Vous êtes sur la page 1sur 23

ASPEK HUKUM PENATAAN RUANG

KAWASAN STRATEGIS NASIONAL (KSN)


DANAU TOBA DAN SEKITARNYA
Oleh
Ir. Agustina Murbaningsih, M.Si.
Asdep Bidang Prasarana, Riset, Teknologi dan Sumber Daya Alam
Sekretariat Kabinet
18 November 2014
1

SISTEM PERUNDANG-UNDANGAN MENURUT


UU NO. 12 TAHUN 2011 TENTANG
PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan (Pasal 7 ayat (1)),
terdiri atas:
1) UUD 1945;
2) Ketetapan MPR;
3) Undang-Undang/PERPU;
4) Peraturan Pemerintah ;
5) Peraturan Presiden;
6) Peraturan Daerah Provinsi;
7) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota;
Jenis Peraturan Perundang-undangan lainnya adalah Peraturan MPR,
DPR, MA, MK, BPK, KY, Menteri, Badan, Lembaga atau Komisi, yang
setingkat yang dibentuk dengan UU atau Pemerintah atas perintah
UU, DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kab./Kota, Bupati/Walikota,
Kepala Desa atau yang setingkat (Pasal 8 ayat (1))
2

Lanjutan...

*Peraturan-peraturan

tersebut diakui keberadaannya


dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan
yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan (Pasal 8 ayat 2).

*Kekuatan hukum PUU sesuai dengan hierarki di atas,

oleh karenanya PUU yang hierarkinya di bawah tidak


boleh bertentangan dengan yang di atasnya.

Hierarki Rencana Tata Ruang

LEGAL STANDING
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS NASIONAL
Pasal 21 Ayat (1) UUPR dan Pasal 123 ayat (4) PP RTRWN menetapkan

bahwa Rencana Tata Ruang KSN diatur dengan Perpres.


Pasal 8 ayat (3) UUPR dan Pasal 4 ayat (1) PP Penyelenggaraan
Penataan Ruang menetapkan bahwa Pemerintah berwenang menyusun
dan menetapkan rencana tata ruang KSN yang selanjutnya ditetapkan
dengan Perpres.
Selain itu, dalam penyusunan Perpres RTR KSN telah pula
memperhatikan:

UU Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional


(RPJPN);
Perpres Nomor 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025;
PUU terkait Penataan Ruang (kehutanan, transportasi, telekomunikasi.
Lingkungan hidup, energi);
Peraturan menteri terkait lainnya.
7

Proses Penyusunan PUU Bidang Penataan Ruang


(Berdasarkan Perpres Nomor 68 Tahun 2005)
Forum
Harmonisasi
Kementerian
Hukum dan HAM

Penetapan Oleh
Presiden

Penyampaian RPerpres
kepada Presiden melalui
Setkab oleh BKPRN
(Menko Bid.
Perekonomian)

Pengundangan oleh
MENTERI HUKUM DAN
HAM

Penyebarluasan oleh
SEKRETARIAT KABINET
8

BKPRN dibentuk berdasarkanKeppres 4


Tahun 2009
Tugas: koordinasi penyusunan PUU bidang
penataan ruang

PP RTRWN menetapkan 76 KSN yang rencana tata ruang


wilayahnya ditetapkan dengan Perpres, 14 diantaranya
sudah ditetapkan yaitu:
1. Rencana Tata
Tabanan
2. Rencana Tata
Takalar
3. Rencana Tata
Karo
4. Rencana Tata
5. Rencana Tata
6. Rencana Tata
7. Rencana Tata
8. Rencana Tata
9. Rencana Tata
10.Rencana Tata
11.Rencana Tata
12.Rencana Tata
13.Rencana Tata

Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan


Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, dan

Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan


Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang
Ruang

Kawasan Batam, Bintan, Dan Karimun


Pulau Sulawesi
Pulau Kalimantan
Pulau Sumatera
Jawa Bali
Kepulauan Nusa Tenggara
Pulau Papua
Kawasan Borobudur dan Sekitarnya
Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi dan Sekitarnya
Kepulauan Maluku

14.Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya


9

PERPRES RENCANA
TATA RUANG KAWASAN
DANAU TOBA DAN
SEKITARNYA

10

Peran Perpres RTR Kawasan


Danau Toba dan Sekitarnya
Sebagai alat operasionalisasi Rencana Tata Ruang
Wilayah Nasional dan sebagai alat koordinasi
pelaksanaan pembangunan di Kawasan Danau Toba
untuk meningkatkan kualitas lingkungan, sosial
budaya, dan kesejahteraan masyarakat.

11

Fungsi Penataan Ruang Kawasan


Danau Toba dan Sekitarnya
Sebagai pedoman untuk :
1. Penyusunan rencana pembangunan di Kawasan Danau Toba.
2. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten di Kawasan
Danau Toba.
3. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan
perkembangan antarwilayah kabupaten, serta keserasian
antarsektor di Kawasan Danau Toba.
4. Penentuan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi di Kawasan
Danau Toba.
5. Pengelolaan Kawasan Danau Toba.
6. Perwujudan keterpaduan rencana pengembangan Kawasan
Danau Toba dengan kawasan sekitarnya.
12

Penataan ruang Kawasan Danau Toba


bertujuan untuk mewujudkan:
Pelestarian Kawasan Danau Toba sebagai air kehidupan
(Aek Natio) masyarakat, ekosistem, dan kawasan
kampung
masyarakat
adat
Batak.
Pengembangan kawasan pariwisata berskala dunia yang
terintegrasi dengan pengendalian kawasan budi daya
sesuai dengan daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup serta adaptif terhadap bencana alam.

13

Materi Pokok
Perpres RTR Kawasan Danau Toba dan
Sekitarnya

14

Arahan Pemanfaatan Ruang


Penetapan arahan pemanfaatan ruang berupa indikasi program utama, sumber
pendanaan, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan perwujudan struktur ruang
dan pola ruang periode 20 tahun.

Konsekuensi:
Pemerintah dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab merealisasikan programprogram yang tercantum dalam matrik Indikasi Program Utama sesuai dengan waktu
pelaksanaan.
Perlu ada penyesuaian pengaturan tata ruang terhadap Perda tentang rencana tata
ruang wilayah dan/atau rencana rinci tata ruang beserta peraturan zonasinya yang
bertentangan dengan materi Perpres dalam jangka waktu paling lambat 5 tahun
sejak Perpres ditetapkan.
Sepanjang rencana tata ruang wilayah provinsi, rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota, dan/atau rencana rinci tata ruang berikut peraturan zonasi di
Kawasan Danau Toba belum disesuaikan dengan Peraturan Presiden ini, digunakan
Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba sebagai acuan pemberian izin
pemanfaatan ruang (Pasal 137 ayat (2)).
15

Arahan Perizinan

Setiap

pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin dari


Pemerintah, Pemerintah Provinsi atau Kab/Kota sesuai
dengan Perda RTRW Kab/Kota beserta rencana rinci dan
peraturan zonasi yang didasarkan pada RTR

Setiap

pemanfaatan ruang harus mendapatkan izin sesuai


ketentuan sektor/bidang yang mengatur jenis kegiatan
pemanfaatan sesuai puu sektor/bidang.

16

Izin Pemanfataan Ruang

* izin

pemanfaatan ruang pada masing-masing daerah yang telah dikeluarkan, dan


telah sesuai dengan ketentuan Peraturan Presiden ini, tetap berlaku sesuai dengan
masa berlakunya.

* izin

pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai dengan


ketentuan Peraturan Presiden ini:
1.untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin terkait disesuaikan dengan
fungsi kawasan dalam rencana tata ruang yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
berdasarkan Peraturan Presiden ini;
2.untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, pemanfaatan ruang dilakukan
sampai izin terkait habis masa berlakunya dan dilakukan dengan menerapkan
rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana tata ruang dan
peraturan zonasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan Peraturan
Presiden ini; dan
3.untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dan tidak memungkinkan untuk
menerapkan rekayasa teknis sesuai dengan fungsi kawasan dalam rencana tata
ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
Peraturan Presiden ini, atas izin yang telah diterbitkan dapat dibatalkan dan
terhadap kerugian yang timbul sebagai akibat pembatalan izin tersebut dapat
diberikan penggantian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

* pemanfaatan

ruang yang izinnya sudah habis dan tidak sesuai dengan Peraturan
Presiden ini dilakukan penyesuaiandengan fungsi kawasan dalam rencana tata
ruang dan peraturan zonasi yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah berdasarkan
Peraturan Presiden ini.
17

Lanjutan....
Pemanfaatan ruang di Kawasan Danau Toba yang diselenggarakan
tanpa izin ditentukan sebagai berikut:

Masyarakat yang menguasai tanahnya berdasarkan hak adat


dan/atau hak-hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, yang karena Rencana Tata Ruang Kawasan
Danau Toba ini pemanfaatannya tidak sesuai lagi, maka
penyelesaiannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
18

Arahan Insentif dan Disinsentif

Insentif

dan disinsentif dapat diberikan oleh Pemerintah


kepada Pemda, Pemda kepada Pemda lainnya, dan
Pemerintah atau Pemda kepada masyarakat sebagai upaya
pengendalian pemanfaatan ruang KSN.

Arahan Sanksi

Arahan sanksi diberikan dalam bentuk sanksi administratif


dan/atau sanksi pidana sesuai puu bidang penataan ruang

19

Sanksi Pidana Berdasarkan UU Penataan Ruang


(UU Nomor 26 Tahun 2007)
Pasal 69
Setiap orang yang tidak mentaati rencana tata ruang yang telah di tetapkan yang
mengakibatkan perubahan fungsi ruang, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
tahun dan denda paling banyak Rp500 juta, apabila mengakibatkan kerugian terhadap
harta benda atau kerusakan barang, dipidana penjara paling lama 8 tahun dan denda
paling banyak Rp 1,5 Milyar, apabila mengakibatkan kematian orang, dipidana penjara
paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 5 milyar.
Pasal 70
Setiap orang yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari
pejabat yang berwenang dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 tahun dan
denda paling banyak Rp500 juta, apabila mengakibatkan perubahan fungsi ruang,
dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp1 Milyar, apabila
mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang dipidana penjara
paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 1,5 Milyar, apabila mengakibatkan
kematian orang dipidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 5
Milyar.

20

Pasal 71
Setiap orang yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin
pemanfaatan ruang, dipidana penjara paling lama 3 tahun dan denda paling banyak Rp500
juta.
Pasal 72
Setiap orang yang tidak memberikan akses terhadap kawasan yang oleh peraturan
perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum, dipidana penjara paling lama 1 tahun
dan denda paling banyak Rp 100 juta.
Pasal 73
Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang menerbitkan izin tidak sesuai dengan
rencana tata ruang, dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp500
juta(2) dan dapat dikenai pidana tambahan berupa pemberhentian secara tidak dengan
hormat dari jabatannya.
Pasal 74
Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72,
dilakukan oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan denda terhadap pengurusnya,
pidana yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa pidana denda dengan pemberatan
3 kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan
Pasal 72. Dan korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha;
dan/atau pencabutan status badan hukum.
Pasal 75
Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 69, Pasal 70, Pasal 71, dan Pasal 72, dapat menuntut ganti kerugian scara perdata
kepada pelaku tindak pidana, tuntutan ganti kerugian secara perdata dilaksanakan sesuai
dengan hukum acara pidana.
21

Harapan Pelaksanaan Perpres RTR


Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya

Terwujudnya keterpaduan antara RTR Kawasan Danau


Toba dan Sekitarnya dengan RTRW Provinsi dan
RTRW/Kabupaten,

Perpres RTR Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya


dijadikan acuan rencana pembangunan sektor.

22

23

Vous aimerez peut-être aussi