Vous êtes sur la page 1sur 33

ASMA PADA ANAK

Oleh :

Nida Khoiriah
Pembimbing :

dr. Olivia Vistary


Kepaniteraan Klinik IKAKOM I PKM Kec. Jagakarsa Pendidikan Dokter Universita Muhammadiyah Jakarta Maret-April 2013

IDENTITAS PASIEN Nama : An. Sintia Umur : 7 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Kampung Utan Rt 011/Rw 03 Tgl/Jam Masuk : Rabu, 21 Maret 2013/20.30 WIB Status Pekerjaan : Pelajar Status Penikahan : Belum Menikah Agama : Islam DOKTER YANG MERAWAT : dr. Vonny

ANAMNESIS (Alloanamnesis dari Ibu Pasien)

Keluhan Utama : Ibu os mengeluhkan bahwa anaknya mengalami sesak napas sejak tadi malam.
Riwayat Penyakit Sekarang : Sesak napas timbul setelah minum es. Sesak napas disertai dengan suara ngik-ngik. Sesak napas sudah dua kali terjadi selama 2 bulan ini. Ibu os juga mengaku kalau hal ini selalu terulang setelah anaknya kelelahan beraktivitas. Dua hari sebelumnya mulai timbul batuk, pilek, dan badannya agak panas. Batuk hilang-timbul tanpa disertai dengan dahak. Sempat kesakitan saat makan. Tetapi sudah membaik setelah diberikan campuran kecap dan jeruk nipis. Panasnya juga hilang timbul tidak pasti (ibu os lupa kapan tepat muncul panasnya).

LANJUTAN...
Riwayat Penyakit Dahulu : Asma (+) Riwayat Penyakit Keluarga : Ayah asma (+)

Riwayat Pengobatan :Ssalbutamol tablet saat kambuh pada malam harinya, tetapi pagi harinya sesak napas timbul kembali. Riwayat Alergi : (-) Riwayat Psikososial : Rumahnya dekat dengan jalan raya dengan pemukiman yang padat.

Lanjutan ...
Riwayat Kehamilan Riwayat Persalinan : ANC setiap bulan di bidan. : SC, menangis spontan, BB 3,25 kg, dan PB 49 cm Riwayat Makanan : ASI eksklusif selama 4 bulan dan usia 5 bulan sudah diberikan pisang. Kesimpulan : tidak sesuai usia Riwayat Imunisasi : Imunisasi dasar lengkap Riwayat Tumbuh Kembang : 1 tahun 2 bulan sudah bisa berjalan, 5 bulan sudah bisa duduk Kesimpulan : tumbuh kembang sesuai usia

PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum : Sakit Sedang Kesadaran : Komposmentis TANDA VITAL Tekanan Darah Nadi Pernafasan Tipe Suhu

: - mmHg : 100x/menit, reguler, kuat angkat : 41x/menit :: 37,1 oC

ANTROPOMETRI : BB : 20 kg TB : 121 cm LK : 44 cm Status Gizi: BB/U = 20/23 x 100% = 87 % (gizi baik) TB/U = 121/122 x 100% = 99,2 % (TB baik) BB/TB = 20/23 x 100% = 87 % (normal) Kesan : Gizi baik

STATUS GENERALIS Kepala Mata Hidung : Normochepal, simetris, rambut agak cokelat, : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), edema palpebra (-/-), mata cekung (-/-) : Deviasi septum (-/-), sekret rhinore (-/-), darah (-/-), pernapasan cuping hidung (-) : Normotia (+/+), sekret (-/-) : Perdarahan gusi (-), hiperemis (-), tonsil T0/T0 : Pembesaran KGB (-/-)

Telinga Mulut Leher

Thorax
Paru paru Inspeksi : dx/sx simetris, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernapas (+) Palpasi : Vocal fremitus (+/+) simetris, dada yang tertinggal (-/-) Perkusi : Sonor (+/+) di semua lapang paru Auskultasi : Vesikular (+/+), ronki (+/-), wheezing (+/+) Jantung Inspeksi : Terlihat ictus cordis di bawah papilla mammae, sejajar dengan Garis mid clavikularis Palpasi : Ictus cordis teraba Perkusi : Pekak (+) seluas batas jantung Auskultasi : BJ I, BJ II reguler (+), murmur (-), gallop (-)

Abdomen Inspeksi : Tampak abdomen datar Auskultasi : Bising usus (+) Perkusi : Tymphani (+) Ascites : (-) Palpasi : Nyeri epigastrium (-), liver dan lien tidak teraba Ekstremitas atas dan bawah Inspeksi : Deformitas (-/-), tanda inflamasi (-/-) Palpasi : Nyeri sendi (-/-) Akral : Hangat (+/+) CRT <2 detik : <2 detik (+/+) Edema : (-/-)

RESUME KASUS
ANAMNESIS:
An. Sintia usia 7 tahun datang ke PKM Kec. Jagakarsa dengan keluhan dispneu sejak semalam. Dua hari yang lalu mengalaku cough, flu, dan disfagia. Sampai saat datang ke puskesmas masih cough dan flu tanpa sekret. Ibu os menceritakan bahwa hal ini memang sering terjadi ketika os kelelahan melakukan aktivitasnya. Ibu os menceritakan kalau saat kambuh, dispneu disertai dengan suara wheezing. Ibu os juga mengatakan kalau memang os memiliki riwayat penyakit asma bronkial. Bulan ini, ibu os mengaku kalau dispneu kambuh sudah dua kali setiap mau tidur. Di riwayat keluarga ditemukan bahwa ayahnya memiliki riwayat asma bronkial.

LANJUTAN ...
PEMERIKSAAN FISIK :
RR : 41x/menit Inspeksi : Terlihat dispneu disertai dengan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam; Palpasi : Pernapasan cepat Auskultasi : Wheezing (+/+), ronkhi (+/-)

Rencana Penatalaksanaan
1. Salbutamol hirup 2,5 mg/mL/x (saat di

PKM) 2. Salbutamol tab 2 mg x 1 x 1 3. Dexamethason tab 0,5 mg x 3 x 1

ANAMNESIS

ANALISA KASUS

KU : Sesak napas sejak semalam RPS : Sesak napas muncul setelah kelelahan beraktivitas dan minum es. Dari dua hari yang lalu batuk, pilek, dan demam. Sesak napas selalu terulang. RPD : Asma RPO : Salbutamol RPK : Ayah asma (+) Rpsi : Jarang main karena mudah sesak napas jika kelelahan
PEMERIKSAAN FISIK

Asma Bronkial
Etiologi : Faktor keturunan (Atopi)

Inspeksi : Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam Palpasi : Takipneu (41x/menit) Auskultasi : Wheezing (+/+), Ronki (+/-)

DD : 1. Pneumonia 2. PJB

DASAR TEORI
DEFINISI Asma adalah keadaan inflamasi kronik dengan penyempitan saluran pernapasan yang reversibel. Tanda karateristik berupa episode wheezing berulang, sering disertai batuk yang menunjukkan respon terhadap obat bronkodilator dan anti-inflamasi (WHOIndonesia, 2008) PREVALENSI Data epidemiologi Amerika Serikat pada saat ini diperkirakan terdapat 4-7% (4,8 juta anak) dari seluruh populasi asma (Akib,

Ekstrinsik Instrinsik Gabungan

Klasifikasi Asma

FAKTOR PENCETUS

PATOGENESIS

LANGKAH DIAGNOSTIK

Anamnesis

Pemeriksa an Fisk Pemeriksa an Penunjang

Tabel 1. Derajat Beratnya Serangan Asma Episode Akut

Aktivitas

Ringan Dapat berjalan Dapat berbaring Beberapa kalimat Mungkin terganggu

Sedang Jalan terbatas Lebih suka duduk Kalimat terbatas Biasanya terganggu

Bicara Kesadaran

Berat Sukar berjalan Duduk membungkuk ke depan Kata demi kata Biasanya terganggu

Frekuensi napas Retraksi otot-otot bantu napas


Mengi Frekuensi nadi Pulsus paradoksus APE sesudah bronkodilator (% predikasi)

Meningkat Umumnya tidak ada


Lemah sampai sedang <100 Tidak ada (<10 mmHg) >80%

Meningkat Kadang kala ada


Keras 100 200 Mungkin ada (10 25 mmHg) 60 80 %

>30 x/menit Ada


Keras >120 Sering ada (>25 mmHg <60 %

PaCO2 SaO2

<45 mmHg >95%

<45 mmHg 91 95 %

<45 mmHg <90%

Tabel 2. Diagnosis Banding Anak yang datang dengan Batuk dan atau Kesulitan Bernapas Diagnosis Pneumonia Gejala yang Ditemukan Demam Batuk dengan napas cepat Crackles (ronki) pada auskultasi Kepala terangguk-angguk Pernapasan cuping hidung Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam Merintih (grunting) Sianosisi Episode pertama wheezing pada anak umur <2 tahun; Hiperinflasi dinding dada; Ekspirasi memanjang; Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai; Kurang/tidak ada respons dengan bronkodilator Riwayat wheezing berulang; Lihat tabel 3 (Diagnosis banding anak dengan wheezing)

Bronkiolitis

Asma

Penyakit jantung bawaan Efusi/empiema Gagal jantung

Peningkatan tekanan vena jugularis; Denyut apeks bergeser ke kiri; Irama derap; Bising jantung; Crackles/ronki di daerah basal paru; Pembesaran hati. Sulit sulit makan atau menyusu Sianosis Bising jantung Pembesaran hati Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intra toraks Pekak pada perkusi

Tuberkulosis (TB)

Riwayat kontak positif dengan pasien TB dewasa Uji tuberkulin positif (10 mm, pada keadaan imunosupresi 5 mm) Pertumbuhan buruk/kurus atau berat badan menurun Demam ( 2 minggu) tanpa sebab yang jelas Batuk kronis ( 3 minggu) Pembengkakan kelenjar limfe leher, aksila, inguinal yang spesifik. Pembengkakan tulang/sendi punggung, panggul, lutut, falang.

Pertusis

Benda Asing

Pneumotoraks

Batuk paroksismal yang diikuti dengan whop, muntah, sianosis, atau apnu Bisa tanpa demam Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap Klinis baik di antara episode batuk Riwayat riba-tiba tersedak Stridor atau distres pernapasan tiba-tiba Wheeze atau suara pernapasan menurun yang bersifat fokal Awitan tiba-tiba Hipersonor pada perkusi di satu sis dada Pergeseran mediastinum

Sumber: WHO Indonesia, 2008, Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Pertama di Kabupaten/Kota, hlm: 85-86

Tabel 3. Diagnosis Banding Anak dengan Wheezing Diagnosis Asma Gejala Riwayat wheezing berulang, kadang tidak berhubungan dengan batuk dan pilek; Hiperinflasi; Ekspirasi; Berespons baik terhadap bronkodilator Bronkiolitis Episode pertama wheezing pada umur <2 tahun; Hiperinflasi dinding dada; Ekspirasi memanjang; Gejala pada pneumonia juga dapat dijumpai; Respons kurang/tidak ada respons dengan bronkodilator Wheezing berkaitan Wheezing selalu berkaitan dengan batuk dan pilek; dengan batuk dan pilek Tidak ada riwayat keluarga dengan asma/eksem/hay fever; Ekpirasi memanjang; Cenderung lebih ringan dibandingkan dengan wheezing akibat asma; Berespons baik terhadap bronkodilator.

Benda asing

Pneumonia

Riwayat tersedak atau wheezing tiba-tiba; Wheezing umumnya unilateral; Air trapping dengan hipersonor dan pergeseran Batuk dengan napas cepat; Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam; Demam; Crackles/ronki; Pernapasan cuping hidung; Merintih/grunting.

Sumber: WHO Indonesia, 2008, Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama Pertama di Kabupaten/Kota. Hlm: 97

TATALAKSANA
Tabel 4. Pengobatan Asma Jangka Panjang Menurut Sistem Anak Tangga

Tahap Asma intermitten Asma persisten ringan

Obat Pencegah Harian Tidak diperlukan Kortikosteroid hirup

Pilihan lain

Teofilin lepas lambat Kromolin Anti leukotrin

Asma persisten sedang

Asma persisten berat

Kortikosteroid hirup + Kortikosteroid hirup + teofilin LABA (long acting lepas lambat beta agonis) Kortikosteroid hirup + oral LABA, atau Kortikosteroid hirup dosis lebih tinggi Kortikosteroid hirup dosis lebih tinggi + anti leukotrien Kortikosteroid inhalasi + LABA satu atau lebih obat berikut bila diperlukan Teofilin lepas lambat Anti leukotrien LABA oral Kortikosteroid oral Anti IgE Sumber: Sukamto-IPD, 2006

Pengobatan Asma Akut


1. Pemberian oksigen : 1 3 liter/menit, diusahakan sampai Sa O2 92% 2. Bronkodilator agonis beta 2 hirup (kerja cepat : salbutamol) dengan MDI atau nebulizer. Dosis salbutamol adalah 2,5 mg/kali nebulisasi; bisa diberikan setiap 4 jam, kemudian

dikurangi sampai setiap 6 8 jam bila kondisi membaik;


3. Kortikosteroid sistemik Metilrednisolon 0,3 mg/kgBB/kali tiga kali sehari pemberian oral atau deksametason 0,3 mg/kgBB/kali IV/oral tiga kali sehari pemberian selama 3-5 hari.

PROGNOSIS
Sampai sejauh ini berlum ada obat yang dapat menyembuhkan asma, karena itu dipakai istilah terkendali dalam pengobatan asma. Pada asma serangan dapat hilang dengan atau tanpa obat.

KOMPLIKASI
Jika anak gagal merespon terapi diatas, atau kondisi anak memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat adanya pneumotoraks/atelektasis (WHOIndonesia, 2008). Selain itu, asma juga dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut: (Sukamto-IPD, 2006) Pneumomediastinum dan emfisema subkutis Aspergilosis bronkopulmoner alergik Gagal napas Bronkitis

DAFTAR PUSTAKA
Akib, AP, Arwin. 2002. Asma Bronkial pada Anak. Jakarta: Sari Pediatri, Vol. 4, No.
2, September 2002: 78 82 Sharma. D, Girish. 2009. Asthma. Department of Pediatrics, Rush University

Medical Center, Rush Children's Hospital; Director of Pediatric Pulmonary


Section and Rush Cystic Fibrosis Center. Sukamto. 2006. Asma Bronkial. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI Tanjung, Dudut. 2003. Asuhan Keperawatan Asma Bronkial. Medan: Universitas Sumatera Utara Fakultas Kedokteran Program Studi Ilmu Keperawatan, Makalah Digitized by USU digital library WHO-Indonesia. 2008. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit-Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Jakarta: WHO Indonesia

Vous aimerez peut-être aussi