Vous êtes sur la page 1sur 67

ASKEP PNEUMONIA

SUMITRO ADI PUTRA, S.Kep, Ns, M.Kes

PNEUMONIA Proses inflamasi pada parenkim paru, terjadi akibat adanya invasi agen infeksius atau adanya kondisi yg mengganggu tahanan saluran trakeobronkialis sehingga flora endogen yg normal berubah menjadi patogen ketika memasuki jalan napas.

Agen Penyebab Protozoa (pneumocytis carinii), bakterial, viral atau jamur pneumonia. Pneumonia aspirasi disebabkan oleh karena aspirasi isi gaster, makanan atau cairan. Pneumonia radiasi disebabkan oleh terapi radiasi thp kanker pada struktur badan bagian atas seperti kanker payudara, kanker paru dan esofagus.

Pneumonia hipostatik berkaitan dengan imobilisasi yang lama. Pneumonia inhalasi berkaitan dengan inhalasi gas yg bersifat toksik asap dan zat kimia.

Patofisiologi

Setelah agen penyebab mencapai alveoli, reaksi inflamasi akan terjadi dan mengakibatkan ekstravasasi cairan serosa ke dalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi pertumbuhan bakteri. Membran kapiler alveoli menjadi tersumbat sehingga menghambat aliran oksigen ke dalam perialveolar kapiler bagian paru yg terkena dan akhirnya terjadi hipoksemia.

Manifestasi klinis

Adanya riwayat nasofaringitis ringan 1 minggu sebelumnya. Panas tinggi disertai menggigil Kadang-kadang muntah Nyeri pleura yg hebat diperberat dengan batuk dan pernapasan yg terganggu. Nyeri kadang menjalar ke abdomen dan bahu. Batuk-batuk kering yg nyeri dan menghasilkan sputum seperti karat atau purulen.

Keadaan umum lemah sakit otot-otot Sakit kepala yg hebat

Penatalaksanaan medis umum Farmakoterapi - Antibiotik (diberikan secara intravena) - ekspektoran - Antipiretik - Analgetik Terapi oksigen dan nebulisasi aerosol Fisioterapi dada dengan drainase postural

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PNEUMONIA PENGKAJIAN DIAGNOSA KEPERAWATAN RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
1. Riwayat atau adanya faktor resiko

PPOM Perokok berat Imobilisasi fisik lama Pemberian makanan melalui selang secara terus menerus. Obat-obat imunosupresif (kemoterapi, kortikosteroid).

Penyakit yg melemahkan (AIDS, kanker) Menghirup atau aspirasi zat iritan Terpapar polusi udara terus menerus Terpasang selang endotrakeal atau trakeotomi. Penurunan tingkat kesadaran (stupor, letargi, pra-koma, koma).

2. Pemeriksaan Fisik
Demam tinggi dan menggigil (awitan tiba-tiba atau berbahaya). Nyeri dada pleuritik Takipnea dan takikardi Rales Pada awalnya batuk tidak produktif selanjutnya jadi produktif dengan mukus kekuning-kuningan, kehijau-hijauan, kecoklatan atau kemerahan dan seringkali berbau busuk.

Dispnea Kelemahan dan malaise Kulit berwarna keabu-abuan atau sianosis Keringat hilang timbul sesuai penurunan dan peningkatan demam. Periode sakit kepala selama 24-48 jam, mialgia, malaise, diikuti dengan demam, disosiasi nadi dan suhu (nadi relatif lambat pada demam tinggi, normalnya nadi meningkat jika suhu meningkat).

3. Cari sumber infeksi saluran pernapasan atas (luka tenggorok, kongesti nasal, bersin, demam ringan)
4. Pemeriksaan diagnostik :

Lab : peningkatan sel darah putih, pada pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiela, stapilokokus dan H.Influenza dan akan normal pada pasien dengan pneumonia viral dan pneumonia mikoplasma.

Sinar X menunjukkan konsolidasi lobar pada pasien dengan pneumonia pneumokokus, legionella, klebsiela, dan H.Influenza dan pada pneumonia mikoplasma, viral dan stafilokokus akan terlihat infiltrat kemerahan. Kultur sputum menunjukkan adanya bakteri, tapi pada pneumonia viral negatif. Kultur darah akan positif jika pneumonia didapat dari penularanhematogen (stafilokokus aureus).

Pewarnaan gram jika infeksi disebabkan oleh bakteri gram negatif atau gram posistif. Aglutinin dingin dan fiksasi komlemen dilakukan untuk pemeriksaan viral. AGD arteri menunjukkan hipoksemia (PaO2 kurang dari 80 mmHg) dan kemungkinan hipokapnia (PaCO2 kurang dari 35 mm Hg). Pemeriksaan fungsi paru-paru menunjukkan penurunan kapasitas vital kuat (KVK) bronkoskopi

DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. Gangguan pertukaran gas b.d pneumonia. 2. Nyeri akut pleuritik b.d pneumonia 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam.

4. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan. 5. Intoleransi aktivitas b.d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia. 6. Risiko kekurangan volume cairan b.d demam, diaforesis dan masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN PNEUMONIA


DP.1 Gangguan pertukaran gas b.d pneumonia

BATASAN KARAKTERISTIK : Batuk produktif menetap, napas cepat, sesak napas, rales, AGD menunjukkan hasil tidak normal, warna kulit sianosis atau keabu-abuan, bunyi napas tdk normal, pemeriksaan fungsi paru, volume tidal rendah.

HASIL PASIEN (kolaboratif) : Mendemonstrasikan perbaikan ventilasi KRITERIA EVALUASI : Bunyi napas jelas, AGD dalam batas normal, frekuensi napas 12-24/menit, frekuensi nadi 60-100x/menit, tdk ada batuk, meningkatnya volume respirasi pada spirometer insentif.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI :


Mandiri : 1. Pantau - Status pernapasan tiap 8 jam - TTV tiap 4 jam - Hasil AGD, foto rountgen, pemeriksaan fungsi paru-paru

RASIONALISASI : Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari hasil yg diharapkan.

2. Dorong pasien untuk minum minimal 2-3 liter/hari. RASIONALISASI : Untuk membantu mengeluarkan sekresi cairan juga untuk membantu mengalirkan obat-obatan didalam tubuh.

3. Pertahankan semifowlers.

posisi

fowlers

atau

RASIONALISASI : Posisi tegak lurus memungkinkan ekspansi paru lebih penuh dengan cara menurunkan tekanan abdomen pada difragma.

4. Lakukan penghisapan jika pasien menderita kongesti paru tetapi refleks batuk tidak baik atau terjadi penurunan kesadaran.

RASIONALISASI : Penghisapan membersihkan napas.

jalan

5. Pertahankan kontrol nyeri yg adekuat, jika terjadi nyeri pleuritik sebelum latihan napas dalam. RASIONALISASI : Pasien cendrung melakukan ekspansi toraks terbatas untuk mengontrol nyeri pleuritik. Ekspansi torak yg terbatas dapat menunjang terjadinya hipoventilasi dan atelektasis.

6. Dorong pasien untuk melakukan napas dalam tiap 2 jam sekali dan catat perkembangannya. RASIONALISASI : Napas dalam dapat mengembangkan alveolus dan mencegah atelektasis.

7. Ikuti prosedur pencegahan secara umum atau khusus (menggunakan masker untuk pencegahan penularan melalui pernapasan, menggunakan sarung tangan ketika menangani sekresi tubuh atau darah). Berikan tempat/kantung sampah yg menempel pd tempat tidur untuk pembuangan sampah dan tisu yg benar.
RASIONALISASI : Untuk mencegah penyebaran penyakit

8. Monitor pasien secara ketat, setelah pemberian sedatif atau narkotik. Hindari penggunaan obat tsb jika frekuensi napas 12x/menit atau kurang. Evaluasi keefektifan pemberian analgesik yg dianjurkan. RASIONALISASI : Depresi pernapasan merupakan efek samping yg sering terjadi pada pemberian narkotik dan sedatif.

9. Konsul dokter jika gejala-gejala pernapasan yg ada bertambah berat. RASIONALISASI : Hal tersebut merupakan awal terjadinya komplikasi.

tanda

Kolaborasi : 10. Berikan ekspektoran sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya.

RASIONALISASI : Ekspektoran membantu mengencerkan sekresi sehingga sekret dapat dikeluarkan pada saat batuk.

11. Berikan oksigen tambahan sesuai dengan anjuran, sesuaikan kecepatan aliran dengan hasil AGD. Jika sudah digunakan masker oksigen namun pasien bertambah gelisah, konsul ke ahli terapi pernapasan untuk pemasangan kanula nasal.
RASIONALISASI : Pemberian oksigen tambahan dapat menurunkan kerja pernapasan dgn menyediakan lebih banyak oksigen untuk dikirim ke sel, walaupun konsentrasi oksigen yg lebih tinggi dpt dialirkan melalui masker oksigen, hal tsb seringkali mencetuskan perasaan terancam bagi pasien, khususnya pada pasien dengan distres pernapasan.

12. Konsul ke bagian terapi pernapasan dan dokter, untuk pengobatan tambahan dengan aerosol jika gagal napas terjadi diantara jadwal pengobatan. RASIONALISASI : Ahli terapi pernapasan adalah spesialis dalam perawatan pernapasan dan biasanya dilakukan sesuai dengan hasil pemeriksaan fungsi paru dan fasilitas pengobatan yg ada (nebulisasi, drainase postural dan perkusi). Pengobatan aerosol yg biasanya digunakan ialah bronkodilar dan agen mukolitik untuk membantu mengurangi gagal napas.

DP.2 Nyeri akut pleuritik b.d pneumonia BATASAN KARAKTERISTIK : Mengatakan nyeri dada pada saat bernapas atau batukauskultasi pleural redup, foto rountgen menunjukkan adanya pleuritis, suhu diatas 370C, diaforesis intermiten, leukosit diatas 10.000/mm3, kultur sputum positif.

HASIL PASIEN : Mendemonstrasikan bebas dari nyeri. KRITERIA EVALUASI : Menyangkal nyeri dada pleuritik, ekpresi wajah rilaks, suhu tubuh 370C, kultur sputum negatif, kadar leukosit 5.00010.000/mm3.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI :


Mandiri : 1. Pantau : - Suhu setiap 4 jam - Hasil pemeriksaan SDP - Hasil kultur sputum RASIONALISASI : Untuk mengidentifikasi kemajuankemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

2. Berikan tindakan untuk memberikan rasa nyaman seperti mengelap bagian punggung pasien, mengganti alat tenun yg kering setelah diaforesis, memberi minim hangat, lingkungan yg tenang dgn cahaya yg redup dan sedatif ringan jika dianjurkan berikan pelembab pada kulit dan bibir.
RASIONALISASI : Tindakan tersebut akan meningkatkan relaksasi. Pelembab membantu mencegah kekeringan dan pecah-pecah di mulut dan bibir.

3. Lakukan tindakan-tindakan untuk mengurangi demam seperti : - Mandi air dingin - Selimut yg tidak terlalu tebal - Tingkatkan masukan cairan RASIONALISASI : Mandi dgn air dingin dan selimut yg tdk terlalu tebal memungkinkan terjadinya pelepasan panas secara konduksi dan evaporasi (penguapan). Cairan membantu mencegah dehidrasi karena meningkatnya metabolisme.

Kolaborasi : 4. Berikan analgetik sesuai dengan anjuran untuk mengatasi nyeri pleuritik jika perlu dan evaluasi keefektifannya.

RASIONALISASI : Analgesik membantu mengontrol nyeri dengan memblok jalan rangsang nyeri. Nyeri pleuritik yg berat sering kali memerlukan analgetik narkotik untuk mengontrol nyeri lebih efektif.

5. Konsul pada dokter jika nyeri dan demam tetap ada atau mungkin memburuk. RASIONALISASI : Hal tersebut merupakan berkembagnya komplikasi.

tanda

6. Berikan antibiotik sesuai dengan anjuran dan evaluasi keefektifannya. RASIONALISASI : Antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi, efek maksimum dapat dicapai jika kadar obat dalam darah konsisten dan dapat dipertahankan. Interaksi satu obat dgn yg lain dpt mengurangi keefektifan pengobatan.

DP.3 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d peningkatan metabolisme tubuh dan penurunan nafsu makan sekunder terhadap demam. BATASAN KARAKTERISTIK : Mengatakan anoreksia, makan kurang 40% dari yg seharusnya, penurunan berat badan dan mengeluh lemah.

HASIL PASIEN (Kolaboratif) : Mendemonstrasikan masukan makanan yg adekuat untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. KRITERIA EVALUASI : Peningkatan masukan makanan, tidak ada penurunan BB lebih lanjut, dan menyatakan perasaan sejahtera.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI : Mandiri : 1. Pantau : - persentase jumlah makanan yg dikonsumsi setiap kali makan. - timbang BB setiap hari - Hasil pemeriksaan : protein total, albumin dan osmalalitas.
RASIONALISASI : Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan dari sasaran yg diharapkan.

2. Berikan perawatan mulut tiap 4 jam jika sputum tercium bau busuk. Pertahankan kesegaran ruangan. RASIONALISASI : Bau yg tidak menyenangkan dapat mempengaruhi nafsu makan.

3. Dorong pasien untuk mengkonsumsi makanan TKTP. RASIONALISASI : Peningkatan suhu tubuh meningkatkan metabolisme. Masukan nutrisi yg adekuat, vitamin, mineral dan kaloriuntuk aktivitas anabolik dan sintesis antibodi.

4. Berikan makanan dengan porsi sedikit tapi sering yg mudah dikunyah jika ada sesak napas berat. RASIONALISASI : Makanan porsi sedikit tapi sering memerlukan lebih sedikit energi.

Kolaborasi :
5. Rujuk kepada ahli diet untuk membantu memilih makanan yg dapat memenuhi kebutuhan nutrisi selama sakit panas. RASIONALISASI : Ahli diet ialah spesialisasi dlm hal nutrisi yg dpt membantu pasien memilih makanan yg memenuhi kebutuhan kalori dan kebutuhan nutrisi sesuai dgn keadaan sakitnya, usia, TB & BB. Kebanyakan pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yg merupakan pilihan sendiri.

DP.4 Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang kondisi, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan. BATASAN KARAKTERISTIK : Secara verbal menyatakan kurang mengerti dan melaporkan perasaan takut, gelisah, ansietas.

HASIL PASIEN : Mendemonstrasikan ansietasnya berkurang KRITERIA EVALUASI : Berkurangnya keluhan perasaan takut, ansietas dan gelisah. Secara verbal menyatakan mengerti kondisi pasien, pemeriksaan diagnostik dan rencana pengobatan.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI :


1. Ketika terjadi pernapasan : tanda-tanda distres

RASIONALISASI : Keberadaan pemberi pelayanan kesehatan yang kompeten dan penuh percaya diri membantu menurunkan ansietas yang muncul pada saat pasien sendirian. Sakit dada dan kesulitan bernapas dapat mencetuskan ansietas.

2. Selama fase akut berikan penjelasan singkat tentang pengobatan dan tindakan yang dilakukan. Jika nyeri dan distres pernapasan dapat diatasi, berikan informasi yang lebih jelas mengenai : a. Sifat dan kondisi penyakit b. Tujuan dari pengobatan c. Pemeriksaan diagnostik yg dianjurkan (Tujuan, gambaran singkat, persiapan, perawatan setelah pemeriksaan).

RASIONALISASI :

Mengetahui apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas. Nyeri dan distres pernapasan dapat dipengaruhi oleh proses belajar.

DP.5 Intoleransi aktivitas b.d kerusakan pertukaran gas sekunder terhadap pneumonia.

BATASAN KARAKTERISTIK : Menyatakan sesak napas dan lelah dengan aktivitas minimal, diaforesis, takipnea dan takikardia pada aktivitas minimal.

HASIL PASIEN : Mendemonstrasikan peningkatan toleransi terhadap aktivitas.

KRITERIA EVALUASI : Pasien dapat melakukan AKS, dapat berjalan lebih jauh tanpa mengalami napas cepat, sesak napas dan kelelahan.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI 1. Monitor frekuensi nadi dan frekuensi napas sebelum dan sesuadah aktivitas.

RASIONALISASI : Untuk mengidentifikasi kemajuan yang di capai atau penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.

2. Tunda aktivitas jika frekuensi nadi dan frekuensi napas meningkat secara cepat dan pasien mengeluh sesak napas dan kelelahan, tingkatkan aktivitas secara bertahapuntuk meningkatkan toleransi. RASIONALISASI : Gejala2 tersebut merupakan tanda adanya intoleransi aktivitas. O2 meningkat jika aktivitas meningkat, daya tahan dapat lebih lama, jika ada waktu istirahat diantara aktivitas.

3. Bantu pasien dalam melaksanakan AKS sesuai dengan kebutuhannya. Beri pasien istirahat tanpa diganggu diantara berbagai aktivitas.

RASIONALISASI : Untuk menyimpan energi

4. Pertahankan terapi oksigen selama aktivitas, lakukan tindakan pencegahan terhadap komplikasi akibat imobilisasi, jika pasien dianjurkan tirah baring lama. RASIONALISASI : Aktivitas fisik meningkatkan kebutuhan O2 dan sistem tubuh akan berusaha menyesuaikannya. Tindakan keperawatan yg spesifik dapat meminimalkan komplikasi dari imobilisasi.

5. Konsul dokter jika sesak napas tetap ada atau bertambah berat saat istirahat. RASIONALISASI : Hal tersebut dapat merupakan tanda awal dari komplikasi khususnya gagal napas.

DP.6 Risiko kekurangan volume cairan b.d demam, diaforesis dan masukan oral sekunder terhadap proses pneumonia.

BATASAN KARAKTERISTIK : Menyatakan haus, hipernatremia, mukosa membran kering, urine kental, turgor buruk, berat badan berkurang tiap hari, frekuensi nadi lemah, TD menurun.

HASIL PASIEN : Mendemonstrasikan perbaikan status cairan dan elektrolit. KRITERIA EVALUASI : Haluaran urine lebih besar dari 30 ml/jam, BJ urine 1,005-1,025, Natrium serum DBN, mukosa membran lembab, turgor kulit baik, tidak ada penurunan BB, tidak mengeluh kehausan.

INTERVENSI DAN RASIONALISASI


1. Pantau : - Masukan dan haluaran tiap 8 jam - Timbang BB tiap hari - Hasil pemeriksaan analisis urine dan elektrolit serum. - Kondisi kulit dan mukosa membran tiap hari.

RASIONALISASI : Untuk mengidentifikasi kemajuan-kemajuan atau penyimpangan-penyimpangan dari sasaran yang diharapkan.

KOLABORASI : 2. berikan terapi intravena sesuai dengan anjuran dan berikan dosis pemeliharaan dan tindakan-tindakan pencegahan. RASIONALISASI : Selama fase akut, pasien sering terlalu lemah dan sesak, untuk meminum cairan per oral secara adekuat dan untuk mempertahankan hidrasi yg adekuat.

3. Berikan cairan per oral sekurangkurangnya tiap 2 jam sekali. Dorong pasien untuk minum cairan yang bening dan mengandung kalori. RASIONALISASI : Cairan membantu distribusi obat-obatan dalam tubuh, serta membantu menurunkan demam. Cairan bening membantu mencairkan mukus, kalori membantu menanggulangi kehilangan berat badan.

4. Lapor dokter jika tanda-tanda kekurangan cairan menetap atau bertambah berat. RASIONALISASI : Ini merupakan tanda-tanda kebutuhan cairan yang meningkat atau mulai timbulnya komplikasi.

Terima kasih

Terima kasih

Vous aimerez peut-être aussi