:

Tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan Tersedianya tempat-tempat untuk parkir Terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga

Ciri kehidupan kota adalah sebagai berikut:


Adanya pelapisan sosial ekonomi misalnya perbedaan tingkat penghasilan, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan. Adanya jarak social dan kurangnya toleransi social diantara warganya. Adanya penilaian yang berbeda-beda terhadap suatu masalahdengan pertimbangan perbedaan kepentingan, situasi dan kondisi kehidupan. Warga kota umumnya sangat menghargai waktu. Cara berpikir dan bertindak warga kota tampak lebih rasional dan berprinsip ekonomi. Masyarakat kota lebih mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan social disebabkan adanya keterbukaan terhadap pengaruh luar. Pada umumnya masyarakat kota lebih bersifat individu sedangkan sifat solidaritas dan gotong royong sudah mulai tidak terasa lagi.

Bentuk-Bentuk Kota 1. Orthogonal Gridiron : Merupakan penyebaran dari pertumbuhan yang sama secara umum tanpa adanya perbedaan yang berarti dan mempunyai pusat lokal utama. Bentuk ini biasanya digunakan untuk kota yang daerahnya datar. 2. Spider Web : Merupakan salah satu bentuk kota yang sangat umum, kota ini mempunyai kepadatan yang tinggi. Pusat dari segala kegiatan yang sangat vital dengan perkembangan disekitarnya. 3. The Square Cities (Bentuk Bujur Sangkar) Kota berbentuk bujur sangkar menunjukkan adanya kesempatan perluasan kota ke segala arah yang relatif seimbang dan kendala fisikal relatif tidak begitu berarti. Hanya saja, ada jalur transportasi pada sisi-sisi memungkinkan terjadinya percepatan pertumbuhan areal kota pada arah jalur yang bersangkutan (Nelson, 1908).

4. Octopus/Star Shaped Cities (Bentuk Gurita/Bintang) Dasar dari bentuk spider web dengan linear radial biasanya mendefinisikan beberapa tipe dari ruangan terbuka. Contoh : Washington D.C. Peranan jalur transportasi pada bentuk ini juga sangat dominan sebagaimana dalam ribbon-shaped city. Hanya saja, pada bentuk gurita jalur transportasi tidak hanya satu arah saja, tetapi beberapa arah ke luar kota. Hal ini hanya dimungkinkan apabila daerah hinter land dan pinggirannya tidak memberikan halangan-halangan fisik yang berarti terhadap perkembangan areal kekotaannya.

5. The Rectangular Cities (Bentuk Empat Persegi Panjang) Melihat bentuknya orang dapat melihat bahwa dimensi memajang sedikit lebih besar daripada dimensi melebar. Hal ini dimungkinkan timbul karena adanya hambatan-hambatan fisikal terhadap perkembangan areal kota pada salah satu sisi-sisinya, (Nelson, 1958).

6. Satelite and Neighbourhood Plans (Bentuk Satelit dan Pusat-Pusat Baru) Pengembangan kota-kota satelit ini dapat berfungsi sebagai penyerap mengalirnya arus urbanit yang sangat besar ke kota utama dengan jalan meningkatkan fungsi-fungsi yang ada di kota-kota satelit sehingga memperluas working opportunities nya. Contoh : Kota Stockholm, London, Copenhagen, Jabotabek, Gerbang Kertasusila, Bandungraya. Dalam hal ini terlihat bahwa concentric development mendominasi perkembangan areal kekotaannya pada main urban center maupun pada kota-kota satelitnya.

7. Linier : Perkembangan yang diatur sepanjang Coridor, yaitu sebuah jari yang merupakan variasi dari bentuk star. Contoh : Madrid

8. Circuit Lineair or Ring Plan (Bentuk Cincin) : Dalam bentuk ini, sebenarnya terdiri dari beberapa pusat kota yang berkembang disepanjang jalan utama yang melingkar. Di bagian tengah wilayah tetap dipertahankan sebagai daerah hijau/terbuka (open spaces). Masing-masing pusat mungkin dapat berkembang menjadi kota-kota besar. Contoh nyata dari pada ring cities adalah Randstad Holland di Negeri Belanda, yang menghubungkan pusat-pusat kota Utrecht, Rotterdam, Denhaag, Harlem, Amsterdam dan beberapa kota-kota kecil lainnya.

9. Fan Shaped Cities (Bentuk Kipas) Bentuk semacam ini sebenarnya merupakan bentuk sebagian lingkaran. Dalam hal ini, ke arah luar lingkaran kota yang bersangkutan mempunyai kesempatan berkembang yang relatif seimbang. Oleh sebab-sebab tertentu pada bagian-bagian lainnya terdapat beberapa hambatan perkembangan areal kekotaannya yang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :

Hambatan-hambatan alami (natural constraints), misalnya : perairan, pegunungan. Hambatan-hambatan artificial (artificial constraints) : saluran buatan, zoning, ring roads.

Batas terluar dari pada kotanya di tandai dengan green belt zoning atau growth limitation dengan ring roads. Dengan demikian terciptalah bentuk bulat arcificial.

10. Polycentred : Bermacam penyebaran kota secara teratur dengan dibedakan antara jalur umum dan khusus wilayah perkembangan dan ruang terbuka yang merupakan suatu perputaran distribusi. Contoh : Detroit. 11. Ribbon shaped Cities (Bentuk Pita) Sebenarnya bentuk ini juga mirip regtangular city namun karena dimensi memanjangnya jauh lebih besar dari pada dimensi melebar maka bentuk ini menempati klasifikasi tersendiri dan menggambarkan bentuk pita. Dalam hal ini jelas terlihat adanya peranan jalur memanjang (jalur transportasi) yang sangat dominan dalam mempengaruhi perkembangan areal kekotaannya, serta terhambatnya peluasan areal ke samping

12. Stellar Cities (Bentuk Stellar)

Kondisi morfologi kota seperti ini biasanya terdapat pada kota-kota besar yang dikelilingi oleh kota-kota satelit. Dalam hal ini terjadi gejala penggabungan antara kota besar utama dengan kota-kota satelit di sekitarnya, sehingga kenampakan morfologi kotanya mirip telapak katak pohon, dimana pada ujung-ujung jarinya terdapat bulatan-bulatan. Majunya sarana transportasi dan telekomunikasi, mempunyai peranan yang besar dalam pembentukan kenampakan ini. Proses konurbasi yang terus-menerus akan menciptakan bentuk megapolitan.

13. Walled City Walled City terbentuk karena pertumbuhan kota yang di batasi oleh kondisi fisik topografi misalnya seperti Laut, Gunung dan lain sebagainya.

14. Concellation City Pertumbuhan kota secara melompat-lompat wilayah pengembangannya dihubungkan dengan jalur transportasi jalan dari pusat ke wilayahwilayah masing-masing.

ELEMEN-ELEMEN FISIK KOTA Dalam desain perkotaan (Shirvani, 1985) terdapat elemen-elemen fisik Urban Design yang bersifat ekspresif dan suportif yang mendukung terbentuknya struktur visual kota serta terciptanya citra lingkungan yang dapat pula ditemukan pada lingkungan di lokasi penelitian, elemenelemen tersebut adalah : a. TATA GUNA LAHAN

Tata guna lahan dua dimensi menentukan ruang tiga dimensi yang terbentuk, tata guna lahan perlu mempertimbangkan dua hal yaitu pertimbangan umum dan pertimbangan pejalan kaki (street level) yang akan menciptakan ruang yang manusiawi.

Peruntukan lahan suatu tempat secara langsung disesuaikan dengan masalah-masalah yang terkait, bagaimana seharusnya daerah zona dikembangkan, Shirvany mengatakan bahwa zoning ordinace merupakan suatu mekanisme pengendalian yang praktis dan bermanfaat dalam urban design, penekanan utama terletak pada masalah tiga dimensi yaitu hubungan keserasin antar bangunan dan kualitas lingkungan. Jika kita melihat dilokasi penelitian bisa dilihat dari zona mitigasi tiap-tiap wilayah kaitanya dalam menyiapkan daerah yang masuk dalam wilayah bencana alam siap menghadapinya dan juga membentuk kualitas hidup lingkungan dan bersifat kawasan yang manusiawi. b. BENTUK DAN MASSA BANGUNAN

Menyangkut aspek-aspek bentuk fisik karena setting, spesifik yang meliputi ketinggian, besaran, floor area ratio, koefisien dasar bangunan, pemunduran (setback) dari garis jalan, style bangunan, skala proporsi, bahan, tekstur dan warna agar menghasilkan bangunan yang berhubungan secara harmonis dengan bangunan-bangunan lain disekitarnya. Prinsip-prinsip dan teknik Urban Design yang berkaitan dengan bentuk dan massa bangunan meliputi : 1. 2. 3. Scale, berkaitan dengan sudut pandang manusia, sirkulasi dan dimensi bangunan sekitar. Urban Space, sirkulasi ruang yang disebabkan bentuk kota, batas dan tipe-tipe ruang. Urban Mass, meliputi bangunan, permukaan tanah dan obyek dalam ruang yang dapat tersusun untuk membentuk urban space dan

pola aktifitas dalam skala besar dan kecil. c. SIRKULASI DAN PARKIR

Elemen sirkulasi adalah satu aspek yang kuat dalam membentuk struktur lingkungan perkotaan, tiga prinsip utama pengaturan teknik sirkulasi adalah : 1. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak visual yang positif. 2. 3. d. Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan membuat lingkungan menjadi jelas terbaca. Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk mencapai tujuan bersama. RUANG TERBUKA

Ian C. Laurit mengelompokkan ruang terbuka sebagai berikut : 1. 2. 3. Ruang terbuka sebagai sumber produksi. Ruang terbuka sebagai perlindungan terhadap kekayaan alam dan manusia (cagar alam, daerah budaya dan sejarah). Ruang terbuka untuk kesehatan, kesejahteraan dan kenyamanan.

Ruang terbuka memiliki fungsi : 1. 2. 3. 4. Menyediakan cahaya dan sirkulasi udara dalam bangunan terutama di pusat kota. Menghadirkan kesan perspektif dan visa pada pemandangan kota (urban scane) terutama dikawasan pusat kota yang padat. Menyediakan arena rekreasi dengan bentuk aktifitas khusus. Melindungi fungsi ekologi kawasan.

5. 6.

Memberikan bentuk solid foid pada kawasan. Sebagai area cadangan untuk penggunaan dimasa depan (cadangan area pengembangan).

Aspek pengendalian ruang terbuka pusat kota sebagai aspek fisik, visual ruang, lingkage dan kepemilikan dipengaruhi beberapa faktor : 1. Elemen pembentuk ruang, bagaimana ruang terbuka kota yang akan dikenakan (konteks tempat) tersebut didefinisikan (shape,

jalan, plaza, pedestrian ways, elemen vertikal). 2. 3. 4. Faktor tempat, bagaimana keterkaitan dengan sistem lingkage yang ada. Aktifitas utama. Faktor comfortabilitas, bagaimana keterkaitan dengan kuantitas (besaran ruang, jarak pencapaian) dan kualitas (estetika visual)

ruang. 5. e. Faktor keterkaitan antara private domain dan public domain. JALUR PEJALAN KAKI

Sistem pejalan kaki yang baik adalah : 1. 2. 3. Mengurangi ketergantungan dari kendaraan bermotor dalam areal kota. Meningkatkan kualitas lingkungan dengan memprioritaskan skala manusia. Lebih mengekspresikan aktifitas PKL mampu menyajikan kualitas udara.

f.

ACTIVITY SUPPORT

Muncul oleh adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kota dengan seluruh kegiatan yang menyangkut penggunaan ruang kota yang menunjang akan keberadaan ruang-ruang umum kota. Kegiatan-kegiatan dan ruang-ruang umum bersifat saling mengisi dan melengkapi. Pada dasarnya activity support adalah : 1 2 Aktifitas yang mengarahkan pada kepentingan pergerakan (importment of movement). Kehidupan kota dan kegembiraan (excitentent).

Keberadaan aktifitas pendukung tidak lepas dari tumbuhnya fungsi-fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang-ruang umum kota, semakin dekat dengan pusat kota makin tinggi intensitas dan keberagamannya. Bentuk actifity support adalah kegiatan penunjang yang menghubungkan dua atau lebih pusat kegiatan umum yang ada di kota, mislnya open space (taman kota, taman rekreasi, plaza, taman budaya, kawasan PKL, pedestrian ways dan sebagainya) dan juga bangunan yang diperuntukkan bagi kepentingan umum. g. Simbol Dan Tanda

Ukuran dan kualitas dari papan reklame diatur untuk : 1. 2. Menciptakan kesesuaian. Mengurangi dampak negatif visual.

3. 4.

Dalam waktu bersamaan menghilangkan kebingungan serta persaingan dengan tanda lalu lintas atau tanda umum yang penting. Tanda yang didesain dengan baik menyumbangkan karakter pada fasade bangunan dan menghidupkan street space dan memberikan

informasi bisnis. 5. Dalam urban design, preservasi harus diarahkan pada perlindungan permukiman yang ada dan urban place, sama seperti tempat atau bangunan sejarah, hal ini berarti pula mempertahankan kegiatan yang berlangsung di tempat itu.

Perpindahan Penduduk Migrasi atau mobilitas penduduk dari satu daerah ke daerah lainnya dapat dikelompokkan menjadi dua: a. Migrasi internasional, yaitu perpindahan penduduk yang dilakukan antarnegara. Migrasi internasional dibedakan menjadi imigrasi dan emigrasi. 1) Imigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara lain ke dalam suatu negara. Contoh orang India masuk ke Indonesia. 2) Emigrasi, yaitu perpindahan penduduk dari suatu negara menuju ke negara lain. Contoh orang Indonesia pergi bekerja ke luar negeri, misalnya para Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di Malaysia. b. Migrasi nasional, yaitu proses perpindahan penduduk di dalam satu negara. Migrasi nasional ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu: 1) Migrasi penduduk sementara atau migrasi sirkuler, terdiri dari: a) penglaju, yaitu perpindahan penduduk dari tempat tinggal asal menuju ke tempat tujuan yang dilakukan setiap hari pulang pergi untuk melakukan suatu pekerjaan. b) perpindahan penduduk musiman, maksudnya perpindahan yang dilakukan hanya bersifat sementara pada musim-musim tertentu. 2) Migrasi penduduk menetap meliputi transmigrasi dan urbanisasi. Transmigrasi, yaitu perpindahan dari salah satu wilayah untuk menetap di wilayah lain dalam wilayah negara.

Urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota atau dari kota kecil ke kota besar. (1) Faktorfaktor yang mendorong terjadinya urbanisasi, sebagai berikut. (a) Lahan pertanian semakin sempit. (b) Sulitnya pekerjaan di luar sektor pertanian. (c) Banyaknya pengangguran di pedesaan. (d) Fasilitas kehidupan sulit didapat. (e) Kurangnya fasilitas hiburan. (2) Faktor penarik di kota, sebagai berikut. (a) Lapangan pekerjaan lebih banyak. (b) Banyak menyerap tenaga kerja. (c) Banyak hiburan. (d) Banyak fasilitas kehidupan.

Migrasi, baik migrasi internasional maupun nasional tentu ada pengaruhnya. Sebagai contoh untuk transmigrasi, urbanisasi, atau emigrasi

sebagai TKI, dampak negatifnya adalah: di perdesaan tenaga di sektor pertanian berkurang, banyak lahan tidak tergarap, produktivitas pertanian dapat menurun, dan tenaga terdidik sebagai tenaga penggerak pembangunan berkurang.

Namun migrasi juga ada akibat positifnya, yaitu: meningkatkan pendapatan penduduk desa, mengurangi kepadatan penduduk, menularkan pengalaman kota, dan masyarakat desa ingin maju.

Dalam hal urbanisasi, dampak negatif bagi wilayah perkotaan, antara lain: pertambahan penduduk, kepadatan penduduk, peningkatan tenaga kasar, timbul daerah kumuh, tuna wisma, meningkatnya kejahatan, pengangguran, kemacetan lalu-lintas, dan semakin menciptakan rasa individual yang tinggi.

Dampak positif migrasi di perkotaan, antara lain: Murah tenaga kerja Banyak tersedia tenaga kerja kasar Teori perkembangan kota

Model Teori Konsentris Banyak para ahli telah berusaha mengadakan penelitian mengenai struktur ruang kota yang ideal. Teori konsentris menyatakan bahwa daerah perkotaan dapat dibagi dalam enam zona sebagai berikut : 1. Zona pusat daerah kegiatan (Cantral Businnes Distritcs), terdapat pusat pertokoan besar (Dept. Store), gedung perkantoran yang bertingkat, bank, museum, hotel, restoran, dan sebagainya. 2. Zona peralihan atau zona transisi, merupakan daerah yang terikat dengan pusat daerah kegiatan. Penduduk zona ini tidak stabil, baik dilihat dari tempat tinggal maupun sosial ekonominya. Dikategorikan sebagai daerah berpenduduk miskin. Dalam rencana pengembangan kota daerah ini diubah menjadi lebih baik untuk kompleks indutri manufaktur, perhotelan, tempat parkir, gudang, apartemen, dan jalan-jalan utama yang menghubungkan inti kota dengan daerah luarnya. Pada daerah ini juga sering ditemui daerah slum atau daerah permukiman penduduk yang kumuh. 3. Zona pemukiman klas prcletar, perumahannya sedikit lebih baik. Didiami oleh para pekerja yang berpenghasilan kecil atau buruh dan karyawan kelas bawah, ditandai oleh adanya rumah-rumah kecil yang kurang menarik and rumah-rumah susun sederhana yang dihuni oleh keluarga besar. Burgess menamakan daerah ini sebagai woekingmens homes. 4. Zona pemukiman kelas menengah (residential zone), merupakan kompleks perumahan para karyawan kelas menengah yang memiliki keahlian tertentu. Rumah-rumahnya lebih baik dibandingkan daerah kelas proletar. 5. Wilayah tempat tinggal mesyarakat berpenghasilan tinggi. Ditandai dengan adanya kawasan elit, perumahan dan halaman yang luas. Sebagian besar penduduk merupakan kaum eksekutif, pengusaha besar, dan pejabat tinggi.

6. Zona penglaju (communities), merupakan daerah yang memasuki daerah belakang (hinterland) atau merupakan daerah batas desa-kota. Penduduknya bekerja di kota dan tinggal di pinggiran kota. Model konsentrik jarang terjadi secara ideal. Adapun model yang paling mendekati struktur ini adalah kota-kota pelabuhan.

Model Teori Sektoral menurut Homer Hoyt Selain teori konsentris, juga terdapat teori sektoral (sector theory) menurut Homer Hoyt (1930). Menurut teori ini struktur ruang kota cenderung berkembang berdasarkan sektor-sektor daripada berdasarkan lingkaran-lingkaran konsentrik. PDK atau CBL terletak di pusat kota, namun pada bagian lainnya berkembang menurut sektor-sektor yang bentuknya menyerupai irisan kue bolu. Hal ini dapat terjadi akibat dari faktor geografi, seperti bentuk lahan dan pengembangan jalan sebagai sarana komunikasi dan transportasi. Menurut Homer Hoyt, kota tersusun sebagai berikut : 1. Pada lingkaran dalam terletak pusat kota (CBD) yang terdiri atas bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar, dan pusat perbelanjaan. 2. Pada sektor tertentu terdapat kawasan industri ringan dan perdagangan. 3. Dekat pusat kota dan dekat sektor pada nomor 2, terdapat sektor murbawisma, yaitu tempat tinggal kaum murba atau kaum buruh. 4. Agak jauh dari pusat kota dan sektor industri serta perdagangan, terletak sektor masyawisma. 5. Lebih jauh lagi terdapat sektor adiwisma, yaitu kawasan tempat tinggal golongan atas.

Model Teori Inti Berganda menurut Harris dan Ullman Teori lainnya mengenai struktur kota adalah Teori Inti Berganda (multiple nuclei) dari C.D. Harris dan E.L. Illman (1945). Teori ini merupakan bentuk kritikan terhadap teori konsentriknya Burgess, Struktur ruang kota dapat terjadi dalam suatu kota terdapat tempat-tempat tertentu yang berfungsi sebagai intii kota dan pusat pertumbuhan baru menyebabkan adanya beberapa inti dalam perkotaan, misalnya wilayah perindustrian, pelabuhan, kompleks perguruan tinggi, dan kota-kota kecil di sekitar kota besar. Struktur ruang kota menurut teori inti berganda adalah sebagai berikut : 1. Pusat kota atau Central Bussines Distric (CBD).

2. Kawasan niaga dan industri pangan. 3. Kawasan murbawisma, tempat tinggal berkualitas rendah. 4. Kawasan madyawisma, tempat tinggal berkualitas menengah. 5. Kawasan adiwisma, tempat tinggal berkualitas tinggi. 6. Pusat industri berat. 7. Pusat niaga perbelanjaan lain di pinggiran. 8. Upakota, untuk kawasan masyawisma dan adiwisma. 9. Upakota (suburb) kawasan industri.

BAB III IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK KAWASAN STUDI

Kawasan studi kelompok kami berada di kawasan Jl.Kedawung dengan batasan perempatan Cengger ayam sampai dengan Jl.Letjen Sutoyo
Perempatan Cenggerayam

Jl.Letjen Sutoyo

Potensi kawasan yang di pandang sebagai daya guna lahan,melihat fasilitas dan kebutuhan masyarakat sekitar pada umumnya sepanjang jalan Kedawung merupakan area jalan yang difungsikan sebagai tempat hunian tinggal. Disekitar kawasan merupakan kawasan perdagangan.

Analisis Kawasan Cengger ayam - Jl.Letjen Sutoyo 1. Guna Lahan

Guna lahan di daerah pertigaan kedawung hingga cengger ayam jl didominasi oleh perumahan dan perdagangan.

2. Aksesibilitas Asesibilitas pada kawasan tersebut merupakan akses dari perempatan cengger ayam menuju jalan Letjen Panjaitan dan penghubung dengan jalan utama yaitu jalan soekarno-hatta ke jalan Letjen Panjaitan.sarana dan prasarana transportasi umum yang ada di kawasan ini adalah angkutan umum atau yang biasa di sebut dengan angkot,serta ada becak sebagai sarana transportasi umum yang berada di kawasan tersebut.Lahan parkir yang berada di kawasan, karena notabene bangunan di sana adalah bangunan perumahan lahan parker itu sendiri mengambil badan jalan pada kawasan.

3. Penerangan Di sepanjang jalan terdapat bermacam-macam penerangan yang berada di setiap rumah. Selain itu juga banyak tiang-tiang listrik. Mulai dari lampu-lampu kecil di pagar ruamah, hingga lampu penerangan jalan yang cukup besar. Tiang listrik terdapat setiap 5 meter.

4. Papan Iklan Jalan merupakan area yang banyak terdapat pertokoan dan usaha-usaha lainnya. Tak heran jika banyak papan iklan yang terpajang dipinggir jalan Papan iklan ini ada yang di taruh di pinggir jalan, ada yang di pasang di tiap toko tersebut. Cara tersebut, mereka lakukan untuk mendapatkan nama bagi siapa saja yang lewat di depannya. Tak hayal jika mereka ( yang punya label iklan ) rela membayar berapapun utuk memasang labelnya di tempat yang strategis agar terlihat banyak orang.

5. Bak Sampah Jagalah kebersihan.. mungkin ini kata-kata yang tepat untuk menggambarkan foto di bawah ini, atau yang bisa disebut street furniture. Dengan tempat ini, kita bisa menjaga kebersihan tempat di sekitarnya. Peletakan tong sampah pada daerah ini sangat tepat, salah satunya di letakkan di depan pintu gerbang Sekolah Dasar. Hal ini secara tidak langsung mendidik anak-anak untuk menjaga kebersihan.

6. Vegetasi Vegetasi yang terdapat merupakan pohon bertajuk lebar dan pohon perdu. Banyak juga tanaman yang ditanam dalam pot. Beberapa tanaman ini berfungsi sebagai peneduh jalan.

7. Sanitasi ( Drainase ) Parit terdapat hamper di sepanjang jalan. Parit-parit ini tidak cukup lebar tapi cukup untuk menampung air kotor. Sirkulasi air kotor cukup lancar.

8. Sarana prasarana Terdapat sarana dan prasarana yang mendukung seperti telephon umum

9. Transportasi umum

Angkot dan becak

10. Parkir

11. Pedestrian ways (trotoar)

12. Rambu-rambu

13. Fasad bangunan 14. Side back bangunan (sempadan, batas pagar) 15. Street scape (skyline)

Vous aimerez peut-être aussi