Nama : La Ode Moh Tezar, ST. MT Lahir : Raha / Muna Hp : 085314985073 / 085294612574 NIP : 19760202 200801 1 015 Alamat : Jati Raya No. 60 Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Instansi : Dinas PU Kota Kendari Anak : Waode Humairah Nur Hanifah Pendidikan : SD,SMP, SMA, S1 Teknik Sipil Transportasi (Universitas Pancasila) Jakarta, S2 Manajemen Proyek Konstruksi (Universitas Katolik Parahyangan) Bandung.
BIO DATA APA YANG ADA DI BELAKANG KITA DAN APA YANG ADA DI DEPAN KITA ADALAH TIDAK TERLALU PENTING JIKA DIBANDINGKAN DENGAN APA YANG ADA DI DALAM DIRI KITA SAAT INI
(Ralph Waldo Emerson) PERKEMBANGAN INDUSTRI JASA KONSTRUKSI DI INDONESIA 1. Periode 1945-1950 Praktis Industri Jasa Konstruksi belum bangkit karena pembangunan belum ada. Sibuk dengan pergolakan fisik. (agresi Belanda1 dan Belanda2 ). Perusahaan yang ada kebanyakan perusahaan Belanda mis: - NV de Hollandshe Beton Maatschappij (PT.Hutama Karya) - NV Associattie (PT Adhi Karya) - NV Nederlandshe Aanneming Maatchhappi (PT. Nindya Karya) - NV Volker Aanneming Maatschappij (PT. Waskita Karya) - Dan lain-lain
2. Periode 1951-1959 Pemerintah Menggunakan Sistem Kabinet Parlementer tidak pernah stabil. Kabinet silih berganti dalam hitungan bulan. Usaha Pemerintah Mengadakan Pemilu Pertama (1955) berhasil membentuk Konstituante (Lembaga pembuat Undang2) namun tidak berhasil. Praktis Industri jasa Konstruksi tetap masih belum bangkit. Kalaupun ada masih berskala kecil. Perencanaan pembangunan yang definitif belum ada. Bentuk kontrak mengacu kepada satu-satunya warisan Belanda, yaitu AV41. 3. Periode 1960-1966 Akibat gagalnya Konstituante membuat UUD baru, akhirnya Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit Presiden 5 juli 1959 yang menyatakan UUD45 berlaku lagi di Indonesia. Barulah saat itu dimulai pembangunan yang dikomando sendiri oleh Bung Karno dengan nama Proyek2 Mandataris mis: Monas, Monumen Irian Barat, Hotel2 Mega Indonesia, Banteng, Samudera Beach, Bali Beach ), Wisma Nusantara, Jembatan Semanggi, Gelora Senayan, dan masih banyak lainya. Pekerjaan langsung ditunjuk oleh Pemerintah (tanpa tender) bentuk kontraknya Cost Plus Fee. Para Penyedia Jasa/Kontraktor adalah Perusahaan Negara (PN) yang berasal dari Perusahaan belanda yang dinasionalisasikan oleh Pemerintah 4. Periode 1967-1996 Pada awal ini tepatnya tahun 1969, Pemerintah menetapkan suatu program pembangunan terencana, yaitu Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPI) 1969-1994 yang terdiri dari 5 (lima) Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA), yaitu: (Repelita I s/d Repelita V). Setelah tahun 1994 memasuki Pembangunan Jangka Panjang TahapII (PJPII) 1994-2019 yang dimulai dengan REPELITA IV: 1994 1999. Dalam periode inilah kira2 mulai tahun 1970, dapat kita sebut sebagai awal dari kebangkitan industri jasa konstruksi. Hal ini ditunjang dengan program pembangunan yang terencana (PJPI).
Perusahaan2 Jasa Konstruksi statusnya yang dinasionalisasikan menjadi Persero berbentuk P.T., dengan sebutan Badan usaha Mlik Negara (BUMN). Pekerjaan/proyek tidak lagi ditunjuk tapi sudah mulai ditenderkan. Persaingan sudah mulai tumbuh. Sektor swasta sudah mulai ikut serta, BUMN2 tidak lagi sekedar hanya mengandalkan nama besar . Mereka benar2 dituntut untuk bersaing secara profesional bukan saja sesama BUMN tetapi juga dengan perusahaan swasta. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan PJPI telah memberikan dampak positif bagi perkembangan industri jasa konstruksi kita. Hal ini terbukti dari sumbangan industri jasa konstruksi dalam Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Dari data statistik oleh BPS diketahui antara tahun 1980-1985 kontribusi sektor jasa konstruksi adalah 5,55% dari PDB. Besaran ini melonjak menjadi 8% (1,5 kali) pada kurun waktu 1985-1990) 5. Periode 1997-2002 Pertengahan 1997 terjadi krisis moneter. Industri jasa konstruksi setelah berkembang pesat mendadak berhenti. Muncul peraturan perundang-undangan mengenai Industri Jasa Konstruksi (UU.No.18/1999, PP. No.28, 29, 30/2000, UU No. 30/1999). Sebagai dampak dari krisis moneter, mulai tahun 1998 muncul banyak klaim. Banyak diantara klaim akhirnya diselesaikan melalui Arbitrase (BANI/Ad Hoc).
GAMBARAN KONTRAK KONSTRUKSI SAMPAI SAAI INI 1. Gambaran Umum Posisi Pengguna Jasa selalu lebih tinggi dari Penyedia Jasa atau disebut dengan Bouwheer (majikan bangunan) Peraturan perundang-undangan yang baku untuk mengatur hak dan kewajiban para pelaku industri jasa konstruksi sampai lahirnya undang2 No 18/1999 tentang jasa konstruksi, belum ada sehingga asas Kebebasan Berkontrak sebagai mana diatur oleh kitab undang2 Hukum Perdata (KUHPer) Pasal 1320 dipakai satu2nya asas dalam penyusunan berkontrak. Dengan posisi yang lebih dominan, Pengguna Jasa lebih leluasa menyusun kontrak dan ini dapat merugikan Penyedia Jasa.
Faktor KKN seperti tender diatur,tender arisan, nilai tender dinaikan (markup), pekerjaan fiktif, dan sebagainya menjadikan wajah konstruksi semakin tidak wajar atau buruk Dalam beberapa kejadian, seperti misalnya mendekati PEMILU, banyak sekali proyek yang kurang jelas atau sama sekali tidak ada anggaranya dengan tujuan mensukseskan PEMILU banyak Penyedia Jasa ikut tender walaupun tahu Proyek tersebut tidak ada anggaranya. Ini merupakan satu versi dari wajah Kontrak Konstruksi kita, yaitu sebuah kontrak tampa anggaran tapi ditandatangani, bahkan tidak jarang pakai selamatan/keduri besar-besaran dan biasanya atas biaya Penyedia Jasa.
2. Model Kontrak Konstruksi Sebelum terbitnya undang undang No 18 / 1999 tentang Jasa Konstruksi, banyak sekali model kontrak konstruksi yang diatur dalam KUHP Pasal 1320, yaitu kebebasan berkontrak. Kotrak tersebut dikelompokan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu: Versi Pemerintah Versi Swasta Nasional Versi/Standar swasta/asing
3. Kendala, Isi Kontrak (Kerancuan, Salah Pengertian, Benturan)
a) Hal hal yang rancuh I. Kontrak dengan sistem pembayaran pra pendanahan penuh dari Kontraktor (Contractors full Previnance) dianggap Kontrak Rancang Bangun (Design Built / Turn key) II.Penyelesaian Sengketa : Pengadilan atau Arbitrase (dalam kontrak keduanya disebut secara jelas) b) Salah pengertian Salah satu pengertian yang sering terjadi dalam suatu kontrak konstruksi adalah Kontrak Fixed Lump Sum Price. Karena ada kata2 fixed, sering diartikan bahwa nilai kontrak tidak boleh berubah. Ini salah besar, sebab bila nilai kontrak tetap, bagaimana dengan perubahan pekerjaan c) Kesetaraan Kontrak Umumnya Kontrak Konstruksi sampai saat ini belum mencapai predikat adil dan setara (fair and equel) layaknya suatu kontrak sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No.18/1999 tentang jasa konstruksi dan PP No. 29/2000 tentang penyelenggaraan Jasa Konstruksi. Sebagai contoh: Apabila Penyedia Jasa lalai, pihaknya akan terkena sanksi berat, namun apabila Pengguna jasa yang lalai, sanksinya ringan atau tidak ada sama sekali. Kelambatan penyelesaian pekerjaan akan dikenakan sanksi (denda) tetapi kelambatan pembayaran tidak mendapat ganti rugi (interest bank) 4. Isi Kontrak Kurang Jelas Sering kali pengertian yang dipakai dalam suatu kontrak konstruksi tidak jelas atau tidak diberi definisi, misalnya : a) Jumlah Hari pelaksanaan Kontrak b) Tak Jelas Saat Mulai c) Kelengkapan d) Pengawasan Tidak Jalan 5. Kepedulian Pada Kontrak 6. Administrasi Kontrak 7. Klaim Kontrak Konstruksi BENTUK-BENTUK KONTRAK KONTRUKSI Fixed Lump Sum Price (Harga Pasti) Unit Price Biaya Tanpa Jasa Biaya Ditambah Jasa Cara Pembayaran Bulanan Cara Pembayaran Atas Prestasi Pra Pendanaan Penuh dari Penyedia Jasa Kontrak Konvensional Kontrak Spesialis Rancang Bangun Engineering, Procurement & Construction (EPC) Kontrak Build Operation Transfer (BOT) / Built Lease Transfer (BLT) Swakelola ASPEK PERHITUNGAN BIAYA ASPEK PERHITUNGAN JASA ASPEK CARA PEMBAYARAN ASPEK PEMBAGIAN TUGAS ASPEK BENTUK KONTAK Biaya Ditambah Jasa Pasti A. Aspek Perhitungan Biaya Didasarkan pada cara menghitung biaya pekerjaan/harga borongan yang akan dicantumkan dalam kontrak. 1) Fixed Lump Sum Price (Kontrak harga Pasti) : - Suatu kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak tidak boleh diukur ulang. - PP 29/2000 ttg. Penyelenggaraan Jasa Kontruksi : Kontrak jasa atas penyelesaiaan seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu dengan jumlah harga yang pasti dan tetap serta semua risiko yang mungkin terjadi dalam proses penyelesaian pekerjaan yang sepenuhnya ditanggung oleh Penyedia jasa sepanjang gambar dan spesifikasi tidak berubah. Koreksi Terhadap Kesalahan Dalam Praktek : *) Yang tidak boleh berubah adalah volume, sedangkan harga kontrak boleh berubah *) Penyedia jasa memiliki resiko jika realisasi volume lebih besar , sedangkan jika lebih kecil, penyedia jasa akan mendapat keuntungan Fixed Lump Sum Price (Kontrak harga Pasti) (Sambungan) 2) Unit Price (Kontrak Harga Satuan) - Kontrak dimana volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak hanya merupakan perkiraan dan akan diukur ulang untuk menentukan volume pekerjaan yang benar-benar dilaksanakan - PP 29/2000 : Kontrak jasa atas penyelesaian seluruh pekerjaan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga satuan yang pasti dan tetap untuk setiap satuan/unsur pekerjaan dengan spesifikasi teknis tertentu yang volume pekerjaan yang benar-benar telah dilaksanakan Penyedia Jasa. Evaluasi Dalam Praktek : *) Pengguna jasa dan penyedia jasa tidak memiliki resiko dalam membayar lebih atau pembayaran kurang karena volume pekerjaan yang tercantum dalam kontrak akan dihitung kembali untuk pembayaran. *) Kekurangan : perlu opname dan petugas khusus untuk mengukur ulang volume pekerjaan (peluang kolusi). Unit Price (Kontrak Harga Satuan) ( Sambungan) Diskusi : - Bisakah kedua bentuk kontrak ini disatukan (untuk proyek besar ?) Jawab : - Bisa (lihat PP29/2000, Psl. 20 ayat (3), Psl. 21 ayat (4)
B. Aspek Perhitungan Jasa 1) Biaya Tanpa Jasa (Cost Without Fee) : - Suatu kontrak dimana Penyedia Jasa hanya dibayar biaya pekerjaan yang dilaksanakan tanpa mendapatkan imbalan jasa. Biasanya pekerjaan bersifat sosial (pemb. Mesjid, panti asuhan, dll) - Penyedia jasa masih memperoleh sedikit keuntungan dari efisiensi pemakaian bahan (tanpa mengurangi mutu ), menekan overhead dengan mempercepat pekerjaan. 2) Biaya Ditambah Jasa (Cost Plus Fee) - Penyedia jasa dibayar seluruh biaya untuk melaksanakan pekerjaan, ditambah jasa dalam bentuk persentase (misalnya 10 %) dari biaya total. - Tidak ada batasan mengenai batasan biaya selain biaya yang biasa dalam pekerjaan termasuk overhead (kantor pelaksana & kantor pusat) Diskusi : - Bagaimana dengan overhead jamuan makan Penyedia jasa thd Pengguna jasa ? - Lihat PP 29/2000, Psl 21 ayat (3) 3) Biaya Ditambah Jasa Pasti (Cost Plus Fixed Fee) - Perbedaannya dengan Kontrak Biaya Ditambah Jasa adalah pada jumlah imbalan nya (fee) sudah ditetapkan sejak awal dengan pasti dan tetap (fixed fee) walaupun biaya berubah. C. Aspek Cara Pembayaran: Didasarkan pada cara/metode pembayaran pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia Jasa 1) Pembayaran Bulanan (Monthly Paymen) - Prestasi Penyedia Jasa dihitung setiap akhir bulan. Setelah prestasi tersebut diakui Pengguna jasa, maka penyedia jasa dibayar sesuai prestasi tersebut. - Sering dipersyaratkan dengan pembayaran minimum. - PP 29/2000, Pasal 20 ayat (3) huruf c angka 2 Diskusi : - Bagaimana dengan penumpukan bahan dilapangan, bisa dibayar ga ? - Bagaimana mendorong kemajuan pekerjaan (yang harus terpasang) ? C. Aspek Cara Pembayaran (Lanjutan) : 2) Pembayaran Atas Prestasi (Stage Payment/Termijn) - Pembayaran kepada Penyedia jasa dilakukan atas dasar prestasi/ kemajuan pekerjaan yang telah dicapai sesuai dengan ketentuan dalam kontrak. - Besarnya prestasi dinyatakan dalam persentase. - PP 29/2000 : Pasal 20, ayat (5) huruf c angka 1 : kontrak pekerjaan berdasarkan kemajuan pekerjaan, selain dilakukan dalam beberapa tahapan, bisa juga dlakukan sekaligus pada saat pekerjaan selesai 100% (turnkey ?) Diskusi : - Perbedaan pengaturan retention money (5%) dengan jaminan Bank (5%) selama masa tanggungan pemeliharaan ? - Pembayaran bahan yang belum terpasang ? 3) Pra Pendanaan penuh dari Penyedia Jasa (Contractors Full Prefinanced) - Penyedia jasa harus mendanai dahulu seluruh pekerjaan sesuai kontrak. Pengguna jasa akan membayar sekaligus setelah pekerjaan fisik selesai 100%. - Retention money atau jaminan bank untuk pemeliharaan, disesuaikan dengan ketentuan kontrak
Pembahasan : - Ada jaminan pembayaran (payment guarantee) - Tanggunan Penyedia jasa atas biaya uang (cost of money) Diskusi : - Perbedaan Full prefinanced dengan turnkey ? D. ASPEK PEMBAGIAN TUGAS 1. Kontrak Biasa / Konvensional Pengguna jasa menugaskan penyedia jasa untuk melaksanakan salah satu aspek pembangunan saja Setiap aspek satu penyedia jasa: perencanaan, pengawasan, pelaksanaan dilakukan penyedia jasa berbeda Pengawas pekerjaan diperlukan untuk mengawasi pekerjaan penyedia jasa Jadi terdapat 3 kontrak terpisah yaitu : Kontrak Perencanaan Kontrak Pengawasan Kontrak Pelaksanaan. Gilbreath : General Contractor : Kontrak tradisional untuk pekerjaan kecil (klinik, gereja, sekolah, pusat belanja). Pekerjaan kemudian di sub-kontrakkan Beda dengan rancang bangun karena tugas perencanaan terpisah. Bagan Organisasi Penyedia jasa umum (Gilbreath 1992) Keterangan : Pengguna Jasa Konsultan Perencana/Pengawas Penyedia Jasa Umum Sub Penyedia jasa General Contract Pekerjaan dibagi-bagi ke Sub Penyedia jasa Penyedia jasa harus menjamin pembayaran sub penyedia jasa Penyedia jasa harus yakin pengguna jasa punya dana Stokes . 2. Kontrak Spesialis Pekerjaan dibagi berdasarkan spesialisasi masing-masing penyedia jasa tidak ada penyedia jasa utama/umum; Masing-masing penyedia jasa menutup kontrak dengan pengguna jasa Keuntungan - keuntungan Mutu lebih handal Hemat waktu (perlu diuji) Hemat biaya (perlu diuji) efisiensi Mudah mengganti Penyedia Jasa yang bermasalah
Gilbreath : Few Primes Pekerjaan-pekerjaan spesialis diberikan kepada beberapa penyedia jasa berbeda. Mungkin ditunjuk satu penyedia jasa umum Memudahkan penggantian penyedia jasa yang bermasalah Fungsi perencanaan dapat dilakukan sendiri atau diberikan kepihak lain Banyak resiko karena kontrak banyak, mungkin perlu Manajemen Konstruksi (banyak pengawasan) Resiko memberikan seluruh aspek pembangunan kepada satu penyedia jasa berkurang; bila salah satu penyedia jasa bermasalah, mudah mengganti Resiko biaya dikurangi dengan memilih kontrak harga pasti. Keterangan : Pengguna Jasa Penyedia Jasa Perencana/Pengawas Penyedia Jasa Spesialis Sub Penyedia jasa Bagan Organisasi Penyedia jasa Spesialis (Gilbreath 1992) 3. Kontrak Rancang Bangun ((Design Construct / Turnkey) Pekerjaan Perencanaan/Design dan pelaksanaan diborongkan kepada satu penyedia jasa Istilah Rancang Bangun/Design Build lebih tepat FIDIC membedakan Design Build dengan Turn Key dari aspek pembayaran. Penyedia jasa mendapatkan imbalan jasa perencanaan dan biaya pelaksanaan Penyedia jasa Perencanaan, menerima tugas dari penyedia jasa yang biasa disebut Turn Key Builder (bukan dari pengguna jasa) Biasanya tidak ada Pengawas dari pengguna jasa, tapi yang ada wakil (Owners Representative) Perlu Jaminan Pembayaran dari pengguna jasa, bila proyek didanai sepenuhnya lebih dulu oleh penyedia jasa (Turn Key) Isi kontrak tidak beda dengan bentuk kontrak lain Pengguna jasa perlu sangat berhati-hati memilih penyedia jasa, bila ada masalah baik perencanaan maupun pelaksanaan sulit mengganti penyedia jasa Gilbreath : Design Build Pendelegasian tugas kepada satu perusahaan Setelah selesai mungkin saja penyedia jasa meng-operasikan fasilitas atau menyewa fasilitas atas persetujuan pengguna jasa Penyedia jasa biasanya memborongkan lagi kepada sub. penyedia jasa tapi dia tetap bertanggung jawab Pengguna jasa masih punya kewajiban antara lain perizinan Bentuk ini mengandung resiko komersial karena pekerjaan tergantung kepada stabilitas keuangan penyedia jasa tunggal. Bagan Organisasi Rancang Bangun (Gilbreath 1992) Keterangan : Pengguna Jasa Penyedia Jasa Perencana/Pengawas Penyedia Jasa Rancang Bangun Sub Penyedia jasa 4. KONTRAK EPC. (Engineering, Procurement & Construction) Bentuk ini mirip dengan Design-Build, bedanya bentuk ini biasanya dipakai untuk industri (minyak, gas, petro kimia). Tahapan pekerjaan terdiri dari: Perencanaan ( Engineering E) Pengadaan Bahan & Peralatan (Procurement P) Konstruksi/Pembangunan (Construction C) Pembayaran dilaksanakan sesuai tahapan pekerjaan yang telah diselesaikan Yang dinilai bukan saja pekerjaan selesai, tapi unjuk kerja yang harus sesuai TOR (Term Of Reference) yang diminta oleh pengguna jasa.
Penjelasan UU. No.18/1999 Pasal 16 ayat 3 berbuyi : Penggabungan ketiga fungsi tersebut dikenal antara lain dalam model penggabungan, perencanaan, pengadaan dan pembangunan (engineering, procurement and construction) serta model .dst Bentuk kontrak ini banyak dipakai di Indonesia dalam dunia perminyakan dan gas bumi (PERTAMINA) 5. KONTRAK BOT/BLT Pola kerjasama antara Pemilik lahan dan Investor yang punya modal/dana Setelah fasilitas dibangun (Build), Investor mendapatkan konsesi untuk mengoperasikan dan memungut hasil (Operate) dalam kurun waktu tertentu. Setelah konsesi selesai, fasilitas dikembalikan ke Pemilik (Transfer). Mirip dengan Rancang Bangun. Bedanya terletak pada masa konsesi yang di perlukan untuk pengembalian investasi. Jadi perlu kontrak untuk membangun, mengoperasikan dan mengembalikan fasilitas yang biasa disebut kontrak BOT atau kontrak Konsesi.
Dalam kontrak Konsesi biasanya lebih disukai termasuk masa membangun agar ada rangsangan mempercepat pembangunan masa konsesi lebih lama menambah keuntungan. Selain itu perlu kontrak operasi & pemeliharaan untuk menjamin fasilitas dikembalikan kepada pemilik dalam kondisi yang masih memiliki nilai. Build, Lease & Transfer (BLT) beda sedikit dengan BOT dimana Pemilik seolah-olah menyewa kepada Investor (Lease) untuk mengembalikan dana Investor secara bertahap 6. KONTRAK SWAKELOLA Sesungguhnya bukan kontrak Pekerjaan dilakukan sendiri dibayar sendiri Gilbreath : Force Account Melaksanakan sendiri, menggunakan tenaga sendiri. Variasinya menyewa pemborong upah Pemborong upah tidak memikul resiko Pembayaran atas dasar prosentase Banyak kendala :
Reaksi pihak luar Keterbatasan SDM Biaya pelatihan pegawai Kesulitan pekerjaan konstruksi Resiko kenaikan biaya, transport, logistik, dsb Keterangan : Pemilik Proyek Bagan Organisasi Swakelola (Gilbreath 1992) 7. PBC (Performance Based Contract) adalah suatu tipe kontrak konstruksi yang akhir-akhir ini diperkenalkan. PBC disebut juga Kontrak Berbasis Kinerja : Yang dinilai adalah kinerja yang dihasilkan, walaupun jenis kontrak yang dipakai, berbeda. Bentuk kontrak terintegrasi: perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan. Pembayaran dilaksanakan sesuai tahapan yang telah dicapai Setelah Proyek selesai Penyedia Jasa, memelihara Proyek tersebut selamanya Sampai saat ini di Indonesia PBC belum memiliki payung hukum dalam arti belum ada Peraturan Perundang-undangan yang mengatur, sehingga pelaksanaannya menemui kendala dari Aspek Hukum. Dinegara-negara Barat seperti Eropa, Amerika bentuk Kontrak PBC ini sudah banyak dilaksanakan, karena dipandang lebih efektif dalam segi biaya. A. Aspek Teknis : - Merupakan aspek yang dominan dan mendapat perhatian yang lebih dbanding aspek lainnya. - Aspek teknis meliputi : *) Syarat syarat umum Kontrak (General condition of contract) *) Lampiran-lampiran (Appendics) *) Syarat-syarat khusus kontrak (Special Condition of contract) *) Spesifikiasi teknis (Technical spesification) *) Gambar-gambar kontrak (Contract Drawings) A. Aspek Teknis yang perlu mendapat perhatian : 1) Lingkup Pekerjaan (Scopes of Works) - Dibuat jelas, didukung gambar dan spesifikasi teknis - Batas pek. Dengan paket pek. Lain yang berdampingan dan berkaitan - pemakaian bahasa/istilah perlu cermat, misal kata sampai/sampai dengan 2) Waktu Pelaksanaan (Contruction Period) - Jumlah harinya disebutkan dengan jelas, pengertian hari didefinisikan - Tanggal mulainya kapan ? - Mana yang paling akhir dari persyaratan mulai pekerjaan (Kontrak, SPK, serah terima lapangan atau Uang Muka) ? ASPEK-ASPEK DALAM KONTRAK KONTRUKSI A. Aspek Teknis (Lanjutan) : 3) Metode Pelaksanaan (Construction Method) : - Meskipu sudah ditetapkan sebelumnya, sangat dipengaruhi antara lain oleh : mulainya pekerjaan, penyerahan lap., jalan masuk, dll. - Penyerahan dan pembuatan jalan masuk (karena belum bebas lahnnya) akan mempengaruhi mobilisasi peralatan dan metode pelaksanaan pd. Akhirnnya 4) Jadwal Pelaksanaan (Time Schedule) : - Alat manajemen untuk penendalaian pekerjaan yang dibuat sebelum ttd. kontrak untuk disetujui bersama metode kerja - Bentuknya bermacam2 : sederhana, s-curve atau Network Planning - Critical Path Method (CPM), menandakan jenis pekerjaan dengan jadwal paling dini (earliest event time) dan paling lambat (latest event time) berimpit 5) Metode Pengukuran (Method of Measurement) : - Tidak ada dalam kontrak kontruksi yang lama. - Misalnya : pek. Galian tanah untuk pondasi tidak sama dengan volume pondasinya - British Standar : volume galian = volume pondasi - Bagaimana jikan ketentuan ini diterapkan dalam kontrak kita ? B. Aspek Hukum : - Dokumen kontrak secara keseluruhan adalah dokumen hukum. A. Aspek Hukum yang perlu mendapat perhatian : 1) Penghentian Sementara Pekerjaan (Suspension of Works) : - Sering tidak tercantum, padahal kemungkinan kejadiannya cukup besar, khususnya untuk kontrak besar atau mnggunakan teknologi canggih - Akan terjadi ketidakpastian jika tidak ada : mengatur waktu pelaksanaan yang terganggu, ganti rugi akibat pek. Terhenti, berapa lama bisa dihentikan, apa dampak hukum penghentian, dll. - Tidak sama dengan pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak. 2) Pengakhiran Perjanjian/Pemutusan Kontrak : - pelaksanaan pekerjaan dihentikan seluruhnya (bukan ditangguhkan sementa- ra) oleh salah satu pihak - Ada alasan-alasan yang sudah diatur dalam kontrak - Perlu diatur : Hak para pihak untuk memutuskan kontrak, konsekuensi hu- kum (hak & kewajiban), tatacara pemutusan. 3) Ganti Rugi Keterlambatan (Liquidity Damages) : - Denda keterlambatan (Penalty clause) hanya bagi penyedia jasa (dulu) - Untuk keadilan : yang mendapat ganti rugi adalah pihak yang dirugikan - Akan berkaitan dengan tanggal mulai jika batas denda keterlambatan 5% (50 hari) terlampaui B. Aspek Hukum : - Dokumen kontrak secara keseluruhan adalah dokumen hukum. A. Aspek Hukum yang perlu mendapat perhatian : 1) Penghentian Sementara Pekerjaan (Suspension of Works) : - Sering tidak tercantum, padahal kemungkinan kejadiannya cukup besar, khususnya untuk kontrak besar atau mnggunakan teknologi canggih - Akan terjadi ketidakpastian jika tidak ada : mengatur waktu pelaksanaan yang terganggu, ganti rugi akibat pek. Terhenti, berapa lama bisa dihentikan, apa dampak hukum penghentian, dll. - Tidak sama dengan pengakhiran perjanjian/pemutusan kontrak. 2) Pengakhiran Perjanjian/Pemutusan Kontrak : - pelaksanaan pekerjaan dihentikan seluruhnya (bukan ditangguhkan sementa- ra) oleh salah satu pihak - Ada alasan-alasan yang sudah diatur dalam kontrak - Perlu diatur : Hak para pihak untuk memutuskan kontrak, konsekuensi hu- kum (hak & kewajiban), tatacara pemutusan. 3) Ganti Rugi Keterlambatan (Liquidity Damages) : - Denda keterlambatan (Penalty clause) hanya bagi penyedia jasa (dulu) - Untuk keadilan : yang mendapat ganti rugi adalah pihak yang dirugikan - Akan berkaitan dengan tanggal mulai jika batas denda keterlambatan 5% (50 hari) terlampaui B. Aspek Hukum (Lanjutan) : 7) Bahasa Kontrak (Contract Language) : - Umumnya dibuat dalam Bhs. Indonesia, kecuali yang didanai PLN - Jadi masalah, karena bahasa inggris kurang dikuasai, misal kata shall yang artinya bukan akan tapi harus (bhs. Kontrak). - Diskusi : Bgmn dengan pengaruh/polusi bahasa daerah thd. B. Indonesia - Jika dalam 2 versi bahasa, hrs ditentukan versi mana yg berlaku. - UU 18/99 & PP 29/2000 Psl. 23 ayat (5) menyatakan hrs Bhs. Indonesia. 8) Domisili - Diatur dengan maksud apabila timbul sengketa, akan dibawa ke pengadilan, kecuali yg dipilih adalah arbitrase domisili tidak perlu disebutkan - Akan menjadi rancu jika arbitrase dipilih tapi domisili disebutkan pula
C. Aspek Keuangan / Perbankan : - Aspek keuangan/perbankan penting dicantumkan dalam kontrak - Meliputi : *) Nilai Kontrak (Contract Amount) *) Cara Pembayaran (Method of payment) *) Jaminan-jaminan (Guarantee/Bonds) - Nilai Kontrak dan cara pembayaran berkaitan dengan jaminan yang harus disediakan - Jaminan oleh Penyedia jasa : *) Jaminan uang muka (Advance Payment Bond) *) Jaminan pelaksanaan (Performance Bond) *) Jaminan perawatan atas cacat (Defect Liability Bond) - Jaminan oleh Pengguna jasa : *) Jaminan Pembayaran (Payment Guarantee) Perlu Mendapat Perhatian (Makalah Monik Bey, SH.) : - Urutan : *) Garansi bank *) Standby Letter of Credit (Kekuatan sama dengan garansi bank) *) Surety Bond (kekuatan sama dengan garansi bank) *) Letter of Comfort & Warranty (tidak mempunyai daya jamin) *) Idemnity (daya jaminnya diragukan menurut hukum Indonesia) C. Aspek Keuangan / Perbankan (Lanjutan) : - Jika Pengguna jasa tidak dapat memberikan garansi bank sebagai jaminan pembayaran, maka diperlukan rekayasa hukum, dengan alternatif : *) Assignment of Deposite/Accounts Receivable : Menjamin pembayaran dari penerimaan uang muka konsumen yang membeli produk pengguna jasa (developer) : rumah, apartemen, ruko, dll *) Surat Kuasa Jual Kepada Trustee Penyedia Jasa : Memberikan kuasa kepada pihak ketiga (kepercayaannya penyedia jasa) untuk menjual barang yang dijual developer yang tidak laku untuk mebayar jaminan kepada penyedia jasa *) Pihak penyedia jasa diberikan fasilitas kredit dari bank group developer tanpa jaminan
D. Aspek Perpajakan : - Aspek pajak berkaitan dengan nilai kontrak sebagai pendapatan Penyedia jasa - PPN bisa disebutkan secara expisit, bisa juga sudah masuk dalam nilai kontrak Perlu Mendapat Perhatian (Makalah Dra. Lisa Purnamasari) : - Pajak yang terkait dengan Jasa kontruksi : Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penghasilan (PPh) - Tarif PPN = 10 % dari biaya kontrak dan keuntungan (fee) penyedia jasa - Faktur pajak : bukti pengkreditan pajak dari pengusaha kena pajak (PKP) dan bernilai uang, shg. Harus benar secara formal maupun materill. - PPh bisa disetor sendiri atau dilakukan pemotongan oleh pihak lain - Berdasarkan PP 140/2000 dan Kepmen Keu 559/2000, dibedakan pemotongan PPh untuk usaha kecil (sd. Rp. 1 Milyar) dan usaha non kecil - Tarif usaha kecil : *) 2% dari bruto untuk pelaksana jasa kontruksi *) 4% dari bruto untuk jasa perencana kontruksi dan pengawas kohntruksi - Tarif usaha non kecil : *) 15% dari perkiraan penghasilan netto *) Perkiraan penghasilan netto = 26,67% dari jml bruto di luar PPN dan PPn BM. dan 13,33 % untuk konsultan *) hasil rumus di atas : 4 % x imbalan bruto untuk kontraktor dan 2% x imbalan bruto untuk konsultan E. Aspek Perasuransian : - Asuransi yang biasa adalah asuransi yang mencakup seluruh proyek termasuk jaminan kepada pihak ketiga dengan masa pertanggungan selama proyek berlangsung (Contractors all risk) - Penerima manfaat adalah Pengguna jasa, tapi yang membayar premi adalah penyedia jasa. - Besarnya premi tercantum dalam BOQ. - Perlu diperhatikan masa pertanggungan jika proyek itu diperpanjang atau terlambat. - Yang biasa masuk dalam kontrak : Asuransi Tenaga Kerja (Astek) dan asuransi kesehatan (Askes) 4 komponen dalam asuransi : - Penanggung (insurer) yang memberi proteksi - Tertanggung (insured) yang menerima proteksi - Peristiwa (Accident) yang tidak diduga atau peristiwa yang dapat menimbulkan kerugian - Kepentingan (interest) yang diasuransikan, yang mungkin akan mengalami kerugian disebabkan oleh peristiwa itu F. Aspek Sosial Ekonomi : - Terdapat aspek sosial ekonomi yang harus dimasukan dalam kontrak sebagai syarat kontrak - Contoh : keharusan menggunakan tenaga kerja tertentu, menggunakan bahan-2 bangunan serta peralatan dalam negeri dan dampak lingkungan - Tujuan penghematan devisa untuk pemakaian produk dalam negeri - UU 18/99 dan PP nya tidak mengatur secara explisit, sehingga kurang mendapat dukungan - Dampak lingkungan telah tercantum dalam UU 18/99, Psl. 22 ayat (2) butir m) dan PP 29/2000, Psl 23 ayat (1) butir m) G. Aspek Administrasi : - Antara lain mencantumkan keterangan mengenai : para pihak, laporan keuangan, korespondensi dan hubungan kerja antara para pihak - Identitas para pihak harus jelas termasuk yang mewakili perusahaan dan memenuhi persyaratan sesuai hukum. - Ketentuan para pihak diatur UU 18/99 Psl. 22 ayat (2) butir a) dan PP 29/2000 psl. 23 ayat (1) butir a. - Laporan kemajuan perlu diatur dalam tata cara dan format yang baku dan periode pelaporan. - Korespondensi diperlukan untuk tertib administrasi mengenai informasi antara pihak. - Alamat para pihak dan bentuk korespondensi yang disepakati harus diatur gar dijamin keabsahannya - Hubungan kerja antar para pihak adalah penetapan nama orang/badan yang mewakili para pihak di lapangan. CARA MENYUSUN KONTRAK KONTRUKSI A. Pengertian : 1) Kontrak kontruksi adalah : perjanjian tertulis antara Pengguna jasa dan Penyedia jasa mengenai pelaksanaan suatu pekerjaan kontruksi 2) Dokumen kontrak adalah kumpulan dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan kontrak yang sekurang-kurangnya berisi ketentuan seperti dalam PP 29/2000, pasal 22 3) Menyusun kontrak adalah cara menyusun perjanjian yang dilengkapi dengan cara menyusun syarat-syarat kontrak. Rujukan standar FIDIC, rujukan normatif UU 18/1999 dan PP 29/2000 4) Isi kontrak adalah uraian yang sekurang2nya termuat dalam suatu kontrak kontruksi, bukan pada perjanjian (PP 29/2000, psl. 22). 5) Beberapa komponen dokumen kontrak : a. Perjanjian / kontrak b. Syarat-syarat umum c. Syarat-syarat khusus d. Spesifikasi Teknis e. Lampiran-lampiran (?) f. Gambar-gambar kontrak B. Acuan/landasan : 1) Acuadilann baku/normatif : - UU 18/99 - PP 29/2000 2) Syarat-syarat umum /AV41 dan peraturan lain yang tidak bertentangan dengan UU 18/1999 Psl. 44 ayat (1) dan pasal 45 dan PP 29/2000 Psl. 63 3) Ketentuan KUH Perdata Pasal 1320, 4 syarat sah : - sepakat mereka yang mengikatkan dirinya - kecakapan untuk membuat suatu perikatan - suatu hal tertentu - suatu sebab yang halal 4) J ika hukum yang berlaku adalah hukum RI, ketentuan KUH Perdata pasal 1266 tidak diberlakukan, karena bisa digugat oleh pihak yang tidak menyetujuinya melalui peng C. Isi Perjanjian : 1) Uraian para pihak 2) Konsiderasi 3) Lingkup Pekerjaan 4) Nilai Kontrak 5) Bentuk Kontrak yang dipakai (?) 6) Jangka waktu Pelaksanaan (hari kerja/kalender ?, sejak kapan ?) 7) Prioritas Dokumen (Perjanjian, syarat khusus, syarat umum, spek. Teknis, gambar, BOQ., Srt penawaran, dll) D. Isi Syarat-syarat Umum Kontrak (PP 29/2000, psl 23) : 1) Definisi dan interpretasi 2) Para ihak 3) Rumusan pekerjaan 4) Nilai Pekerjaan 5) Jangka waktu Pelaksanaan & perpanjangan 6) Pertanggungan (Asuransi) 7) Jaminan 8) Tenaga ahli 9) Hak & kewajiban para pihak 10) Cara Pembayaran 11) Penyerahan Pekerjaan/Serah terima pekerjaan (Panitia/proyek ?) 12) Masa Pertanggungan atas cacat (Masa pemeliharaan ? PBC ?) 13) Ganti rugi keterlambatan 14) Pekerjaan tambah/kurang (perubahan pekerjaan) 15) Cedera janji 16) Pelimpahan pekerjaan (fenomena broker yang terjhormat@ ?) 17) Penyedia jasa lain 18) Pengawas, pelaksana Pekerjaan 19) Gambar kerja 20) Kemudahan memasuki lapnangan, Tempat penyimpanan, Benkel D. Isi Syarat-syarat Umum Kontrak (Lanjutan) : 21) Laporan / Dokumentasi 22) Bahan, Peralatan dan tenaga Kerja 23) Pemeriksaan dan pengujian 24) Perlindungan Pekerja 25) Keadaan memaksa (Force Majeure) 26) Kegagalan bangunan (AV41 = 5 tahun, UU 18/99 = 10 tahun, umur rencana jalan ?) 27) Penghentian Sementara Pekerjaan 28) Pemutusan Perjanjian / Kontrak (ketentuan Black list : orang/badan ?) 29) Hak atas kekayaan Intelektual 30) Insentif 31) Sub penyedia jasa/pemasok 32) Bahasa Kontrak 33) Hukum yang berlaku E. Petunjuk Penyusunan Kontrak : 1) Peraturan per UU-an yang harus dirujuk : - UU 18/1999 : J asa Kontruksi - PP 28/2000 : Usaha dan Peran masyarakat jasa kontruksi - PP 29/2000 : Penyelenggaraan J asa Kontruksi - PP 30/2000 : Penyelenggaraan Pembinaan jasa Kontruksi 2) Menggunakan kalimat pendek yang jelas dan tegas (tidak mengandung arti lain) 3) Istilah-istilah yang belum jelas harus didefinisikan 4) Penggunaan kata dll, dsb, beberapa perlu dihindari 5) Bahasa kontrak dan hukum yang berlaku harus disebut secara tegas 6) Pilihan mengenai penyelesaian sengketa kontrak harus tegas (UU 18/99 Psl. 36, 37 dan PP 29/2000 Psl. 49, 50,51) 7) Penunjukan pasal atau ayat lain harus tertib 8) Urutan kedudukan dokumen kontrak harus jelas 9) Pertimbangan Kebahasaan (ketentuan bahasa formal dalam hukum) - Beberapa kasus yang kontrak international yang melemahkan sendiri ? - Kepentingan nasional harus di atas kepentingan perseorangan/oknum ? PENGELOLAAN KONTRAK KONTRUKSI A. Ruang Lingkup : Dimulai dari perencanaan kontrak, menyusun dan membentuk kontrak sampai dengan penunjukan pemenang kontrak , pelaksanaan kontruksi dan kegiatan administrasi kontrak B. Perencanaan Kontrak : - Tugas dari Pengguna Jasa karena pihak yang menginginkan pekerjaan selesai dibuat - Mencerminkan sasaran keseluruhan proyek (outcome/benefit/impact) - Mencerminkan keadaan khusus dari proyek : kelayakan lokasi, sosial, dampak lingkungan, masalah teknis, jadwal, resiko komersial, dll. - Pemilihan bentuk kontrak harus sesuai : keuntungan finansial dan cash flow proyek C. Pembentukan/Penyusunan Kontrak : - Yang berperan pengguna jasa, krn yang menyiapkan dokumen tender yang akan menjadi dokumen kontrak - Perlu dokumen prakualifikasi, proses prakualifikasi, proses tender, evaluasi dan penetapan pemenang - ISO-9000 : Penyedia jasa wajib melakukan penelitian ttg dokumen kontrak sehingga penawarannya memenuhi syarat (sertifikat ISO-9000) D. Administrasi Kontrak : - Proses Dimulai sejak kontrak ditandatangani sampai kontrak berkahir, karena proyek sudah selesai atau putus kontrak - Berlangsung pekerjaan2 non teknis yang terkait dengan pelaksanaan fisik di lapangan, seperti : *) mobilisasi catatan/laporan kemajuan pekerjaan, *) penagihan pembayaran, *) perubahan pekerjaan, dan *) klaim - Harus dikelola setiap hari dengan menunjuk pejabat khusus (administrator) - Pemantauan kontrak (perencanaan, pembuatan dan pelaksanaan) melalui : *) laporan *) Audit - Pemantauan Perencanaan dan Pembuatan Kontrak oleh : Pengguna jasa - Pemantauan pelaksanaan oleh : Pengguna jasa dan Penyedia jasa
Tahapan Utama Pengelolaan Kontrak PELAPORAN KONTRAK AUDIT PEMANTAUAN KONTRAK PENUNJUKAN PEMENANG PEMASUKAN PENAWARAN & EVALUASI SIRKULASI/MEKANISME PENAWARAN PERMINTAAN PENAWARAN KUALIFIKASI PENAWARAN & PEMILIHAN PERSIAPAN DOKUMEN KONTRAK PENYUSUNAN KONTRAK PENGAKHIRAN KONTRAK KLAIM-KLAIM SHORT-FORM CONTRACT BACKCHARGES PERUBAHAN PEKERJAAN ESTIMASI PROGGRESS & PEMBAYARAN MOBILISASI & PELAKSANAAN PERENCANAAN KONTRAK ADMINISTRASI KONTRAK PAKET KONTRAK & PENJADWALAN ALTERNATIF PEMBIAYAAN STRATEGI ORGANISASI Manfaat Pengawasan pengelolaan Kontrak : - Agar kontrak memuaskan para pihak yang terlibat dengan mengurangi resiko kesalahan komersial selama perencanaan, pembentukan dan pengadministrasian kontrak - Dalam perencanaan kontrak telah mempertimbangkan resiko komersial shg. Pengguna jasa dapat memilih jumlah, lingkup pekerjaan dan struktur pembiayaan kontrak yang terbaik - Akan menciptakan sebuah kontrak yang cakap dengan kemungkinan untuk mendapatkan harga pekerjaan termurah - Menjamin pemenuhan segi komersial dan meminimalkan penyusutan, mengurangi klaim, proses pengadilan dan perubahan pekerjaan yang mahal - Pembayaran di muka dan kelebihan pembayaran dapat dihindari - Biaya klaim akan berkurang karena akan diseleksi dengan cepat dan adil - Menghasilkan penghematan biaya langsung dalam banyak kasus dan dalam jangka panjang juga penghematan biaya tak langsung jika inefisiensi pelaksanaan dan sistem diperbaiki. - Tercapainya sasaran pokok : proyek bermutu, tepat waktu dan sesuai biaya sehingga menciptakan pengelolaan kontrak yang sehat. SEKIAN DAN TERIMA KASIH SOAL MID TES 1. Sebelum mengenal kontrak konstruksi lebih jauh, terlebih dahulu harus mengetahui perkembangan Industri Jasa Konstruksi Indonesia sampai terbitnya peraturan baku. Jelaskan Perkembangan Industri Jasa Konstruksi di Indonesia? 2. Jelaskan Mengapa Kontrak Cost Plus Fee dilarang, dan Jelaskan Perbedaan Retensi Money dan Jaminan Bank selama masa tanggungan pemeliharaan? 3. Jelaskan Bentuk2 Kontrak Konstruksi beserta aspek2 yang terkandung didalamnya? Selamat Mengerjakan dan Salam Sukses Semuanya (By. Laode Moh Tezar. )