Vous êtes sur la page 1sur 33

KONSEP DASAR KB Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pelayanan KB

Disusun oleh: Fitria Hanifah Nurholiqoh Kamilin Halimatusadiyah Euis Nurul Fuadah Sifa Rahmawati 130103100063 130103100064 130103100074 130103100080 130103100081

PROGRAM STUDI DIPLOMA KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

1|Konsep Dasar KB

KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Konsep Dasar KB dengan lancar. Maksud dan tujuan kami menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Pelayanan KB serta menambah pengetahuan tentang Konsep Dasar KB. Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan karena kurangnya pengetahuan dan terbatasnya referensi yang kami dapatkan, sehingga kami memerlukan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat pengetahuan bagi pembaca mengenai Konsep Dasar KB.

Bandung, Februari 2012

2|Konsep Dasar KB

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. 1 DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 6 1.1. LATAR BELAKANG................................................................................ 6 1.2. TUJUAN .................................................................................................... 6 1.2.1. 1.2.2. Tujuan Umum ......................................................................................... 6 Tujuan Khusus ........................................................................................ 7

1.3. MANFAAT ................................................................................................ 7 BAB II ISI ..................................................................................................................... 8 2.1. PENGERTIAN ............................................................................................. 8 2.2. TUJUAN KELUARGA BERENCANA ...................................................... 9 2.3. SASARAN KB ........................................................................................... 11 2.4 MANFAAT KB ........................................................................................... 12 2.5. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA .............................................. 12 2.6. SYARAT-SYARAT KONTRASEPSI ....................................................... 14 2.7. MACAM MACAM KONTRASEPSI ..................................................... 16

3|Konsep Dasar KB

2.8. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI ........................................................................... 18 2.8.1 Pengetahuan ............................................................................................... 19 2.8.2. Efek Samping ........................................................................................... 21 2.8.3. Pendapatan Keluarga................................................................................ 22 2.8.4. Agama ..................................................................................................... 22 2.8.5. Umur istri ................................................................................................. 23 2.8.6. Jumlah anak.............................................................................................. 24 2.8.7. Tingkat kesejahteraan................................................................................ 24 2.8.8. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) ......................................... 26 2.8.9. Pendidikan ................................................................................................. 26 2.8.10. Dukungan suami/istri .............................................................................. 27 BAB III PEMBAHASAN JURNAL........................................................................... 28 BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 31 4.1. KESIMPULAN .......................................................................................... 31 4.2. SARAN ....................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 32

4|Konsep Dasar KB

5|Konsep Dasar KB

BAB I

PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relatif tinggi. Esensi tugas program Keluarga Berencana (KB) dalam hal ini telah jelas yaitu menurunkan fertilitas agar dapat mengurangi beban pembangunan demi terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan bagi rakyat dan bangsa Indonesia. Seperti yang disebutkan dalam UU No.10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, definisi KB yakni upaya meningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, dan

peningkatan kesejahteraan keluarga guna mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program KB mengalami perkembangan pesat baik ditinjau dari sudut tujuan, ruang lingkup geografis, pendekatan, cara operasional, dan dampaknya terhadap pencegahan kehamilan.

1.2.TUJUAN 1.2.1. Tujuan Umum Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai konsep dasar keluarga berencana.

6|Konsep Dasar KB

1.2.2. Tujuan Khusus Adapaun tujuan khusus dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui mengenai:

Pengertian KB Tujuan Keluarga Berencana Sasaran KB Manfaat KB Akseptor Keluarga Berencana Syarat-Syarat Kontrasepsi Macam Macam Kontrasepsi Faktor Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi

1.3.MANFAAT

Manfaat yang dapat diperolah dari makalah ini adalah:


Mahasiswa mengetahui mengenai Pengertian KB Mahasiswa mengetahui mengenai Tujuan Keluarga Berencana Mahasiswa mengetahui mengenai Sasaran KB Mahasiswa mengetahui mengenai Manfaat KB Mahasiswa mengetahui mengenai Akseptor Keluarga Berencana Mahasiswa mengetahui mengenai Syarat-Syarat Kontrasepsi Mahasiswa mengetahui mengenai Macam Macam Kontrasepsi Mahasiswa mengetahui mengenai Faktor Faktor yang

Mempengaruhi Penggunaan Alat Kontrasepsi

7|Konsep Dasar KB

BAB II

ISI KONSEP DASAR KB (KELUARGA BERENCANA) 2.1. PENGERTIAN Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti melawan atau mencegah, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat adanya pertemuan antara sel telur dengan sel sperma. Untuk itu, berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan yang aktif melakukan hubungan seks dan keduaduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan (Suratun, 2008). Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Penggunaan kontrasepsi merupakan variabel yang mempengaruhi fertilitas (Prawirohardjo, 2005 B) Kontrasepsi atau antikonsepsi (conception control) adalah cara untuk mencegah terjadinya konsepsi, alat atau obat-obatan (Mochtar, 1998). Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan , upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanent (Sarwono,1999:905). Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Manuaba, 2003).

8|Konsep Dasar KB

Keluarga berencana adalah tindakan yang memakai individu atau pasangan suami istri untuk : 1. Mendapatkan obyek-obyek tertentu 2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan 3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan 4. Mengatur interval diantara kehamilan 5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri 6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004) Menurut World Health Organisation (WHO) expert committee 1997: keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Keluarga berencana menurut Undang-Undang no 10 tahun 1992 (tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum, 2008). 2.2. TUJUAN KELUARGA BERENCANA

Membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara mengatur kelahiran anak, agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Mochtar, 2002)

9|Konsep Dasar KB

Tujuan demografi yaitu mencegah terjadinya ledakan penduduk dengan menekan laju pertumbuhan penduduk (LLP) dan hal ini tentunya akan diikuti dengan menurunnya angka kelahiran atau TFR (Total Fertility Rate) dari 2,87 menjadi 2,69 per wanita (Hanafi, 2002). Pertambahan penduduk yang tidak terkendalikan akan mengakibatkan kesengsaraan dan menurunkan sumber daya alam serta banyaknya kerusakan yang ditimbulkan dan kesenjangan penyediaan bahan pangan dibandingkan jumlah penduduk. Hal ini diperkuat dengan teori Malthus (1766-1834) yang menyatakan bahwa pertumbuhan manusia cenderung mengikuti deret ukur, sedangkan pertumbuhan bahan pangan mengikuti deret hitung.

Mengatur kehamilan dengan menunda perkawinan, menunda kehamilan anak pertama dan menjarangkan kehamilan setelah kelahiran anak pertama serta menghentikan kehamilan bila dirasakan anak telah cukup.

Mengobati kemandulan atau infertilitas bagi pasangan yang telah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum juga mempunyai keturunan, hal ini memungkinkan untuk tercapainya keluarga bahagia.

Married Conseling atau nasehat perkawinan bagi remaja atau pasangan yang akan menikah dengan harapan bahwa pasangan akan mempunyai pengetahuan dan pemahaman yang cukup tinggi dalam membentuk keluarga yang bahagia dan berkualitas.

Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).

10 | K o n s e p D a s a r K B

Menurut WHO (2003) tujuan KB terdiri dari : 1. Menunda / mencegah kehamilan. Menunda kehamilan bagi PUS (Pasangan Usia Subur) dengan usia istri kurang dari 20 tahun dianjurkan untuk menunda kehamilannya. Alasan menunda / mencegah kehamilan : 2. Umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. 3. Prioritas penggunaan kontrasepsi pil oral, karena peserta masih muda. 4. Penggunaan kondom kurang menguntungkan karena pasangan muda masih tinggi frekuensi bersenggamanya, sehingga mempunyai kegagalan tinggi. 5. Penggunaan IUD (Intra Uterine Divice) bagi yang belum mempunyai anak pada masa ini dapat dianjurkan, terlebih bagi calon peserta dengan kontra indikasi terhadap pil oral. 2.3. SASARAN KB A. Sasaran Langsung Pasangan usia subur yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15 - 49 tahun, Karena kelompok ini merupakan pasangan yang aktif melakukan hubungan seksual dan setiap kegiatan seksual dapat mengakibatkan kehamilan. PUS diharapkan secara bertahap menjadi peserta KB yang aktif lestari sehingga memberi efek langsung penurunan fertilisasi (Suratun, 2008).

B. Sasaran Tidak Langsung 1) Kelompok remaja usia 15 - 19 tahun, remaja ini memang bukan merupakan target untuk menggunakan alat kontrasepsi secara langsung tetapi merupakan kelompok yang beresiko untuk melakukan hubungan seksual akibat telah berfungsinya alat-alat reproduksinya. Sehingga program KB disini lebih berupaya promotif dan preventif untuk mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan serta kejadian aborsi.

11 | K o n s e p D a s a r K B

2) Organisasi-organisasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan, instansi-instansi pemerintah maupun swasta, tokoh-tokoh masyarakat (alim ulama, wanita, dan pemuda), yang diharapkan dapat memberikan dukungannya dalam pelembagaan NKKBS (Hartanto, 2004). 3) Sasaran wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi (Prawirohardjo, 2005 A).

2.4 MANFAAT KB Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008).

2.5. AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA Akseptor Keluarga Barencana (KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007)

2.5.1. Jenis-jenis Akseptor KB a) Akseptor Aktif adalah: Akseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu cara/alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan. b) Akseptor Aktif Kembali adalah : Pasangan Usia Subur yang telah menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan kembali menggunakan cara alat

kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/istirahat kurang lebih tiga bulan berturut-turut dan bukan karena hamil.

12 | K o n s e p D a s a r K B

c) Akseptor KB Baru adalah: Akseptor yang baru pertama kali menggunakan alat/obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus. d) Akseptor KB Dini adalah: Para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus. e) Akseptor Langsung : Para Istri yang memakai salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus. f) Akseptor dropout adalah: Akseptor yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

2.5.2. Akseptor KB menurut Sasarannya Akseptor KB menurut sasarannya terbagi menjadi tiga fase yaitu a. Fase menunda kehamilan Masa menunda kehamilan pertama, sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena umur dibawah 20 tahun adalah usia yang sebaiknya tidak mempunyai anak dulu karena berbagai alasan. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi, artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR dan cara sederhana. b. Fase mengatur/menjarangkan kehamilan Periode usia istri antara 20-30 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 24 tahun. Umur terbaik bagi ibu untuk melahirkan adalah usia antara 20-30 tahun. Kriteria kontrasepsi 13 | K o n s e p D a s a r K B yang perlukan yaitu : efektifitas tinggi,

reversibilitas tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi, dapat dipakai 34 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan, serta tidak menghambat produksi air susu ibu (ASI). Kontrasepsi yang cocok dan disarankan menurut kondisi ibu yaitu : AKDR, suntik KB, Pil KB atau Implan c. Fase mengakhiri kesuburan/tidak hamil lagi Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30 tahun tidak hamil lagi. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang mempunyai fektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Disamping itu jika pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang cocok dan

disarankan adalah metode kontap, AKDR, Implan, Suntik KB dan Pil KB (Suratun, 2008). 2.6. SYARAT-SYARAT KONTRASEPSI Hendaknya Kontrasepsi memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya b) Efek samping yang merugikan tidak ada c) Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan d) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan e) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya f) Cara penggunaannya sederhana g) Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas h) Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Mochtar, 1998).

14 | K o n s e p D a s a r K B

CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIANJURKAN 1. Reversibilitas yang tinggi artinya kembalinya masa kesuburan dapat terjamin hampir 100%, karena pada masa ini peserta belum mempunyai anak. 2. Efektivitas yang tinggi, karena kegagalan akan menyebabkan terjadinya kehamilan dengan risiko tinggi dan kegagalan ini merupakan kegagalan program. 3. Menjarangkan kehamilan. Periode usia istri antara 20 30 / 35 tahun merupakan periode usia paling baik untuk melahirkan, dengan jumlah anak dua orang dan jarak antara kelahiran adalah 2 4 tahun. Ini dikenal sebagai catur warga. Alasan menjarangkan kehamilan : 1. Umur antara 20 30 tahun merupakan usia yang terbalik untuk mengandung dan melahirkan. 2. Segera setelah anak pertama lahir, maka dianjurkan untuk memakai IUD (Intra Uterine Divice) sebagai pilihan utama. 3. Kegagalan yang menyebabkan kehamilan cukup tinggi namun disini tidak atau kurang berbahaya karena yang bersangkutan pada usia mengandung dan melahirkan yang baik. 4. Di sini kegagalan kontrasepsi bukanlah kegagalan program.

CIRI-CIRI KONTRASEPSI YANG DIPERLUKAN : 1. Efektivitas cukup tinggi 2. Reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi.

15 | K o n s e p D a s a r K B

3. Dapat dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan. 4. Tidak menghambat air susu ibu (ASI), karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi sampai umur 2 tahun dan akan mempengaruhi angka kesakitan dan kematian anak.

MENGHENTIKAN / MENGAKHIRI KEHAMILAN / KESUBURAN

Periode umur istri diatas 30 tahun, terutama diatas 35 tahun, sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah mempunyai 2 orang anak.

Alasan mengakhiri kesuburan :

1. Ibu-ibu dengan usia diatas 30 tahun dianjurkan untuk tidak hamil atau tidak punya anak lagi, karena alasan medis atau alasan lainnya. 2. Pilihan utama adalah kontrasepsi mantap. 3. Pil oral kurang dianjurkan karena usia ibu yang relatif tua dan mempunyai kemungkinan timbulnya akibat sampingan dan komplikasi. 2.7. MACAM MACAM KONTRASEPSI Macam macam kontrasepsi dapat dibagi menjadi beberapa metode (Mochtar, 1998): A. Pembagian menurut jenis kelamin pemakai 1) Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria) 2) Cara atau alat yang dipakai oleh istri (wanita) B. Menurut pelayanannya 1) Cara medis dan non-medis 2) Cara klinis dan non-klinis C. Pembagian menurut efek kerjanya

16 | K o n s e p D a s a r K B

1) Tidak mempengaruhi fertilitas 2) Menyebabkan infertilitas temporer (sementara) 3) Kontrasepsi permanen dengan infertilitas menetap D. Pembagian menurut cara kerja alat/cara kontrasepsi 1) Menurut keadaan biologis: senggama terputus, metode kalender, suhu badan dll 2) Memakai alat mekanis : kondom, diafragma, 3) Memakai obat kimiawi : spermisida 4) Kontrasepsi intrauterina : IUD 5) Hormonal : pil KB, sunt ikan KB, dan alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) 6) Operatif : tubektomi dan vasektomi E. Pembagian umum dan banyak dipakai adalah 1) Metode merakyat : senggama terputus, pembilasan pasca senggama, perpanjangan masa laktasi 2) Metode tradisional : pantang berkala, kondom, diafragma dan spermisida 3) Metode modren Kontrasepsi hormonal : pil KB, suntik KB, alat kontrasepsi bawah kulit. Kontrasepsi intrauterina : IUD

4) Metode permanen operasi : tubektomi pada wanita dan vasektomi pada pria (Mochtar, 1998).

17 | K o n s e p D a s a r K B

Metode kontrasepsi (menurut Hanafi, 2004) 1). Metode sederhana meliputi :

Tanpa alat yaitu KB alamiah (Metode kalender (Ogino-Knaus), Metode Suhu Basal (Termal), Metode lendir serviks (Billings), Metode Simpto-Termal) dan Coitus Interuptus (Hanafi, 2001).

Dengan alat yaitu Mekanis (Barrier) [Kondom Pria, Barier intravaginal (Diafragma),Kap Serviks (Cervical cap), Spons (Sponge), Kondom wanita] dan kimiawi [Spermisid (Vaginal cream, Vaginal foam, Vaginal Jelly, Vaginal suppositoria, Vaginal tablet (busa), Vaginal soluble film].

2). Metode modern

Kontrasepsi hormonal yaitu Per-oral [Pil Oral Kombinasi (POK), Mini-pil, Morning-after pill], Injeksi atau suntikan [DMPA, NET-EN, Microspheres, Microcapsules] dan Sub-kutis : Implant (Alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK), Implant Non-biodegradable (Norplant, Norplant-2, ST-1435, Implanon), Implant Biodegradable (Capronor, Pellets).

Intra uterie devices (IUD, AKDR) Kontrasepsi mantap : pada wanita (tubektomi) dan pada pria (vasektomi). (Hanafi, 2004)

2.8. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI Faktor pasangan Motivasi dan Rehabilitasi a. Umur b. Gaya hidup

18 | K o n s e p D a s a r K B

c. Frekuensi senggama d. Jumlah keluarga yang diinginkan e. Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu f. Sikap kewanitaan g. Sikap kepriaan Faktor kesehatan Kontraindikasi absolut atau relatif a. Status kesehatan b. Riwayat haid c. Riwayat keluarga d. Pemeriksaan fisik e. Pemeriksaan panggul Faktor metode kontrasepsi Penerimaan dan Pemakaian

berkesinambungan a. Efektivitas b. Efek samping minor c. Kerugian d. Komplikasi-komplikasi yang potensial e. Biaya. 2.8.1 Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan itu terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar penginderaan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan adalah Hasil tau dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan what, misalnya, apa air, apa manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

19 | K o n s e p D a s a r K B

Menurut Soekidjo Notoadmodjo, pengetahuan dibagi menjadi enam tingkatan yang tercakup dalam domain kognitif yaitu : a. Tahu (know) Dapat diartikan sebagai mengingat materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Tahu (know) ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami (comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Seseorang yang telah faham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menyimpulkan dan menyebutkan contoh, menjelaskan,

meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus dan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Arti dari analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. e. Sintesis (synthesis) 20 | K o n s e p D a s a r K B

Sintesis

menunjukan

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian kepada suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada, dapat misalnya meringkas, dapat dapat menyusun, menyesuaikan, dapat dan

merencanakan,

sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya (Notoatmodjo, 2003). 2.8.2. Efek Samping Efek samping adalah perubahan fisik atau psikis yang timbul akibat dari penggunaan alat/obat kontrasepsi, tetapi tidak berpengaruh serius

terhadap kesehatan klien (BKKBN, 2002). Menurut Hartanto (2004), dengan belum tersedianya metode kontrasepsi yang benar-benar100% sempurna, maka ada 3 (tiga) hal yang sangat penting untuk diketahui oleh calon akseptor KB yakni: efektivitas, keamanan dan efek samping. Reaksi efek samping yang sering terjadi sebagai akibat penggunaan alat kontrasepsi adalah: a) Gangguan Haid (Amenorhoe): tidak datangnya haid setiap bulan pada

21 | K o n s e p D a s a r K B

akseptor KB yang menggunakan suntik KB 3 (tiga) bulan berturutturut. b) Perubahan Berat Badan: biasanya kenaikan berat badan lebih sering disebabkan karena pemakaian alat kontrasepsi pil dibanding suntik KB. a) Pusing dan Sakit Kepala: timbul rasa sakit pada kepala namun ini hanya bersipat sementara (Hartanto,2004). 2.8.3. Pendapatan Keluarga Pendapatan adalah jumlah penghasilan seluruh anggota keluarga. Pendapatan berhubungan langsung dengan kebutuhankebutuhan keluarga, penghasilan yang tinggi dan teratur membawa damfak positif bagi keluarga karena keseluruhan kebutuhan sandang, pangan, papan dan transportasi serta kesehatan dapat terpenuhi. Namun tidak demikian dengan keluarga yang pendapatannya rendah akan mengakibatkan kebutuhan keluarga hidupnya mengalami yang kerawanan satunya dalam adalah

pemenuhan

salah

pemeliharaan kesehatan (Keraf, 2001). 2.8.4. Agama Agama merupakan keyakinan yang dianut seseorang yang dijadikan pegangan dalam menjalani kehidupan. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Para pemuka agama menyadari bahwa dalam membangun bangsa, pengaturan masalah kependudukan merupakan masalah utama yang perlu ditangani dengan cermat. Mereka memahami bahwa KB tidak bertentangan dengan agama dan merupakan salah satu upaya untuk memerangi kemiskinan, kebodohan, keterbelakangan dan ketidak pedulian masyarakat. 22 | K o n s e p D a s a r K B

Agama-agama di Indonesia umumnya mendukung KB. Agama Hindu memandang bahwa setiap kelahiran harus membawa manfaat. Untuk itu kelahiran harus diatur jaraknya dengan berKB. Agama Buddha, yang memandang setiap manusia pada dasarnya baik, tidak melarang umatnya berKB demi kesejahteraan keluarga. Agama Kristen Protestan tidak melarang umatnya berKB. Namun sedikit berbeda dengan agama Katolik yang memandang kesejahteraan keluarga diletakkan dan diwujudkan dalam pemahaman sesuai dengan kehendak Allah. Untuk mengatur kelahiran anak, suami-istri harus tetap menghormati dan menaati moral Katolik dan umat Katolik dibolehkan berKB dengan metode alami yang memanfaatkan masa tidak subur. Jadi jelas bahwa Islam membolehkan KB karena penting untuk menjaga kesehatan ibu dan anak, menunjang program pembangunan kependudukan lainnya dan menjadi bagian dari hak asazi manusia. Program KB di Indonesia, seperti halnya negara Islam lain, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup penduduknya dan agama bukan penghambat untuk mencapai cita-cita ini. Mengingat peran penting tokoh agama dalam mendukung Program KB Nasional, BKKBN di semua tingkat hendaknya memperkuat kemitraannya dengan mereka. Tokoh-tokoh agama yang muda melalui lembaga masing-masing atau bersama-sama agar diberdayakan dan diajak serta dalam mendukung program KB Nasional (Samekto, 2008). 2.8.5. Umur istri Umur dalam hubungannya dengan pemakaian KB berperan sebagai faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan. Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu: a. Masa menunda kehamilan (kesuburan)

23 | K o n s e p D a s a r K B

b. Masa mengatur kesuburan (menjarangkan) c. Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi). Masa reproduksi (kesuburan) ini merupakan dasar dalam pola penggunaan kontrasepsi rasional. 2.8.6. Jumlah anak Anak adalah harapan atau cita-cita dari sebuah perkawinan. Berapa jumlah yang diinginkan, tergantung dari keluarga itu sendiri. Apakah satu, dua, tiga dan seterusnya. Dengan demikian keputusan untuk memiliki sejumlah anak adalah sebuah pilihan, yang mana pilihan tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai yang dianggap sebagai satu harapan atas setiap

keinginan yang dipilih oleh orang tua. Program KB selain upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas melalui promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak produksi juga untuk penyelenggaraan pelayanan, pengaturan, dan dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal; mengatur jumlah, jarak dan usia ideal melahirkan anak. Dalam merencanakan jumlah anak dalam keluarga, suami dan istri perlu mempertimbangkan aspek kesehatan dan kemampuan untuk

memberikan pendidikan dan kehidupan yang layak. Dalam hal ini suami perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan 4 terlalu yaitu : a. Telalu muda untuk hamil/melahirkan (<18 thn) b. Terlalu tua untuk melahirkan (>34 thn) c. Terlalu sering melahirkan (> 3 kali) d. Terlalu dekat jarak antara kehamilan sebelumnya dengan kehamilan berikutnya (< 2 thn). 2.8.7. Tingkat kesejahteraan Tingkat kesejahteraan adalah suatu tingkatan yang menyatakan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang 24 | K o n s e p D a s a r K B

layak, bertakwa pada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras, dan seimbang antara keluarga, masyarakat dan lingkungan (BKKBN, 1999). Penentuan tingkat kesejahteraan dapat dilakukan dengan berbagai indikator. Indikator-indikator yang digunakan hendaknya memenuhi syarat : a. Strategis Indikator yang dipilih merupakan ciri yang paling menonjol dari tiap tahapan keluarga. b. Sensitif Indikator yang digunakan dapat memberikan respon yang cepat terhadap setiap perubahan yang terjadi. c. Applicable Indikator yang digunakan mudah dilaksanakan oleh semua petugas. d. Observable Indikator yang digunakan dapat diamati dan dilihat sehingga tidak sulit untuk mengenalinya di lapangan. e. Measurable Indikator yang digunakan dapat diukur dengan satuan ukuran yang jelas. f. Mutable Indikator yang digunakan dapat diubah bila ada program baru. Indikator yang dipakai dalam penelitian ini adalah indikator yang ditetapkan oleh BKKBN. Indikator Kesejahteraan Keluarga yang ditetapkan oleh BKKBN pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang terkandung didalam UU No.10 Tahun 1992. Indikator ini dianggap cukup baik karena mudah digunakan oleh semua petugas termasuk kader dengan tingkat pendidikan yang rendah. Tingkat kesejahteraan yang ditetapkan oleh BKKBN

dikelompokkan berdasarkan 23 indikator. Berdasarkan 23 indikator 25 | K o n s e p D a s a r K B

yang ditetapkan oleh BKKBN, tingkat kesejahteraan keluarga dapat dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu Keluarga Pra Sejahtera, Keluarga Sejahtera I, Keluarga Sejahtera II, Keluarga Sejahtera III, dan Keluarga Sejahtera III Plus. 2.8.8. Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) Dengan adanya Jamkesmas, keluarga miskin akan mendapatkan pelayanan KB secara cuma-cuma baik obat maupun alat kontrasepsi. Program ini dimaksudkan agar keluarga miskin tidak kesulitan dalam mengakses program KB, karena bila pertambahan penduduk tidak dapat dikendalikan, maka beban pembangunan akan bertambah. Pelayanan yang diberikan Jamkesmas bersifat komprehensif

berjenjang. Komprehensif artinya meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Berjenjang artinya pelayanan diberikan dengan sistem rujukan mulai dari tingkat pelayanan kesehatan yang paling rendah yakni Puskesmas sampai ke pelayanan oleh dokter spesialis di Rumah Sakit Umum. Pelayanan KB gratis termasuk dalam pelayanan yang diberikan di tingkat Puskesmas kecuali untuk jenis MOW dan MOP yang harus dirujuk ke rumah sakit. 2.8.9. Pendidikan Menurut Bouge dalam Lucas (1990) menyatakan bahwa pendidikan menunjukkan variabel lain. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan pengetahuan dan persepsi seseorang terhadap pentingnya sesuatu hal, termasuk pentingnya keikutsertaan dalam KB. Ini disebabkan seseorang yang berpendidikan tinggi akan lebih luas pandangannya dan lebih mudah menerima ide dan tata cara kehidupan baru (BKKBN, 1980). pengaruh yang lebih kuat terhadap fertilitas daripada

26 | K o n s e p D a s a r K B

2.8.10. Dukungan suami/istri Peran atau partisipasi suami istri dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut : a. Pemakaian alat kontrasepsi b. Tempat mendapatkan pelayanan c. Lama pemakaian d. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi e. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi Dalam hal komunikasi, peran suami istri antara lain : a. Suami memakai kontrasepsi b. Istri memakai kontrasepsi tapi tidak dibicarakan dengan suami c. Suami istri tidak memakai kontrasepsi, tapi dibicarakan antara suami istri. d. Suami istri tidak memakai dan tidak dibicarakan antara suami istri.

27 | K o n s e p D a s a r K B

BAB III

PEMBAHASAN JURNAL Bekerja untuk Menghilangkan Kebutuhan Terpenuhi Dunia untuk Kontrasepsi Pada September 2005 PBB (PBB) World Summit di New York, pertemuan terbesar para pemimpin dunia dalam sejarah bertemu untuk menyepakati langkahlangkah selanjutnya menuju rencana ambisius mereka untuk memenuhi kebutuhan orang-orang termiskin di dunia pada tahun 2015. Ini Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs), hasil dari konferensi bersejarah lain pada tahun 2000, termasuk delapan item agenda yang luas berkaitan dengan topik-topik seperti kesetaraan pendidikan, gender dan kesehatan. Meskipun kesehatan reproduksi tidak secara khusus dimasukkan sebagai tujuan independen atau target terukur dalam MDGs, selama bertahun-tahun para ahli telah memberikan bukti bahwa investasi di dalam pelayanan kesehatan reproduksi merupakan bagian integral bertemu mereka semua. Para ahli telah ditakuti, apalagi, bahwa dengan membuat tidak menyebutkan eksplisit kesehatan reproduksi sebagai tujuan, MDGs memiliki potensi untuk mengurangi target di bagian depan itu disepakati pada Konferensi 1994 Internasional mengenai Kependudukan dan Pembangunan (ICPD). Salah satu hasil utama dari pertemuan puncak September 2005, oleh karena itu, adalah komitmen untuk "mencapai akses universal terhadap kesehatan reproduksi pada tahun 2015" dan untuk mengintegrasikan tujuan ini ke dalam MDGs.

28 | K o n s e p D a s a r K B

Definisi standar kebutuhan yang belum terpenuhi, seperti yang digunakan dalam DHS, adalah kompleks. Seorang wanita dianggap memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi jika dia: Menikah atau dalam serikat konsensual dan usia reproduksi (15-49); Mampu menjadi hamil (wanita infecund diidentifikasi berdasarkan faktorfaktor seperti melahirkan anak mereka dan sejarah kontrasepsi dan apa yang mereka katakan tentang kemampuan mereka untuk hamil); Ingin memiliki anak lagi atau menunda melahirkan anak dengan setidaknya dua tahun, dan, Menggunakan baik tradisional maupun metode kontrasepsi modern. Wanita yang sedang hamil atau yang baru melahirkan dianggap memiliki kebutuhan yang belum terpenuhi jika kehamilan atau kelahiran terbaru adalah tidak diinginkan. Kebutuhan yang belum terpenuhi pengukuran terpisah untuk metode kontrasepsi modern, yang tidak termasuk pantang berkala dan penarikan-sering disajikan sisi-by-side dengan statistik standar. Dalam beberapa hal, kedua tindakan merupakan langkah progresif menuju tujuan memastikan bahwa setiap kehamilan merupakan salah satu yang diinginkan. DHS saat ini langkah-langkah standar kebutuhan yang belum terpenuhi dan kebutuhan yang belum terpenuhi untuk metode modern dapat disangkal tidak sempurna. Satu masalah adalah bahwa mereka mengecualikan wanita yang belum menikah yang aktif secara seksual. Di beberapa bagian dunia, pemerintah tidak mengizinkan data yang akan dikumpulkan pada praktek seksual di luar pernikahan, bahkan ketika pertanyaan-pertanyaan ini diperbolehkan, perempuan yang tidak menikah dapat menolak untuk mendiskusikan atau mungkin mengecilkan perilaku yang tidak diterima secara sosial. Namun demikian, demografi jangan menghitung

29 | K o n s e p D a s a r K B

kebutuhan yang belum terpenuhi di antara kelompok ini di negara-negara itu adalah layak, termasuk negara-negara Barat dan banyak di Sub-Sahara Afrika. Para peneliti juga melihat tindakan kebutuhan yang belum terpenuhi untuk pria dan untuk pasangan, sesuatu yang membantu mereka mempelajari bagaimana dinamika hubungan mempengaruhi keputusan tentang ukuran keluarga dan penggunaan kontrasepsi. Meskipun beberapa keterbatasan praktis, ukuran standar DHS telah memperoleh penerimaan yang luas dan terbukti menjadi handal kompromi antara apa yang ideal dalam teori dan apa yang praktis untuk memperoleh data yang sebanding dari waktu ke waktu dan lintas negara.

30 | K o n s e p D a s a r K B

BAB IV

PENUTUP 4.1. KESIMPULAN Keluarga berencana adalah tindakan yang memakai individu atau pasangan suami istri untuk : 1. Mendapatkan obyek-obyek tertentu 2. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan 3. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan 4. Mengatur interval diantara kehamilan 5. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri 6. Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004) Tujuan akhir KB adalah tercapainya NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) dan membentuk keluarga berkualitas, keluarga berkualitas artinya suatu keluarga yang harmonis, sehat, tercukupi sandang, pangan, papan, pendidikan dan produktif dari segi ekonomi (Suratun, 2008).

Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang semakin tinggi akibat kehamilan yang dialami wanita (Suratun, 2008). 4.2. SARAN Dari makalah ini diharapkan mahasiswa kebidanan dapat memahami pentingnya keluarga berencana untuk meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa.

31 | K o n s e p D a s a r K B

DAFTAR PUSTAKA

1. Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta. 2. Alimul. 2007 Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta Salemba Medika. 3. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta. 4. BKKBN. 2005. Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available from : (http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2008). 5. Depkes RI 2008. Pelayanan Kontrasepsi Available from :

(http//.www.depkes-ri.co.id) (Accessed March 15, 2010). 6. Everett.2008. KB dan Masalah Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC 7. Hartanto.2003. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN 8. Hanafi. 2001. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN 9. Hidayati. 2009. Buku Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Salemba Medika 10. Kumala.2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 11. Kardianan.2009. Journal of Pelayanan Kontrasepsi (Internet). Available from : (http//.www.info-kia.com.id) (Accessed 15 Juli 2009). 12. Kurniawan.2008. Ilmu Perilaku. Jakarta:PT. Rineka Cipta 13. Mitrianti.2009. Peran dan Faktor Yang Mempengaruhi. http://www.pt.bangun setya wacana. Diakses tanggal 15 Juli 2009 14. Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. EGC. Jakarta. 15. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia 16. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

32 | K o n s e p D a s a r K B

17. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta. 18. Pardede.2002. Jenis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Salemba Medika 19. Rhenald.2001. Kesehatan Reprodukssi da Masalahnya. Jakarta: PT Rhineka Cipta 20. Soetjiningsih.2002.Tumbuh Kembang.Jakarta:EGC 21. Saifudin.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 22. Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Kesehatan. ALFABETA. Bandung. 23. Suhaemi.2006.Kontrasepsi Implant. http//www.suhaemi.web.block. Akses 20 Maret 2010

33 | K o n s e p D a s a r K B

Vous aimerez peut-être aussi