Vous êtes sur la page 1sur 123

FISIOLOGI CAIRAN TUBUH

CAIRAN TUBUH
Total cairan tubuh pd orang dgn BB 70 kg
60 % berat badan pada laki-laki (42 liter)
50 % pada wanita (35 liter)

Persentase ini dapat berubah tergantung pada
umur, jenis kelamin, dan derajat obesitas

Total cairan tubuh dapat dihitung dengan cara :
Total cairan tubuh = cairan intraselular +
cairan ekstraselular

Gambar 1. Kompartemen cairan ekstraselular dan cairan intraselular
Matfin G, Porth CM: Disorders of Fluid and Electrolyte Balance, In Renal function
and Fluid and Electrolytes, unit VIII: 1-43. Available from:
http://connectiondev.Iww.com/products/porth7e/documents
Distribusi cairan tubuh
Gambar 2. Distribusi cairan tubuh
Fisiologi cairan dan elektrolit. Available from: CD
Manajemen gangguan elektrolit, metabolik dan
asam basa, Farmedia
Tabel 1. Komposisi elektrolit dalam cairan ekstraselular dan intraselular
Matfin G, Porth CM: Disorders of Fluid and Electrolyte Balance, In Renal function
and Fluid and Electrolytes, unit VIII: 1-43. Available from:
http://connectiondev.Iww.com/products/porth7e/documents
Pengaturan pertukaran cairan
Jumlah relatif cairan ekstraselular yang
didistribusikan antara plasma dan ruang interstisial
terutama ditentukan oleh keseimbangan hidrostatik
dan kekuatan koloid osmotik yang melintasi
membran kapiler.

Sebaliknya, distribusi cairan antara kompartemen
ekstraselular dan intraselular terutama ditentukan
oleh efek osmotik dari zat terlarut yang lebih sedikit
(khususnya natrium, klorida, dan elektrolit lain)
yang bekerja melintasi membran sel.
Osmosis sebagai pergerakan air antara
kompartemen-kompartemen cairan melewati
membran semipermeabel terjadi bila kadar total
zat terlarut pada kedua sisi membran tidak sama


OSMOLARITAS DAN TONISITAS

Konsentrasi air dari suatu larutan bergantung pada jumlah
partikel zat terlarut dalam larutan istilah konsentrasi

Jumlah total partikel dalam suatu larutan diukur dalam istilah
osmol (Osm).
1 osmol = 1 mol partikel zat terlarut.
1 miliosmol (mOsm) = 1/1000 osmol

Osmolalitas konsentrasi osmolal suatu larutan per kilogram
air

Osmolaritas konsentrasi osmolal suatu larutan per liter air

Nilai normal dari osmolaritas plasma adalah 280 300
mOsm/L.
Tonisitas jumlah konsentrasi zat terlarut yg memiliki
kekuatan menarik zat atau daya osmotik melalui membran.

Nilai normal tonisitas adalah 275 290 mOsm/L.

Tonisitas = 2 x Na(mEq/L) + (Glukosa (mg/dl):18 )

Tonisitas ekstraselular menentukan distribusi relatif dari total
air tubuh antara cairan intraselular dan cairan ekstraselular
Jika tonisitas cairan ekstraselular meningkat, maka air akan
bergerak keluar sel volume ekstraselular bertambah
Osmolalitas plasma =
2 x [Na+] + Glukosa (mg/dl) : 18 + Ureum (mg/dl): 2.8
Apa yang menentukan tonisitas cairan ekstraselular?
Natrium dan anion pasangannya memberi kontribusi
92% dari tonisitas cairan ekstraselular.
Natrium merupakan osmol efektif pd membran sel
karena permeabilitas membran yg rendah terhadapnya
serta adanya pompa natrium yg bersama-sama
mengeluarkan natrium dari cairan intraselular.
Volume relatif (yakni distribusi) air antara cairan
intraselular dan cairan ekstraselular bisa dianggap
ditentukan oleh natrium ekstraselular.
Gambar 4. Pengaruh kelebihan dan kekurangan volume cairan isotonik serta
hiponatremia dan hipernatremia pada pergerakan air antara kompartemen
ekstraselular dan intraselular.
Matfin G, Porth CM: Disorders of Fluid and Electrolyte Balance, In Renal function
and Fluid and Electrolytes, unit VIII: 1-43. Available from:
http://connectiondev.Iww.com/products/porth7e/documents
TEKANAN OSMOTIK

Besar tekanan yang dibutuhkan untuk mencegah
osmosis

Tekanan osmotik adalah pengukuran tidak
langsung air dan konsentrasi zat terlarut pada
larutan semakin tinggi tekanan osmotik suatu
larutan, konsentrasi air semakin rendah tapi
konsentrasi zat terlarut semakin tinggi.
Gambar 5. Pengaruh larutan isotonik, hipotonik dan hipertonik terhadap volume sel
CAIRAN ISOTONIK, HIPOTONIK, DAN HIPERTONIK
KONSENTRASI ELEKTROLIT

Konsentrasi suatu zat menjelaskan jumlah zat tersebut dalam
suatu pelarut tertentu atau dalam larutan. Pelarut yang
paling umum adalah air.

Milligram (mg), adalah suatu satuan berat dan sama dengan
0,001 g.

Milliequivalents (mEq), adalah berat ion dalam gram yang
menggantikan atau berkombinasi dengan satu gram (mol)
dari ion H
+
monovalen.


mg x valensi
mEq = ----------------------
at wt


Contoh :

23 mg x 1
1 mEq dari Na = ----------------
23 (at wt)

35,5 mg x 1
1 mEq dari Cl = ----------------
35,5 (at wt)

Perubahan mEq/L dan mg/dL kadang diperlukan karena
nilai elektrolit serum yang diperiksa biasanya dengan
satuan tersebut.

Perubahan dari mEq/L menjadi mg/dL:

mg/dL x 10 x valensi
mEq/L = ----------------------------------
berat atom

Perubahan dari mg/dL menjadi mEq/l :

mEq/L x berat atom
mg/dL = -------------------------
10 x valensi
Millimole (mmol).
mg dalam 1 liter larutan
Mmol/L = ---------------------------------
berat atom

Contoh: Berapa mmol NaCl 0,9 % ?
Jawab : NaCl 0,9 % berarti ada 9 gram/L = 9000 mg/L

9000 9000 9000
NaCl 0,9 % = ---------------------- = ------------ = ---------
BA Na + BA Cl 23 + 35,5 58,5

= 154 mmol
Elektrolit
Elektrolit Berat Atom (BA) Valensi
Natrium 23 1
Kalium 39 1
Calcium 40 2
Magnesium 24 2
Klorida 35,5 1
Fosfor 31 1,8
NATRIUM


90% dari kation ekstraselular

Sangat penting dalam keseimbangan cairan dan elektrolit,
karena jumlahnya hampir separuh dari osmolaritas cairan
ekstraselular (142 dari 290 mOsmol/liter).

Kadar normal 135 -145 mEq/L.

Kadarnya diatur oleh saluran ion natrium yang membuka
menutup melalui perubahan voltase, serta adanya pompa
Na+/K+ -ATPase bekerja mengeluarkan 3 Na+ untuk
bertukar dengan 2 K+
Gambar 7. Pompa Na+/K+ -ATPase
Fisiologi cairan dan elektrolit. Available from: CD Manajemen gangguan
elektrolit, metabolik dan asam basa, Farmedia
Aliran natrium melalui saluran natrium (voltage-gated sodium
channel) yang terdapat pada membran sel juga diperlukan
untuk pembentukan dan penghantaran action potential di
neuron dan sel otot.

Kadar natrium dalam darah diatur oleh aldosteron, ADH
(antidiuretic hormone) dan ANP (atrial natriuretic peptide).

Bila kadar natrium plasma < 135 mEq/L pelepasan ADH
berhenti memungkinkan ekskresi air lebih banyak di dalam
urin kadar natrium di cairan ekstraselular pulih kembali.

ANP memacu ekskresi natrium oleh ginjal bila kadar natrium
HIPONATREMIA

Kadar natrium serum dibawah normal (< 135 mEq/L)

Hiponatremia adalah kelebihan cairan relatif yang terjadi bila:
1. Jumlah asupan cairan melebihi kemampuan
ekskresi.
2. Ketidakmampuan menekan sekresi ADH, misalnya pada
kehilangan cairan melalui saluran cerna, gagal jantung
dan sirosis hati, atau pada SIADH (syndrome of
inappropriate ADH-secretion).
Menurut waktu terjadinya, hiponatremia dapat dibagi dalam:

1. Hiponatremia akut,
adalah kejadian hiponatremi yang berlangsung cepat yaitu
kurang dari 48 jam bisa terjadi penurunan kesadaran
dan kejang.

2. Hiponatremia kronik,
adalah kejadian hiponatremia yang berlangsung lambat
yaitu lebih dari 48 jam gejala yang timbul hanya ringan
seperti lemas atau mengantuk.
Pemberian cairan koreksi
HIPONATREMIA

Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung
lama secara perlahan-lahan, sedangkan
hiponatremia akut lebih agresif.

Hindari koreksi berlebihan, karena dapat
mencetuskan central pontine myelinolysis.

Jangan naikkan Na+ serum lebih cepat dari 12
mEq/L dalam 24 jam pada pasien asimptomatik.
Jika pasien simtomatik, bisa tingkatkan sebesar 1
sampai 1.5 mEq/L/jam sampai gejala mereda.

Rekomendasi : laju koreksi < 8 mmol/L/hari.

Namun koreksi awal 1 -2 mmol/L/jam untuk
beberapa jam pertama pada kasus berat.

peningkatan natrium serum tidak boleh lebih dari 2
mEq/L per jam

Indikasi menghentikan koreksi akut dari gejala
adalah berhentinya manifestasi yang mengancam
jiwa atau kadar serum sudah mencapai 125 atau
130 mmol/L


Kejang bisa dihentikan cepat dg menaikkan Na
+

serum hanya 3 sampai 7 mmol/L.

Kebanyakan komplikasi demielinisasi laju koreksi
melebihi 12 mmol/L/hari.

Pernah dilaporkan CPM (cerebropontine
myelinolysis) pd koreksi 9 sampai 10 mmol/L
dalam 24 jam atau 19 mmol dalam 48 jam.


HIPERNATREMIA

Kadar natrium serum diatas normal (> 145 mEq/L).

Hipernatremia terjadi bila:

1. Adanya defisit cairan tubuh akibat ekskresi air
melebihi ekskresi natrium atau asupan air yang kurang

2. Penambahan natrium yang melebihi jumlah cairan dalam tubuh,
mis koreksi bikarbonat berlebihan pada asidosis metabolik

3. Masuknya air tanpa elektrolit ke dalam sel, misalnya pada latihan
olahraga yang berat, asam laktat dalam sel meningkat sehingga
osmolalitas sel juga meningkat dan air dari ekstraselular akan
masuk ke intraselular.

Hipernatremia dengan deplesi volume harus diatasi
dengan pemberian normal saline sampai hemodinamik
stabil.

Selanjutnya defisit air bisa dikoreksi dengan Dekstrosa
5% atau NaCl hipotonik.

Defisit air tubuh ditaksir sbb:

Defisit =
Air tubuh yang dikehendaki (liter) - Air tubuh sekarang.

Air tubuh yang dikehendaki =
(Na
+
serum yang diukur) x (Air tubuh sekarang/Na
+
serum normal).

Air tubuh sekarang = 0.6 x Berat badan sekarang (kg).


Separuh dari defisit air yang dihitung harus
diberikan dalam 24 jam pertama, dan sisa defisit
dikoreksi dalam 1 atau 2 hari untuk menghindari
edema serebral.

Cara menghitung laju koreksi hipernatremia :

Perubahan serum Na
+
/L =
(Infusat Na
+
Serum Na
+
)/ (BB x 0.6) + 1

Pada hipernatremia akut (terjadi dalam beberapa jam),
laju penurunan yg dianjurkan 1 mmol/L/jam.

Pada hipernatremia kronis, laju koreksi adalah 0.5
mmol/L/jam untuk mencegah edema serebral. Lebih
tepatnya adalah 10 mmol/L/24jam.

Kebutuhan obligatorik (rumatan) juga harus
ditambahkan. Sebagai contoh volume untuk koreksi 2.1
L dan rumatan 1.5 L maka dalam sehari diberikan 3.6 L.
CONTOH KASUS
Hiponatremia
W 30 th kejang grandmal tiga kali, dua hari
pasca apendektomi.

20 mg diazepam dan 250 mg fenitoin iv dan
intubasi dg ventilasi mekanik.

Anamnesis: pada hari pertama postop : 3 L D5,
dan dibolehkan banyak minum air.
PF: pasien tidak dehidrasi dan BB 46 kg. stupor dan hanya respon ke nyeri
tetapi tidak terhadap perintah.

Lab: Na
+
serum 112 mmol/L, osmolalitas serum 228 mOsm/kg, osmolalitas urin
510 mOsm/kg
WD/ hiponatremia hipotonik karena retensi air
Kasus 1
Na
+
infus Na
+
serum
Total body water + 1
(Na
+
+ K
+
infus) Na
+
serum
Total body water + 1
Hiponatremia
PF: BB 46 kg. stupor.Lab: Na
+
serum 112 mmol/L, osmolalitas serum 228
mOsm/kg, osmolalitas urin 510 mOsm/kg
Planned Th/ - restriksi air
- NaCl 3%
- furosemide 20 mg iv
Ada Rumus yg bisa menaksir retensi 1 L NaCl hipertonik akan meningkatkan
konsentrasi Na
+
serum
Pasien 46 kg ditaksir memiliki air tubuh 50% = 0.5 x 46 = 23 Liter
Na
+
infus Na
+
serum
Total body water + 1
NaCl 3% mengandung 513 mmol Na
+
per L
Jadi, 1 L NaCl 3% akan meningkatkan kadar Na
+
sebesar 16.7 mmol/L
513 112
23 + 1
= 16.7
Hiponatremia
1 L NaCl 3% akan meningkatkan kadar Na
+
sebesar 16.7 mmol/L
Karena gejala pasien cukup berat target awal adalah menaikkan kadar
Na
+
serum sebesar 3 mmol/L dalam 3 jam berikut
Berapa dibutuhkan kecepatan pemberian NaCl 3% per jam nya?
(3 : 16.7) = 0.18 L dalam 3 jam atau 60 ml/jam
Tiga jam kemudian, kadar Na
+
serum menjadi 115 mmol/L.Target berikutnya
adalah menaikkan lagi sebesar 3 mmol dalam waktu 6 jam
Dengan perhitungan sama diperlukan pemberian 30 ml/jam
Setelah kadar Na
+
mencapai 119 dan gejala neurologis menghilang,
NaCl 3% bisa dihentikan namun tetap monitor ketat status klinis dan keadaan
pasien
Hiponatremia
Pada pasien dengan gejala berat laju koreksi
awal bisa 1 sampai 2 mmol/L/jam
Endpoint 125-130. Endpoint lebih rendah (125)
mungkin ditetapkan jika baseline < 100
Hiponatremia
Lk 58 th dg small-cell lung carcinoma, masuk RS
dengan kebingungan hebat dan letargi. BB 60 kg,
klinis euvolemia. Na
+
serum 108 mmol/L, K
+
3.9
mmol/L, osmolalitas serum 220 mOsm/kg. BUN 5
mg/dl, kreatinin 0.5 mg/dl. Osmolalitas urin 600
mOsm/kg

D/ SIADH e.c. tumor paru.
Th/ restriksi air
NaCl 3%
furosemide 20 mg iv
Kasus 2
TBW ditaksir 36 liter atau (60% x BB)
Pada pasien ini 1 L NaCL 3% diperkirakan akan menaikkan
kadar Na
+
serum sebesar ?

Target awal sebagai contoh ingin meningkatkan kadar Na
+
serum sebesar 5 mmol dalam 12 jam berikutnya. Berapa
laju pemberian NaCL 3% dibutuhkan per jam?
Hiponatremia
Lk 58 th dg small-cell lung carcinoma, masuk RS dengan kebingungan
hebat dan letargi. BB 60 kg, klinis euvolemia. Na
+
serum 108 mmol/L, K
+

3.9 mmol/L, osmolalitas serum 220 mOsm/kg. BUN 5 mg/dl, kreatinin 0.5
mg/dl. Osmolalitas urin 600 mOsm/kg

D/ SIADH e.c. tumor paru.
Th/ restriksi air
NaCl 3%
furosemide 20 mg iv
Kasus 2
TBW ditaksir 36 liter atau (60% x BB)
Pada pasien ini 1 L NaCL 3% diperkirakan akan menaikkan kadar Na
+
serum sebesar ?
= [513-108]: [36 +1 ] = 10.9 mmol/L

Target awal sebagai contoh ingin meningkatkan kadar Na
+
serum sebesar 5 mmol
dalam 12 jam berikutnya. Berapa laju pemberian NaCL 3% dibutuhkan per jam?=
5: 10.9 = 0.46 L NaCl 3% dalam 12 jam, berarti 38 ml/jam
12 jam setelah masuk RS, kadar Na+ serum 114 mmol/L. Pasien masih sedikit letargik, tetapi
mudah dibangunkan. NaCl 3% dihentikan. Restriksi cairan dan pemantauan ketat
dilanjutkan, 24 jam setelah masuk RS kadar jadi 115 dan pasien alert
Hiponatremia
Wanita 68 th masuk RS karena kantuk progresif dan sinkop. Selama
ini ia dalam perawatan hipertensi, dengan diet rendah garam dan
25 mg HCT. Dalam 3 hari terkahir ia mengalami diare.
PF: letargik tetapi tanpa tanda defisit neurologi. BB 60 kg
BP supine 96/56, nadi 110. V jugularis tidak teraba, turgor kulit kurang.
Lab: Na
+
106 mmol./L, K
+
2.2 mmol/L, HCO
3
- 26 mmol/L
BUN 46 mg/dl, kreatinin serum 1.4 mg/dl. Osm serum
232 mOsm/L. Urin 650 mOsm/L.
Kasus 3
Apakah diagnosis gangguan elektrolit pasien ini?
HCT dihentikan sementara. Pasien diberikan NaCl 0.9% + 30 mmol KCl per liter.
TBW ditaksir 27 liter atau 0.45 x 60
Berapa 1 liter infus tsb akan menaikkan Na
+
serum?
Bagaimana laju pemberian dalam fase tsb?
Catatan

Jika infusat selain Na
+
juga mengandung K
+
, maka
perhitungan menjadi
(Na
+
+ K
+
infus) Na
+
serum
Total body water + 1
Hiponatremia
Wanita 68 th masuk RS karena kantuk progresif dan sinkop. Selama
ini ia dalam perawatan hipertensi, dengan diet rendah garam dan
25 mg HCT. Dalam 3 hari terakhir ia mengalami diare.
PF: letargik tetapi tanpa tanda defisit neurologi. BB 60 kg
BP supine 96/56, nadi 110. V jugularis tidak teraba, turgor kulit kurang.
Lab: Na
+
106 mmol./L, K
+
2.2 mmol/L, HCO
3
- 26 mmol/L
BUN 46 mg/dl, kreatinin serum 1.4 mg/dl. Osm serum
232 mOsm/L. Urin 650 mOsm/L.
Kasus 3
Apakah diagnosis gangguan elektrolit pasien ini?
HCT dihentikan sementara. Pasien diberikan NaCl 0.9% + 30 mmol KCl per liter.
TBW ditaksir 27 liter atau 0.45 x 60
Berapa 1 liter infus tsb akan menaikkan Na
+
serum?
Bagaimana laju pemberian dalam fase tsb?
Hyponatremia hipotonik e.c tiazid, GI loss dan hipokalemia
[(153+ 30)] -106 : [27 + 1] = 2.8 mmol/L
Karena hemodinamik jelek, infus diberikan 1 L per jam selama dua jam
Lk 76 th dg kesadaran menurun, selaput lendir kering,
turgor kulit berkurang, demam, takipnea dan TD 142/82, tanpa perubahan
ortostatik. Na
+
serum 168 mmol/L , BB 68 kg.
D/ Hipernatremia dg dehidrasi
Karena pasien tidak syok, bisa diberikan cairan hipotonik.
Kasus ini akan diberikan cairan KAEN 4A yang mengandung Na
+
30 mmol/L
Na
+
infus Na
+
serum
Total body water + 1
Hipernatremia
Formula berikut juga digunakan pada hiponatremia
Karena defisit air diperkirakan TBW adalah 50% BB.= 0.5 x 68 = 34 Liter.
Kasus 1
Lk 76 th dg kesadaran menurun, selaput lendir kering,
turgor kulit berkurang, demam, takipnea dan TD 142/82, tanpa perubahan
ortostatik. Na
+
serum 168 mmol/L , BB 68 kg.
D/ Hipernatremia dg dehidrasi
KAEN 4A mengandung Na
+
30 mmol/L
Na
+
infus Na
+
serum
Total body water + 1
Hipernatremia
Karena defisit air, TBW ditaksir 50% BB.= 0.5 x 68 = 34 Liter.
1 Liter KAEN4A akan menurunkan kadar Na
+
serum sebesar = [(30-168)] : [34
+ 1] = -3.94 mmol/L
Karena target menurunkan 10 mmol/L dalam 24 jam berarti memerlukan
2.53 Liter KAEN 4A atau (10:3.94).
Kebutuhan rumatan 1.5 L untuk 24 jam.
Jadi TOTAL harus diberikan 2.53 + 1.5 L = 4 L /24 jam.
Kasus 1
Pr 57 th dg ileus pasca bedah dan menjalani nasogastric suction. Tiba-tiba
kesadaran menurun. Turgor kulit kurang, hipotensi ortostatik. Na
+
serum
158 mmol/L, K+ serum 4 mmol/L. BB 63 kg. TD 100/70. HR 94
D/ Hipernatremia dg dehidrasi
Walaupun ada tanda dehidrasi, hemodinamik masih cukup baik sehingga
tidak memerlukan cairan isotonik
(Na
+
+ K
+
) infus Na
+
serum
Total body water + 1
Hipernatremia
Karena defisit air, TBW ditaksir 50% BB.= 0.5 x 63 = 31.5 Liter.
1 Liter KAEN3A mengandung 60 mmol Na
+
, dan 10 mmol/L K
+
akan
menurunkan kadar Na
+
serum sebesar ?
Kasus 2
Kita akan mengoreksi dg KAEN3A
Pr 57 th dg ileus pasca bedah dan menjalani nasogastric suction. Tiba-tiba
kesadaran menurun. Turgor kulit kurang, hipotensi ortostatik. Na
+
serum
158 mmol/L, K+ serum 4 mmol/L. BB 63 kg. TD 100/70. HR 94
D/ Hipernatremia dg dehidrasi
Walaupun ada tanda dehidrasi, hemodinamik masih cukup baik sehingga
tidak memerlukan cairan isotonik
(Na
+
+ K
+
) infus Na
+
serum
Total body water + 1
Hipernatremia
Karena defisit air, TBW ditaksir 50% BB.= 0.5 x 63 = 31.5 Liter.
1 Liter KAEN3A mengandung 60 mmol Na
+
, dan 10 mmol/L K
+
akan
menurunkan kadar Na
+
serum sebesar ?
Kasus 2
Kita akan mengoreksi dg KAEN3A
= (60 + 10) - 158
31.5+ 1
= - 2.7 mmol/L
Pr 57 th dg ileus pasca bedah dan menjalani nasogastric suction. Tiba-tiba
kesadaran menurun. Turgor kulit kurang, hipotensi ortostatik. Na
+
serum
158 mmol/L, K+ serum 4 mmol/L. BB 63 kg. TD 100/70. HR 94
D/ Hipernatremia dg dehidrasi
(Na
+
+ K
+
) infus Na
+
serum
Total body water + 1
Hipernatremia
1 Liter KAEN3A mengandung 60 mmol Na
+
, dan 10 mmol/L K
+
akan
menurunkan kadar Na
+
serum sebesar ?
Kasus 2
= (60 + 10) - 158
31.5+ 1
= - 2.7 mmol/L
Target menurunkan kadar Na
+
serum sebesar 5 mmol/L dalam 12 jam. Berapa L
diperlukan KAEN3A dan berapa rate per jam?
= 5 : 2.7 = 1.85 L dalam 12 jam
1 Liter dibutuhkan untuk mengganti ongoing loss cairan lambung dan rumatan,
jadi dalam 12 jam diberikan 2.85 L atau 230 ml/jam
Gambar 1. Pengeluaran dan pemasukan cairan tubuh
Kumar S, Berl T. Diseases of water metabolism. Available from:
http://www.kidneyatlas.org/book/ADK-01
Gambar 11. Skema umum terapi cairan
Fisiologi cairan dan elektrolit. Available from: CD Manajemen
gangguan elektrolit, metabolik dan asam basa, Farmedia
Jenis cairan
KRISTALOID

Kristaloid adalah suatu kelompok cairan, tanpa
penambahan solute ionik atau non ionik seperti
NaCl kedalam air.

Iso-osmolar, murah, mudah membuatnya dan tidak
menyebabkan reaksi imunologis.

Kristaloid tidak mengandung partikel onkotik dan
karena itu tidak terbatas dalam ruang intravaskular.
Penyebarannya ditentukan terutama oleh kadar Na+.
Karenanya, larutan-larutan yang mengandung kadar
Na+ yang hampir isotonik (misal: 0,9 % NaCl dan RL)
akan berdiam di ruang ekstraselular.

Karena ukuran ruang interstitial 3 kali lipat ruang
intravaskular, maka kristaloid akan didistribusikan ke
ruang interstisial dan ke ruang intravaskular.

Bila kadar Na+ kristaloid menurun, maka terjadi
peningkatan jumlah air yang menyebar ke ruang
intraselular.
Klasifikasi cairan intravena

Menurut indikasinya dalam terapi cairan, cairan infus
bisa diklasifikasikan kedalam:

1. Cairan pengganti
2. Cairan rumatan
3. Cairan koreksi
CAIRAN PENGGANTI:

umumnya merupakan kristaloid isotonik, yang
mengandung Na+ di atas 100 mEq/L.

Contoh tipikal adalah Ringer Laktat, Ringer Asetat
dan NaCl 0.9% (disebut juga normal saline).

Diindikasikan untuk resusitasi cairan pada keadaan-
keadaan emergensi, seperti misal syok karena
dehidrasi berat dan perdarahan.

Bila satu liter cairan ini diinfus cepat (misal 20-30
ml/kg/jam) maka dalam waktu setengah sampai satu
jam, air akan tersebar di intravaskular dan interstisial
(dan belum ke intraselular).
Tabel 4. Komposisi cairan infus
Fisiologi cairan dan elektrolit. Available from: CD Manajemen
gangguan elektrolit, metabolik dan asam basa, Farmedia
Cairan Rumatan

sering disebut juga kristaloid hipotonik, karena
walaupun invitro bersifat isosmolar

mengandung glukosa yang cepat ditangkap sel dan
dimetabolisme maka di dalam tubuh osmol yang
dikontribusikan oleh glukosa bisa diabaikan.

Kandungan natrium dalam cairan rumatan lebih rendah
dari kristaloid isotonik, dan sesuai untuk kebutuhan
harian.

Indikasinya adalah untuk pasien rawat-inap.
Tabel 5. Komposisi cairan infus
Fisiologi cairan dan elektrolit. Available from: CD Manajemen
gangguan elektrolit, metabolik dan asam basa, Farmedia
Cairan Koreksi

Cairan koreksi diindikasikan untuk memperbaiki
kelainan komposisi elektrolit plasma. Contoh: KCL
7.46%, Manitol 20%, NaCl 3%.
Pemberian cairan rumatan

Definisi : pemenuhan jumlah air, elektrolit (natrium,
kalium dan klorida) serta glukosa yang dibutuhkan
untuk pasien-pasien yang tidak bisa memilih
asupan mereka sendiri (misal, seseorang yang
akan menjalani operasi, penurunan kesadaran atau
anoreksia, sakit berat dll).

Terapi cairan rumatan ini tidak mengkoreksi defisit
cairan atau mengganti kehilangan abnormal seperti
yang terjadi pada diare, muntah-muntah atau
drainase usus.

Cairan rumatan mengganti ekskresi air murni dari kulit dan
paru (insensible pure water loss) serta kehilangan air dan
elektrolit melalui urin.

Kebutuhan rumatan dipengaruhi oleh pemakaian energi, yang
biasanya ditaksir berdasarkan berat badan atau luas
permukaan tubuh.

Jumlah rata-rata dari insensible water loss adalah kira-kira 50
ml per 100 kcal yang dikonsumsi pemberian 50 ml air per
100 kcal energi yang dikonsumsi memungkinkan ekskresi urin
isotonik.

Dibutuhkan kira-kira 100 ml air untuk setiap 100 kcal yang
dikonsumsi. Secara empirik, 1-3 mEq Na+ dan K+ dibutuhkan
untuk setiap 100 kcal.
Prinsip pemilihan cairan

1. Menentukan komponen cairan rumatan

a. Glukosa,
Kebutuhan minimal glukosa untuk mencegah
katabolisme protein adalah 1,5 gram/kg BB/hari
pada orang dewasa.
Kecepatan pemberian infus glukosa intravena yang
dianjurkan adalah 0,5 g/kg BB/jam.


b. Kehilangan air dan elektrolit melalui urin.

Kebutuhan air yang hilang setiap hari dihitung dari :
- Kehilangan air yang bisa diukur, seperti dari urine
dan feses.
- Kehilangan air yang tidak bisa diukur, seperti
kehilangan air dari pernafasan dan keringat.
- Jumlah air yang hilang setiap hari diperkirakan
sebesar 1500 2000 ml/hari.


- Koreksi air pada keadaan demam adalah dengan
penambahan 200 ml/derajat peningkatan panas diatas
37C atau tambahkan 10 %, juga bila keringat berlebihan
atau udara lingkungan panas.

- Kurangi menjadi 1 ml/kgBB/jam jika cairan dibatasi.

- jumlah kehilangan air pada pasien dengan suhu tubuh
normal dan BB tidak lebih dari 20 % BB ideal , umur
antara 15 sampai 65 tahun, adalah sebesar 30 ml/kg BB
ideal.

- kebutuhannya:
500 ml/ 6 jam = 2000 ml/hari
500 ml/8 jam = 1500 ml/hari

Perkiraan jumlah elektrolit yang hilang setiap hari
adalah:

a. Natrium

- Pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal,
kehilangan Natrium dalam urine biasanya antara
10 - 140 mEq/hari, dengan mengambil nilai
tengah dari nilai tersebut yaitu 77 mEq/hari,
- kebutuhan natrium perhari adalah sebesar 2
mEq/hari.

b. Kalium,
Pada pasien dengan fungsi ginjal yang normal,
kehilangan kalium dalam urine 40 6 mEq/hari,
dengan kebutuhan kalium perhari sebesar 1
mEq/hari.

2. Pemilihan cairan sesuai sediaan infus yang
tersedia.

Perbandingan Kristaloid dan Koloid


Kristaloid Koloid
Keunggulan
1. Lebih mudah tersedia dan
murah
2. Komposisi serupa dengan
plasma (Ringer asetat/ringer
laktat)
3. Bisa disimpan di suhu kamar
4. Bebas dari reaksi anafilaktik
5. Komplikasi minimal


1. Ekspansi volume plasma
tanpa ekspansi interstisial
2. Ekspansi volume lebih besar
3. Durasi lebih lama
4. Oksigenasi jaringan lebih
baik
5. Gradien O
2
alveolar-arterial
lebih sedikit
6. Insiden edema paru
dan/atau edema sistemik
lebih rendah

Kekurangan
1. Edema bisa mengurangi
ekspansibilitas dinding dada
2. Oksigenasi jaringan
terganggu karena
bertambahnya jarak kapiler
dan sel
3. Memerlukan volume 4 kali
lebih banyak
1. Anafilaksis
2. Koagulopati
3. Albumin bisa memperberat
depresi miokard pada pasien
syok (mungkin dengan
mengikat kalsium,
mengurangi kadar ion Ca
++


Atrial natriuretic peptide
Decreased blood pressure
stimulates renin secretion
Intracellular

Extracellular
Compartment
40% 60%
General Schema
I
n
t
e
r
s
t
i
t
i
a
l

Intracellular

EC
EC
What happens when
you infuse 0.9% Saline in health?
I
n
t
e
r
s
t
i
t
i
a
l

I
n
t
e
r
s
t
i
t
i
a
l

Intracellular
EC
EC
What happens when you infuse
5% Albumin (Iso-Oncotic Colloid)?
I
n
t
e
r
s
t
i
t
i
a
l

I
n
t
e
r
s
t
i
t
i
a
l

Intracellular
Intracellular
EC
EC
Effect of Hyper-Oncotic Colloid
ie 25% Albumin
I
n
t
e
r
s
t
i
t
i
a
l

I
n
t
e
r
s
t
i
t
i
a
l

Intracellular Intracellular
Protocol for Early Goal Directed Therapy in Septic Shock
(Adapted from NEJM 2001;
345:1368-77, in which
patients receiving this goal-
directed therapy had im-
proved in-hospital mortality
compared to those with
standard therapy, 31% to
47%.)
M
c
C
a
n
t
s

P
a
t
h
o
p
h
y
s
i
o
l
o
g
y

4
t
h

e
d
.

KAPILER VASKULER SISTEMIK
ARTERI VENA
INTERSTITIIL
FLUID 0-6 mmHg
EXCESS FLUID
COP 25-28 mmHg
KAPILER LIMPHA
4-5 L per day
Tabel 1. Komposisi cairan yang berasal dari gastrointestinal
Fisiologi cairan dan elektrolit. Available from: CD Manajemen gangguan
elektrolit, metabolik dan asam basa, Farmedia
Konsentrasi: <40 mEq/L 1
Kec pemberian: <20 mEq/hr 2
Dosis harian : <100 mEq/day 3
Monitor ECG and K
+
serum 4
U r i n e output: >0.5 ml/kg/hr 5
< 40mEq/L
KCl


Konsentrasi K+ standar dalam
larutan i.v.
KCl bolus

Vous aimerez peut-être aussi