Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Definisi
Audiologi : ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk fungsi pendengaran yang erat hubungannya dengan habilitasi dan rehabilitasinya Audiologi dibagi menjadi 2 :
audiologi dasar : pengetahuan mengenai nada murni, bising, gangguan pendengaran, serta cara memeriksanya audiologi khusus : diperlukan untuk membedakan tuli sensorineural koklea dengan retrokoklea, audiometri objektif, tes untuk tuli anorganik, audiologi anak, audiologi industri
Audiometri adalah pemeriksaan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat/ambang batas pendengaran seseorang dan jenis gangguannya bila ada Audiogram adalah hasil dari pemeriksaan audiometri.
PEMBAGIAN AUDIOMETRI
Audiometri Klinis : jenis audiometri ini bertujuan untuk menentukan diagnosa suatu gangguan pendengaran. Audiometri Skrining : jenis audiometri ini bertujuan untuk mengetahui adanya penurunan fungsi pendengaran sebelum pasien mengeluh adanya gangguan pendengaran. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh perusahaan untuk skirining dan monitoring karyawan yang terpapar pajanan bising.
PEMERIKSAAN AUDIOMETRI
Prosedur pemeriksaan di bagi 2 : AC BC
OTAK
GENDANG TELINGA
SARAF-SARAF PENDENGARAN
KOKLEA
TULANG PENDENGARAN
Ketika tidak ada respon naikkan intensitas 5 dB / step sampai ada respon. Intensitas terkecil yang mampu didengar klien ( 2 respon dari 3 atau 4 stimulus ) ditetapkan sebagai ambang dengar hantaran udara yang diperiksa pada frekuensi tersebut, catat hasilnya kedalam audiogram. Ulangi langkah-langkah diatas untuk mendapatkan ambang dengar pada frekuensi lainnya secara berurutan : 2000 Hz 4000 Hz 8000Hz 250 Hz 500 Hz. Jika diperoleh perbedaan ambang 20 dB pada frekuensi yang berdekatan (mis : 1000 dengan 2000, atau 1000 dengan 500). Maka perlu dicari ambang pada frekuensi tengah oktaf tersebut. Yaitu 750 Hz, 1500 Hz, 3000 Hz, 6000 Hz. Setelah seluruh ambang diperoleh, hubungkan setiap ambang dengan garis sambung, untuik hasil no respon tidak perlu diberi garis hubung.
BUNYI
MASTOID
KOKLEA
SARAF-SARAF PENDENGARAN
OTAK
Ketika klien mulai memberikan respon, turunkan intensitas 10 dB / step sampai tidak ada respon. Ketika tidak ada respon naikkan intensitas 5 dB / step sampai ada respon. Intensitas terkecil yang mampu didengar klien ( 2 respon dari 3 atau 4 stimulus ) ditetapkan sebagai ambang dengar hantaran udara yang diperiksa pada frekuensi tersebut, catat hasilnya kedalam audiogram. Ulangi langkah-langkah diatas untuk mendapatkan ambang dengar pada frekuensi lainnya secara berurutan : 2000 Hz 4000 Hz 250 Hz 500 Hz. Setelah seluruh ambang diperoleh, hubungkan setiap ambang dengan garis putus-putus, untuik hasil no respon tidak perlu diberi garis hubung.
NOTASI AUDIOGRAM
AC (air conduction) : AC adalah hantaran suara yang melalui udara, grafik AC ditandai dengan garis lurus penuh. Dan intensitas yang diperiksa antara 250 8000 Hz. AC pada telinga kanan diberi symbol O sedangkan pada telinga kiri diberi symbol X. BC (bone conduction) : BC adalah hantaran suara yang melalui tulang mastoid, grafik BC ditandai dengan garis putus putus. Intensitas yang diperiksa antara 500 4000 Hz. BC pada telinga kanan diberi symbol <. Sedangkan pada telinga kiri diberi symbol >. Untuk telinga kanan, sebaiknya penulisan grafik menggunakan warna Merah, sesuai dengan warna earphone untuk telinga kanan. Sedangkan telinga kiri ditulis dengan menggunakan warna Biru.
INTEPRETASI AUDIOGRAM
Dari hasil audiogram, dapat ditentukan beberapa hal sebagai berikut yaitu :
Jenis Ketulian
TULI KONDUKTIF TULI SENSORINEURAL TULI CAMPUR
Derajat Ketulian : dapat dihitung dengan menghitung AD pada frekuensi 500 4000 Hz dijumlahkan lalu dibagi 4
0 - 25 dB >25 40 dB >40 55 dB >55 70 dB >70 90 dB > 90 dB : : : : : : normal tuli ringan tuli sedang tuli sedang berat tuli berat tuli sangat berat
gap apabila antara AC dan BC terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2 frekuensi yang berdekatan
Audiogram normal
TULI KONDUKTIF
Tuli Konduktif adalah keadaan dimana pada audiogram ditunjukkan grafik AC berada di bawah garis 25dB dan grafik BC di atas garis 25 db (di bawah batas normal)
TULI SENSORINEURAL
Tuli Sensorineural ditunjukkan pada audiogram dengan kedudukan grafik AC dan BC sama sama berada di bawah garis 25 dB. Tetapi adanya perbedaan antara grafik AC dan BC (gap) tidak melebihi 5 dB atau juga bisa berhimpit
TULI CAMPURAN
Tuli Campur ditunjukkan pada audiogram dengan kedudukan grafik AC dan BC juga sama sama berada di bawah garis 25 dB. Tetapi harus ada gap minimal 10 dB.
Follow up
Follow up berguna untuk mengetahui perkembangan perbaikan pendengaran dan follow up biasanya dilakukan pada pekerja yang sering mengalami pajanan bising berulang. Follow up audiogram pada pasien yang bukan pekerja yang sering mengalami pajanan bising dilakukan setiap :
Setiap 3 Bulan - Selama tahun pertama diagnosis Setiap 6 Bulan - Selama tahun-tahun prasekolah Setiap Tahun Selama usia sekolah
TES PENALA
Garpu tala : alat yang menghasilkan resonansi suara hanya pada satu frekuensi saja tujuan : menegakkan diagnosa dari hasil pemeriksaan audiometri nada murni agar kita benar-benar yakin terhadap diagnosa tersebut. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kualitatif Pada umumnya penala yang digunakan dengan frekuensi 512 Hz
TES RINNE
Tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa Caranya: penala digetarkan, tangkainya diletakan di prossesus mastoid, setelah tidak terdengar penala dipegang di depan telinga kira kira 2 cm. Bila masih terdengar disebut rinne (+) yang artinya normal atau tuli sensorineural. Bila tidak terdengar disebut rinne (-) yang artinya tuli konduktif.
TES WEBER
membandingkan hantaran tulang telinga kiri dengan kanan Caranya: penala digetarkan dan tangkai penala diletakan di garis tengah kepala (vertex, dahi, pangkal hidung, di tengah tengah gigi seri atau di dagu). Apabila bunyi penala lateralisasi ke telingah yang sakit artinya terdapat tuli konduktif. Apabila bunyi penala lateralisasi ke telinga yang sehat artinya terdapat tuli sensorineural. Apabila bunyi penala terdengar di kedua telinga artinya normal.
TES SCHWABACH
Membandingkan hantaran tulang pasien dengan pemeriksa yang pendengarannya normal Caranya: penala digetarkan, tangkai penala diletakan pada prossesus mastoideus sampai tidak berbunyi. Kemudian tangkai penala segera dipindahkan ke prosessus mastoideus telinga pemeriksa yang pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar bunyi disebut schawabach memendek yang artinya terdapat tuli sensorineural. Bila pemeriksa tidak dapat mendengar, pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakan pada prosessus mastoideus pemeriksa lebih dahulu. Bila pasien dapat mendengar bunyi disebut schawabach memanjang yang artinya terdapat tuli konduktif. Bila pasien dan pemeriksa kira kira sama mendengar disebut dengan schawabach sama dengan pemeriksa yang artinya normal.
TES BING
Caranya : tragus telinga yang diperiksa ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga terdapat tuli konduktif kirakira 30 dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan kepala (seperti pada tes Weber) atau ditempelkan pada mastoid. Penilaian : bila terdapat lateralisasi ke telinga yang ditutup, berarti telinga tersebut normal. Bila bunyi pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut menderita tuli konduktif.
TES BERBISIK
pemeriksaan dengan mengucapkan suara yang lirih seperti berbisik-bisik kepada orang yang diperiksa (orang normal maupun orang dengan gangguan pendengaran). Pemeriksaan ini bersifat semi-kuantitatif, menentukan derajat ketulian secara kasar. Hal yang perlu diperhatikan ialah ruangan yang cukup tenang. Dengan panjang minimal 6 meter. Nilai normal tes berbisik: 5/6 6/6