Vous êtes sur la page 1sur 16

Askep isolasi sosial

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI I. KONSEP DASAR Isolasi adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak ( Carpenito, 1998 ) Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend,1998) Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran dan prestasi atau kegagalan. Ia mempunyai kesulitan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain, yang dimanivestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman dengan orang lain (DepKes, 1998). II. FAKTOR PREDISPOSISI DAN PRESIPITASI Faktor predisposisi terjadinya perilaku menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain, ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan meresa tertekan. Sedangkan faktor presipitasi dari faktor sosio-cultural karena menurunnya stabilitas keluarga dan berpisah karena meninggal dan fakto psikologis seperti berpisah dengan orang yang terdekat atau kegagalan orang lain untuk bergantung, merasa tidak berarti dalam keluarga sehingga menyebabkan klien berespons menghindar dengan menarik diri dari lingkungan (Stuart and sundeen, 1995). III. TANDA DAN GEJALA Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan (data objektif) : 1. Apatis, ekspresi, afek tumpul. 2. Menghindar dari orang lain (menyendiri) klien tampak memisahkan diri dari orang lain. 3. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain atau perawat. 4. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk. 5. Berdiam diri di kamar/tempat berpisah klien kurang mobilitasnya. 6. Menolak hubungan dengan orang lain klien memutuskan percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap. 7. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan. 8. Posisi janin pada saat tidur. Data subjektif sukar didapat jika klien menolak berkomunikasi, beberapa data subjektif adalah menjawab dengan singkat kata-kata tidak, ya, tidak tahu. IV. KAREKTERISTIK PERILAKU Gangguan pola makan : tidak nafsu makan atau makan berlebihan. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis. Kemunduran secara fisik. Tidur berlebihan.

Tinggal di tempat tidur dalam waktu yang lama. Banyak tidur siang. Kurang bergairah. Tidak memperdulikan lingkungan. Kegiatan menurun. Immobilisasai. Mondar-mandir (sikap mematung, melakukan gerakan berulang). Keinginan seksual menurun. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN ISOLASI SOSIAL ; MENARIK DIRI. I. Deskripsi Tanggapan atau deskripsi tentang isolasi yaitu suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (towsend, 1998). Seseorang dengan perilaku menarik diri akan menghindari interaksi dengan orang lain. II. Pengkajian Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat da tanggal dirawat isi pengkajian meliputi : a. Identitas Klien Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien. b. Keluhan Utama Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain , tidak melakukan kegiatan sehari hari , dependen. c. Faktor predisposisi kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba tiba) perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung lama. d. Aspek fisik / biologis Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan keluhafisik yang dialami oleh klien. e. Asfek Psikososial 1. Genogram yang menggambarkan tiga generasi 2. Konsep diri a) citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan, mengungkapkan ketakutan. b) Identitas diri Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil keputusan .

c) Peran Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK. d) Ideal diri Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi. e) Harga diri Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri. 3. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga sosialdengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat. 4. kenyakinan klien terhadap tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual) f. Status Mental Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan denga orang lain , Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup. g. Kebutuhan persiapan pulang. 1. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan 2. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan dan merapikan pakaian. 3. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi 4. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar rumah 5). Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar. H. Mekanisme Koping Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri) I. Asfek Medik Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor,therapy okopasional, TAK , dan rehabilitas. III. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan adalah identifikasi atau penilaian pola respons baik aktual maupun potensial (Stuart and Sundeen, 1995) Masalah keperawatan yang sering muncul yang dapat disimpulkan dari pengkajian adalah sebagai berikut : *. Isolasi sosial : menarik diri *. Gangguan konsep diri: harga diri rendah *. Resiko perubahan sensori persepsi *. Koping individu yang efektif sampai dengan ketergantungan pada orang lain . *. Gangguan komunikasi verbal, kurang komunikasi verbal. *. Intoleransi aktifitas. *. Kekerasan resiko tinggi. IV. Pohon Masalah Diagnosa Keperawatan 1. Resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan menarik diri. 2. Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 3. Gangguan harga diri : harga diri rendah berhubungan dengan tidak efektifnya koping individu : koping defensif.

V. Tindakan keperawatan Tindakan keperawatan dalam asuhan keperawatan jiwa berbeda dengan tindakan keperawatan untuk klien dengan penyakit fisik di RSU dalam perawatan kesehatan jiwa. Perawat melakukan tindakan yang bertujuan untuk mengatasi penyebab dari masalah dan daftar masalah diatas dapat diambil salah satu. Contoh masalah keperawatan yaitu : resiko perubahan sensori persepsi berhubungan dengan isolasi sosial : menarik diri. VI. Rencana Intervensi Rencana tindakan keperawatan terdiri 3 asfek utama yaitu : a. tujuan umum berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa. Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaia tujuan khusus dapat dicapai. b. tujuan khusus berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien .umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi 3 aspek (stuart & sundeen ,1995) yaitu : kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan ,kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi dapat selesai dan kemampuan afektif yang perlu dimiliki agar klien percaya akan kemampuan menyelesaiakan masalah. c. Rencana tindakan keperawatan Tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus. tindakan keperawatan menggambarkan tindakan keperawatan mandiri, kerjasama dengan klien, keluarga, kelompok dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa lainnya. VII. Kriteria Evaluasi keperawatan Kriteria evaluasi dibuat berdasarkan pada tujuan khusus yang terdiri dari beberapa tujuan , masing tujuan tersebut ada kriteria evaluasinya . Daftar Pustaka Carpenito, lynda Juall. 1998. Buku saku buku kedokteran EGC : jakarta. Keliat, B.A. 1999. Proses keperawatan kesehatan jiwa, penerbit buku kedokteran EGC : diagnosa keperawatan , Edisi 6, penerbit Jakarta. Short, G.W dan Sandra, J. Sunden. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta. Towsend, Mary C. 1998. Buku saku Diagnosa keperawatan psikiatri untuk pembuatan rencana keperawatan, Edisi 3, Penerbit buku kedokteran EGC: Jakarta. , 1998. Buku Standart keperawatan Kesehatan Jiwa dan penerapan asuhan keperawatan pada kasus di Rumah Sakit Ketergantungan obat, Direktorat kesehatan jiwa Direktorat Jenderal Pelayanan medik, Dep-kes RI, Jakarta. Maramis, Wf. (1995) Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University press : Surabaya. ASKEP JIWA A. Kasus (Masalah Utama) Gangguan Interaksi sosial: Menarik diri

B. Pengertian. Perilaku menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain ( Rawlins,1993 ). C. Proses Terjadinya Masalah 1. Penyebab : a. Perkembangan : Sentuhan, perhatian, kehangatan dari keluarga yang mengakibatkan individu menyendiri, kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak adekuat yang berakhir dengan menarik diri. b. Komunikasi dalam keluarga : Klien sering mengalami kecemasan dalam berhubungan dengan anggota keluarga, sering menjadi kambing hitam, sikap keluarga tidak konsisten (kadang boleh, kadang tidak). Situasi ini membuat klien enggan berkomunikasi dengan orang lain. c. Sosial Budaya : Di kota besar, masing masing individu sibuk memperjaungkan hidup sehingga tidak waktu bersosialisasi. Situasi ini mendukung perilaku menarik diri. Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak aman dalam berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional dalam hubungan yang positif dengan orang lain yang menimbulkan rasa aman. Dunia merupakan alam yang tidak menyenangkan, sebagai usaha untuk melindungi diri, klien menjadi pasif dan kepribadiannya semakin kaku (rigid). Klien semakin tidak dapat melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia berusaha mendapatkan rasa aman tetapi hidup itu sendiri begitu menyakitkan dan menyulitkan sehingga rasa aman itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia mengembangkan rasionalisasi dan mengaburkan realitas daripada mencari penyebab kesulitan serta menyesuaikan diri dengan kenyataan. Konflik antara kesuksesan dan perjuangan untuk meraih kesuksesan itu sendiri terus berjalan dan penarikan diri dari realitas diikuti penarikan diri dari keterlibatan secara emosional dengan lingkungannya yang menimbulkan kesulitan. Semakin klien menjauhi kenyataan semakin kesulitan yang timbul dalam mengembangkan hubungan dengan orang lain. Menarik diri juga disebabkan oleh perceraian, putus hubungan, peran keluarga yang tidak jelas, orang tua pecandu alkohol dan penganiayaan anak. Resiko menarik diri adalah terjadinya resiko perubahan sensori persepsi (halusinasi). 2. Tanda tanda menarik diri dilihat dari beberapa aspek : a. Aspek fisik :

Makan dan minum kurang Tidur kurang atau terganggu Penampilan diri kurang Keberanian kurang b. Aspek emosi :

Bicara tidak jelas, merengek, menangis seperti anak kecil Merasa malu, bersalah

Mudah panik dan tiba-tiba marah c. Aspek sosial

Duduk menyendiri Selalu tunduk Tampak melamun Tidak peduli lingkungan Menghindar dari orang lain Tergantung dari orang lain d. Aspek intelektual

Putus asa Merasa sendiri, tidak ada sokongan Kurang percaya diri

D. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji 1. Masalah Keperawatan. a. Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinas b. Isolasi sosial : menarik diri c. Gangguan konseps diri: harga diri rendah 2. Data yang perlu di kaji. a. Resiko perubahanm persepsi sensori: halusinas 1) Data Subjektif a) Klien mengatakan mendengar bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata b) Klien mengatakan melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata c) Klien mengatakan mencium bau tanpa stimulus d) Klien merasa makan sesuatu e) Klien merasa ada sesuatu pada kulitnya f) Klien takut pada suara/bunyi/gambar yang dilihat dan didengar g) Klien ingin memukul/melempar barang-barang 2) Data Objektif a) Klien berbicar dan tertawa sendiri b) Klien bersikap seperti mendengar/melihat sesuatu c) Klien berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu d) Disorientasi b. Isolasi sosial : menarik diri 1) Data obyektif: Apatis, ekpresi sedih, afek tumpul, menyendiri, berdiam diri dikamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), menolak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur. 2) Data subyektif: Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak.

c. Gangguan konseps diri: harga diri rendah 1) Data obyektif: Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri. 2) Data subyektif: Klien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh / tidak tahu apa apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri. E. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi . berhubungan dengan menarik diri. 2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah. F. RENCANA TINDAKAN. Diagnosa Keperawatan 1: Resiko perubahan persepsi sensori: halusinasi. Berhubungan dengan menarik diri 1. Tujuan umum: Tidak terjadi perubahan persepsi sensori: halusinasi 2. Tujuan khusus: a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan:

Bina hubungan saling percaya: salam terapeutik, memperkenalkan diri, jelaskan tuiuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kesepakatan / janji dengan jelas tentang topik, tempat, waktu. Beri perhatian dan penghargaan: temani kilen walau tidak menjawab Dengarkan dengan empati : beri kesempatan bicara, jangan terburu buru, tunjukkan bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.

b. Klien dapat menyebut penyebab menarik diri Tindakan:


Bicarakan penyebab tidak mau bergaul dengan orang lain. Diskusikan akibat yang dirasakan dari menarik diri. c. Klien dapat menyebutkan keuntungan hubungan dengan orang lain Tindakan:

Diskusikan keuntungan bergaul dengan orang lain. Bantu mengidentifikasikan kernampuan yang dimiliki untuk bergaul.

d. Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap: klien perawat, klien perawat klien lain, perawat-klien kelompok, klien keluarga. Tindakan:

Lakukan interaksi sering dan singkat dengan klien jika mungkin perawat yang sama. Motivasi temani klien untuk berkenalan dengan orang lain Tingkatkan interaksi secara bertahap Libatkan dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi Bantu melaksanakan aktivitas setiap hari dengan interaksi

Fasilitasi hubungan kilen dengan keluarga secara terapeutik e. Klien dapat mengungkapkan perasaan setelah berhubungan dengan orang lain. Tindakan:

Diskusi dengan klien setiap selesai interaksi / kegiatan Beri pujian atas keberhasilan klien f. Klien mendapat dukungan keluarga Tindakan:

Beri pendidikan kesehatan tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.

Diagnosa 2: Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah 1. Tujuan umum : Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal 2. Tujuan khusus : a. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan : 1) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip komunikasi terpeutik 2) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki Tindakan :

Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimilikiklien. Setiap bertemu klien hindarkan dari penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistik. b. Klien dapat menilai kemampun yang dimiliki Tindakan :

Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkn penggunaannya.

c. Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampun yang dimiliki Tindakan :

Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi kondisi klien Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan d. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi sakit dan kemampuannya Tindakan :

Beri kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah direncanakan Beri pujian atas keberhasilan klien Diskusikan kemungkinan pelaksanan di rumah

e. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada Tindakan :


nagned neilk tawarem arac gnatnet agraulek adap natahesek nakididnep ireBharga diri rendah Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

DAFTAR PUSTAKA Azis R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang : RSJD Dr. Amino Gondoutomo. 2003 Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia : LipincottRaven Publisher. 1998 Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999 Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998 Stuart, G.W and Sundeen. Principle and practice of psychiatric nursing. 5thed. St Louis Mosby Year Book.1995 Stuart. G.W and Laraia. Principle and practice of psychiatric nursing.7thed. St Louis Mosby Year Book. 2001 Townsed, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri:pedoman untuk pembuatan rencana keperawatan. Edisi ketiga. Alih Bahasa: Novi Helera C.D. Jakarta. EGC. Jakarta1998. Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung : RSJP Bandung. 2000 Pada klien gangguan jiwa dengan core problem Isolasi sosial dapat ditemukan perilaku seperti tercantum pada tabel di bawah ini : Jenis Gangguan Hubungan Sosial Menarik diri Perilaku Kurang spontan Apatis (acuh terhadap lingkungan) Ekspresi wajah kurang berseri

Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri Tidak ada atau kurang komunikasi verbal

Mengisolasi diri

Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya Masukan makanan dan minuman terganggu Retensi urine dan feces Aktifitas menurun Kurang energi (tenaga) Rendah diri

Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus / janin (khususnya pada posisi tidur)

( Depkes RI, 2000 : 120 ) Sedangkan tanda dan gejala isolasi sosial menurut Keliat yaitu : 1) Apatis 2) Ekspresi sedih, afek tumpul 3) Menghindar dari orang lain 4) Komunikasi kurang atau tidak ada 5) Tidak ada kontak mata, lebih sering menunduk 6) Berdiam diri atau tempat terpisah 7) Menolak berhubungan dengan orang lain 8) Tidak melakukan kegiatan sehari-hari

Setelah menganalisa data dan menegakkan diagnosa keperawatan Isolasi Sosial, maka susunlah rencana asuhan keperawatan seperti berikut ini. Yang perlu diingat, rencana asuhan keperawatan adalah kerangka berfikir perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Namun manusia sebagai makhluk yang unik, mungkin memberikan respon yang berbedabeda, sehingga dalam pengaplikasiannya kita perlu memodifikasi sesuai kondisi dan respon klien.

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan mengacu pada NANDA 2006 cukup menuliskan problemnya : Isolasi Sosial

No Diagnosa Perencanaan DxKeperawatan Tujuan 2 Isolasi Sosial TUM :: Klien dapat berinteraksi dengan orang lain Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

1.1. Setelah 2x interaksi klien menunjukan tanda-tanda percaya kepada perawat a. Wajah cerah b. Mau berkenalan

1. Bina hubungan Hubungan saling saling percaya dengan;. percaya merupakan dasar untuk kelancaran a. Perkenalkan hubungan interaksi nama panggilan perawat dengan tujuan selanjutnya. perawat berkenalan Menggali b. Tanyakan nama pengetahuan klien tentang isolasi panggilan klien sosial

c. Ada kontak c. Tunjukan sikap mata jujur dan menempati Untuk janji setiap berinteraksi mengetahui penyebab isolasi sosial d. Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi Menambah pengetahuan klien d. Bersedia tentang isolasi menceritakan e. Buat kontrak sosial tanpa serta perasaannya interaksi yang jelas penyebab e. Bersedia f. Dengarkan Reinforcement menceritakan dengan penuh TUK 2 : positif dapat masalahnya perhatian ekspresi meningkatkan perasaan klien Klien dapat kepercayaan diri Bersedia menyebutkan f. klien mengungkapkan penyebab Isolasi sosial masalahnya 2.1 Tanyakan pada

klien tentang a. Orang yang tinggal serumah/temansekamar Untuk klien meningkatkan pengetahuan klien 2.1. Setelah 2x b. Orang yang tentang manfaat interaksi klien paling dekat dengan berhubungan dapat klien dirumah atau sosial menyebutkan lingkungan RS minimal atau penyebab menarik Meningkatkan diri: c. Apa yang pengetahuan klien membuat klien dekat mengungkapkan - Diri sendiri dengan orang tersebut bebannya tentang manfaat Orang yang tidak berhubungan - Orang lain d. dengan orang lain. dekat dengan klien Lingkungan dirumah dan diruangan perawat Reinforcement dapat meningkatkan e. Apa yang kepercayaan diri membuat orang itu klien tidak dekat dengan orang tersebut

TUK 3 : Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

f. Upaya apa yang sudah klien lakukan agar klien dekat dengan orang lain

2.2 Diskusikan dengan klien tentang penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain 2.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan 3. Setelah 2x perasaannya interaksi klien dapat menyebutkan

Mengkaji kemampuan klien dalam membina hubungan dengan orang lain Membantu klien untuk berkenalan dan membina hubungan dengan orang lain Meningkatkan

TUK 4 : Klien dapat melakukan hubungan social secara bertahap

keuntungan berhubungan sosial: Banyak teman Tidak kesepian Saling menolong

3.1 Tanyakan pada klien tentang : Manfaat hubungan sosial Kerugian menarik diri

kemampuan klien dalam bersosialisasi Pembuatan jadwal yang sesuai dapat meningkatkan kemampuan klien untukbersosialisasi

3.2 Diskusikan dengan klien tentang manfaat berhubungan Untuk meningkatkan sosial dan kerugian motivasi klien menarik diri beraktivitas 3.3 Beri pujian terhadap kemampuan Reinforcement klien mengungkapkan positif dapat meningkatkan perasaannya kepercayaan diri klien

4. Setelah 2x interaksi klien dapat melaksanakan hubungan social secara secara bertahap dengan : TUK 5 : Klien mampu menjelaskan perasaan setelah berhubungan sosial

Membantu klien mengeksplorasi 4.2 Beri motivasi dan perasaan yang setelah bantu klien untuk berhubungan berkenalan atau berkomunikasi dengan social Perawat : Reinforcement Perawat lain positif dapat - Perawat meningkatkan Klien lain - Perawat lain klien kepercayaan diri klien lain kelompok kelompok 4.3 Libatkan klien dalam terapi aktifitaskelompok sosialisasi 4.5 Diskusikan jadwal harian yang dilaksanakan untuk meningkatkan

4.1 Observasi perilaku klien saat berhubungan social

kemampuan klien bersosialisas 4.6 Beri motivasi untuk klien melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat 4.7 Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas pergaulan melalui aktivitas yang dilakukan 5.1 Setelah 2x interaksi klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan social dengan: Orang lain 5.1 Diskusikan dengan klien tentang kelompok perasaan setelah berhubungan social dengan: Orang lain

TUK 6 : klien mendapat dukungan dari keluarga dalam memperluas hubungan sosial

Keterlibatan keluarga sangat Kelompok 6.1 setelah 2x mendukung interaksi keluarga terhadap proses dapat menjelaskan 5.1 Beri pujian perubahan prilaku terhadap kemampuan klien. tentang klien mengungkapkan pengertian perasaannya Potensi keluarga menarik diri dapat dijadikan TUK 7 : support bagi klien tanda dan 6.1 diskusikan Klien dapat gejala menarik Meningkatkan pentingnya peran serta pengetahuaqn memanfaatkan diri keluarga sebagai obat dengan tentang perawatan penyebab pendukung untuk baik klien dengan mengatasi perilaku dan gejala menarik diri. menarik diri : menarik diri cara 6.2 diskusikan potensi keluarga mengatasi

merawat klien 6.2 setelah 2x pertemuan keluarga dapat memperaktekan cara merawat klien menarik diri

perilaku menarik diri 6.3 jelaskan pada keluarga tentang : tanda dan gejala menarik diri penyebab dan akibat menarik diri cara merawat klien menarik diri

6.4 latih keluarga cara merawat klien menarik diri Obat dalam salah satu factor untuk menjaga kondisi klien dan agar prilaku klien tidak 7.1. setelah 2x kambuh interaksi klien 6.5 tanyakan perasaan menyebutkan keluarga agar Reinforcement membantu klien untuk positif dapat bersosialisasi Manfaat meningkatkan minum obat kepercayaan diri 6.6 beri pujian kepada klien dan menguatkan Kerugian keluarga atas perilaku positif ( tidak minum obat keterlibatan nya atau putus obat merawat klien di RS meningkatkan motivasi ). 7.2. setelah 2x interaksi klien mendemostrasikan penggunaan obat dengan benar 7.3. setelah 2x 7.1. diskusikan dengan interaksi klienh klien tentang manfaat menyebutkan dan kerugian tidak akibat berhenti minum obat, nama, minum obat tanpa warna, dosis, cara, konsultasi dokter efek, therapy dan efek penggunaan obat 7.2. pantau klien saat minum obat 7.3. beri pujian klien

menggunakan obat dengan benar 7.4. diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter 7.5. anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter ( perawat ) jika terjadi hal hal yang tidak diinginkan. ASKEP ISOLASI SOSIAL Suka Be the first to like this post.
Masukan ini dipos pada Juli 9, 2011 1:01 pm dan disimpan pada Uncategorized . Anda dapat mengikuti semua aliran respons RSS 2.0 dari masukan ini Anda dapat memberikan tanggapan, atau trackback dari situs anda.

Vous aimerez peut-être aussi