Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dalam pengertian klinik, asma dapat kita artikan sebagai batuk yang disertai sesak napas berulang dengan atau tanpa disertai mengi
Pada penderita asma bronkial terjadi penyempitan bronkus secara berulangulang. Di antara masa serangan tersebut, terdapat fungsi dimana fungsi ventilasi paru mendekati keadaan normal.
Batasan asma yang lengkap menggambarkan konsep inflamasi sebagai dasar mekanisme terjadinya asma dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA). Asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran napas dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Pada usia kanak-kanak terdapat predisposisi laki-laki : perempuan = 2 : 1 yang kemudian menjadi sama pada usia 30 tahun. Di poliklinik Subbagian Paru Anak FKUI-RSCM Jakarta ,>50% kunjungan merupakan penderita asma. Jumlah kunjungan di poliklinik Subbagian Paru Anak 12.00013.000 atau rata-rata 12.324 kunjungan pertahun.
Pajanan lingkungan hanya meningkatkan risiko asma pada individu dengan genetik asma Baik faktor lingkungan maupun faktor pejamu atau genetik masing-masing meningkatkan risiko asma
PATOGENESIS
Resistensi jalan napas penurunan ekspirasi paksa (forced expiratory volume) hiperinflasi paru peningkatan kerja bernapas perubahan fungsi otot-otot pernapasan perubahan rekoil elastik (elastic recoil)
Anamnesis,pemerik saan jasmani & pengukuran faal paru (reversibiltas kelainan faal paru)
mengi, rasa berat di dada dan variabilitas yang berkaitan dengan cuaca
Serangan batuk&mengi yang berulang lebih nyata pada malam hari atau bila ada beban fisik sangat karakteristik untuk asma Batuk malam yang menetap dan yang tidak tidak berhasil diobati dengan obat batuk biasa dan kemudian cepat menghilang setelah mendapat bronkodilator, sangat mungkin merupakan bentuk asma.
Gejala asma bervariasi pada asma ringan dan sedang tidak ditemukan kelainan fisik di luar serangan. inspeksi : nafas cepat ,batuk-batuk paroksismal, mengi, ekspirasi memanjang, retraksi daerah supraklavikular, suprasternal, epigastrium dan sela iga.
Perkusi hipersonor, terutama bagian bawah posterior. Auskultasi bunyi napas kasar/mengeras. Terdengar juga ronkhi kering dan ronkhi basah serta suara lender bila sekresi bronkus banyak.
Pada serangan ringan, mengi hanya terdengar pada waktu ekspirasi paksa. Mengi dapat tidak terdengar (silent chest) pada serangan yang sangat berat disertai gejala sianosis, gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan obat bantu napas
Histamin, Alergen
Metakolin
Beban lari
Foto rontgen toraks Tampak corakan paru yang meningkat. Atelektasis. Hiperinflasi terdapat pada serangan akut dan pada asma kronik. Rontgen foto sinus paranasalis. Pemeriksaan darah eosinofil dan uji tuberkulin Charcot-Leyden dan spiral Curshman. leukositosis polimormonuklear (Bila ada infeksi). Uji kulit alergi dan imunologi Pengukuran IgE spesifik serum. prick test. uji provokasi bronkus. Pemeriksaan IgE spesifik
Tujuan Tatalaksana
Pasien dapat menjalani aktivitas normalnya, Efek samping obat dapat dicegah agar tidak atau sesedikit mungkin timbul, terutama yang mempengaruhi tumbuh kembang anak.
Gejala tidak timbul siang ataupun malam hari. Uji fungsi paru senormal mungkin, tidak ada variasi diurnal yang mencolok. Kebutuhan obat seminimal mungkin dan tidak ada serangan.
Kortikosteroid inhalasi Kortikosteroid sistemik Sodium kromoglikat Nedokromil sodium Metilsantin Agonis beta-2 kerja lama, inhalasi Agonis beta-2 kerja lama, oral Leukotrien modifier Antihistamin generasi ke dua
Glukokortikosteroid
Inhalasi : Beclomethasone, budesonide, flusonide
dimulai dengan dosis untuk mengontrol asma kemudian diturunkan selama 2-3bulan pada dosis efektif
Short acting 2-agonist : salbutamol, Fenoterol, terbutaline Anticholinergik : Ipratropium bromide, oxitropium bromide