Vous êtes sur la page 1sur 12

InfoPOM

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Vol. 5, No. 2, Maret 2004

ISSN 1829-9334

Editorial
Pembaca yth, Dalam rangka menghadapi penerapan ASEAN Cosmetic Directive yang akan diberlakukan mulai 1 Januari 2008, pada edisi kali ini kami sajikan artikel dengan judul Harmonisasi ASEAN dalam Bidang Regulasi Kosmetik. Makanan selingan berupa makanan ringan (snack food) umumnya disukai oleh semua golongan umur, tidak terbatas hanya pada anak-anak saja. Namun nilai gizi dari makanan ringan umumnya sangat terbatas. Oleh karena itu sebagai artikel kedua kami sajikan artikel Penambahan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai sumber protein dalam pembuatan tortilla chips, yang semoga dapat menambah wawasan pembaca. Wabah demam berdarah masih belum teratasi, hampir setiap hari ada pasien demam berdarah dengue yang meninggal. Terkait dengan wabah tersebut, di edisi bulan ini kami tampilkan Keterangan Pers Kepala Badan POM tentang Hasil Sementara Penelitian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) sebagai obat Penyakit Demam Berdarah Dengue. Selain itu dapat anda simak lanjutan Keterangan Pers Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Kinerja Badan Pom Tahun 2003. Selamat membaca. Redaksi.

HARMONISASI ASEAN DALAM BIDANG REGULASI KOSMETIK


I. Harmonisasi ASEAN dalam bidang Regulasi Kosmetik
ACCSQ (ASEAN Consultative Committee on Standard and Quality) adalah forum di lingkungan ASEAN yang membahas berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan standar dan penilaian kesesuaian, terutama untuk mendukung proses AFTA (ASEAN Free Trade Area), yang dibentuk pada tahun 1983. Untuk kegiatan teknisnya ACCSQ membentuk Working Group, yang salah satunya adalah Working Group on Standard and Mutual Recognition Arrangements (MRA) atau WG 1 yang membawahi Kelompok Kerja bidang Kosmetik (Cosmetic Product Working Group CPWG). CPWG ini dibentuk pada bulan Maret 1998, dan bertugas menyusun Harmonisasi ASEAN dalam bidang Regulasi Kosmetik.

II. Kesepakatan Harmonisasi Regulasi Kosmetik


Dalam tugasnya sejak tahun 1998, CPWG telah melakukan pembahasan-pembahasan intensif yang umumnya dilakukan dua kali satu tahun, dalam rangka penyusunan materi kesepakatan Dari pembahasan-pembahasan tersebut, maka disepakati bahwa tujuan Harmonisasi Regulasi Kosmetik tersebut adalah : 1. Meningkatkan kerjasama antar negara-negara anggota dalam rangka menjamin keamanan kualitas dan klaim manfaat dari semua kosmetik yang dipasarkan di ASEAN Halaman 1

Edisi Maret 2004

INFOPOM

Badan POM

DAFTAR ISI 1. Harmonisasi ASEAN dalam Bidang Regulasi Kosmetik. 2. Penambahan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai sumber protein dalam pembuatan tortilla chips 3. Public Relations dan Konfik 4. Keterangan Pers Kepala Badan POM tentang Hasil Sementara Penelitian Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava) sebagai obat Penyakit Demam Berdarah Dengue 5. Keterangan Pers Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Tentang Kinerja Badan Pom Tahun 2003 (lanjutan)

2. Menghapuskan hambatan dalam perdagangan kosmetik antar negara anggota ASEAN, melalui harmonisasi persyaratan teknis, pengakuan persetujuan registrasi kosmetik dan mengadopsi ASEAN Cosmetic Directive. Sedangkan cakupan ASEAN Harmonisasi di bidang Regulasi Kosmetik adalah : Schedule A : Mutual Recognition Arrangement (MRA), yaitu saling pengakuan atas persetujuan registrasi kosmetik. Schedule B : Penerapan Asean Cosmetic Directive dan dimulai pada tanggal 1 Januari 2008. Adapun ASEAN Technical Documents, atau Dokumen Teknis Umum Asean terdiri dari : 1. ASEAN Cosmetic GMP Merupakan petunjuk sederhana yang ditujukan untuk kepentingan pemerintah dan industri. Waktu untuk penerapan bagi industri kos-

metik, pada saat ini masih dalam pembahasan. 2. Common Product Registration Requirements Adalah persyaratan minimum registrasi hanya apabila menerapkan tahap I dengan waktu pemrosesan pendaftaran 30 hari 3. Common Labeling Requirement Informasi yang harus dicantumkan pada label produk. Bahan kosmetik yang dipergunakan pada produk tersebut harus ditulis lengkap. Penulisannya mengikuti sistem INCI (International Nomenclature Cosmetics Ingredients) 4. Common Claims Guidelines Memberikan gambaran bahwa klaim kosmetik beda dengan klaim obat. Tidak ada daftar klaim yang dilarang ataupun diizinkan sehingga klaim harus diawasi oleh masing-masing negara. 5.Common Import / Export Requiments

INFOPOM
Penasehat : Drs. H. Sampurno, MBA; Penanggung Jawab: Dra. Mawarwati Djamaluddin; Pimpinan Redaksi : Dra. Aziza Nuraini MM; Sekretaris Redaksi : Dra. Reri Indriani; Redaksi : Dra. Rosmulyati Ilyas, Dra. Sutarni, Ir. Wisnu Broto, MS, Drs. Ketut Kertawijaya, Dra. Sumaria, Dra. Elza Rosita, MM, Dra. Rr Maya Gustina A, Dra. Yunida Nugrahanti; Redaksi Pelaksana : Dra. Murti Hadiyani, Irhama SSi, Dra. T. Asti Isnariani M.Pharm, WardhonoTirtosudarmo, Ssi, Irmayanti S. Kom; Sirkulasi : Yulinar SKM, Triswanto, Netty Sirait. Alamat Redaksi : Pusat Informasi Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan, Jl. Percetakan Negara No. 23, Jakarta Pusat, Telp. 021-42889117, Fax. 021-42889117, e-mail : infopom@indo.net.id Redaksi menerima naskah yang berisi informasi yang terkait dengan OMKABA. Kirimkan melalui alamat redaksi dengan format MS. Word 97 spasi ganda maksimal 2 halaman kuarto. Redaksi berhak mengubah sebagian isi naskah untuk diterbitkan.

Halaman 2

Edisi Maret 2004

INFOPOM

Badan POM

Semua kosmetik harus mengikuti ASEAN Directive dan dokumen teknisnya. Izin dan persyaratan ekspor dan impor harus diawasi masing-masing negara. 6. Cosmetic Ingredients Lists Mengikuti daftar bahan kosmetik seperti yang tercantum dalam daftar ilustrasi EU (European Union) dan ASEAN Handbook of Cosmetic Ingredients. 7. Illustrative List By Category Cosmetic Products Merupakan daftar ilustrasi EU mengenai produk kosmetik, yang sekarang terbuka dan berkembang. Semua produk yang memenuhi definisi kosmetik pasti dimasukkan ke dalam kosmetik.

III. ASEAN Cosmetic Committee (ACC)


Pada tanggal 2 September 2003 telah dilakukan penandatanganan Kesepakatan Harmonisasi ASEAN di bidang Regulasi Kosmetik. Dalam hal ini Indonesia diwakili oleh Menteri Perdagangan dan Perindustrian, Rini MS Soewandi. Dengan demikian tugas CPWG digantikan oleh ASEAN Cosmetic Committee (ACC) yang bertanggungjawab terhadap efektifitas fungsi dari kesepakatan tersebut. ACC terdiri dari satu orang perwakilan resmi dari masing-masing negara dan perwakilan tersebut mempunyai tanggungjawab terhadap otoritas regulasi di bidang kosmetik, perwakilan dari Sekretariat ASEAN dan perwakilan dari ASEAN Cosmetic

Association (ACA). Pada saat sidang ACC, masing-masing perwakilan resmi dapat menyertakan anggota delegasinya. Dalam sidangnya, ACC membahas dan membuat keputusan yang berkenaan dengan koordinasi, pengkajian ulang, dan monitoring dari implementasi kesepakatan. Pada sidang pertama ACC bulan Desember 2003 di Hanoi, telah terpilih sebagai Ketua (Chair) yaitu Mrs. Werawan Tangkeo (Thailand) dan sebagai wakilnya (Co Chair) adalah Drs. Ruslan Aspan, MM (Indonesia). Dengan demikian sesuai aturan mainnya, 2 tahun setelah masa tugasnya sebagai Co Chair, Drs. Ruslan Aspan akan menjadi ketua ACC. Merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk dapat berperan dalam penentuan keputusan-keputusan yang berkenaan dengan kebijakan Harmonisasi ASEAN di bidang Kosmetik.

Keracunan ???
Jangan panik segera hubungi: BIDANG INFORMASI KERACUNAN BADAN POM
Jl. Percetakan Negara No. 23 Jakarta Pusat 10560 Telp. (021) 42889117; (021) 4259945 Fax. (021) 42889117 Hp : 081310826879 (24 jam) e-mail: informasi@pom.go.id pusatiomker@cbn.net.id

IV. Yang diperlukan dalam Harmonisasi ASEAN


Cosmetic GMP Menginterpretasikan dan menerapkan CPKB (Cara Produksi Kosmetik yang Baik) ASEAN yang konsisten antar Pemerintah dan Industri diantara Negara ASEAN Product Safety Evaluation / Post Marketing Surveillance Suatu prinsip keamanan produk dan mekanisme untuk menjamin bahwa produk kosmetik yang dipasarkan hanya yang aman dan berkualitas

Edisi Maret 2004

Halaman 3

INFOPOM

Badan POM

ASEAN Cosmetic Scientific Body Dibentuknya Scientific Body, yang terdiri dari wakil pemerintah, industri, profesi/akademik, untuk meninjau kembali masalah teknis/keamanan Daftar Bahan Kosmetik ASEAN.

tifikat CPKB. Selain itu ada 38 industri yang menggunakan sarana produksi farmasi pemegang sertifikat CPOB. Hal tersebut menunjukkan bahwa rendahnya potensi daya saing produk kita dibandingkan dengan negara lain yang telah siap dalam implementasi ASEAN Directives, seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Badan POM dalam hal ini sebagai

sumber daya manusia terutama pada otoritas regulasi kosmetik dan industri melalui pelatihan dan pembinaan intensif serta in house training terhadap 600 industri kecil, pelatihan sistem post marketing surveillance dan product safety evaluation, serta pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan laboratorium

V. Persiapan Indonesia
Merupakan pekerjaan rumah yang tidak sederhana bagi Indonesia untuk melakukan persiapan secara

VI. Penutup
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ASEAN Harmo-

Konsultasi Gratis Telp/Fax. 021-4263333 Senin-Jumat, Jam 08.00-18.00

nisasi di bidang Regulasi Kosmetik merupakan terobosan positif dalam peningkatan perekonomian, menghindari pengujian ulang kosmetik di tiap-tiap negara ASEAN, mengurangi biaya, meningkatkan kompetisi dan inovasi, perlindungan konsumen dan merupakan forum regulator di kawasan ASEAN berinteraksi.

Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM


Mengenai Obat, Makanan, Obat Tradisional, PKRT dan Napza

ULPK di Kantor Balai Besar / Balai POM di seluruh Indonesia

ATAU HUBUNGI

Perlu sikap positif dan semangat yang tinggi serta kerjasama lintas sektor yang komprehensif dalam menghadapi ASEAN Harmonisasi

menyeluruh menjelang implementasi ASEAN Directives. Penataan tersebut harus dilakukan bagi industri dan pelaku usaha di bidang kosmetik serta aparat otoritas regulasi. Masalah yang paling mendesak adalah kesiapan industri kosmetik dalam penerapan CPKB. Menurut data yang ada, dari 744 Industri Kosmetik yang ada di Indonesia, baru sekitar 16 yang telah memiliki serHalaman 4

leading sector, telah menyusun roadmap dalam strategi pengawasan kosmetik, untuk persiapan implementasi Harmonisasi Asean untuk regulasi kosmetik, diantaranya beberapa aktivitas yang segera dilakukan adalah: mendorong industri dalam penerapan CPKB, perubahan Regulasi Kosmetik secara bertahap untuk disesuaikan dengan ASEAN Directives, serta peningkatan kualitas

tersebut, mengingat Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar, area negara yang luas dan sumber daya alam yang sangat beraneka. Harmonisasi ASEAN di bidang Regulasi Kosmetik, merupakan tantangan yang harus kita jawab dan buktikan, bahwa Indonesia mampu bersaing dan menjadi yang terdepan.
(Dra. RR. Maya Gustina)

Edisi Maret 2004

INFOPOM

Badan POM

PENAMBAHAN IKAN TERI (Stolephorus sp) SEBAGAI SUMBER PROTEIN DALAM PEMBUATAN Tortilla Chips
LATAR BELAKANG

ebutuhan manusia akan bahan makanan tidak hanya terpenuhi dari bahan makanan pokok saja, akan tetapi memerlukan bahan makanan tambahan lain sebagai makanan selingan, yang dikonsumsi diantara waktu makan utama. Makanan selingan berupa makanan ringan (snack food) umumnya disukai oleh semua golongan umur, tidak terbatas hanya pada anak-anak saja. Akan tetapi nilai gizi dari makanan ringan ini umumnya sangat terbatas. Tortilla chips adalah salah satu jenis makanan ringan yang popular di Meksiko dan Amerika Tengah. Saat ini di Indonesia pun, terutama dikotakota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya jenis makanan ini sudah mulai banyak disukai. Bahan baku utama pembuatan tortilla chips adalah jagung, hal mana sangat menguntungkan karena jagung mempunyai potensi yang cukup baik di Indonesia. Menurut data BPS (tahun 2000), produksi jagung di Indonesia mencapai 9.344.800 ton dengan luas panen 3.459.300 hektar yang berarti rata-rata panen 2701 kg/ hektar. Dengan demikian tortilla chips

dapat dijadikan salah satu alternatif penganekaragaman olahan jagung. Tortilla chips yang merupakan produk olahan jagung, mengandung energi yang cukup tinggi tetapi kandungan proteinnya relatif rendah terutama pada kandungan asam amino essensialnya. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suplementasi bahan yang tinggi kandungan proteinnya baik dari bahan nabati maupun bahan hewani pada produk olahan jagung tersebut. Protein hewani memiliki kelebihan pada mutu proteinnya jika dibandingkan dengan protein nabati, yaitu memiliki mutu cerna lebih tinggi dan asam-asam amino yang lebih lengkap. Di Indonesia, ikan teri merupakan salah satu jenis ikan peligis yang sangat populer di masyarakat sebagai ikan yang dikonsumsi sehari-hari baik dalam bentuk olahan (kering, pindang, asin dan lain-lain) (Deptan, 1999). Ikan teri mengandung cukup protein dan kaya kalsium sehingga dapat memberikan tambahan protein dan kalsium. Selain itu, harga ikan teri relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber protein hewani lainnya dan ketersediaannya cukup melimpah di Indonesia. Halaman 5

Edisi Maret 2004

INFOPOM

Badan POM

Menurut Anonymous (1998), ikan teri dalam sistematika dimasukan dalam: Ordo Famili Genus Spesies : Malacoptrygii : Clupeidae : Stolephorus : Commersonii

mengandung ikan teri. Tujuan umum penelitiaan ini adalah mempelajari penambahan ikan teri (Stolephorus sp) sebagai sumber protein dalam pembuatan tortilla chips. Sedangkan tujuan khususnya meliputi : (1) Menentukan komposisi gizi (pro-

Penelitian Penambahan Ikan Teri (Stolephorus sp) sebagai sumber protein dalam pembuatan Tortilla chips ini dilakukan di Laboratorium Pengolahan Pangan dan Laboratorium Kimia Gizi, Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber daya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor serta Laboratorium Pilot Plant, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung sejak bulan Juli sampai Oktober 2002. Pemanfaatan ikan teri sebagai bahan suplementasi dalam pembuatan tortilla chips diharapkan dapat meningkatkan daya guna ikan teri sebagai upaya penganekaragaman pangan. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang zat gizi tortilla chips yang

Komposisi Komposisi Kimia dan asam amino esensial jagung dan ikan teri : 1. Komposisi Kimia Jagung dan Ikan Teri (per 100 g BDD)*
Komponen Jagung Energi Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Besi Vitamin A 355 kkal 9.2 g 3.9 g 73.7 g 10 mg 256 mg 2.4 mg 60 RE Jumlah Ikan Teri 77 kkal 16.0 g 1.0 g 0g 500 mg 500 mg 1.0 mg 47 RE

2. Komposisi Asam Amino Esensial Protein Jagung dan Ikan Teri*


Jumlah Asam amino (mg/g protein) Jagung Isoleusin Leusin Lisin Metiopnin + Sistin Fenilalanin + Tirosin Treonin Triptofan Valin
*Sumber : Hardinsyah & Briawan (1990)

Ikan Teri 45.20 90.10 67.40 32.60 63.80 39.30 11.80 51.90

32.3 106.5 25.8 30.8 57.0 43.9 6.7 45.3

Halaman 6

Edisi Maret 2004

INFOPOM

Badan POM

tein, kalsium, lemak, kadar air, kadar abu dan karbohidrat) dan daya cerna protein jagung dan tepung ikan teri, (2) Menentukan formula tortilla chips dengan penambahan tepung ikan teri, (3) Mempelajari pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap daya terima tortilla chips yang dihasilkan, (4) Mempelajari pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap komposisi gizi (protein, kalsium, lemak, kadar air, kadar abu dan karbohidrat) dan daya cerna protein tortilla chips yang dihasilkan. Tortilla chips merupakan hasil pemasakan alkali secara umum dapat dibuat dengan dua cara yaitu cara tradisional dan dengan cara proses ekstrusi. Metode tradisonal masih digunakan di Amerika latin, yaitu jagung dimasak dalam larutan kapur (sekitar 0,5 1%) atau dengan abu kayu jika kapur tidak tersedia. Suhu pemasakan yang digunakan 82C dengan waktu sebentar (<1 jam). Kemudian jagung direndam selama semalam dalam suhu kamar. Jagung yang telah dimasak dan direndam disebut nixtamal. Sebelum digiling nixtamal dicuci untuk menghilangkan jaringan perikarp dan kelebihan alkali. Adonan hasil penggilingan disebut masa. Masa merupakan bentuk dasar untuk menghasilkan berbagai produk. Masa kemudian dipipihkan menjadi lembaran dan dipanggang. (Hoseney, 1998) Metode lain dalam pembuatan tortilla adalah dengan proses Edisi Maret 2004

ekstrusi dimana adonan hasil penggilingan (masa) dimasukan dalam ekstruder pada suhu tertentu. Tortilla yang dibuat dengan proses ekstruksi mempunyai tekstur, warna, rasa dan aroma yang sama dengan tortilla yang dibuat secara tradisional (Hoseney, 1998). METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam dua tahap, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian lanjutan. Pada penelitian pendahuluan dilakukan analisis kandungan gizi pada jagung, pembuatan tepung ikan teri dan analisis kandungan gizinya, penentuan taraf penambahan tepung ikan teri yang digunakan dalam pembuatan tortilla chips serta uji kesukaan untuk mengetahui penerimaan tortilla chips yang dihasilkan. Pada penelitian lanjutan dilakukan analisis kandungan gizi dan daya cerna protein tortilla chips yang terpilih berdasarkan uji kesukaan. Data hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan skor modus dan persentase kesukaan dari masingmasing taraf perlakuan. Persentase kesukaan dihitung dengan menjumlahkan panelis yang menyatakan biasa (3), suka (4) dan sangat suka (5) Uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui penerimaan panelis terhadap tortilla chips yang dihasilkan. Data tersebut dianalisis dengan uji Friedman dan jika berdasarkan uji Friedman dinyatakan ada perbedaan yang nyata diantara perlakukan maka dilakukan uji lanjut Multiple Comparison Test. Untuk mengetahui pengaruh perlakuan

terhadap kandungan gizi tortilla chips yang dihasilkan dilakukan analisis sidik ragam. Jika hasil analisis menunjukan perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji lanjut Duncan (Sudjana, 1995). HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian pendahuluan diperoleh kandungan gizi jagung yaitu kadar air 10,98 % (bb), kadar abu 1,48% (bk), protein 7,60% (bk), lemak 4,56% (bk), kalsium 10,10mg dan daya cerna protein 80,75%. Kadar lemak dan kalsium yang diperoleh dari hasil analisis lebih tinggi dibandingkan dengan literatur sebaliknya kadar air dan protein lebih rendah dibandingkan dengan literatur. Hasil analisis tepung ikan teri menunjukkan bahwa kadar air 5,78 % (bb), kadar abu 10,57 % (bk), protein 54,68% (bk), lemak 1,43 % (bk), kalsium 1684,15 mg dan daya cerna protein 85,75%. Tingkat penambahan tepung ikan teri berpengaruh nyata ( = 0,05) terhadap warna, rasa dan aroma tortilla chips tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kerenyahan tortilla chips . Penerimaan panelis cenderung menurun dengan semakin meningkatnya substitusi tepung ikan teri. Hasil analisis kimia menunjukkan bahwa kadar air tortilla chips berkisar 1,93% 2,56% (bb), Kadar abu berkisar 4,22% 4,76% (bk), protein berkisar 6,65% 11,42% (bk), lemak berkisar 15,56% 19,33% (bk), karbohidrat berkisar 68,13%-69,79% (bk), kalsium berkisar 301,33mg - 423,90 mg, dan Halaman 7

INFOPOM

Badan POM

Daya cerna protein berkisar 52,47%53,87%. Berdasarkan uji sidik ragam penambahan tepung ikan teri berpengaruh nyata ( = 0,05) terhadap kadar protein, kadar abu dan kadar lemak, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar karbohidrat, kadar kalsium dan daya cerna protein. Kandungan gizi tortilla chips meliputi kadar air, kadar abu, kadar protein dan kadar kalsium serta daya cerna protein memiliki kecenderungan meningkat dengan semakin besarnya taraf penambahan tepung ikan teri, sedangkan pada kadar lemak dan kadar karbohidrat memiliki kecenderungan menurun dengan semakin meningkatnya penambahan tepung ikan teri.

KESIMPULAN 1. Hasil analisis kandungan gizi menunjukkan bahwa kadar air tortilla chips berkisar 1,93% 2,56% (bb), Kadar abu berkisar 4,22% 4,76% (bk), protein berkisar 6,65% 11,42% (bk), lemak berkisar 15,56% 19,33% (bk), k a r b o h i d r a t berkisar 68,13% 69,79% (bk), kalsium berkisar 301,33mg 423,90 mg, dan Daya cerna protein berkisar 52,47% 53,87%. 2. Penambahan tepung ikan teri dapat dilakukan sampai dengan taraf 30% terhadap jagung. 3. Penambahan tepung ikan teri berpengaruh nyata ( = 0,05) terhadap warna, rasa dan aroma tortilla chips tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap

kerenyahan tortilla chips, berdasarkan uji kesukaan, maka tortilla chips dengan taraf penambahan sampai 10% yang mendapat tingkat kesukaan terbaik. 4. Penambahan tepung ikan teri berpengaruh nyata ( = 0,05) terhadap kadar protein, kadar abu dan lemak, namun tidak berpengaruh nyata terhadap kadar air, kadar karbohidrat, kadar kalsium dan daya cerna protein. SARAN Perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengurangi aroma khas ikan teri pada tortilla chips dengan penambahan flavor seperti flavor bawang putih atau keju. Selain itu mengingat kandungan kalsium pada tortilla chips relatif tinggi maka perlu dilakukan analisis bioavaibilitas kalsium. (Ati Widya Perana, SP) DAFTAR PUSTAKA

Silahkan kunjungi Situs kami

BPS. 2000. Statistik Indones i a . B i r o P u s a t St a t i s t i k , Jakarta. M u h a d j i r, F. 1988. Karakteristik Ta n a m a n Jagung. Dalam Subandi, M. Syam & A. Widjono (Eds), Jagung (hlm. 13-18). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Pusat Penelitian dan P e n g e m b a n g a n Ta n a m a n Pangan, Bogor. Sediaoetama, A.D. 1999. Ilmu Gizi (jilid 2). Dian Rakyat, Jakarta. Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Edisi Maret 2004

www.pom.go.id

Berita Aktual Publikasi Peringatan Publik Peraturan dan Perundang-undangan Brosur Press Release
Halaman 8

INFOPOM

Badan POM

Public Relations dan Konflik


Konflik dalam alam demokrasi bisa dilihat sebagai sesuatu yang lumrah. Ini tidak lain karena akar dari konflik adalah perbedaan pendapat. Dan, justru demokrasi bisa tumbuh dengan subur jika perbedaan pendapat tidak dihambat. Namun, persoalannya akan lain jika konflik tersebut berkepanjangan dan manifestasinya berbentuk pemogokan. Walau begitu, pemogokan pun merupakan hak azasi manusia, yang sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan. Dengan komunikasi dua arah untuk mencapai hasil yang menangmenang, para praktisi public relations sangat tepat dalam posisi seperti ini. Dalam kaitan ini, para praktisi public relations harus menginterpretasikan masyarakat kepada manajemen perusahaan yang seringkali disebut sebagai koalisi dominan. Selain itu, tanggung jawab para praktisi public relations adalah menginterpretasikan perusahaan atau koalisi dominan kepada masyarakat. Pengendalian konflik dengan tujuan agar semua pihak bisa menang, pada dasarnya adalah membuat keseimbangan antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Sementara itu, tujuan yang lebih jauh adalah agar antara perusahaan dengan masyarakat terjalin rasa percaya. Kalau sebelumnya sudah pernah ada rasa percaya kemudian terganggu, tentu dibutuhkan upaya yang lebih besar lagi agar rasa percaya tersebut bisa menyambung kembali. Tumbuhnya rasa percaya antara perusahaan dengan masyarakat merupakan landasan yang kuat agar bisnis berjalan lancar. Bagaimanapun, masyarakat adalah kelompok berkepentingan terhadap perusahaan. Oleh karena itu, komunikasi dengan masyarakat harus diprioritaskan agar tumbuh saling pengertian yang merupakan kekuatan bagi perusahaan untuk membuat dan melaksanakan kebijakan yang pro-masyarakat, selain produk dan jasanya yang disenangi masyarakat. (AFA News)
Halaman 9

agi dunia bisnis, dampak dari konflik yang berupa pemogokan, merupakan persoalan yang serius. Dalam hal ini pengaruh secara ekonomi akan sangat signifikan. Produktifitas perusahaan pasti akan terhambat. Konsekuensinya adalah pendapatan perusahaan akan berkurang atau tidak ada sama sekali. Keadaan seperti ini jelas harus dicarikan solusinya. Bagi para praktisi public relations, konflik merupakan tantangan yang tidak mudah. Hanya saja, dengan basis ilmu komunikasi, para praktisi public relations melihat konflik sebagai sesuatu distorsi dalam komunikasi. Oleh karena itu, harus didesain langkah-langkah strategis untuk memperbaiki komunikasi yang terhambat tadi. Bagaimanapun, konflik bagaikan tamu yang tidak diundang, akan muncul jika saluran komunikasi terhambat. Sementara itu, dalam konflik seringkali dilupakan faktor negosiasi, apalagi jika emosi dan ego sudah menguasai semua pihak yang telibat konflik tersebut. Dalam menanggulangi konflik, sebagai langkah awal adalah pemahaman akar dari konflik tersebut.

Untuk itu, harus dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang dominan dalam konflik tadi. Dengan adanya pemahaman yang mendalam maka selanjutnya harus dibuat strategi komunikasi sebagai solusi di antara pihak-pihak yang konflik tadi. Salah satu pendekatan yang bisa dipakai adalah model dua arah yang asimetris. Sasaran dari model ini adalah upaya perusahaan atau organisasi berkomunikasi secara persuasif agar pihak lain menerima kepentingan perusahaan. Sebagai alternatif dari model ini adalah model dua arah yang simetris. Model terakhir ini memiliki keunggulan karena terdapat proses yang seimbang. Artinya, di satu sisi perusahaan akan mempengaruhi pihak lain yang dalam hal ini boleh jadi karyawan atau masyarakat, sedangkan di sisi lain masyarakat atau karyawan berpeluang untuk mempengaruhi perusahaan. Mengingat konflik seringkali berujung pada suasana panas dan boleh jadi tidak terkendali, maka harus ada pihak ketiga sebagai penengah. Di sini terdapat peluang besar bagi para praktisi public relations untuk memainkan peranan yang penting.

Edisi Maret 2004

INFOPOM

Badan POM

KETERANGAN PERS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI TENTANG KINERJA BADAN POM TAHUN 2003 (LANJUTAN)
12. Operasi pengawasan produksi dan distribusi obat selama tahun 2003 juga makin ditingkatkan. Tindak lanjut dari hasil pemeriksaan yang dilakukan antara lain ialah : 14. Dalam pada itu, pada tahun 2003 Badan POM telah melakukan operasi penyelidikan mencakup 1.376 sasaran dan 323 kasus ditindak lanjuti dengan Pro justitia. Kasus pro justitia yang ditangani Badan POM mencakup: obat 250 kasus; makanan 36 kasus; obat tradisional 30 kasus; kosmetika 3 kasus; dan alkes 4 kasus. Dari sekian kasus pidana tersebut sebagian telah mendapat keputusan Pengadilan dengan sanksi pidana dan sanksi denda yang bervariasi sebagai Kasus tindak pidana bidang obat: pidana penjara mulai dari 14 hari sampai dengan pidana penjara 1 tahun 2 bulan; pidana denda mulai dari Rp. 150.000,- sampai dengan Rp. 5.000.000,- subsider 3 bulan. Kasus tindak pidana bidang makanan: pidana penjara mulai dari 15 hari sampai dengan pidana penjara 8 bulan masa percobaan 1 tahun 6 bulan; pidana denda mulai dari Rp. 50.000,- sampai dengan Rp. 400.000,- subsider 15 hari. Kasus pidana bidang obat tradisional: pidana penjara mulai dari 5 hari sampai dengan 4 bulan; pidana denda mulai dari Rp 50.000,- sampai dengan Rp. 10.000.000,15. Dari hasil operasi pengawasan Badan POM diketemukan 31 produk impor kosmetika illegal/tidak terdaftar pada Badan POM yang mengandung bahan-bahan yang terlarang terutama merkuri (Hg) dan Rhodamin B. Diserukan kepada masyarakat luas untuk ekstra hati-hati terhadap produk-produk yang tidak terdaftar, karena konsumen akan menghadapi resiko yang merugikan kesehatannya. Daftar kosmetika impor illegal yang mengandung bahan yang dilarang dapat dilihat pada lampiran. 16. Untuk mengantisipasi dan menindaklanjuti keluhan/pengaduan konsumen, Badan POM telah mengembangkan Unit Layanan Pengaduan Konsumen di kantor pusat maupun di Balai Besar/ Balai POM diseluruh Indonesia. Selama tahun 2003 Badan POM telah menerima 3236 pengaduan dan permintaan informasi dari masyarakat yang berkaitan dengan obat dan makanan. Permintaan informasi terbanyak menyangkut produk pangan 43% disusul berturut-turut informasi obat 14%, obat tradisional 12%, kosmetik 11% dan informasi lain-lain sekitar 23%.

peringatan keras kepada 9 industri farmasi penghentian sementara kegiatan kepada 1 industri farmasi peringatan keras kepada 60 PBF penghentian sementara kegiatan terhadap 9 PBF peringatan kepada 73 apotek peringatan keras kepada 12 apotek penghentian sementara kegiatan 6 apotek.
13. Badan POM juga telah melakukan pengawasan terhadap iklan yang mencakup penilaian sebelum iklan ditayangkan dan monitoring terhadap iklan yang sudah ditayangkan. Selama tahun 2003 jumlah iklan yang dinilai/dievaluasi oleh Tim Indipenden Iklan Badan POM mencakup 536 iklan obat bebas, 535 iklan suplemen makanan dan 309 iklan obat tradisional dimana sekitar 15% ditolak karena konsep iklan tidak sesuai dengan kandungan produknya. Hasil pengawasan/monitoring terhadap iklan yang beredar memperlihatkan bahwa sebagian besar pelanggaran menyangkut produk obat tradisional kemudian berturut-turut produk suplemen makanan dan produk pangan. Rincian hasil pemantauan iklan adalah sebagai berikut : Dari 703 iklan obat bebas yang diawasi sekitar 18% masih belum sesuai dengan yang disetujui Badan POM.

Dari 717 iklan produk obat tradisional yang dipantau sekitar 60% masih tidak memenuhi persyaratan karena menyampaikan klim yang berlebihan dimana iklan tersebut sebagian besar tidak melalui pre review Badan POM. Dari 517 iklan suplemen makanan yang diamati sekitar 31% masih mencakup klim yang tidak sesuai sesuai dengan yang disetujui Badan POM. Dari 3572 iklan kosmetik yang diawasi hanya sekitar 2% yang memberikan klim berlebihan, tidak etis atau tidak relevan dengan kandungan produknya. Dari 1052 iklan produk pangan sekitar 30% memberikan informasi yang berlebihan dan menyesatkan.

Selain itu Badan POM selama tahun 2003 mengawasi/memonitor iklan rokok yang mencakup 5.594 iklan. Dari jumlah iklan rokok yang dipantau tersebut sebanyak 4.260 iklan tidak memenuhi ketentuan.

Jakarta, 8 Januari 2004 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA

H. SAMPURNO

Halaman 10

Edisi Maret 2004 Edisi Maret 2004

INFOPOM Lampiran :

Badan POM

HASIL

TEMUAN DI PEREDARAN KOSMETIK YANG MENGANDUNG BAHAN YANG DILARANG TAHUN 2003
Nama Produsen / negara asal Production By Thai Techniques.CO.Ltd Lusicao, Guang Zhou, China Lusicao, Guang Zhou, China Tidak tercantum PT. Violentine Ruby Cosm Corp (tidak memiliki legalitas perusahaan) Made in China Thailamei Cosmetic Industrial Comp Limei Cosmetics Co.LTD Chun Gao Tai Lai Mei Cosmetic Industrial Company Rosedew Daily Chemical Factory H.K. Luck Flower Cosmetics Group Limited Shantou Hengfang Cosmetics Enterprise Co. Ltd Limei Cosmetics Co. Ltd Hasil Uji Positif Mengandung Hg (Merkuri) Hg (Merkuri) Hg (Merkuri) Hg (Merkuri) Hg (Merkuri) Hg (Merkuri) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 3 Merah K 3 Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Hg (Merkuri) Merah K 3 Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B) Merah K 10 (Rhodamin B)

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Nama Kosmetika / Kemasan UB.Ginsara Pearl Cream.Pot 5 g Cream Malam Yifuli meibai Quban Huican Su.Pot 25 gr Yifuli Texiao Zengbai Quibanwang. Pot 25 gr QL Cream Botol 18gr QF Cream Botol 18gr Renny Lipstick Lip Life 300 Violentine Ruby Light Moisture Lips Deluxe Case P 15 Lipstik Sella Lipstik Aika Lipstik 153,154,157 ; 89-69 ;89-70 Thailamei Eye Shadow.Blush,Way Cake No.5 Tiannuo Lipstik Exploit Longue Tenne et Comfort Poids Plume 102,107,116 stik 1,8 gr Thai La Mei Color Control Two Way Cake Eye Shadow 3 in 1 Thai La Mei Crystal Two Way Cake & Multi Color Eye Shadow Casandra ColorFix Lipstik with Vit. E Perona mata Dily -kotak Lipstik Tokyo 7 - Stick Lipstik Tokyo 11 - Stick Lipstik Tokyo 12 - Stick Luoys Eye Colour Pot. Bamboo Blue No. 21 Lipstics . Tube Tai Lai Mei Eye Shadow Two Way Cake Tai Lai Mei 21 ST Century Foundation Multiple Eye Shadow & Two Way Cake Camco

26 New Rody Special 27 Fate of Flower Eye Shadow 28 Hengfang 2 in 1 Lipcolor & Eye Shadows 29 Lelinda Make Up Kit 30 Perona Mata Dily 31 Eye Colour Luoys Colour

Edisi Maret 2004

Halaman 11

INFOPOM

Badan POM

KETERANGAN PERS KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI TENTANG HASIL SEMENTARA PENELITIAN EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (PSIDIUM GUAJAVA) SEBAGAI OBAT PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE No. KH. 00.01.241.259.III.2004 Tanggal 10 Maret 2004

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan angka kematian dan kesakitan yang cukup tinggi. Sampai saat ini pengobatan DBD masih bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler dan sebagai akibat perdarahan, pada kasus-kasus tertentu pemberian tranfusi darah diperlukan. Sejak tahun 2003 Badan POM bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga melakukan penelitian pengembangan ekstrak daun jambu biji untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal penelitian dimulai dengan pengujian preklinik Pada tahap awal dilakukan penelitian preklinik di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga yang menggunakan hewan model mencit dengan pemberian oral ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah. Pada penelitian tersebut dilaporkan juga bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat meningkatkan jumlah sel hemopoetik terutama megakariosit pada preparat dan kultur sumsum tulang mencit. Pada uji keamanan (toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik . Daun jambu biji mengandung berbagai macam komponen diantaranya yang mungkin berkhasiat mengatasi DBD adalah kelompok senyawa tanin dan kelompok flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin. Dilaporkan bahwa senyawa tanin dalam ekstrak daun jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang berarti menghambat pertumbuhan virus yang berinti RNA. Dalam kaitan dengan itu telah dilakukan uji in vitro ekstrak daun jambu biji dimana ekstrak tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue. Kelak setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak daun jambu biji dapat digunakan sebagi obat anti virus dengue.

Telah dilakukan uji pemula berupa penelitian open label di beberapa rumah sakit di Jawa Timur pada penderita DBD dewasa dan anak-anak. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat peningkatan jumlah trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti, misalnya sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan dengan uji klinik untuk membuktikan kasiat dengan evidence base yang lebih kuat/bukti bukti ilmiah.

Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji terhadap : Sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme kerjanya pada trombopoiesis Aktivitas sistem komplemen dan sekresi TNF- oleh monosit dalam hubungannya dengan mekanisme terjadinya penurunan permeabilitas pembuluh darah.

Pada tahun 2004 akan dilakukan uji klinik di RSUD Dr. Soetomo/Fakultas Kedokteran Unair Surabaya yang akan dipimpin oleh Prof. DR. Dr. Sugeng Sugijanto DSA yang dibantu dr M. Nasirudin dengan Dr. Ugrasena untuk pasien DBD anak dan Prof. dr. Edy Soewandojo SpPD untuk pasien DBD dewasa.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN KEPALA

H. S A M P U R N O

Halaman 12

Edisi Maret 2004 Edisi Maret 2004

Vous aimerez peut-être aussi