Vous êtes sur la page 1sur 3

Anggaran Biaya Produksi Fleksibel

Anggaran biaya produksi di susun setelah perusahaan menyusun anggaran produksi terlebih dahulu. Sedangkan anggaran produksi disusun setelah perusahaan menyusun anggaran penjualan. Karena itu, anggaran anggaran biaya produksi sangat di pengaruhi oleh anggaran penjualan. Jika kemampuan perusahaan merealisasikan target penjualannya berbeda dengan jumlah yang telah disusun di dalam anggaran penjualan, maka anggaran biaya produksi yang telah disusun tidak relevan lagi untuk di gunakan sebagai alat pengendalian biaya bagi perusahaan. Karena itu, perusahaan perlu membuat anggaran biaya produksi yang di susun berdasarkan berbagai tingkat aktivitas produksi. Ilustrasi 11.3
PT. Mitra Prima adalah sebuah perusahaan produsen rak televisi. Kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan adalah sebesar 12.000 unit petahun. Untuk tahun 2009, perusahaan merencanakan memproduksi sebanyak 10.000 unit produk. Perusahaan tersebut menggunakan kayu sebagai bahan baku produknya. Setiap unit bak televisi memerlukan bahan baku sebnayak 3 meter kayu. Di perkirakan harga kayu akan tetap stabil sepanjang tahun 2009, yaitu seharga Rp. 20.000/meter. Untuk menghasilkan setiap unit rak televisi, diperlukan 8 jam kerja langsung. Setiap pekerja dibayar sebesar Rp. 6.000/jam kerja langsung. Sedangkan untuk biaya overhead pabrik, perusahaan menganggarkan biaya total sebesar Rp. 900.000.000. biaya overhead tersebut terdiri dari biaya tetap total sebesar Rp. 400.000.000 dan biaya variabel sebesar Rp. 500.000.000.

Berdasarkan data tersebut anggaran produksi tetap untuk tahun 2009 sebesar: Anggaran biaya produksi 2009 Jenis biaya Jumlah Anggaran biaya bahan langsung 600.000.000 Anggaran BTKL 480.000.000 Anggaran biaya Overhead 900.000.000 Total Rp. 1.980.000.000 Anggaran biaya produksi sebesar Rp. 1.980.000.000 tersebut di peroleh dari penjumlahan anggaran biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan anggaran biaya overhead. Di mana masing-masing elemen anggaran tersebut dissusun dengan perhitungan sebagai berikut: Biaya bahan baku langsung = kebutuhan perunit produk x harga bahan baku x volume produksi = 3 meter x Rp. 20.000 x 10.000 unit = Rp. 600.000.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung = jam kerja yang diperlukan x upah perjam x volume produksi = 8 jam kerja x Rp 6000 x 10.000 = Rp 480.000.000 Biaya overehead = biaya overhead tetap + biaya overhead variabel = Rp 400.000.000 + Rp 500.000.000 = Rp 900.000.000 Dari data tahun-tahun sebelumnya perusahaan mengalami gejolak volume penjualan. Terkadang perusahaan mampu menjual produk diatas volume yang di targetkan atau bahkan tidak samasekali. Karena itu perusahaan kesulitan melakukan pengendalian biaya berdasarkan anggaran tetap yang telah disusun.

Karena itu perusahaan berniat menyusun anggaran biaya produksi fleksibel berdasarkan beberapa tingkat aktivitas yang mungkin di capai perusahaan. Perusahaan berencana membuat anggaran biaya produksi berdasarkan beberapa volume produksi yaitu: 8000 unit, 9000 unit, 10.000 unit, 11.000 unit, dan 12.000 unit Jumlah biaya berdasarkan volume produksi Jenis Biaya
Anggaran biaya bahan langsung Anggaran biaya tenaga kerja langsung Anggaran biaya overhead variabel Anggaran biaya overhead tetap

8000 unit 480.000.000 384.000.000 400.000.000 400.000.000

9000 unit 10.000 unit 11.000 unit 12.000 unit 540.000.000 600.000.000 660.000.000 720.000.000 432.000.000 480.000.000 528.000.000 576.000.000 450.000.000 500.000.000 550.000.000 600.000.000 400.000.000 400.000.000 400.000.000 400.000.000
1.980.000.000 2.138.000.000 2.296.000.000

Total Rp

1.664.000.000

1.822.000.000

Dengan di dasarkan pada tingkat volume produksi yang berbed-beda, perusahaan akan memiliki anggaran biaya produksi yang berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga perusahaan akan memiliki biaya produksi yang berbeda-beda sesuai dengan kemungkinan volume produksi yang akan terjadi. Anggaran biaya produksi fleksibel tersebut didasarkan tarif tertentu untuk setiap elemen biaya. Setiap unit produk memerlukan 3 meter kayu seharga Rp. 20.000/meter, sehingga setiap unit produk memerlukan biaya bahan baku sebesar Rp. 60.000. jika perusahaan memproduksi 8.000 unit produk maka biaya bahan baku yang di anggarkan adalah Rp 480.000.000. jika perusahaan memproduksi 11.000 unit, maka biaya bahan baku yang di anggarkan sebesar Rp 660.000.000. jadi untuk setiap volume produksi yang berbeda perusahaan memiliki anggaran biaya bahan baku yang berbeda. Setiap produk memerlukan 8 jam kerja langsung, dimana setiap pekerja di upah sebesar Rp 6.000 perjam karja langsung. Itu berarti, setiapa unit produk memerlukan biaya tenaga kerja sebesar Rp 48.000 (BTK = 8 jam kerja x Rp 6.000). karena itu jika perusahaan memproduksi sebanyak 8.000 unit produk maka biaya tenaga kerja langsung yang di anggarkan adalah Rp 384.000.000 (biaya tenaga kerja = Rp 48.000 x 8.000 unit). Jika perusahaan memproduksi 11.000 unit maka biaya tenaga kerja yang di anggarkan adalah sebesar Rp 528.000.000. jadi untuk setiap volume produksi yang berbeda, perusahaan memiliki anggaran biaya tenaga kerja langsung yang berbeda. Perusahaan mengangarkan biaya overhead tetap sebesar Rp 900.000.000 untuk tahun 2009. Dari total biaya tersebut, sebanyak 400.000.000 merupakan biaya yang bersifat tetap. Sedangkan sebanyak Rp 500.000.000 merupakan biaya yang bersifat variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tidak berubah didalam suatu rentang tertentu. Karena itu, walaupun perusahaan membuat simulasi volume produksi yang berbeda-beda, biaya overhead, tetap sebesar Rp 400.000.000 tersebut tidak akan berubah. Sedangkan biaya overhead variabel di anggarkan sebesar Rp 500.000.000 untuk memproduksi sebanyak 10.000 unit produk. Berarti, setiap unit produk memerlukan biaya overhead variabel sebesar Rp 50.000 ( biaya overhead variabel perunit produk = Rp 500.000.000 : 10.000 unit produk). Karena itu, jika perusahaan merencanakan memproduksi sebanyak 8.000 unit produk, maka biaya overhead variabel yang di perlukan adalah sebesar Rp 400.000.000 (biaya OH variabel = Rp 50.000 x 8.000 unit). Jika perusahaan memproduksi 11.000 unit maka biaya OH variabel yang diperlukan adalah sebesar Rp 550.000.000 (biaya OH variabel = 11.000 unit x Rp 50.000). jadi, untuk setiap volume produksi yang berbeda, perusahaan memiliki anggaran biaya overhead variabel yang berbeda. Sedangkan anggaran biaya overhead tetapnya tidak berubah.

Walaupun anggaran fleksibel tersebut telah di susun berdasarkan 5 kemungkinan tingkat produksi, perusahaan tetap menghadapi kemungkinan volume produksi aktual yang berbeda dari 5 kemungkinan tersebut. Itu berarti anggaran tersebut tidak relevan bagi alat pengendalian manajemen. Tetapi dengan memiliki tarif untuk setiap elemen biaya dan telah diketahui dengan jelas pula besarnya biaya tetap yang di anggarkan maka pada saat perusahaan menghadapi volume produksi yang berbeda dari 5 kemungkinan tersebut, perusahaan masih dapat dengan cepat menyusun suatu standar baru yang di dasarkan pada volume produksi aktual. Dan standar yang didasarkan pada aktivitas produksi aktual tersebut, digunakan sebagai alat pengendalian biaya produksi bagi perusahaan.

Vous aimerez peut-être aussi