Vous êtes sur la page 1sur 39

BIMBINGAN ASMA DALAM KEHAMILAN

Pembimbing:
dr. Semuel,Sp.OG


Disusun oleh :
Elvina Yulita Soegiarto 07120080025




Kepaniteraan Klinik Ilmu Kandungan&Kebidanan
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
Rumah Sakit Bhayangkara Tk. I R.S. Sukanto
Periode 22 Juli-27 September 2013


DEFINISI
Suatu gangguan inflamasi kronik pada
saluran napas yang banyak diperankan
oleh terutama sel mast dan eosinofil
(Gibbs,dkk 1992)
SISTEM PERNAFASAN
SELAMA KEHAMILAN
Kehamilan Perubahan fisiologi saluran
pernafasan : hormonal & faktor mekanik
Peningkatan kebutuhan metabolik dan
sirkulasi untuk pertumbuhan janin,plasenta
dan uterus
Kapasitas vital : 3200 cc (hamil = tidak hamil)
volume tidal ventilasi/menit :19 50 %
(progesteronresistensi saluran nafas &
meningkatnya sensitifitas pusat pernafasan
terhadap karbondioksida)
SISTEM PERNAFASAN
SELAMA KEHAMILAN
Faktor mekanis : Peningkatan diafragma
(Trim II : faktor janin) kapasitas
residu fungsional : 20 %
resistensi saluran nafas : 50%
perubahan pada kimia & gas darah
ventilasi pCO
2
sedangkan pO
2
tetap mekanisme sekunder ginjal
mengurangi plasma bikarbonat pH
darah tidak mengalami perubahan
SISTEM PERNAFASAN
SELAMA KEHAMILAN
Anatomi : sudut subcostal bertambah
o/k elevasi diafragma & bertambahnya
diameter transversal dadaperubahan
pola pernafasan (abdominal torakal)
utk memenuhi konsumsi oksigen selama
kehamilan
Laju basal metabolisme
konsumsi oksigen
PATOFISIOLOGI
Asma spasme otot polos saluran
nafas,edema mukosa,hipersekresi
penyempitan sal.nafas hipoventilasi
gangguan distribusi s/d tingkat alveoli
hipoksia, hiperkapnia & asidosis
PATOFISIOLOGI
Terjadi reaksi antigen antibodi pada
permukaan sel mast parupelepasan
mediator kimia (bradikinin, leukotrien
C,D,E, prostaglandin PGG
2
,
PGD2
a
,PGD2 dan tromboksan A2)
reaksi hipersensitif/peradangan cepat
bronkokonstriksi, kongesti vaskuler,
edema, meningkatnya sekresi mukus
GAMBARAN KLINIS
Gejala klasik :
Batuk
Sesak
Mengi (wheezing)
Rasa nyeri di dada (kadang)
GAMBARAN KLINIS
(DERAJAT ASMA)
Derajat asma Klinis Pemeriksaan
fisik
Pemeriksaan
Paru/faal paru
I -Normal
-Timbul jika ada
faktor pencetus
T.a.k T.a.k
II Tidak mengeluh Tanpa kelainan Obstruksi jalan
nafas
III Tidak ada
keluhan
Obstruksi jalan
nafas
Obstruksi jalan
nafas
IV Sesak nafas,
batuk mengi
Obstruksi jalan
nafas
Obstruksi jalan
nafas
V Status
Asmatikus
PERJALANAN KLINIS
ASMA
Asma akut intermiten :
Diluar serangan, tidak ada gejala sama sekali
Pemeriksaan fungsi paru tanpa provokasi :
normal
Jarang jatuh ke dalam status asmatikus
Jarang memerlukan kortikosteroid
Faktor pencetus :
ISPA, terutama virus
Kegiatan jasmani
Lingkungan kerja
Obat-obatan
Tidak diketahui
PERJALANAN KLINIS
ASMA
Asma akut dan status asmatikus
Serangan berat cari pertolongan
Diatasi obat : -adrenergik, teofilin
Bila tidak teratasi Status asmatikus
Asma kronik persisten (asma kronik)
Selalu ditemukan gejala obstruksi jalan nafas
Pengobatan secara terus menerus
Saluran nafas terlalu sensitif selain adanya
faktor pencetus yang terus menerus
PENGARUH PERUBAHAN
HORMONAL SELAMA KEHAMILAN
PROGESTERON
Meningkatkan sensitifitas terhadap CO
2

hiperventilasi ringan dispnea dalam
kehamilan
Efek lebih lanjut, relaksasi otot polos
Masih diperdebatkan
ESTROGEN
Menurunkan kapasitas difusi pada kapiler karena
meningkatnya jumlah sekresi asam
mukopolisakarida perikapiler
PENGARUH PERUBAHAN
HORMONAL SELAMA KEHAMILAN
KORTISOL
Meningkatnya kadar kortisol selama
kehamilan seharusnya memberi
perbaikan pada asma kenyataan
Hamil terjadi refrakter walaupun kadar
dalam serum kompetisi pada
reseptor glukokortikoid oleh
progesteron, deoksikortikosteron dan
aldosteron
PENGARUH PERUBAHAN
HORMONAL SELAMA KEHAMILAN
PROSTAGLANDIN
Semua tipe PG meningkat selama hamil
terutama menjelang persalinan aterm
metabolit PGF 2 (bronkokonstriktor
kuat)tidak berpengaruh buruk pada asma
dalam kehamilan
HISTAMIN
Dihasilkan oleh janinplasenta menghasilkan
histaminase (diaminoksidase)
DIAGNOSIS
Gejala klasik :
1. Sesak nafas
2. Batuk
3. Mengi
Dapat timbul berulang-ulang dengan
masa remisi diantaranya
Hilang dengan pengobatan atau menjadi
kronis
Anamnesa : riwayat asma sebelumnya,
riwayat penyakit alergik seperti rinitis
alergik atau riwayat keluarga dan faktor
pencetus lainnya
PEMERIKSAAN FISIK
Tergantung dari derajat obstruksi jalan
nafas :
Ekspirasi memanjang
Mengi
Hiperinflasi dada
Takikardi
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Spirometri obstruksi jalan nafas
Peningkatan FEV 1 dan FVC > 20 %
Tes provokasi bronkial hiperaktifitas
bronkus (mis
histamin,metakolin,alergen,kegiatan
jasmani,inhalasi udara dingin/aquadstilata)
Penurunan FEV 1 bermakna
Pemeriksaan tes kulit antibodi IgE yang
spesifik dalam tubuh. Tes ini hanya
menyokong anamnesa bukan penyebab

PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan kadar Ig E total dan Ig E
spesifik dalam serumhanya
menyokong adanya penyakit atopi
Pemeriksaan radiologi
Umumnya normal. Dilakukan bila ada
kecurigaan proses patologik di paru atau
komplikasi asma seperti
pneumotoraks,pneumomediastinum,atel
ektasis.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Analisa gas darah
Asma berathipoksemia,hiperkapnea
dan asidosis respiratorik.
Pemeriksaan eosinofil dalam darah
pada asmamenentukan dosis
kortikosteroid
Pemeriksaan sputum : eosinofil, kristal
charcot, spiral churschmann
PENGARUH KEHAMILAN
TERHADAP ASMA
Bervariasi dan tidak dapat diduga
Dispnea simptomatik (60-70% pada
kehamilan) memberi kesan asma berat
Memburuk pada kehamilan ( Ig E)
Eksaserbasi terutama trimester
III/persalinan oleh karena pengaruh
perubahan hormon (
prostaglandin,prostaglandin)
Risiko eksaserbasi pada SC : pervaginam
PENGARUH ASMA
TERHADAP KEHAMILAN
Tergantung derajat asmapeningkatan
Abortus
Persalinan prematur
BBLR
Hipoksia neonatus
Kematian perinatal
Kematian maternal : Status
asmatikus,pneumotoraks,pneumomediastinum,k
or pulmonale akut, aritmia jantung, kelemahan
otot dengan gagal nafas
Preeklamsia
PENANGANAN ASMA SELAMA
KEHAMILAN DAN
PERSALINAN
Tujuan : Menjaga ibu hamil sedapat mungkin
bebas dari gejala asma
Pengobatan yang harus diusahakan adalah :
Menghindari terjadinya gangguan pernafasan melalui
pendidikan terhadap penderita, menghindari
pemaparan alergen dan mengobati gejala awal
secara tepat
Menghindari terjadinya perawatan di UGD karena
kesulitan pernafasan atau status asmatikus,
dengan melakukan intervensi secara awal dan
intensif
Mencapai suatu persalinan aterm dengan bayi yang
sehat, di samping melindungi keselamatan ibu
PENANGANAN ASMA SELAMA
KEHAMILAN DAN
PERSALINAN
Penanganan bersifat individual
Prinsip penanganan:
Mendeteksi dan mengeliminasi faktor pemicu timbulnya serangan
asma pada penderita tertentu
Menghentikan rokok, baik untuk alasan obstetrik maupun
pulmonal
Mendeteksi dan mengatasi secara awal jika diduga adanya infeksi
saluran nafas
Kerjasama ahli kebidanan dan ahli paru dalam pemberian terapi
dan masalah yang timbul
Pertimbangan untuk mengurangi dosis pengobatan, tetapi masih
memberi respon yang baik
Melakukan penilaian fungsi paru dasar dan analisa gas darah
terutama pada asma berat
TERAPI
5 KELOMPOK UTAMA :
1. Beta Adrenergik
2. Metylxanthine
3. Glukokortikoid
4. Cromolyn sodium
5. Antikolinergik
Obat-obat lain : ekspektoran,
antibiotika
TERAPI
1. Beta adrenergik agonis
A. Epinefrin
- Paling sering digunakan
- Menstimulasi reseptor beta-2bronkodilatasi
- Menstimulasi reseptor alfa dan beta-1
vasokontriksi perifer dan takikardia ibu dan
janin fetal distress
- Waktu paruh pendek
B. Terbutalin
- Merupakan beta agonis
- Untuk asma dosis sebaiknya dikurangi saat
mendekati aterm
- Tokolitik pada persalinan prematur
TERAPI
2. Methylxanthine (Teofilin)
- Mekanisme bronkodilasi tidak jelas
- Inhibisi kompetitif terhadap enzim
fosfodiesterasesiklik AMP
- Aminofilin merupakan garam dietileniamin dari
teofilin parental
3. Glukokortikoid
- Bukan bronkodilator
- Mengurangi inflamasi pada saluran nafas
- Serangan asma akut berat lebih awal
- Tidak meningkatkan risiko komplikasi baik pada
janin maupun ibu
TERAPI
4. Cromolyn sodium
- Bukan bronkodilator
- Inhibisi terhadap degranulasi sel mast
mencegah terjadinya pelepasan
mediator kimia untuk reaksi anafilaksis
- Baik untuk asma alergik mp nonalergik
5. Anti Kolinergik
- Atropin sulfat sebagai bronkodilator
dengan pemakaian terbatas efek
samping >
- Ipratropin bromida efektik, efek samping
<
TERAPI
Efek penggunaan obat anti asma dalam
kehamilan terhadap janin umumnya
relatif aman, jarang dijumpai adanya
efek teratogenik.
PENANGANAN ASMA KRONIK
DALAM KEHAMILAN
Bantuan psikologik menenangkan penderita
bahwa kehamilan tidak akan memperburuk
perjalanan klinis penyakit,keadaan gelisah dan
stress memacu timbulnya serangan asma
Menghindari alergen/faktor pencetus
Desensitisasi/imunoterapi, aman dilakukan selama
kehamilan tanpa adanya peningkatan risiko
terjadinya prematuritas,toksemia,abortus,kematian
neonatus dan malformasi kongenital, akan tetapi
efek terapinya belum diketahui dengan jelas.
Diberikan dosis teofilin peroral sampai tercapai
kadar terapeutik dalam plasma antara 10 22
mikrogram/ml, biasa dosis oral berkisar antara 200
600 mg tiap 8 12 jam
PENANGANAN ASMA KRONIK
DALAM KEHAMILAN
Jika perlu dapat diberikan terbutalin sulfat
2.5 5 mg per oral 3 x/hari atau beta
agonis lainnya
Tambahkan kortikosteroid oral, jika terapi
belum adekuat,gunakan prednison dengan
dosis sekecil mungkin.
Pertimbangan antibiotika profilaksis pada
kemungkinan UTI
Cromolyn sodium dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya serangan asma,
dengan dosis 20 40 mg, 4 kali sehari
secara inhalasi
PENANGANAN ASMA
AKUT DALAM KEHAMILAN
Nilai beratnya serangan ICU ?
1. Pemberian oksigen yang telah
dilembabkan, 2 4 lt/mnt, pertahankan
pO
2
70 80 mmHg. Janin sangat
rentan terhadap keadaan hipoksia.
2. Hindari obat-obatan penekan batuk,
sedatif dan antihistamin. Berikan cairan
intravena (RL/NaCL)
PENANGANAN ASMA
AKUT DALAM KEHAMILAN
3. Berikan aminofilin dengan loading dose 4
6 mg/kgBB dan dilanjutkan dengan
dosis 0,8 1 mg/kgBB/jam smp tercapai
kadar terapeutik dlm plasma sebesar 10
20 ugr/ml.
4. Jika diperlukan pertimbangan
penggunaan terbutalin subkutan dgn
dosis 0.25 mg
5. Berikan steroid : hidrokortison secara
intravena 2 mg/kgBB loading dose, tiap 4
jam atau setelah loading dose dilanjutkan
dgn infus 0.5 mg/kgBB/jam

PENANGANAN ASMA
AKUT DALAM KEHAMILAN
6. Pertimbangkan penggunaan antibiotika
jika ada kecurigaan infeksi yg menyertai
7. Intubasi dan ventilasi bantuan, jarang
dibutuhkan kecuali pd kasus-kasus yg
mengancam kehidupan
8. Serangan asma berat yg tidak
memberikan respon setelah 30 60 menit
dgn terapi (beta agonis & teofilin) disebut
STATUS ASMATIKUSICU. Selama
kehamilan pertimbangkan dilakukan
intubasi lebih awal jika pernapasan terus
menerus
PENANGANAN ASMA
DALAM PERSALINAN
Pada kehamilan dgn asma yg terkontrol
baik, tidak diperlukan suatu intervensi
obstetri awal.
Monitoring janin: USG dan parameter2
klinik lainnyamasalah pertumbuhan
janin
Onset spontan persalinan harus
diperbolehkan, intervensi preterm hanya
atas indikasi obstetri

PENANGANAN ASMA
DALAM PERSALINAN
Persalinan ventilasi mencapai 20 l/mnt,
maka harus di tempat yg mempunyai
fasilitas memadai (10 %asma memberat)
Kala I,pengobatan asma prenatal harus
diteruskan,bila mendapat kortikosteroid
harus hidrokortison 100 mg/iv dan diulangi
tiap 8 jam sampai persalinan
Bilamendapat serangan akut selama
persalinanterapi sama dgn serangan
akut dalam kehamilan
PENANGANAN ASMA
DALAM PERSALINAN
Kala II, persalinan pervaginam
merupakan pilihan terbaik, seksio atas
indikasi obstetri dengan anestesi
regional (intubasi bronkospasme)
Kesulitan pernafasan, kala II di
perpendek dgn VE/FE
Perdarahan postpartum diatasi dgn PGE
dan uterotonika lainnya
(PGF2bronkospasme)
PENANGANAN ASMA
DALAM PERSALINAN
Anestesi : golongan narkotok yang tidak
melepaskan histamin (mis Fentanyl dp
meperidin atau morfin)
Seksio sesaria atas indikasi obstetri lain
maka sebaiknya dgn spinal anestesi
PENANGANAN ASMA
POSTPARTUM
Dimulai jika secara klinik diperlukan
Perjalanan dan penanganan klinis asma
umumnya tidak berubah secara
dramatis setelah postpartum
Menyusui bukan kontraaindikasi
Teofilin dan kortikosteroid terdapat pada
asi dalam konsentrasi yang belum
cukup untuk menimbulkan pengaruh
pada bayi.

Vous aimerez peut-être aussi