Abdul Haris WS, Juni 2012 Patofisiologi Patogenesis SLE. Interaksi antara gen dan lingkungan memicu respon imun abnormal berupa autoantibodi dan kompleks imun yang terdeposit di jaringan, mengaktivasi komplemen dan menimbulkan inflamasi yang dapat berlanjut menjadi kerusakan organ yang ireversibel. Ag, antigen; C1q, complement system; C3, complement component; CNS, central nervous system; DC, dendritic cell; EBV, Epstein-Barr virus; HLA, human leukocyte antigen; FcR, immunoglobulin Fc-binding receptor; IL, interleukin; MBL, mannose-binding ligand; MCP, monocyte chemotactic protein; PTPN, phosphotyrosine phosphatase; UV, ultraviolet. Pemicu Sinar UV kehamilan Hormon Def. komplemen Obat-obatan Stress/ kelelahan LUPUS NEFRITIS DIAGNOSIS DAN TERAPI PENDAHULUAN Lupus Eritematosus Sistemik: penyakit autoimun melibatkan banyak organ, gejala klinik beragam (kronik, remisi dan eksaserbasi) Merusak jaringan akibat deposit antibodi & komplek imun pada berbagai organ tubuh Etiologi genetik, infeksi, lingkungan dan hormonal Wanita > Pria = 5 : 1, usia 15-40 tahun LES: ditemukan 4 dari 11 kriteria ARA, sensitifitas dan spesifisitas 96% Prevalensi keterlibatan ginjal pada LES 30-65% Lupus nefritis adalah komplikasi ginjal pada LES RSMH Januari 2001-September 2005 terdapat 56 kasus Lupus Nefritis Manifestasi ginjal Terjadi pada 2 thn pertama menderita SLE Hampir tanpa keluhan, kelainan pada urine Proteinuria & hematuri Nephrotic Nephritis berat Kadang pada gagal ginjal akut GFR pada sebagian kasus Kriteria ARA adalah sebagai berikut : Kriteria Definisi 1. Malar Rash Fixed malarerythema, flat or raised 2. Discoid Rash Erythematosis raised patches with kara totic scalling and folikular plugging, atripic scaring may occur in older lesions. 3. Photosensitivity Skin rash as an unusual reaction to sunlight by patient history or physician observation. 4. Oral Ulcers Oral or nasopharinged ulcer, usually painless, observed by physician. 5. Arthritis Nonerosive arhritis involving two or more peripheral joints, characteristic by tenderness, swelling or effusion. 6. Serositis a. Pleuritis (convincing history of pleuritic pain or rub heard by Physician or evidence of pleural effosion). b.Pericarditis (documented by ECG, rub or evidence of pericardial Effusion). 7. Renal Disorder a. Persistent proteinuria (> 0,5 g/24 hours or + 3) b. Celluler Cast of any type. 8. Neurologic Disorder a. Seizure (in the absence of other causes) b. Phsycosis (in the absence of other causes) 9. Hematologic Disorder a. Haemolytic anemia, or b. Leukopenia (4000/mm 3 on oner or more occassions) c. Lymphopenia (1500/mm 3 on 2 or more occassions) or d.Trombocytopenia (100.000/mm 3 in the absence of offending drugs) 10.Immunologic Disorder a. Positive LE cell preparation, or b. Anti double stranded DNA, or c. Anti Sm, or d. BFP (false positive serologic test for syphilis positive for at least 6 months with negative TPI or FTA). 11. Anti Nuclear Antibody An abnormal titer of ANA by immunofluoresence or an equivalent assay at any time and in the absence of drugs known to be associated with drug induce lupus syndrome. DIAGNOSIS Diagnosis SLE 4 dari 11 kriteria ARA spesifitas 98 % & sensitivitasnya 97 % Proteinuria persisten, hematuri disertai sedimen yang aktif Kenaikan titer ANA dan anti ds DNA
LUPUS NEFRITIS Prevalensi 31 65 % (rata-rata 40 %). Diagnosis : proteinuria 1 gram/24 jam hematuria (> 8 eritrosit /lpb) penurunan fungsi ginjal sampai 30 %, sindroma nefrotik pada 45 65 % hematuria mikroskopik pada 80 % gangguan tubular pada 60 80 % hipertensi 15 50 % WHO Classification of LN I. Normal glomeruli Normal by all techniques Normal on LM but deposits on immunohistology II. Pure mesangial alterations A. mesangial widening & /or mild hypercellularity B. mesangial cell proliferation III. Focal segmental LN (focal proliferative LN) A. active necrotising lesions B. active sclerosing lesions C. sclerosing lesions
WHO Classification of LN ( cont.) IV. Diffuse proliferative LN ( severe mesangial/ mesangiocapillary with extensive subendothelial deposits. Mesangial deposits always present & frequent subepithelial deposits) A. with segmental lesions B. With active necrotising lesions C. with active & sclerosing lesions D. with sclerosing lesions V. Diffuse membranous LN A. Pure membranous GN B. associated with lesions of category II VI. Advances sclerosing LN
ISN/RPS Classification 2004 Class I Minimal mesangial LN Class II Mesangial proliferative LN Class III Focal LN ( <50% glom. Involved) Class IV Diffuse LN (>50% glom involved) IV-S and IV-G Class V Membraneous LN Class VI Advanced sclerotic LN (>90% sclerotic
Weening et al Kidney International 2004;65: 521-530 Gejala klinis dari masing-masing kelas nefritis lupus
Klasifikasi Gejala klinis Protein urin
Hematuri a Hipertensi Sindrom nefrotik Fungsi ginjal NL Kelas I + - - - N NL Kelas IIa + - - - N NL Kelas IIb + + - - N NL Kelas III ++ ++ + + N atau NL Kelas IV ++ +++ ++ ++ NL Kelas V ++ + + ++ N atau NL Kelas VI + + + + lambat PENGOBATAN Pengobatan terhadap lupus nefritis terdiri dari: - Pengobatan imunologik: imunosupressan - Non Imunologik: antihipertensi (ACE inhibitor, inhibitor angiotensin II) dan Statin
Sasaran pengobatan imunosupresan: Mengurangi atau menghilangkan tanda-tanda klinik lupus (renal dan ekstra-renal) serta petanda serologi lupus.
Sasaran pengobatan non-imunologik: Menurunkan tekanan darah, proteinuri dan kolesterol secara agresif. Ada dua fase pengobatan imununosupresan yaitu - fase induksi: siklosporin, siklophospamid atau mikofenolat mofetil - fase pemeliharaan (mengurangi kemungkinan relaps): Mikofenolat mofetil (1-2 gram/hr) atau Azathioprine 2 mg/KgBB)selama 1 tahun
Ada juga yang memberikan siklofosfamid i.v. setiap 3 bulan selama satu tahun pada fase pemeliharaan.
Kortikosteroid diberikan pada kedua fase tsb. Klasifikasi dan terapi Penatalaksanaan Nefritis Lupus Laboratorium dan Biopsi Klas II,III,V Klas III,IV Klas IV G Klas IV S Induksi -Konservatif -Steroid -Cytotoxic agent
Pengobatan berdasarkan gejala klinis nefritis lupus (NL) Klas Pengobatan I Tidak memerlukan pengobatan spesifik. Pengobatan ditujukan pada gejala ekstra renal II a Jika proteinuria < 1 gram/hari, tak memerlukan terapi khusus II b Jika proteinuria > 1 gram/hari, anti-ds DNA tinggi, hematuria dan C3 rendah, diberikan prednison 0,5 1 mg/kg/hari selama 6 12 minggu, diturunkan 5 10 mg tiap 1 3 minggu dan dosis disesuaikan dengan aktivitas klinis III Prednison dosis 1 1,5 mg/kg bb/hari selama beberapa bulan kemudian diturunkan bertahap. Variasi lain adalah dosis tidak terlampau tinggi tetapi lebih lama dipantau IV Kombinasi prednison 0,5 mg/kg bb/hari selama 4 minggu dan siklofosfamid 750 mg/m2 tiap bulan selama 6 bulan, kemudian setiap 2 bulan dengan dosis yang sama 6 bulan, kemudian setiap 2 bulan dengan dosis yang sama sampai 6 kali pemberian, selanjutnya tiap 3 bulan, 6 kali pemberian (total pengobatan 3 tahun). Obat lain adalah azatioprin, siklosporin dan mycophenolate mofetil V Prednison 1 mg/kg bb/hari selama 6 12 minggu, juga dapat diberikan siklosporin VI Terapi supportif
Prognosis > 30 tahun yang lalu Hanya sedikit pasien dengan nefritis klas IV berat survival > 1-2 tahun 50% dengan penyakit kurang berat meninggal dalam kurun waktu 5 tahun Dengan kemajuan pengobatan 10 15% mengalami progresi ke ESRD Sepsis = penyebab kematian utama Transplantasi Jarang kambuh