Vous êtes sur la page 1sur 55

BRONCHOPNEUMONIA

NISSA NURMUFLIHAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
PEMBIMBING:
Dr. Irman Permana, Sp. A, M.Kes

BRSUD WALED KABUPATEN CIREBON
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: FEBRILE SEIZURE AND BRONCHOPNEUMONIA IN CHILDREN
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS



Nama Pasien : An. A
TTL : Lebak mekar, 09 November 2013
Usia : 1 bulan 21 hari
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama Orang Tua : Tn. M
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : Buruh
Alamat : Lebak Mekar
Masuk Rumah Sakit : 29 Desember 2013 pukul 13.30


PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak nafas

KELUHAN UTAMA
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG
Anamnesis Khusus
Sesak napas selama 5 hr SMRS.
Semakin berat & sepanjang hr.
Tdk berhub. dgn aktivitas & cuaca.
Suara mengi / mengorok (-).
Bengkak pd kelopak mata, tungkai, kebiruan pd
ujung jari / mulut (-)
Kejang Demam ( - )
TB Paru ( - )
Asma Bronkial ( - )
DBD ( - )




Campak ( - )
Diare ( + )


Kejang Demam ( - )
TB Paru ( - )


Asma Bronkial ( - )
Alergi ( - )
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
OS tidak sedang melakukan pengobatan jangka panjang. Namun bila panas, OS biasa diberi
parasetamol.
Ibu OS rajin memeriksakan kehamilannya di bidan

ASI dari 0 bulan sampai SEKARANG
Susu formula (-)
Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) sejak 6 bulan


OS adalah anak ke-2, lahir melalui proses spontan di Bidan, cukup bulan (38 minggu),
langsung menangis, tidak ada kelainan bawaan. Berat Badan OS saat lahir 3400 gram,
Panjang Badan lahir OS adalah 49 cm.
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
BCG : 1 x
Hepatitis : 3 x
DPT : 3 x
Polio : 3 x
Kesan : Imunisasi Dasar Lengkap



( - )
Kesan tumbuh kembang : sesuai usia
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK UMUM
OS tampak sakit ringan, dan rewel
Composmentis

Suhu : 39,7
o
C (di UGD),
TD : tidak dilakukan
Nadi : 130x/menit, reguler, equal, isi cukup
RR : 32x/menit
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
ANTROPOMETRI
BB : 7 kg
PB : 58 cm
LK : 40 cm
Status Gizi :
BB/U = 7 / 7,2 = 97% Gizi Baik
TB/U = 58 / 65 = 89% Tinggi Baik
BB/TB = 7 / 5,2 = 134% Gizi Baik
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
STATUS GENERALIS : KEPALA
Kepala : Normochepal
Bentuk : Normochepal
Ubun-ubun : belum menutup. Datar.
Lingkar Kepala : 40 cm (normocephal)
Rambut tidak mudah dicabut, hitam
Kepucatan pada bayi (-)

Mata : Mata cekung (-)
Konjungtiva : anemis (-)/(-)
Sklera : ikterik (-)/(-)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (+),
Telinga : Normotia, serumen (+)/(+)
Mulut : Bibir kering (-), perioral sianosis (-), Lidah kotor (-),
stomatitis (-), Tonsil : T1-T1 tidak hiperemis
Leher : Retraksi suprasternal (-), Pembesaran KGB (-)
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK : PARU
Inspeksi :
Normochest, simetris, pernapasan
Kussmaul (-), retraksi intercostae
(+), retraksi suprasternal (-), retraksi
substernal (-), retraksi epigastrium
(-)

Palpasi : Vokal Fremitus kiri dan
kanan normal

Perkusi : Sonor (+/+)

Auskultasi: Vesikuler di kedua
lapang paru, ronkhi (+/+), wheezing
(-/-), slem +/+
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK : COR
Inspeksi : Ictus Cordis terlihat
Palpasi : Ictus Cordis teraba
pada ICS 5 linea midclavicularis
sinistra
Perkusi : Tidak dilakukan
Auskultasi : Bunyi Jantung I & II
murni, mur-mur (-), Gallop (-)

PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
Inspeksi : perut cembung

Palpasi : Supel, nyeri tekan abdomen (-
), nyeri tekan epigastrium (-),

Perkusi : Timpani di ke empat kuadran
abdomen.

Auskultasi : Bising usus (N)
Asites : (-)

PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
INFERIOR :
Akral hangat (+/+)
Edem (+/-)
Sianosis(-/-)
Pucat (-/-)
RCT (<2 detik)
Turgor baik

SUPERIOR:
Akral Hangat (+/+),
Edem (-/-),
Sianosis(-/-),
Pucat (-/-)
RCT (<2 detik)
Turgor baik

PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
PEMERIKSAAN FISIK
INGUINAL:
Pembesaran KGB (-)
ANUS REKTUM:
Tidak ada kelainan
GENITALIA:
Tidak ada kelainan
Refleks fisiologis :
- Patella : +/+
- Achiles : +/+
- Trisep : +/+
- Bisep : +/+

Refleks patologis :
- Babinski : (+)
- Oppenheim : (-)
Rangsang Menings :
- Kaku Kuduk : (-)
- Kernig Sign : (-)
- Brudzinski 1 : (-)
- Brudzinski 2 : (-)
MOTORIK
Gerakan : baik
Kekuatan : baik
Tonus : hipertonus / hipertonus
Trofi : eutrofi / eutrofi

PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
DARAH TEPI, UGD ST. CAROLUS : 24 APRIL 2011,
09.22
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 11
Hematokrit 34 37-52 %
Leukosit 14.070 4800 10.800
Trombosit 435.000 150.000 450.000
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
ELEKTROLIT DARAH, RSIJ, 24 APRIL 2011, 15.26
Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Natrium 140 135 - 147 mEq/L
Kalium 4,3 3,5 5,0 mEq/L
Chlorida 100 94 111 mEq/L
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
OS, 6 bulan, datang dengan keluhan batuk berdahak sejak 6 hari SMRS, batuk
terus menerus. OS juga demam sejak 6 hari SMRS, panas naik turun ketika diberi
obat turun panas. OS juga pilek sejak 6 hari SMRS. OS juga terlihat sesak jika
setelah batuk. Napas seperti tersengal-sengal dan tulang iga terlihat ikut bergerak.
OS datang ke RSIJCP dengan keluhan kejang yang kaku (badannya melengkung)
sejak 1 hari yang SMRS. Kejang lebih dari 1 kali dengan durasi < 2 menit,
kemudian 12 jam SMRS pasien demam kembali, diatas 39
o
C. OS beberapa kali
kejang demam.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan:
TTV : Nadi (130x/menit). Suhu (39,7
o
C). RR (32x/menit).
Anak tampak sesak (+), retraksi (+), bunyi napas ronki (+), wheezing (-). Anak
tampak spastis, tonus meningkat, tanpa adanya kelainan neurologis.

KEJANG DEMAM KOMPLEKS +
BRONKOPNEUMONIA
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
Anak 6 bulan, berat 7 kg
Pemeriksaan penunjang :
Foto thoraks
EEG

Infus Asering 700 cc/hari 30 tpm mikro
Injeksi Dilantin 100 mg drip dalam NaCl 20cc (habis dalam 20 menit), 12
jam kemudian injeksi dilantin dosis 2 x 20 mg (bolus)
Injeksi meropenem 3 x 250 mg

Sewaktu pulang :
Proris syrup 3x1 cth
Cefixime syrup 2 x 1,5 cc
Depaken Syrup 2x2 cc
Sangobion Drops 1x1 cc
Becombion drops 1x1 cc
Puyer kejang


PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
Tanggal 19 MEi 2011, pukul 06.00 pagi
S : Kejang (-), Sesak (-), Batuk (+), Pilek (+), Napas grok-grok,
Demam (-), anak rewel (+), BAB (5 x, cair), BAK (2 x)
O : TTV S: 37
o
C RR: 32 x/menit N:112 x/menit, ronki (+), wheezing
(-), kelainan neurologis (-),turgor (kembali dengan cepat ), abdomen (BU
normal), akral (hangat, RCT <2, nadi kuat angkat)
A : Kejang demam kompleks, bronkopneumonia, diare akut tanpa
dehidrasi
P : lanjutkan terapi + zinc 1x1 dan oralit, cek elektrolit darah, foto
thoraks
PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
Tanggal 20 Mei 2011, pukul 06.30 pagi
S : Kejang (-), Sesak (-), Batuk (+), Pilek (+), Napas grok-grok,
Demam (-), anak rewel (+), BAB (2 x, cair), BAK (2 x)
O : TTV S: 36,5
o
C RR: 36 x/menit N:96 x/menit, ronki (+),
wheezing (-), kelainan neurologis (-),turgor (kembali dengan cepat ),
abdomen (BU normal), akral (hangat, RCT <2, nadi kuat angkat)
A : Kejang demam kompleks, bronkopneumonia, diare akut tanpa
dehidrasi
P : lanjutkan terapi + EEG

PLANNING FOLLOW-UP
PEMERIKSAAN FISIK LABORATORIUM
CASE REPORT: ACUTE DIARRHEA IN CHILDREAN WITH MILD-MODERATE
DEHYDRATION
RESUME ASSESSMENT
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS
Tanggal 21 Mei 2011, pukul 06.30 pagi
S : Kejang (-), Sesak (-), Batuk (+), Pilek (+), Napas grok-grok,
Demam (-), anak rewel (+), BAB (1 x, normal), BAK (2 x)
O : TTV S: 37,5
o
C RR: 32 x/menit N:100 x/menit, ronki (+),
wheezing (-), kelainan neurologis (-),turgor (kembali dengan cepat ),
abdomen (BU normal), akral (hangat, RCT <2, nadi kuat angkat), EEG
menunjukkan epilepsi
A : Kejang demam kompleks dengan epilepsi, bronkopneumonia
P : lanjutkan terapi, pasien boleh pulang
TINJAUAN
PUSTAKA
Febrile Seizure with
Bronchopneumonia
Kejang yang disertai
demam akibat infeksi
ekstrakranial
D

E

F

I

N

I

S

I

- 3-8 % dari semua umur anak < 7
tahun
- Usia 6 bulan sampai 6 tahun
- Umumnya tonik-klonik
Tiga faktor utama:
- Demam
- Umur
- Gen
P
A
T
O
F
I
S
I
O
L
O
G
I


gambaran kejang tonik-klonik
tidak ada mioklonik, spasme, dan
absans
Lama kejang < 15 menit
Kejang umum
Serangan kejang 1x pada
satu periode demam
Tidak ada keluhan
neurologi pasca kejang
KDS
Lama kejang > 15 menit
Kejang fokal / sebelah tubuh
Serangan kejang > 1x pada
satu periode demam
Ada kelaian neurologis
sebelum dan pasca kejang
KD
K
KD
Plus
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih
dari 15 menit.
3. Kejang bersifat umum, Frekuensi kejang
bangkitan dalam 1 tahun tidak > 4 kali
4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah
timbulnya demam
5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang
normal
6. Pemeriksaan yang dibuat sedikitnya seminggu
sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan
Diagnosis Kejang Demam Sederhana FKUI-
RSCM:
Gangguan metabolik
Gangguan elektrolit
Ensefalopati akut
Sindrom uremia hemolitik
Epilepsi mioklonik

Lumbal Pungsi
- LP diharuskan pada bayi < 6
bulan
- LP dianjurkan pada anak <
18bulan
EEG tidak mampu mendiagnosis
KDS
maupun KDK
Analisis kimia darah
T
A
T
A

L
A
K
S
A
N
A

1. Pengobatan Fase Akut
Baringkan miring untuk mencegah aspirasi
Pertahankan jalan napas baik
Perhatikan tanda vital
Turunkan suhu dengan pemberian antipiuretik
Pemberian diazepam intravena / intrarektal
2. Mencari dan mengobati
penyebab
3. Pengobatan profilaksis
4. Edukasi orangtua
T
A
T
A

L
A
K
S
A
N
A

I

Airway : Bebaskan jalan napas, posisi,
suction
Breathing : berikan O
2
100%
Circulation: monitor nadi dan tekanan darah,
EKG
Cek gula darah segera, koreksi Dextrose bila
hipoglikemia
Anamnesis dan pemeriksaan neurologis
Glukosa: Na, K, Ca, Mg, DPL (jika ada
indikasi)
T
A
T
A

L
A
K
S
A
N
A

I
I
Diazepam :0.3-0.5 mg/kg/hr IV, IO
Rektal: 5-10 kg (5mg), > 10 kg (10
mg)
Kejang berhenti:
Th/ rumatan tergantung etiologi
5 menit, kejang tidak berhenti:
Diazepam :0.3-0.5 mg/kg/hr IV, IO
Rektal: 5-10 kg (5mg), > 10 kg (10
mg)
Kejang berhenti:
- Th/ rumatan tergantung
etiologi
5 menit ,kejang tidak berhenti:
Fenitoin: 15-20 mg/kg IV
Kejang berhenti:
Rumatan fenitoin 5-7 mg/kg/hr
dibagi 2 dosis
20 menit, kejang tidak berhenti:
Status epileptikus
Fenobarbital: 10-20 mg/kg IV
Kejang berhenti:
Rumatan fenobarbital 3-5
mg/kg/hari dibagi 2 dosis
10 menit, kejang tidak berhenti:
Status epileptikus refrakter
Masuk ICU
T
A
T
A

L
A
K
S
A
N
A

I
I
I

Tambahkan fenobarbital 10-15 mg/kg
IV
atau
Midazolam bolus 0.15 mg/kg
dilanjutkan
2 g/kg/menit infus drip
Kejang (-) dalam 24 jam:
turunkan midazolam 1
g/kg/menit tiap 15 menit
Masih kejang:
- Naikkan dosis 2 g/kg/menit
selama 5 menit sampai dosis
max 24 g/kg/menit
- Bolus midazolam 0.15 mg/kg
bila perlu
P
R
O
G
N
O
S
I
S

BRONKOPNEUMONIA
DEFINISI
Pneumonia adalah inflamasi yang
mengenai parenkim paru. Sebagian besar
disebabkan oleh mikroorganisme
(virus/bakteri) dan sebagian kecil
disebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi,
dll)
Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah
kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah 5 tahun (balita).
Diperkirakan hampir seperlima kematian anak di seluruh dunia,
lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian
bayi dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit sistem respiratori terutama pneumonia
Etiologi
Etiologi pneumonia pada neonatus dan bayi kecil meliputi
Streptococcus group B dan bakteri gram negatif seperti
E.coli,Pseudomonas sp, atau Klebsiella sp.
Pada bayi yang lebih besar dan anak balita, pneumonia sering
disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumoniae, Haemophillus
influenzae tipe B, dan Staphylococcus aureus, sedangkan pada
anak yang lebih besar dan remaja, selain bakteri tersebut, sering
juga ditemukan infeksi Mycoplasma pneumoniae.
Faktor Resiko
pneumonia yang terjadi pada masa bayi
berat badan lahir rendah (BBLR)
tidak mendapat imunisasi,
tidak mendapat ASI yang adekuat
malnutrisi
defisiensi vitamin A
tingginya prevalens kolonisasi bakteri patogen di nasofaring, dan
tingginya pajanan terhadap polusi udara (polusi industri atau asap
rokok)

Patogenesis
Mikroorganisme penyebab terhisap ke paru bagian
perifer melalui saluran respiratori
Edema akibat reaksi jaringan yang mempermudah
proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan
sekitarnya.
Bagian paru yang terkena mengalami konsolidasi,
yaitu terjadi serbukan sel PMN, fibrin, eritrosit, cairan
edema, dan ditemukannya kuman di alveoli. Stadium
ini disebut stadium hepatisasi merah.
Deposisi febrin semakin bertambah, terdapat fibrin
dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses
fagositosis yang cepat. Stadium ini disebut stadium
hepatisasi kelabu
Jumlah makrofag meningkat di alveoli, sel akan
mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan
debris menghilang. Stadium ini disebut stadium
resolusi
Klasifikasi
Berdasarkan predileksi infeksi

Pneumonia lobaris. Sering pada pneumania bakterial, jarang
pada bayi dan orang tua. Pneumonia yang terjadi pada satu
lobus atau segmen kemungkinan sekunder disebabkan oleh
obstruksi bronkus misalnya : pada aspirasi benda asing atau
proses keganasan.
Bronkopneumonia. Ditandai dengan bercak-bercak infiltrat pada
lapangan paru. Dapat disebabkan oleh bakteria maupun virus.
Sering pada bayi dan orang tua. Jarang dihubungkan dengan
obstruksi bronkus
Pneumonia interstisial
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pada pneumonia pada bayi dan anak bergantung
pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai
berikut :
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise,
penurunan nafsu makan. Keluhan gastrointestinal seperti mual,
muntah, atau diare, kadang-kadang ditemukan gejala infeksi
ekstrapulmoner.
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi
dada, takipnea, napas cuping hidung, merintih, dan sianosis
Pneumonia pada Balita dan
Anak yang Lebih Besar

Keluhan meliputi demam, menggigil, batuk, sakit kepala, anoreksia,
dan kadang-kadang keluhan gastrointestinal seperti muntah dan
diare.
Secara klinis, ditemukan gejala respiratori seperti takipnea, retraksi
subkosta (chest indrawing), napas cuping hidung, ronki, dan
sianosis.
Anak besar dengan pneumonia lebih suka berbaring pada sisi
yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Ronki hanya
ditemukan bila ada infiltrat alveoler. Retraksi dan takipnea
merupakan tanda klinis pneumonia yang bermakna.
PEmeriksaan Penunjang
Darah Perifer Lengkap
CRP
Uji Serologis
Pemeriksaan Mikrobiologis
Darah Perifer Lengkap
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia
mikoplasma umumnya ditemukan leukosit dalam batas
normal atau sedikit meningkat.
Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosis yang
berkisar antara 15.000-40.000/mm
3
dengan predominan
PMN.
Leukopenia (<5.000/mm
3
) menujukkan prognosis yang
buruk.
Leukositosis hebat (>30.000/mm
3
) hampir selalu
menunjukkan adanya infeksi bakteri, sering ditemukan
pada keadaan bakteremi, dan risiko terjadinya
komplikasi lebih tingggi.
Rontgen Toraks
Umumnya pemeriksaan yang diperlukan untuk menunjang
diagnosis pneumonia di Instalasi Gawat Darurat hanyalah
pemeriksaan rontgen toraks posisi AP.
Foto rontgen toraks AP dan lateral hanya dilakukan pada pasien
dengan tanda dan gejala klinik distres pernapasan seperti takipnea,
batuk, dan ronki, dengan atau tanpa suara napas yang melemah.
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas
hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan
peribronkial.


DIAGNOSIS
Penemuan bakteri penyebab tidak selalu mudah karena
memerlukan laboratorium penunjang yag memadai. Oleh karena
itu, pneumonia pada anak umumnya didiagnosis berdasarkan
gambaran klinis yang menunjukkan keterlibatan sistem respiratori,
serta gambaran radiologis.
Prediktor palig kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis,
dan lebih dari satu gejala respiratori sebagai berikut : takipnea,
batuk, napas cupig hidung, retraksi, ronki, dan suara napas lemah
Tata laksana
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap.
Indikasi perawatan terutama berdasarkan berat-ringanya peyakit.
Dasar tatalaksana pneumonia rawat inap adalah pengobatan
kausal dengan antibiotic yang sesuai, serta tindakan suportif.
Pengobatan suportif meliputi pemberian cairan intravena, terapi
oksigen, koreksi terhadap gangguan keseimbagan asam basa, dan
elektrolit.
PNEUMONIA RAWAT JALAN
Penelitian multisenter di Pakistan menemukan bahwa pada,
pemberian amoksisilin dan kotrimoksazol dua kali sehari mempuyai
efektivitas yang sama. Dosis amoksisilin yang diberikan adalah 25
mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP-20
mg/kgBB sulfametoksaziol.
Makrolid, baik eritromisin maupun makrolid baru, dapat digunakan
sebagai terapi alternatif beta-laktam untuk pengobatan inisial
pneumonia, dengan pertimbangan adanya aktivitas ganda terhadap
S. Pneumoniae dan bakteri atipik.

PNEUMONIA RAWAT INAP
Pada, berbagai RS di Indonesia memberikan antibiotik beta-laktam,
ampisilin, atau amoksisilin, dikombinasikan dengan kloramfenikol.
Feyzullah dkk. melaporkan hasil perbandingan pemberian
antibiotik pada anak dengan pneumonia berat berusia 2-24 bulan.
Antibiotik yang dibandingkan adalah gabungan penisilin G intravena
(25.000 U/kgBB setiap 4 jam) dan kloramfenikol (15 mg/kgBB
setiap 6 jam), dan seftriakson intravena (50 mg/kg BB setiap 12
jam). Keduanya diberikan selama 10 hari, dan ternyata memiliki
efektivitas yang sama.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
DANKE SCHN THANK
YOU
Cempaka Putih May, 2010

Vous aimerez peut-être aussi