Vous êtes sur la page 1sur 6

BAB 7 CROSS REGIONAL DIPLOMACY 2009-Chinese Foreign Policy An Introduction

Pendahuluan Awal perang dingin yang ditandai dengan negara yang terbagi menjadi dua kelompok, yakni Amerika serikat dan sekutunya serta Uni Soviet sebagai 2 negara adidaya. Pada pertengahan perang dingin lahirlah gerakan non-blok di negara-negara berkembang yang merepresentasikan diri mereka melawan kolonialisme. Mereka cenderung membentuk identitas politik, ekonomi dan pembangunan kawsan daripada membentuk aliansi. Di akhit tahun perang dingin pasca keruntuhan Soviet, negaranegara tersebut membangun organisasi regional sesuai letak geografisnya. Namun karena globalisasi, membuat kawasan dunia sulit untuk dijelaskan hingga pada akhirnya para penstudi HI menyatakan tentang cross-regional diplomacy yang akhirakhir ini menjadi strategi Cina. Pada dekade awal pembentukan kebijakan luar negeri Cina dibawah pimpinan Deng Xiaoping dan Jiang Zemin, strategi Cina menjadi perhatian negara-negara super power dan great power seperti AS, USSR/federasi Rusia, serta tetangga Cina di Asia Timur, tenggara, dan Tengah. Saat itu strategi Cina adalah dengan mengadakan hubungan bilateral dengan Jepang, multilateral dengan rezim regional (APEC, ARF, SCO), serta memperkuat hubungan dengan kawasan Asia Pasifik. Dalam beberapa tahun kemudian, ternyata strategi tersebut berhasil dalam meningkatkan hubungannya dengan Asia Pasifik, sehingga pada tahun 1990-an, Jiang Zemin lebih meningkatkan hubungan Bilateral karena dinilai dapat mempererat hubungan antar negara secara lebih dekat. Disinilah awal mulanya Cina melakukan cross-regional Diplomacy atas keberhasian memperat hubungan dengan Asia sehingga membuat Jiang melakukan hubungan diluar garis Asia yakni di kawasan regional lainnya. Mitranya yang pertama adalah Rusia (1996), AS, Kanada, Meksiko (1997), Uni Eropa (1998), Afrika Selatan, Mesir, dan Arab Saudi (1999). Cross-regional diplomacy sering disebut sebagai charm offensive dimana strategi Cina ini berhasil karena Cina lebih mengedepankan strategi soft-power dan daya tariknya.

EROPA Uni Eropa menjadi wilayah yang sulit dalam pendekatannya oleh Cina, karena Cina harus menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan Eropa. Sebenarnya, hubungan kerjasama Cina dan UE sudah berlangsung sejak tahun 1990, namun Cina dan UE melakukan normalisasi hubungan pada tahun 1975. Kemitraannya dengan UE, menjadi langkah awal Cina menjadi negara yang lebih independen dan tidak bersandar pada blok Barat maupun Timur. Deng Xiaoping menyatakan bahwa UE menjadi tempat yang sangat penting bagi Cina dalam penyaluran teknologi dan perdagangan. Dalam normalisasi hubungan keduanya (1975), negara-negara UE mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke Cina, seperti Inggris (1950), Perancis (1963), italy (1970), kemudian disusul oleh negara Eropa Barat lainnya, kecuali Vatikan (Holy see). Setelah ekpansi di UE tahun 1992, perdagangan keduanya meningkat menjadi US$ 326 miliar disepanjang tahun 1975-2005. Saat itulah, EU mempertimbangkan Cina sebagai mitra pentingnya hingga komisi Eropa membuat peraturan dengan Beijing di masa depan. Pada pergantian abad, muncul perdebatan hubungan erat UE dengan Cina yang mengarah pada hubungan politik yang kuat diantara 2 kekuatan besar selang AS melakukan invasi ke Irak tahun 2003 yang membuat UE dan Cina curiga atas keputusan AS tersebut tanpa berkonsutasi dengan DK PBB. Disini Cina dengan kemitraannya dengan UE sebagai alternatif penyeimbang kekuatan AS yang mendorong adanya multipolarisasi dalam sistem internasional. AS melihat kebangkitan Cina tersebut sebagai cara Cina dalam meningkatkan militer dan kekuasaan. Sedangkan UE melihat Cina sebagai upaya transisi perekonomian yang lebih liberal. Pada tahun 2005, Cina dan UE melakukan pertemuan yang membahas tentang kerjasama proyek navigasi satelit galileo. Dan juga investasi ekonomi dan koordinasi dalam membentuk jaringan di tahun 2003. Sejak saat itu Cina membentuk jaringannya sendiri yang bernama Big Dipper yang menyita perhatian AS. Kemudian Cina dan UE mengadakan pertemuan dalam forum ASEM (Asia Europe Meeting). ASEM dirancang sebagai kaki ketiga yang menghubungkan Amerika Utara, UE, dan Asia. Tujuannya adalah untuk enguatkan hubungan politik, budaya, dan ekonomi antara Uni Eropa dan lingakr pasifik sebagai pengakuan dari kedua benua. Anggota-anggota ASEM adalah komisi UE, ASEAN+10, sekretariat ASEAN, Cina, India, Jepang, dan Mongolia.

Kemudian dalam forum lainnya seperti APEC, dan OECD (Organisation for economy and cooperation development). Namun, hubungan perdagangan keduanya pernah mengalami defisit hingga 132.200.000.000 yang membuat perusahaan Eropa bersikap kritis terhadap Cina. mereka menyatakan bahwa tindakan Cina dalam devaluasi yuan adalah sikap yang tidak adil dalam pasar global. Mereka menilai Cina hanya memberikan keuntungan bagi produkproduk Cina sendiri. Kemudian perbaikan hubungan diantara keduanya pada september 2006 di Helsinki yang membahas tentang kemitran dan kerjasam PCA (Partnership and Cooperation Agreement) mengenai hak kekayaan intelektual, SDA, standar produk, dan hambatan non-tarif serta permasalahan lainnya. Namun, hubungan berjalan lambat karena sikap negara-negara UE yang mengalami permasalahan prosedural dengan Cina. akhirnya Cina mendekatkan diri dengan negara Eropa yang bukan Uni Eropa seperti Islandia, Norwegia, dan Swiss. Namun ketiganya tidak mengakui Cina sebagai pasar ekonomi. Ketiga negara tersebut merupakan anggota EFTA (Eropa Free Trade Assosiation) yang merupakan kumpulan negara-negara lemah yang ingin bergabung ke UE. Pada bulan-bulan mendekati olimpiade Beijing, terjadi problematik hubungan antara Cina dan UE, misalnya saat Cina membatalkan pertemuan tingkat tinggi dengan pemerintah Jerman, kemudian dengan Kanselir Markel dan contoh lainnya ketika Cina memprotes komentar dari Nicholas Sarkozy (presiden Franch) mengenai pemboikotan olimpiade beijing sebagi protes terhadap tindakan Cina di Tibet. Cina + UE -> Teknologi

AFRIKA Pasca 1949, hubungan Cina dengan sub-sahara Afrika mengalami hubungan yang rumit, ketika Cina berusaha mengubah ideologi Afrika dari unsur imperialisme. Saat itu Cina berkomitmen untuk memperluas perdagangan dengan mengembangkan daerah Afrika sebagai wujud kemitraan dan perdagangan. Pada tahun 1959 Mao menjelaskan bahwa Afrika sebagai negara yang dalam tahap perjuangan melawan imperialisme dan disini Cina mengungkapkan ketersediannya untuk membantu Afrika. Kebijakan konkret yang dilakukan Cina dis egi politikd an ekonomi misalnya seperti membangun kereta api Tan-Zam (Tanzania-Zambia) yang dibangun pada tahun 1970-1976. Kemudian bantuan medis, dan bentuan pinjaman

kepada sub-sahara Afrika serta mendukung gerakan pembebasan di Afrika sayap kiri dengan memberikan bantuan militer untuk kaum geriliya di Aljazair, Angola, dll. Sama halnya dengan UE, Afrika juga menjadi tempat kmpetisi diplomatik antara Cina dan Taiwan. Hingga negara-negara di Afrika mengalihkan hubungan diplomatik ke Cina dikarenakan adanya penawaran perdagangan dan intensif ekonomi lainnya dengan imbalan pengakuan. Pada tahun 1996, Jiang Zemin menguraikan 5 proposal poin yang didasari pada persahabatan yang handal, persamaan kedaulatan, non-intervensi, saling menguntungkan pengembangan dan kerjasama internasional yang mencerminkan pragmatisme politik modern daripada ideologi sosialis. Cina telah berupaya dalam meningkatkan pertanian, kayu, dan logam mulia untuk Afrika. Cina juga mendapatkan penawaran minyak bumi dengan Angola, Gabon, Nigeria, dan Sudan. Didorong oleh pengembangan energi dan komoditas, perdagangan Sino-Afrika meningkat hingga US$ 74 miliar pada tahun 2007. Pada tahun 2007, Cina berhasil menyalip Inggris dan Perancis sebagai perdagangan terbesar kedua setelah Amerika Serikat. Setelah itu, Cina menyerukan untuk membuat hubungan keuangan yang lebih besar dengan afrika dalam bentuk kawasan ekonomi khusus yang didirikan di Cina awal tahun 1980. Pada november 2006, KTT ke-3 dari forum kerjasama Cina-Afrika (FOCAC) diadakan di Beijing yang dihadiri oleh 45 pemimpin Afrika untuk membahas kerjasama politik dan ekonomi cross-regional. Dalam pembahasannya, Afrika ditunjuk KTT sebagai mitra strategis Beijing, dan Beijing pun siap untuk mendukung rencana ini secara financial dengan pinjaan baru, kredit pembeli, dan investasid ana. Pada saat yang sama, Cina mengirimkan peace Keeper ke Afrika untuk meningkatkan keamanan dan stabilitas di Afrika pada tahun 2007. Cina pernah mendapatkan ancaman dari pemberontak yang menentang pengaruh asing dari ekonomi minyak Nigeria. Hingga akhirnya Cina dan Abuja menandatangani kesepakatan keamanan yang dirancang untuk melindungi infrastruktur energi negara Afrika barat. Negara-negara Afrika mulai khawatir ketika produk Cina membanjiri pasar lokal, sedangkan produk Afrika pun sulit untuk memasuki pasar Cina. hal lain masalah buruh dimana di Afrika lebih banyak buruh Cina daripada buruh pribumi yang

dipekerjakan di Afrika. Kemudian isu transparansi pemerintah Niger dengan Cina, hingga dikecam oleh kelompok HAM di niger pada juli 2008. Cina + Afrika -> komoditas Energi

Masalah cross-regional yang lain AMERIKA LATIN Perubahan politik di Amerika latin membawa Cina untuk terlibat didalamnya. Cina tertarik untuk mengadakan hubungan perekonomian dengan Amerika Latin di bidang bahan baku, bahan makanan, produk pertanian, investasi. Di Chili, Cina lebih fokus terhadap bahan baku seperti Timah, alumunium, seng dan bijih besi. Di negara lain seperti Meksiko dengan tekstilnya lebih waspada menghadapi ekspansi Cina. kemudian Argentina dan Brazil lebih waspada akan neraca perdagangan yang semakin rendah dan rugi akibat kompetisi Cina. Namun, hubungan perdagangan keduanya meningkat mencapai US$ 8.200.000.000 di tahun 2007 dan meningkat lagi hingga US$ 102.610.000.000 tahun ini. Cina juga berhasil meningkatkan hubungan politik dengan sayap kiri Amerika Latin yakni Brazil dan Kuba. Beijing menandatangani kemitraan strategis dengan Argentina, Brazil, Meksiko, dan Venezuela dan berbagai perjanjian kerjasma dengan pemerintahan lain di kawsan. Mitra terdekat ialah Venezuela. Hubungan dengan Venezuela memberika Cina keuntungan dalam energi minyak. Pada mei 2008, Cina dan Venezuela membangun kilang minyak di Guangdong untuk proses penyulingan minyak. Selain itu, Cina juga mencari kesepakatan dengan Bolivia, Brazil, Kolombia, dan Equador dala ekspor energi. Di Brazil, Cina menjalin kesepakatan pengembangan cadagan energi lepas pantai. Beijing menandatangani peradagangan bebas dengan Chili pada november 2005. Cina juga diajukan sebagai pengamat tetap dalam organisasi negara-negara Amerika (OAS). Sebagai timbal baliknya, Cina mengirimkan peace keeper ke Haiti. Sama halnya dengan negara-negara UE, dan Afrika. Amerika Latin juga sebagai tempat pertempuran diplomatik dengan Taiwan.

TIMUR-TENGAH Timur tengah menjadi perhatian Cina, baik secara politik maupun ekonomi. Awal 2004, hubungan Cina dengan Timur tengah diawali dengan pembentukan 2 forum, yaitu CACF (kerjasama Cina Arab) sebagai kanal Cina dengan negara liga Arab. Yang kedua adalah seperangkat prinsip-prinsip penuntun hubungan diplomatik dimasa depan antara keduanya. CACF terus mengadakan pertemuan hingga pada mei 2008, delegasi Cina menyerukan pragmatis kerjasam dalam meningkatkan ekonomi dan keamanan. Tahun 2004, cina mengembangkan perjanjian perdagangan bebas dengan GCC (Gulf Cooperation Council), kemudian Sino-israel membina hubungan diplomatik mulai tahun 1992. Sino-timur tengah dilihat beijing sebagai sumber penting untuk bahan baku fosfat, mangan, kobalt, dan serat untuk tekstil yang sedang berkembang di sektor Cina. di timur tengah, diplomasi Cina memfokuskan pada energi perdagangan. Wilayah teluk menjadi sumber utama Cina dari impor minyak dan gas. Pada 2008, sekitar 60% dari impor minyak Cina berasal dari teluk, khususnya Arab Saudi, Sudan dan Qatar, karena jumlah minyak dan gas ditemukan disana. Terutama irak, yang kini dilihat beijing sebagai mitra energi utama. Namun, karena konflik menyebabkan Cina sulit untuk mengembangkan energi disana. Cina juga menjaga hubungand engan iran, meskipun ada isolasi AS dan sanksi terhadap Tehran. Hubungan Sino-Iran didirikan pada 1971 akhir perang dingin. Perdagangan melampaui US$ 25 miliar pada akhir tahun 2008.

Vous aimerez peut-être aussi