Vous êtes sur la page 1sur 4

KRITISI JURNAL

INSTRUMEN PENGKAJIAN LUKA BATES JENSEN

The Bates-Jensen Wound Assessment Tool (BWAT)

PEMBIMBING :

Nama Kelompok :

1. Riska Ayu Asyhari 2. Silfiah Nofi P 3. Lisa Royani Mitha 4. Ima Safitri Puji Utami

105070200111019 105070200111023 105070207111013 104070201111001

Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2011

1. Topik Penelitian Jurnal

Jurnal ini membahas tentang metode penyusunan format pengkajian luka menurut bates Jensen.

2. Analisis Hasil Penelitian

Metode penyusunan format pengkajian luka dilakukan dalam tiga tahap yaitu : Tahap Satu Sebanyak 75 foto dipilih untuk menggambarkan 11 dari 13 karakteristik luka pada BWAT. Foto-foto itu dari berbagai etiologi: 22 ulkus tekanan, 5 ulkus kaki diabetik, 18 ulkus stasis vena, 23 luka bedah dan 7 dari etiologi lainnya. Selanjutnya foto dinilai kesesuaian dengan karakteristik dan kualitasnya berdasarkan standar publikasi untuk diterima atau tidak diterima.

Tahap kedua Pengembangan terjadi dengan 15 ETNs menghadiri Pertemuan Regional

Asosiasi Kanada untuk Terapi Ontario enterostomal. Informed consent diperoleh dan peserta menyelesaikan survei singkat. Pelaksanaan validasi terdiri dari presentasi PowerPoint menampilkan 75 foto, menyediakan satu atau dua contoh dari masingmasing lima karakteristik luka untuk setiap item. Konsensus didefinisikan sebagai 75 persen dari penilai mendukung foto. Para peserta menyetujui 73 persen (n = 55) dari 75 foto-foto yang disajikan, yang berarti bahwa 20 foto-foto itu ditolak dan perlu diganti. Selain itu, 10 foto-foto baru harus diperoleh untuk mewakili karakteristik dari ukuran luka dan indurasi jaringan perifer. Selanjutnya, para peneliti menetapkan bahwa lima dari foto divalidasi adalah tidak optimal. Foto-foto alternatif disediakan untuk item ini untuk validasi di babak berikutnya, selama tahap akhir pengembangan panduan bergambar. Tahap ketiga : Para perawat meninjau 53 foto, 17 dari yang foto-foto baru untuk mewakili 10 karakteristik ukuran luka dan indurasi jaringan perifer dan 36 di antaranya foto pengganti

bagi foto yang tidak divalidasi pada tahap dua. Panel perawat menyetujui semua 53 foto-foto luka, dengan konsensus level minimum 57 persen (satu item) dan maksimum 100 persen (21 item) Meskipun item tersebut hanya 57 per konsensus persen tidak memenuhi keinginan level consensus yang sebenarnya yaitu 75 persen, keputusan untuk memasukkannya dibuat oleh para peneliti karena komentar menunjukkan bahwa peserta memikirkan tampilan cedera jaringan dalam daripada deposit hemosiderin perluka yang foto tangkap. Empat item tambahan hanya mencapai 71 per konsensus persen, tetapi, dengan sampel dari tujuh, itu bukan tidak mungkin untuk mencapai 75 persen, dan para peneliti setuju bahwa foto-foto ini akan dianggap untuk divalidasi.

Dari ketiga tahap untuk tujuan pengembangan panduan bergambar, 128 foto-foto telah ditinjau. Dari ini, 103 telah divalidasi dan muncul dalam panduan bergambar untuk menunjukkan 65 karakteristik BWAT. Panduan bergambar termasuk foto-foto luka dari berbagai etiologi. Foto-foto telah dievaluasi untuk kedua kemampuan mereka untuk menggambarkan pilihan karakteristik item luka pada BWAT dan kejelasan fotografi untuk duplikasi dan untuk keperluan publikasi.

3. Masukan Terhadap Jurnal

Positive 1. Jurnal sudah menampilkan foto sebagai panduan. 2. Penyusunan format pengkajian melibatkan banyak pihak sehingga memungkinkan untuk kolaborasi 3. Metode penelitian tentang penyusunan format pengkajian luka ditampilkan secara akurat dan lengkap. 4. Metode tentang penyusunan format pengkajian lebih terstruktur.

Negative 1. Membutuhkan proses dan waktu yang lama untuk penyusunan format pengkajian luka. 2. Format pengkajian tidak tersedia jurnal sehingga butuh referensi lain untuk mendapatkan format

Saran : seharusnya format pengkajian luka dilampirkan agar tidak membingungkan dan memerlukan kerja dua kali untuk mecari format dari sumber lain. 4. Aplikasi Hasil Penelitian pada Setting Pelayanan Kesehatan di Indonesia

Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Barbara Bates-Jensen tentang metode pengkajian luka BWAT yaitu sebuah metode untuk mengkaji luka secara akurat dengan menampilkan foto foto luka dan pemberian skor - skor pada luka tersebut sangat efektif apabila di aplikasikan di Indonesia. Perawat secara mudah dapat mengkaji dan

mendokumentasikan luka karena metode ini tersedia gratis dengan mengunduhnya di internet dan buku panduannya tersedia dalam bentuk booklet atau majalah dan DVD yang berisi presentasi PowerPoint dengan naskah audio yang direkam. Tetapi pengaplikasian metode ini lebih efektif diberikan atau diajarkan pada sekolah / institusi keperawatan karena apabila metode ini telah diajarkan sebelum mereka profesi diharapkan akan terbiasa menggunakan metode yang terbaru ini saat profesi sehingga memudahkan mereka dalam pengkajian luka. Metode ini sekarang sudah banyak di aplikasikan di rumah sakit rumah sakit di Indonesia seperti di RS SAIFUL ANWAR MALANG dan RS NGUDIWALUYO BLITAR1 dengan format seperti ini :

Skripsi oleh Dina Dewi Sartika. 2008. Perbedaan perkembangan luka dan keefektifan pembiayaan luka diabetes menggunakan balutan konvensional dibandingkan dengan balutan modern RSSA dan RS ngudi waluyo.

Vous aimerez peut-être aussi