Vous êtes sur la page 1sur 115

Anemia

dr.Nina S.D, SpPK


Bag Patologi Klinik
FKUP/RSHS Bandung

Anemia
???

Anemia
Definisi :
Ketidak-mampuan darah untuk
mensuplai oksigen ke dalam jaringan
guna memenuhi kebutuhan
metabolisme.

Anemia bukan penyakit, tetapi


gejala suatu kelainan harus
dicari sebabnya.
Anemia (lab) penurunan :
Hemoglobin
Hematokrit
Jumlah eritrosit

Penyebab anemia :
1. Kehilangan darah berlebihan
2. Gangguan pembentukan eritrosit.
3. Peningkatan destruksi
(penghancuran) eritrosit.

Kehilangan darah
berlebihan

Akut

Kronis

Gangguan Pembentukan Eritrosit


A. Defisiensi bahan pembentuknya :

Defisiensi besi (Fe)*


Defisiensi vit.B12
Defisiensi asam folat

B. Akibat lain :

Defek intrinsik (membran, enzim)


Defek ekstrinsik (hemolisis non-imun,
hemolisis imun)

Peningkatan destruksi
(penghancuran) eritrosit
Anemia hemolitik

Gejala klinis anemia :


Pucat
Lemah badan
Malas bergerak (malaise)
Dyspnoe deffort
Pusing
Sakit kepala
Tinitus
Irritabilitas
Susah tidur/susah konsentrasi
Gangguan pencernaan

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium
untuk diagnosis anemia :
Pemeriksaan Hematologi Dasar
Pemeriksaan hematologi untuk
menentukan jenis dan etiologi
anemia

Pemeriksaan hematologi
dasar
Kadar hemoglobin
Hematokrit
Jumlah eritrosit

Pemeriksaan untuk
menentukan jenis anemia
Indeks eritrosit
Morfologi darah tepi

Normokrom

Hipokrom

Normositer

Mikrositer

Makrositer

Pemeriksaan untuk menentukan


etiologi anemia

Status Besi (Fe, TIBC, Ferritin)


Elektroforesis Hb
Hitung retikulosit
Morfologi sumsum tulang
Dll

Hemoglobin (Hb)
Komponen utama eritrosit
Secara fisiologis membawa
oksigen ke jaringan
Buffer thd.CO2 yang terbentuk
pada metabolisme

Metoda penentuan kadar


Hemoglobin
Sianmethemoglobin (*)
Oksihemoglobin
Kolorimetri* :
Sahli (*)
Talqvist

Metoda Sahli :
Darah + Asam (HCl) acid hematin (coklat)

warna coklat dibandingkan dgn warna standar


Kekurangan metoda Sahli :
- Warna acid hematin tdk stabil
- Warna standar tdk stabil
- Kalibrasi pada tabung sangat rapat

Metoda Sianmethemoglobin
Hb + K3Fe(CN)6 methemoglobin +
KCN Sianmethemoglobin (dibaca
dgn fotometer pada panjang gelombang
540 nm)
Keuntungan metoda ini : larutannya
stabil

Automatic Hematology Analyzer

Kesalahan pada pengukuran Hb


Tidak baiknya :
Pengambilan sampel
Penanganan sampel
Persiapan/Penyimpanan reagensia
Alat/petugas

Nilai rujukan normal Hb


Kelompok umur
Hb (g/dL)
------------------------------------------------Bayi Baru Lahir
14.0 22.0
Bayi 6 bln
11.0 14.0
Anak-anak (1-15 th)
11.0 15.0
Dewasa laki-laki
14.0 18.0
Dewasa perempuan
12.0 16.0

Berdasarkan kadar Hb
Anemia ringan (Hb 10 11 g/dL)*
Anemia sedang (Hb 7 10 g/dL)
Anemia berat (Hb < 7 g/dL)

Hematokrit

Packed Red Blood Cell Volume


Packed Cell Volume (PCV)
Volume eritrosit yg dimampatkan
Yaitu rasio antara volume eritrosit
dgn volume darah lengkap,
dinyatakan dalam %

Cara makro

Cara mikro

Pengukuran
Metode Sentrifugasi
Cara makro :
Darah dgn.antikoagulan dimasukkan
dalam tabung yg pj 100 mm,
disentrifus 3000 rpm selama 30
menit. Hasil langsung dibaca pada
skala pada tabung.

Cara mikro :
Darah dimasukkan pada tabung
kapiler pj 7 mm diameter 1 mm,
sentrifus 11.000-15.000 rpm/5 menit,
baca dengan alat khusus

Perhitungan pada alat otomatis


Nilai rentang normal
Laki-laki
Perempuan

42 - 52%
37 47%

Masalah pada pengukuran hematokrit antara lain :


Kalibrasi sentrifus yang tidak tepat
Pemilihan tempat pengambilan darah
Rasio darah dan antikoagulan tidak tepat
Kesalahan pembacaan

Jumlah eritrosit
Pemeriksaan :
Manual
Otomatis
Nilai rujukan normal :
Laki-laki
: 4,5 6,5 juta/mm3
Perempuan : 4,0 5,6 juta/mm3

INDEKS ERITROSIT
Volume absolut eritrosit
Yaitu nilai-nilai yg menggambarkan
keadaan eritrosit, yaitu
Perhitungan yg menyatakan besarnya volume eritrosit dan kadar
hemoglobin dalam setiap sel

Indeks ini meliputi :


1. Volume Eritrosit Rata-rata
2. Hemoglobin Eritrosit Rata-rata
3. Konsentrasi hemoglobin eritrosit
rata-rata

VOLUME ERITROSIT RATA-RATA


Mean Corpuscular Volume (MCV)
Adalah nilai hematokrit dibagi
dengan jumlah eritrosit dikalikan 10,
dan dinyatakan dalam mikrokubik
atau femtoliter (fL)
Ht (%)
MCV = ----------------------- X 10 fL
Jml.eri (juta/uL)

Nilai normal : 80-100 fL


< : mikrositer
> : makrositer

HEMOGLOBIN ERITROSIT RATARATA


Mean Corpuscular Hemoglobin
(MCH)
Adalah kadar hemoglobin dibagi
dengan jumlah eritrosit, dikalikan 10
dan dinyatakan dalam pikogram (pg)
Hb (g/dL)
MCH = ------------------------ X 10 pg
Jml.eri (juta/uL)

Nilai normal
: 27-31 pg
< : Hipokrom
> : ?

KONSENTRASI HEMOGLOBIN
ERITROSIT RATA-RATA
Mean Corpuscular Hemoglobin
Concentration (MCHC)
Adalah kadar hemoglobin dibagi
dengan nilai hematokrit, dikali 100,
dan dinyatakan dalam %.
Hb (g/dL)
MCHC = ------------------- X 100 %
Ht (%)

Nilai normal
: 32-36 %
< : Hipokrom
> : ?

MORFOLOGI SEDIAAN HAPUS


DARAH TEPI
Pewarnaan Wright, Giemsa
Eritrosit normal berbentuk bikonkaf,
diameter 7-8 um.
Pada s.h : berwarna kemerahan, bgn
tepi gelap, makin ke tengah makin
pucat

EM of Normal Red Blood


Cells

Normal :
volume, ukuran dan bentuk relatif
sama
Patologis :
Mikrositosis
Makrositosis
Anisositosis
Hipokrom
Polikromasi / polikromatofilia

Hipokrom mikrositer

Aniso-poikilositosis

Bentuk abnormal

Sferosit
Leptosit
Skistosit
Stomatosit
Sel pensil
Ovalosit

Eritrosit berinti

Benda inklusi

Basophilic stippling
Howell Jolly bodies
Heinz bodies
Cabots ring
Granula sideroblastik
Ring sideroblast
Pappenheimer bodies

Basophilic stippling(2)

.
Catatan: Sel
dengan basophilic
stippling. Juga ada
anisositosis.

Dalam praktek anemia diklasifikasi


berdasarkan ukuran eritrosit, yaitu :
Anemia (hipokrom) mikrositer
Anemia normositer
Anemia makrositer

Anemia
Pasca
Perdarahan

Defek
eritropoiesis

Hemolitik
intrinsik

Akut

Defisiensi Besi
Membran

Kronis

ekstrinsik

Defisiensi Vit B12

Sferositosis
Herediter
Imun

Defisiensi a.folat
Enzim

Sebab lain :
-Pendesakan s.t

-Obat, zat kimia,

G6PD
Lain
Hbpati

logam berat
-Peny.lain
-An.sideroblastik
-An.aplastik idiopatik

Nonimun

Thalassemia

Aloantibodi
Otoantibodi

Anemia Hipokrom Mikrositer

Defisiensi Fe
Thalassemia
Penyakit Kronis
Sideroblastik

Anemia Hipokrom Mikrositer


Eritrosit : lebih kecil dan lebih pucat
Penyebab terbanyak : defisiensi besi
Hipokrom mikrositer jelas bila :
Hb < 11 g%
Ht < 35 %

Bila Hb < 9 g% dan Ht < 27 % anisositosis,


poikilositosis, sel target
Kadang-kadang : jumlah trombosit meningkat

Thalassemia
Heterozigot : sulit dibedakan dgn
anemia def.Fe
Homozigot :
Anisopoikilositosis
Sel Target 5-30% dari seluruh eritrosit
Normoblast (+)
Basophilic stippling (+)
Peningkatan retikulosit, leukosit dan
trombosit

Anemia Sideroblastik
Ringan :
Sulit dibedakan a/t khas gambaran dimorfik

Berat :
Banyak sel target
Siderosit (+)

Pemeriksaan lanjutan
untuk mencari penyebab :
- sumsum tulang
- elektroforesis Hb
- kadar Fe serum
- TIBC

Pemeriksaan :
Sediaan hapus
Darah tepi

Cadangan besi

Penafsiran :
Hipokrom Mikrositer

tidak ada

meningkat
Sideroblast
Positif

Sideroblast
negatif

Elektroforesis
Hemoglobin

Normal

Normal

Normal

Abnormal

Diagnosis

Anemia
Defisiensi
Besi

Anemia
sideroblastik

Anemia
penyakit
kronis

Talasemia
hemoglobinopati

Gambar 1 . Skema pemeriksaan laboratorium pada anemia hipokrom mikrositer

Tabel 1. Diagnosis banding anemia hipokrom mikrositer

Kriteria
Fe serum
TIBC
% saturasi
% sideroblast
sumsum tulang
Cadangan besi
Feritin
Porfirin bebas
HbA2
HbF
naik

Defisiensi
besi
turun
naik
turun
turun

Talasemia

Sideroblastik

Normal/naik
norma
normal
normal

Penyakit
Kronis
turun
Normal/turun
turun
turun

turun
turun
naik
Normal/turun
normal

Normal/naik
Normal/naik
normal
naik
Normal/naik

Normal/naik
Normal/naik
naik
normal
normal

tinggi
Tinggi
Naik/turun
normal
normal

naik
Turun
naik
tinggi

Anemia Normositer
Dibedakan atas :
- Disertai peningkatan produksi eritrosit :
- Polikromasi
- Retikulosit meningkat

- Disertai penurunan produksi eritrosit

Anemia normositer disertai peningkatan


produksi eritrosit :
a. Penilaian morfologi eritrosit bila sebagian
besar sferosit/mikrosferosit,
kemungkinannya adalah :

Sferositosis
Anemia imunohemolitik
Hemoglobinopati
Hipersplenism
Bila dijumpai adanya fragmentosit anemia
hemolitik mikroangiopati

b. Pemeriksaan lain :
Sumsum tulang hiperplasia
Bilirubin serum meningkat
Urobilinogen urin meningkat
Hemoglobinemia, hemoglobinuria,
hemosiderinuria hemolisis intravaskuler

c. Penentuan jenis hemolisis


Coombs tes :
Positif : anemia imunohemolitik
Negatif : tgt.temuan lain
Sferositosis (+) : uji ketahanan osmotik
Sferositosis (-) :penetapan enzim (G6PD),
elektroforesis Hb dll

Anemia normositer disertai penurunan


produksi eritrosit :

Umumnya disebabkan penyakit lain


(sekunder)
Biasanya karena pendesakan sumsum
tulang, misalnya oleh tumor
S.h.d.t : anisositosis poikilositosis
S.h.s.t : spesifik aplastik, leukemia,
mielofibrosis

Retikulositosis dijumpai pada :


Perdarahan akut
Proses hemolitik
Bila perdarahan dapat disingkirkan,
pemeriksaan selanjutnya ke arah anemia
hemolitik.

Pemeriksaan :

Penafsiran

Sediaan hapus
Darah tepi

normositer

Retikulosit

Perdarahan

meningkat

positif

Uji Coombs
Sumsum
Tulang

Diagnosis

Perdarahan

menurun

negatif
positif

negatif

hiperseluler
Hiperplasia

hiperseluler
hiperplasia

AIHA
EF
R.transf
p.kolagen

AH lain

negatif

hiposeluler

pendesakan s.t

peny.
Tumor
ginjal,
leukemia
infeksi infeksi
AA
radiasi
Gambar 2. Skema pemeriksaan laboratorium pada anemia normositer

Anemia Makrositer
Eritrosit yang makrositer dijumpai pada :
Anemia megaloblastik (defisiensi
vit.B12, asam folat)
Penyakit hati
Keadaan yang disertai retikulositosis

Anemia megaloblastik karena defisiensi


vit.B12 atau defisiensi asam folat :

Eritrosit makrositik
Leukopenia dan trombositopenia
Hipersegmentasi
Sel batang raksasa (Giant Stab)
Anisositosis poikilositosis

Anemia megaloblastik karena penyakit


hati :

Ukuran eritrosit tidak begitu besar


Jarang disertai anisositosis
poikilositosis
Kadang-kadang dijumpai sel target
yang besar

Anemia megaloblastik karena


retikulositosis

Eritrosit berukuran lebih besar


Polikromasi
Kadang-kadang eritrosit mengandung
bintik-bintik basofil halus

Pemeriksaan :

Penafsiran :

Sediaan hapus
Darah tepi

Makrositer

Sumsum tulang

megaloblastik

Retikulosit

rendah

Respons thd
Terapi

Diagnosis

respons
Vit.B12

respons
a.folat

defisiensi
Vit.B12

defisiensi
a.folat

tidak megaloblastik

tinggi

rendah

mungkin AH

mungkin p
hati

Pem.lanj

faal hati

Anemia Defisiensi Fe

Anemia of chronic blood loss


Nutritional hypochromic anemia
Penyebab anemia yang paling sering
dijumpai (> 50%) jadi harus dipelajari
secara lengkap
Chlorosis :
- bhs Yunani hijau (green)
- Dipakai untuk setiap kelainan yg pertama kali
ditemukan oleh Johannes Lange (1554)
- Green sickness
- Terutama menyerang gadis remaja (14-17 th)
de morbo virginio

Gejala klinis :

pucat, terutama kulit muka


Sesak napas
Berdebar-debar
Kaki oedem
Nafsu makan menurun
Flatulens
Nyeri perut
Konstipasi
Gangguan emosi : depresi, mudah
tersinggung
- Lesu, murung, dll

Abad 17 Syndenham menyarankan


pengobatan dengan Fe, hasilnya baik
disebut anemia defisiensi Fe.
Definisi : suatu keadaan dimana
penyediaan zat Fe tidak sesuai dengan
eritropoiesis yang optimal

Metabolisme Fe
- jumlah Fe dalam tubuh orang dewasa + 4000
mg dengan perincian :
- 65% (2600 mg) dalam Hb
- 29% (1160 mg) dalam bentuk Feritin dan
Hemosiderin
- 3,5% (140 mg) dalam bentuk myoglobin
- 0,2 % (8 mg) dalam bentuk heme enzyme, yaitu :
cytochrom, katalase, peroxidase dll.
- 0,1 % (4 mg) dalam bentuk Fe transferin complex
- 0,2 % (8,8 mg) dalam bentuk labile iron pool

Fe dalam makanan : Fe(OH)3


Dalam lambung akan dibebaskan
menjadi Fe3+ atas pengaruh asam
lambung
Di usus halus Fe3+ Fe2+ atas
pengaruh alkali, kmd diserap oleh selsel mukosa usus halus.
Sebagian akan disimpan dalam bentuk
Ferritin, sebgn masuk ke peredaran
darah, berikatan dengan globulin,
disebut Transferin

Transferin digunakan untuk pembentukan Hb


Sebagian transferin yang tidak dipakai
disimpan dalam bentuk labile iron pool
Fe dalam tubuh dipakai berulang-ulang
(efisien) dan dalam keadaan normal
ekskresinya sangat minimal (rata-rata 1
mg/hari melalui urin dan feses)

Etiologi :
- pada anak-anak : kekurangan Fe dalam diet,
sedang kebutuhannya meningkat.
- Pada orang dewasa :
- Kebutuhan meningkat : kehamilan, menstruasi
- Kehilangan darah kronis : ankylostomiasis, metromenorrhagia, hemorrhoid, ulcus pepticum, Ca
lambung/usus
- Gangguan absorpsi : gastrectomy total, diarrhea
yang sangat lama, steatorrhoea, dll

Pemeriksaan Laboratorium
1. Hb : kadar Hb menurun. Karena terjadi
kekurangan Fe, sedang Fe diperlukan untuk
sintesis Hb, maka yg pertama menurun
adalah kadar Hb. Biasanya di bawah 10 g%
2. Jumlah eritrosit : bisa normal atau sedikit
menurun.
3. MCHC : menurun. Biasanya < 30 %
hipokrom; MCH : bisa normal atau sedikit
menurun. Bila anemia bertambah berat,
eritrosit akan mengecil mikrositer (MCV <
74 fL)

4. Shdt :
Eritrosit hipokrom mikrositer
5. Retikulosit menurun
6. Kadang dpt ditemukan ovalosit dan sel target
7. Trombosit dan leukosit normal
8. Shst : hiperplasi sistem eritropoiesis, namun
hanya sampai tahap normoblast basofil.
Normoblast berukuran lebih kecil,
sitoplasmanya lebih sedikit dan warnanya
lebih biru.
Bila di terapi Fe retikulositosis
Sideroblast negatif atau sangat berkurang

9. Kimia darah
Fe serum menurun, penurunan ini
terjadi sebelum timbul gejala anemia.
TIBC meningkat

Terapi
Preparat Fe
Usahakan mencari penyebab
Prognosa : biasanya baik

Ada pertanyaan ?

Anemia Pasca Perdarahan Akut


Perdarahan akut dan masif tidak segera
menimbulkan anemia.
Bahaya perdarahan berlebihan yg berlangsung
cepat gangguan kardiovaskuler.
Reaksi pertama : Hipovolemia tubuh bereaksi
dgn :
meningkatkan denyut jantung
memperbesar vol.darah (cairan ekstravaskuler akan
masuk ke intravaskuler) darah terencerkan
hematokrit turun setelah 48-72 jam.

Perdarahan akut merangsang sumsum


tulang jml trombosit dan granulosit
dlm sirkulasi meningkat seblm nilai Ht
naik. Trombositosis dapat terjadi dalam
beberapa jam, diikuti leukositosis
netrofilik dengan pergeseran ke kiri.
Kadar eritropoietin meningkat dalam
waktu beberapa jam, retikulositosis
jelas dalam waktu 3-5 hari dan
mencapai pucaknya pada hari ke 10.

Bila cadangan besi dalam tubuh


adekuat, produksi eritrosit dapat
meningkat 2-3 kali.
Penderita defisiensi besi yg mengalami
perdarahan, peningkatan hematopoiesis
nya tidak adekuat.

Anemia yg terjadi pertama adalah normokrom


normositik (VER dan KHER normal).
Setelah terjadi retikulositosis, tampak
makrositosis, polikromasi dan bahkan
mungkin ditemukan eritrosit berinti
(normoblas) dalam darah tepi.
Retikulositosis berhenti bila eritrosit yg hilang
sdh diganti (+ 2 minggu).

Retikulositosis persisten menandakan


perdarahan berkelanjutan atau ada destruksi
eritrosit.
Bila perdarahan terjadi di dalam rongga
tubuh, lumen usus, atau jaringan lunak, maka
eritrosit yg mati dan Hb yg bertumpuk harus
dihancurkan mengakibatkan ureum dan
bilirubin darah akan meningkat (hal ini tidak
ada pada perdarahan yg tampak/keluar).

Anemia Pasca Hemoragik Kronik


Perdarahan yg kecil dan terus menerus tidak
mengganggu volume darah, namun besi akan ikut
dikeluarkan terjadi defisiensi besi.
Seringkali berlangsung tanpa diketahui
perdarahan saluran cerna : tukak lambung
Gambaran anemia sesuai anemia defisiensi besi.
Jumlah retikulosit dalam batas normal atau hanya
sedikit meningkat.

Anemia Aplastik Idiopatik


Kegagalan sumsum tulang membentuk sel-sel
darah tanpa sebab yg diketahui.
Kemungkinan proses imunologis
Penekanan oleh limfosit T
Zat asing menempel pd permukaan sel induk
hematopoietik

Biasanya fatal, bila terjadi dalam waktu singkat


(akut).
Kronik menjadi leukemia atau kelainan
mieloproliferatif yg lain.

Anemia :
Jumlah eritrosit, leukosit dan trombosit :
rendah pansitopenia
Normokrom normositer
Jumlah retikulosit rendah.
Umur eritrosit normal.
Struktur Hb normal.
Sumsum tulang hiposeluler.

Defisiensi enzim G6PD


Enzim G6PD (Glucosa 6 Phosphate
Dehydrogenase) :
Enzim esensial pd reaksi oksidasi glukosa 6 fosfat
menjadi fosfoglukonat.
Reduksi NADP menjadi NADPH

NADPH komponen penting untuk mereduksi


glutation.
Proses reduksi penting untuk melindungi Hb
thd proses oksidasi dan denaturasi yg
ireversibel.

Berbagai jenis obat dpt menghancurkan


eritrosit yg mengalami defisiensi G6PD (obat
oksidatif) primakuin, sulfa, analgetikantipiretik dll.
Oksidasi ini akan menyebabkan eritrosit lisis
(hemolisis) hemoglobinemia,
hemoglobinuri, penurunan Ht mendadak.
Namun biasanya eritrosit yg normal akan
segera berespons, sehingga proses
hemolisis tidak sampai fatal

Thalassemia
Kelainan herediter.
Gangguan pembentukan satu atau lebih
rantai polipeptida hemoglobin (struktur
rantai normal, tetapi kecepatan sintesis
yg abnormal beda dgn
hemoglobinopati).

Hb normal tdd :

2 rantai
2 rantai

Thalassemia diturunkan oleh gen yang


terdapat pada kromosom no :
11 (untuk rantai , , )
16 (untuk rantai )

Terdapat di seluruh dunia tetapi


terutama di sekitar Mediterania, Asia
dan Afrika.

Gejala klinis :
Gejala klinis muncul sebagai akibat dari :
Produksi hemoglobin yg tidak adekuat
menyebabkan anemia hipokrom mikrositer
Akumulasi salah satu rantai globin pd membran
eritrosit menyebabkan eritropoiesis tidak efektif
hemolisis.

Manifestasi klinis bervariasi mulai


mikrositosis tanpa gejala sampai anemia
berat dan kematian janin dalam kandungan
hal ini tgt berat ringannya gangguan yg
terjadi.

Klasifikasi berdasarkan gejala klinis


Asimtomatis (Thalassemia minor).
Thalassemia Intermedia (transfusion
independent)
Thalassemia major (transfusion
dependent)

Kelainan hematologis
Tanda-tanda hemolisis : ringan sampai
jelas
Kelainan morfologi eritrosit : hipokrom
mikrositer, poikilositosis, sel sasaran,
normoblast.
Pada elektroforesa Hb : terdapat
peningkatan kadar HbF dan HbA2

Mikrosit(1)

Makrosit(1)

Ukuran: 9 - 12
m
Distribusi
dalam darah: <
10 % dari
eritrosit dalam
darah normal
Pewarnaan:
MGG
Perbesaran: 500
Catatan:
Terlihat

banyak makrosit
(besarnya
sebanding dengan
limfosit yang
terletak di tengah
dalam gambar ini.
Juga ada 3 sel
sasaran (3 target
cell), sedikit
ovalosit dan
trombosit normal.

Anisositosis(1)

Definisi: Terdapat
sekaligus mikrosit,
makrosit dan
normosit dalam
darah
Distribusi dalam
darah: < 10 % dari
eritrosit dalam
darah normal
Pewarnaan: MGG
Perbesaran:: x500
Catatan:
Anisopoikilositosis
eritrosit. Satu
megalosit dan
banyak makrosit dan
mikrosit. Di antara
poikilosit terlihat
skistosit dan ovalosit
. Limfosit kecil bisa
digunakan sebagai
pembanding Ukuran

Anisositosis(2)

Catatan: Jelas
tampak
anisopoikilositosis.
Satu megalosit
dan banyak
makro- dan
mikrosit .
Kebanyakan sel
ovalosit, juga
tampak skistosit
1.megalosit 2.ma
krosit 3.mikrosit 4
.skistosit

Hipokromia (1)

Definisi: Pucat
berlebihan pada
bagian tengah
eritrosit, melebihi
sepertiga
diameternya.
Disebabkan
hemoglobinisasi
yang tidak adekuat
Distribusi dalam
darah: < 10 % dari
eritrosit dalam darah
normal
Pewarnaan: MGG
Catatan:
Kebanyakan
Perbesaran:
selx500
memperlihatkan
halo sangat besar
(sel hipokrom), yang
mencapai lebih
daripada sepertiga
diameternya. Hanya
sedikit sel yang

Hipokromia(2)

Catatan:
Hipokromia.
Hanya sedikit
sel normosit,
lebih dari itu
mikrositosis
dan banyak
ovalosit.

Polikromasia(1
)

Definisi: teritrosit
mengambil
pewarnaan basa dan
asam sehingga
terlihat agak
lembayung. Ini
disebabkan adanya
asam ribonukleat di
dalam sel. Sel-sel ini
adalah retikulosit.
Distribusi dalam
darah: < 1.5 % dari
eritrosit dalam darah
normal
Pewarnaan: MGG
Perbesaran: x500

Catatan: Polikromasia intensif.. Di dekat sel yang ditunjuk anak panah, 3 sel lainnya
memperlihatkan polikromasia . Semua sel ini adalah mikro-, makro atau megalosit dan
tidak memperlihatkan zona perinuklear. Dalam perkembangannya ini sesuai dengan
Retikulosit. Juga cukup banyak anisositosis dan satu sel dengan basophilic stippling.
Trombosit normal. 1. eritrosit polikromatik 2.basophilic stippling

Polikromasia(2)

Catatan: Dalam
gambar 4 sel
bersifat
polikrpmatofilik
(salah satu
ditunjuk oleh
anak panah).
Juga ada
beberapa
ovalosit,
akantosit, dan
trombosit
normal . 1.
eritrosit
polikromatik
2.akantosit
3.elliptosit

Eliptosit(1)

Definisi:
eritrosit
berbentuk oval
atau lonjong
Distribusi
dalam darah: <
10 % dari
eritrosit dalam
darah normal
Pewarnaan:
MGG
Perbesaran:
x1000
Catatan: Anak
panah menunjuk
sebuah ovalosit.
Juga ada satu
sel sasaran.

Eliptosit(2)
Catatan:
Ditunjuk oleh
anak panah
sebuah ovalosit
yang lonjong,
kadang-kadang
disebut sel
seperti pensil. Di
samping itu
terlihat 6 ovalosit
lainnya yang
tidak begitu
lonjong. Juga
jelas
anisositosis.
Trombosit
normal.

Lakrimosit(1)

Definisi: Eritrosit
dengan bentuk
seperti air mata.
(sel ini berbeda
dengan
pseudolakrimosit
yang memiliki
sitoplasma merah
jambu pada salah
satu kutupnya.
Sel-sel ini terlihat
banyak sekali
pada bagian film
darah yang tipis.
Distribusi dalam
darah: normal
tidak ada
Pewarnaan: MGG
Perbesaran:
x1000
Catatan: anak
panah menunjuk
sebuah lakrimosit.
Juga banyak
ovalosit dan

Sel sasaran(1)

Definisi: Eritrosit
yang memiliki
daerah gelap di
tengahdikelilingi
oleh cincin
sitoplasma yang
berwarna terang
tanpa hemoglobin

Distribusi dalam
darah: < 2 % dari
eritrosit dalam
darah normal.
Pewarnaan: MGG
Perbesaran:
x1000

Catatan: anak
panah menunjuk
salah satu dari 2
sel sasaran

Sel sasaran(2)
Catatan:
Dalam gambar
ada 7 sel
sasaran.
Sedikit
anisositosis
dan trombosit

Akantosit (1)

Definisi: Eritrosit
dengan tonjolan
sitoplasma runcing
dan tidak teratur
seperti duri. Adanya
duri sitoplasma
mengakibatkan
berkurangnya daerah
pucat ditengah sel
Distribusi dalam
darah: normal tidak
ada
Pewarnaan: MGG
Perbesaran: x 1000

Catatan: Dalam
gambar terlihat 6
akantosit (dua
diantaranya ditunjuk
oleh anak panah) dan
beberapa ekinosit.
Juga ada mikrositosis
ringan.

Akantosit(2)
Catatan:
Dalam gambar
terklihat satu
akantosit. Di
samping itu
ada ovalosit
dan ekinosit .
1.burrcell 2.elliptosit

Sekian
Terima Kasih

Vous aimerez peut-être aussi