Vous êtes sur la page 1sur 48

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH
NASIONAL (RPJMN) 2015-2019

Oleh:
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/
Kepala Bappenas

Disampaikan dalam Musrenbang Regional


Belitung, 13 Desember 2014

OUTLINE PAPARAN

I. PENGANTAR

II. STRATEGI PEMBANGUNAN

III. SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN

IV. TINDAK LANJUT

Slide - 2

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

I. PENGANTAR

Slide - 3

DASAR HUKUM PENYUSUNAN


RPJMN
1.

UU 25/2004 (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional),


Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana pembangunan jangka
panjang, jangka menengah, dan tahunan.

2.

UU No. 17/2007 (RPJPN2005-2025), dibagi dalam 4 tahap RPJMN, yaitu:


RPJMN I 2005-2009
RPJMN II 2010-2014
RPJMN III 2015-2019
RPJMN IV 2020-2024
3.PP 40 tahun 2006 (Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional):
Pasal 10 ayat (2),
Menteri menyiapkan Rancangan Awal RPJMN berdasarkan RPJPN 2005-2025,
rancangan teknokratik dan visi, misi serta program prioritas Presiden

Pasal 11 ayat (6)


Rancangan Awal RPJM Nasional disampaikan kepada Presiden untuk disepakati dalam
Sidang Kabinet sebagai pedoman penyusunan Rancangan Renstra-KL

Slide - 4

PROSES PENYUSUNAN RPJMN 2015-2019

VISI & MISI


PRESIDEN

MUSRENBANGNAS
RPJMN

Ditetapkan
dengan
Peraturan
Presiden *)

Rancangan
Teknokratik

Telah disusun
oleh
Bappenas

Sebagai Acuan
Penyusunan
Rancangan
RENSTRA K/L

*) Paling lambat 3 bulan setelah Presiden dilantik

Slide - 5

JADWAL PENYUSUNAN RPJMN 2015-2019


Okt - Nov 2014
Januari 2015
Penetapan Presiden Terpilih
(Okt)
Penyusunan Rancangan
Awal RPJMN (M2 Nov)

Feb-Apr 2014
Konsep Rancangan
Teknokratik

Rakorbangpus (25 Nov)

Sosialisasi dan Penjaringan


Aspirasi Masyarakat dan
pakar

Penetapan RPJMN
melalui Perpres
(16 Jan 2015)

Penyusunan Rancangan
RENSTRA K/L

Penyampaian Rancangan
Teknokratik kepada K/L

Agustus 2014

Sidang Kabinet (12 Jan)

Penelaahan RENSTRA K/L (M1 Des)


Penyusunan Rancangan RPJMN (M1
Des)
Musrenbang Regional (6-15 Des)
Musrenbangnas (18 Des)

Desember 2014

Slide - 6

RANCANGAN AWAL RPJMN 2015-2019

Rancangan Awal RPJMN 2015-2019 terdiri dari:


Buku I
: Agenda Pembangunan Nasional
Buku II
: Agenda Pembangunan Bidang
Buku III : Agenda Pembangunan Wilayah

Dalam masing-masing buku telah disusun indikator-indikator pembangunan


beserta sasarannya (berdasarkan exercise Pagu Indikatif Jangka Menengah
2015-2019)

Telah disampaikan sebagai bahan pembahasan kepada:


Seluruh K/L (Rakorbangpus, 25 November 2014)
Seluruh Provinsi (Rangkaian Musrenbang Regional, 6 s/d 15 Desember
2014)
Rancangan Awal akan dipertajam dengan :
Hasil finalisasi Resource envelope jangka menengah 2015-2019 (Menkeu)
Hasil pembahasan dengan Kementerian/Lembaga dan pemerintah daerah
Mempertimbangkan sumber pendanaan dari APBN, APBD, BUMN dan
Swasta
Slide - 7

TRISAKTI DAN NAWACITA


VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG
7 MISI

Keamanan nasional yg mampu menjaga


kedaulatan wilayah, menopang
kemandirian ekonomi dg mengamankan
SD maritim, dan mencerminkan
kepribadian Indonesia sebagai negara
kepulauan.

Masyarakat maju,
berkeimbangan
dan demokratis
berlandaskan
negara hukum.

Politik LN bebas
aktif dan
memperkuat jati
diri sebagai
negara maritim

Kualitas hidup
manusian Indonesia
yg tinggi, maju dan
sejahtera

Bangsa berdaya
saing

Indonesia menjadi negara


maritim yg mandiri, maju,
kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional

Masyarakat yg
berkepribadian
dalam
kebudayaan.

NAWACITA 9 agenda prioritas


Akan
menghadirkan
kembali negara
untuk melindungi
segenap bangsa
dan memberi rasa
aman pada seluruh
WN

Akan membuat
Pemerintah tidak
absen dg
memba-ngun
tata kelola Pem.
yg bersih,
efektif, demokratis dan
terpercaya

Akan membangun
Indonesia dari
pinggiran dg
memperkuat
daerah-daerah dan
desa dlm kerangka
Negara Kesatuan

BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK


(12 program aksi-115 prioritas utama)
1.Membangun
wibawa politik
LN dan
mereposisi
peran
Indonesia
dalam isu-isu
global (4)
2.Menguatkan
sistem
pertahanan
negara (4)
3.Membangun
politik
keamanan dan
ketertiban
masyarakat (8)
4.Mewujudkan
profesionalitas
intelijen negara
(7)

5. Membangun
keterbukaan
informasi dan
komunikasi
publik (7)
6.Mereformasi
sistem dan
kelembagaan
demokrasi (6)
7.Memperkuat
politik
desentralisasi
dan otda (11)
8.Mendedikasikan
diri untuk
memberdayakan
desa (8)

9. Melindungi dan
memajukan hakhak masyarakat
adat (6)
10. Pemberdayaan Perempuan
dalam politik dan
pembangunan
(7)
11. Mewujudkan
sistem dan
penegakan
hukum yang
berkeadilan (42)
12. Menjalankan
reformasi
birokrasi dan
pelayanan publik
(5)

Akan menolak
Negara lemah
dengan
melalukan
reformasi sistem
penegakan
hukum yang
bebas korupsi,
bermartabat dan
terpercaya.

Akan mening-katkan
kuali-tas hidup
manusia Indonesia
melalui: Indonesia
Pintar, Indonesia
Sehat, Indonesia
Kerja dan Indonesia
Sejahtera

Akan meningkatkan
produktivitas
rakyat dan daya
saing di pasar
internasional

BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI


(16 program aksi)
1.Dedikasikan
pembangunan kualitas
SDM
2.Membangun kedaulatan pangan
berbasis agribisnis
kerakyatan
3.Mendedikasikan
program u/ membangun daulat energi
berbasis kepentingan
nas.
4.Untuk pengua-saan
SDA melalui 7 langkah
& mem-bangun
regulasi mewajibkan
CSR &/atau saham u/
masyarakat lokal/
sekitar tambang,
penguatan kapa-sitas
pengusaha nasional
(trmsuk penambang
rakyat) dlm pengelolaan tambang
berkelanjutan.

5. Membangun
pemberdayaa
n buruh
6.Membangun
sektor
keuangan
berbasis
nasional
7.Penguatan
investasi
domestik
8.Membangun
penguatan
kapasitas
fiskal negara
9.Membangun
infrastruktur

10. Membangun
ekonomi maritim
11. Penguatan
sektor
kehutanan
12. Membangun
tata ruang dan
lingkungan
berkelanjutan
13.Membangun
perimbangan
pembangunan
kawasan
14.Membangun
karakter dan
potensi wisata
15.Mengembangk
an kapasitas
perdagangan
nasional
16.Pengembanga
n industri
manufaktur

Akan
mewujudkan
kemandirian
ekonomi dg
menggerak-kan
sektor-sektor
strategis
ekonomi
domestik

Akan
melakuka
n revolusi
karakter
bangsa

Akan memperteguh Kebhinekaan dan


memperkuat
restorasi sosial.

BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG


KEBUDAYAAN (3 program aksi)
1. Berkomitmen
mewujudkan
pendidikan sbg
pembentuk
karakter bangsa

2. Akan
memperteguh
kebhinekaan
Indonesia dan
memperkuat
restorasi
sosial

3. Akan
memban
gun jiwa
bangsa
melalui
pemberd
ayaan
pemuda
dan olah
raga

Slide - 8

MENUJU INDONESIA
YANG JAUH LEBIH BAIK
1. Mengejar peningkatan daya saing
2. Meningkatkan kualitas manusia, termasuk melalui
pembangunan mental
3. Memanfaatkan dan mengembalikan potensi yang hilang di
sektor maritim dan kelautan
4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan basis yang
kuat dan berkualitas
5. Mengurangi ketimpangan antarwilayah
6. Memulihkan kerusakan lingkungan
7. Memajukan kehidupan bermasyarakat

Slide - 9

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

II. STRATEGI PEMBANGUNAN

Slide - 10

STRATEGI PEMBANGUNAN
NORMA PEMBANGUNAN KABINET KERJA

Membangun untuk manusia dan


masyarakat

Mewujudkan pertumbuhan ekonomi,


pembangunan sosial dan
pembangunan ekologi yang
berkelanjutan

Memulihkan dan menjaga keseimbangan


antarsektor, antarwilayah dan
antarkelompok sosial dalam
pembangunan
Mewujudkan perekonomian yang inklusif,
berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi,
dan keunggulan sumber daya manusia

3 DIMENSI PEMBANGUNAN
DIMENSI PEMBANGUNAN
MANUSIA

DIMENSI PEMBANGUNAN
SEKTOR UNGGULAN

DIMENSI PEMERATAAN
& KEWILAYAHAN

Pendidikan

Kedaulatan Pangan

Antarkelompok
Pendapatan

Kesehatan
Perumahan

Kedaulatan Energi &


Ketenagalistrikan
Kemaritiman

Antarwilayah

Pariwisata dan Industri

KONDISI PERLU
Kepastian dan
Penegakan Hukum

Keamanan dan
Ketertiban

Politik & Demokrasi

Tata Kelola & RB

QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA

Slide - 11

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

III. SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN

Slide - 12

SASARAN POKOK RPJMN 2015-2019 (1)


1.
2.
3.
4.
5.
6.

SASARAN MAKRO;
SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT;
SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN;
SASARAN DIMENSI PEMERATAAN; DAN
SASARAN PEMBANGUNAN WILAYAH DAN ANTARWILAYAH;
SASARAN POLHUKHANKAM.

Slide - 13

1. SASARAN MAKRO
2014*
(Baseline)

2019

73,83

meningkat

5,1%

8%

43.325
40.785
7,3%

71.975

11,25% **

5-6%

Rasio Pajak (Tax Ratio) tahun dasar 2010

11,4%

16%

Tingkat Pengangguran Terbuka

5,94%

4-5%

Indikator
Pembangunan Manusia dan Masyarakat
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

EKONOMI
Ekonomi Makro
Pertumbuhan ekonomi
PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2010

PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2000


Inflasi
Tingkat Kemiskinan

*Perkiraan

3,5%

**Maret 2014
Slide - 14

DISTRIBUSI NILAI PDRB


MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2013
(atas dasar harga berlaku)

WILAYAH

Listrik,
Perdagangan,
Pertambangan Industri
Gas, &
Pengangkutan
Pertanian
Kontruksi
Hotel &
& Penggalian Pengolahan
Air
& Komunikasi
Restoran
Bersih

Keuangan,
Real Estate,
& Jasa
Perusahaan

Jasa
Lainnya

Sumatera

21.22

15.03

19.34

0.55

7.15

15.94

6.98

4.78

8.99

Jawa

10.03

1.22

27.01

1.63

6.70

24.41

8.03

10.88

10.10

Bali Nusa Tenggara

23.44

5.87

5.72

1.28

6.43

23.64

10.51

5.98

17.13

Kalimantan

12.35

31.82

19.77

0.38

4.99

13.42

5.79

4.20

7.28

Sulawesi

26.27

5.87

9.39

0.84

8.10

16.74

8.39

7.14

17.26

Maluku

14.21

29.56

18.65

0.25

9.41

9.44

6.12

2.83

9.51

Jawa

10.03

1.22

27.01

1.63

6.70

24.41

8.03

10.88

10.10

Luar Jawa
Kawasan Barat
Indonesia
Kawasan Timur
Indonesia

19.74

17.65

17.43

0.58

6.89

15.64

7.07

4.90

10.11

13.34

5.17

24.53

1.32

6.81

22.06

7.83

9.07

9.86

16.65

21.07

14.94

0.61

6.54

15.24

7.17

5.06

11.56

Sumber: BPS, 2014


Slide - 15

2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT


Kependudukan & KB, Pendidikan
Indikator

2014
(Baseline)

2019

1,49%/tahun
(2000-2010)
2,6 (2012)

1,19%/tahun
(2010-2020)
2,3

8,1 (tahun)*

8,8 (tahun)

94,1%*

96,1 (%)

50,4%*

68,4 (%)

68,7%*

84,2%

62,5%*

81,0%

73,5%*

84,6%

48,2%*

65,0%

Kependudukan dan Keluarga Berencana


Rata-rata Laju Pertumbuhan
Penduduk
Angka kelahiran total (Total
Fertility Rate/TFR)
Pendidikan
Rata-rata lama sekolah penduduk

usia diatas 15 tahun


Rata-rata angka melek aksara
penduduk usia di atas 15 tahun
Prodi perguruan tinggi minimal
berakreditasi B
Persentase SD/MI berakreditasi
minimal B
Persentase SMP/MTs
berakreditasi minimal B
Persentase SMA/MA
berakreditasi minimal B
Pesentase Kompetensi Keahlian
SMK berakreditasi minimal B

Arah Kebijakan
Kependudukan
1.Penguatan dan pemaduan kebijakan
pelayanan KB dan kesehatan reproduksi
2.Peningkatan jumlah dan penguatan
kapasitas tenaga lapangan KB, tenaga
kesehatan pelayanan KB, dan penguatan
lembaga di tingkat masyarakat
3.Peningkatan pelayanan KB dengan
penggunaan metode kontrasepsi jangka
panjang
Pendidikan
1.Melanjutkan upaya untuk memenuhi hak
seluruh penduduk mendapatkan layanan
pendidikan dasar berkualitas
2.Meningkatkan akses Pendidikan Menengah
yang berkualitas
3.Memperkuat peran swasta dalam
menyediakan layanan pendidikan menengah
yang berkualitas
4.Meningkatkan relevansi pendidikan
kejuruan dengan kebutuhan dunia kerja
5.Meningkatkan akses terhadap layanan
pendidikan dan pelatihan keterampilan
6.Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
*2013 **2009

*** 2012

Slide - 16

2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT


Pembangunan Kesehatan
No
1

Indikator
Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat
1. Angka kematian ibu per 100.000 kelahiran
2. Angka kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup

2014
(Baseline)
359
(SDKI 2012)
32 (2012/2013)

3. Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak


19,6 (2013)
balita (persen)
4. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak
32,9 (2013)
baduta (persen)
Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular
1. Prevalensi Tuberkulosis (TB) per 100.000 penduduk
297 (2013)

2019
306
24
17

28

245

2. Prevalensi HIV pada populasi dewasa (persen)


0,43 (2013)
<0,5
4. Prevalensi tekanan darah tinggi (persen)
25,8 (2013)
23,4
5. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada penduduk
28,9 (2013)
28,9
usia 18+ tahun (persen)
6. Persentase merokok penduduk usia 15-19 tahun
18,3 (2013)
15,3
Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1
0
5.600
puskesmas terakreditasi
2. Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80
95
persen imunisasi dasar lengkap pada bayi
Meningkatnya Perlindungan Finansial, Pemerataan dan Mutu Pelayanan, serta
Ketersediaan, Penyebaran dan Mutu Obat dan Sumber Daya Kesehatan
1. Kepesertaan SJSN kesehatan (persen)
51,8
Min 95
(Oktober 014)
2. Jumlah puskesmas yang minimal memiliki 5 jenis
1.920
3.840
tenaga kesehatan

Arah Kebijakan
1.Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan
Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut
Usia yang Berkualitas
2.Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat
3.Meningkatkan Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan
4.Memantapkan Pelaksanaan Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang
Kesehatan
5.Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan
Dasar yang Berkualitas
6.Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan
Rujukan yang Berkualitas
7.Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran,
dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan
8.Meningkatkan Ketersediaan,
Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas
Farmasi dan Alat Kesehatan
9.Meningkatkan Pengawasan Obat dan
Makanan

Slide - 17

3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN


Kedaulatan Pangan
INDIKATOR

2014
(baseline)

Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan


- Padi (Juta Ton)

69,9

82,0

- Jagung (Juta Ton)

18,6

23,4

- Kedelai (Juta Ton)

0,89

1,02

- Gula (Juta Ton)

2,8

3,4

- Daging Sapi (Ribu Ton)

395,1

459,9

- Produksi perikanan (juta ton)

24,9

40-50

- Pembangunan dan Peningkatan Jaringan irigasi


air permukaan , air tanah dan rawa (juta ha)

8,9

9,89

- Rehabililtasi jariangan irigasi permukaan, air


tanah dan rawa (juta ha)

2,71

3,01

189,75

304,75

21

49

Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi:

- Pembangunan dan Peningkatan irigasi tambak


(ribu ha)
- Pembangunan waduk)*

ARAH KEBIJAKAN:

2019

CACATAN:
Untuk 3 tahun pertama: fokus pada swasembada padi. Untuk kedele
fokus pada konsumsi DN utamanya untuk tahu dan tempe; Gula, daging
sapi dan garam fokus pada pemenuhan konsumsi rumah tangga.

1.Peningkatan ketersediaan pangan melalui


penguatan kapasitas produksi DN: Padi: (i)
penyelesaian pengamanan lahan berkelanjutan
(menahan konversi sawah) dan perluasan sawah
baru 1 juta ha dan jaringan irigasi; (ii) revitalisasi
penyuluhan dan sistem perbenihan-1.000 desa
berdaulat benih dan 1.000 desa pertanian organik;
(iv) bank untuk pertanian-UKM-Koperasi; Produk
perikanan: 40 juta ton (ikan dll)**
2.Peningkatan aksesibilitas masyarakat
terhadap pangan: (i) pembangunan gudang dg
fasilitas pasca panen; pengendalian impor melalui
pemberantasan mafia impor; (ii) penguatan
cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan; (iii)
pengembangan sistem logistik ikan.
3.Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi
pangan dan gizi masyarakat: (i) konsumsi
protein: telur, ikan, dan daging, sayur dan buah; (ii)
penggunaan pangan lokal non beras .
4.Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan
pangan: (i) benih adaptif perubahan iklim, sekolah
iklim dan asuransi pertanian.

* Kumulatif 5 tahun

Slide - 18

KEDAULATAN PANGAN
Kemen Pertanian; Kemen Kehutanan & LH;
Kemen Agraria & TTR; Kemen PU; Pemda

Kemendag;
Kemen Pertanian

Kemen Pertanian;
Kemen Perindustrian;
Pemda

Pengendalian
impor pangan

Peningkatan
kemampuan
petani
Pemb.
Agribisnis
kerakyatan

Bank Indonesia;
Kemen Koperasi

Pembukaan
1 juta lahan
sawah baru
Reforma agraria
9 juta Ha

BAPPENAS : KOORDINASI
PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

Perbaikan dan
pemb. Jaringan
irigasi,
bendungan,
pasar, dan
sarpras
transportasi

Stop konversi
lahan produktif

KEDAULATAN
PANGAN

Pendirian bank
pertanian &
UMKM
Gudang dgn
fasilitas
pengolahan
pasca panen
di sentra
produksi;

Kemen PU;
Kementan
Kemendag;
Pemda

Pemulihan
kualitas
kesuburan
lahan; 1000
Desa Mandiri
Benih

Pemda;
Kemen Agraria & TTR

Kemen Pertanian;
KLH/BPLH
Pemda (BUMDes- Dana Desa)

Kemen Pertanian;
Kemen BUMN; Pemda
Slide - 19

3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN


Kedaulatan Energi
2014
(baseline)

2019*

818

700

1.224

1.295

397

442

- Gas bumi DN

53%

64%

- Batubara DN

24%

60%

Regasifikasi onshore (unit)

Pembangunan FSRU (unit)

11.960

17.960

40

118

200 ribu

1 jt

INDIKATOR
Peningkatan Produksi SD Energi:
- Minyak Bumi (ribu BM/hari)
- Gas Bumi (ribu SBM/hari)
- Batubara (Juta Ton)
Penggunaan DN (DMO):

Jaringan pipa gas (km)


Pembangunan SPBG (unit)
Jaringan gas kota (sambungan
rumah)
Pembangunan kilang baru (unit)
* Dengan badan usaha

ARAH KEBIJAKAN:
1.Meningkatkan produksi energi primer (minyak, gas
dan batubara): lapangan baru, IOR/EOR,
pengembangan gas non konvensional (shale gas dan
CBM).
2.Meningkatkan Cadangan Penyangga dan Operasional
Energi: (i) cadangan energi pemerintah; (ii) pengadaan
kontrak jangka menengah dan panjang untuk SD energi.
3.Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam
bauran energi: (i) insentif dan harga yang tepat; (ii)
pemanfaatan bahan bakar nabati.
4.Meningkatkan Aksesibilitas: (i) mendorong
penggunaan SD energi utk penggunaan setempat; (ii)
pemanfaatan gas kota; (iii) konversi BBM ke BBG.
5.Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi: (i)
pengembangan insentif dan mekanisme pendanaan utk
teknologi hemat/efisiensi energi; (ii) audit energi; (iii)
peningkatan peran perusahaan layanan energi (ESCO).
6.Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih
transparan dan tepat sasaran
7.Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA
(kelistrikan)

Slide - 20

KEDAULATAN ENERGI
Kemen ESDM;
Kemen BUMN
Kemen ESDM;
Kemen BUMN;
Kemendag;
Pertamina

Kemen Keuangan;
Kemen ESDM;
Kemen BUMN

Peningkatan
produksi minyak
bumi
memperpanjangu
sia sumur2 tua
dan Pengendalian
impor minyak

Pembangunan
kilang migas

Sistem fiskal yg
flexibel
BAPPENAS : KOORDINASI
PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

Kemen ESDM;
Kemen Perhubungan
Kemen Perindustrian

Iklim investasi
migas yg
kondusif
Pengembangan
energi baru &
terbarukan

Kemen ESDM;
Kemen BUMN; Kemen Ristek

Kemen ESDM;
Kemen BUMN;
SKK Migas
Pertamina, PLN, PGN

Percepatan
Pembangunan
Pembangkit listrik
dan peningkatan
Penggunaan Batu
bara dan Gas utk
produksi Listrik

KEDAULATAN
ENERGI

Pengalihan
Transportasi
berbasis BBM
ke gas
(percepatan
Pembangunan
SPBG)

Kemen ESDM;
Kemen Keuangan;
Pemda

Tata kelola yg
efektif & efisien
industri migas
dan energi (a.l
kontrak
pembelian
minyak jangka
menengah)

Realokasi
subsidi BBM ke
biofuel

Peningkatan
kapasitas
tangki/minyak
mentah, BBM,
dan LPG

Kemen ESDM;
Kemen BUMN;
PLN; PGN

Kemen ESDM;
Kemen Keuangan
Kemen BUMN
Kementan

Kemen ESDM;
Pertamina

Slide - 21

3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN


Maritim dan Kelautan
INDIKATOR

2014
(BASELINE)

2019

Memperkuat Jatidiri sebagai negara Maritim


Penyelesaian pencatatan/deposit
pulau-pulau kecil ke PBB
Penyelesaian batas maritim antar
negara
Pemberantasan Tindakan Perikanan Liar
Meningkatnya ketaatan pelaku
perikanan
Membangun Konektivitas Nasional:

13.466

Pembangunan kapal perintis

1 negara

9 negara

52%

87%

2. Pengaturan dan pengendalian ALKI;


4. Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan
Pelanggaran Tindak Pidana;
5. Meningkatkan pembangunan sistem transportasi
multimoda;

--

24

6. Melakukan upaya keseimbangan antara


transportasi yang berorientasi nasional dengan
transportasi yang berorientasi lokal dan
kewilayahan;

210

270

7. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan;

15 unit

76 unit

Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan


Produksi hasil perikanan (juta ton )

1. Penyelesaian tata batas dan batas landas


kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan
pulau2 dan pendaftarannya;
3. Penguatan lembaga pengawasan laut;

Pengembangan pelabuhan untuk


menunjang tol laut
Pengembangan pelabuhan
penyeberangan

17.466
(Selesai th 2017)

ARAH KEBIJAKAN:

22,4

40-50

Pengembangan pelabuhan perikanan

21 unit

23 unit

Peningkatan luas kawasan konservasi


laut

15,7 juta ha

20 juta ha

8. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas,


daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan
laut;
9. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta
penguatan SDM dan Iptek kelautan;
10. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan
serta masyarakat pesisir
Slide - 22

PEMBANGUNAN KEMARITIMAN

Kemen KP

Kemen KP;
Kemen Agraria & TTR;
Pemda

Peningkatan
produksi
perikanan dua
kali lipat (40-50
juta ton per
tahun pada thn
2019

Mendesain tata
ruang wilayah
pesisir dan lautan
yg mendukung
kinerja
pembangunan
maritim dan
perikanan

Peningkatan
kapasitas dan
pemberian akses
terhadap sumber
modal, sarana
produksi,
infrastruktur,
teknologi dan
pasar

Kemen KP; Kemen Koperasi UKM; Kemen PU; Kemen Hub;


Kemen Ristek DIKTI; Kemen Perdagangan; Perbankan; Pemda
Pembangunan
100 sentra
perikanan sbg
tempat
pelelangan ikan
terpadu dan
pembangunan 24
pelabuhan
strategis

BAPPENAS : KOORDINASI
PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

Kemen KP; Kemen Hub


Kemen BUMN;
Pemda

Pemberantasan
illegal,
unregulated
dan unreported
fishing (IIU)

Kemen KP;
POLRI;
Kemen Hukum HAM;
Pemda

PEMBANGUNAN
KEMARITIMAN
Kemen KP;
Kemen Ristek DIKTI

Mengurangi
intensitas
penangkapan di
kawasan
overfishing
sesuai batas
kelestarian

Penerapan best
aqua-culture
practices untuk
komoditaskomoditas
unggulan

Kemen KP;
Kemen LH & Hut;
Pemda

Peningkatan luas
kawasan konservasi
perairan berkelanjutan
(17 juta ha) dan
penambahan kawasan
konservasi 700 ha dan
rehab. Kerusakan
lingkungan pesisir &
laut

Penguatan
keamanan laut,
daerah
perbatasan dan
pengamanan
SDA dan ZEE

Kemen KP;
Pemda

Kemen Han
Kemen KP;
Kemen Dagri;
KemenLu.
Slide - 23

3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN


Pariwisata dan Industri
INDIKATOR
Pariwisata
Kontribusi terhadap PDB
Nasional
Wisatawan Mancanegara
(Orang)
Wisatawan Nusantara
(Kunjungan)
Devisa (triliun rupiah)

ARAH KEBIJAKAN:

2014
(Baseline)

2019

4,2%

8%

9 juta

20 juta

250 juta

275 juta

120

260

Sasaran Pertumbuhan:

Kontribusi dalam PDB


Penambahan jumlah Industri
skala menengah dan besar
* Kumulatif 5 tahun

2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan


daya tarik daerah tujuan wisata sehingga
berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri
3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan
partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata
nasional serta meningkatkan keragaman dan daya
saing produk / jasa pariwisata nasional di setiap
destinasi periwisata yang menjdai fokus
pemasaran
4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata:
membangun sumber daya manusia pariwisata
serta organisasi kepariwisataan nasional

Industri

Industri (%)

1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan


sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan
mendorong peningkatan wisatawan nusantara

4,7

8.8

20,7%

21,6%

9.000 unit*

5. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar


Pulau Jawa
6. Penumbuhan Populasi Industri dengan
menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha
7. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai
Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja)
Slide - 24

PEMBANGUNAN KARAKTER DAN POTENSI PARIWISATA

Kemen Pariwisata;
Pemda

Kemen Pariwisata;
Kemen Keuangan;
Pemda

Kemen Pariwisata;
Pemda

Peningkatan
Jumlah Investor
Nasional

Kebijakan
Anggaran
Pembangunan
Pariwisata

Keterlibatan
Masyarakat
Lokal dalam
Pengelolaan
Lokasi
Pariwisata

Kemen Koperasi &UKM;


Kemen Pariwisata;
Badan Pengembangan Ekonomi Kreatif;
Pemda;

Kemen Pariwisata; Kemen PU;


Kemen Perhubungan; Kemen BUMN; Pemda

Percepatan
Pembangunan
Akses
Transportasi

Percepatan
Pembangunan
Akses Informasi
dan Komunikasi

BAPPENAS : KOORDINASI
PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

PEMBANGUNAN
KARAKTER
DAN POTENSI
PARIWISATA

Pengembangan
Ekonomi Kreatif
Berbasis pada
Eco-tourism

Peningkatan
Kualitas SDM
Masyarakat
Lokal /Sekitar
Objek Wisata

Kemen Pariwisata;
Kemen Kominfo;
Pemda

Peningkatan
Infrastruktur
Pengembangan
Budaya Lokal

Percepatan
Pengembangan
dan
Pengelolaan
Kawasan
Pariwisata
(intersullar
tourism)

Kemen Pariwisata;
Kemen Budaya Dikdasmen;
Pemda

Kemen Pariwisata;
Kemen BUMN;
Pemda

Kemen Pariwisata;
Kemen Budaya Dikdasmen;
Pemda
Slide - 25

3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN


Ketahanan Air, Infrastruktur Dasar, dan Konektivitas
Indikator
Ketahanan Air
Kapasitas air baku nasional
Pembangunan Waduk*
Ketersedian air irigasi yang bersumber

2014
(Baseline)

2019

51,44 m3/det

118,6 m3/det

21 waduk
11%

49 waduk
20%

81,5%
843KWh
70 %
60,5 %
94 %
38.570 km
1.028 km
260 km
5.434 km
278
6-7 hari
237
75%
82%
210

100%
1.200KWh
100%
100%
99 %
46.770 km
2.650 km
1.000 km
8.692 km
450
3-4 hari
252
95 %
100%
270

23%

32%

dari waduk
Infrastruktur Dasar dan Konektivitas
Rasio elektrifikasi
Konsumsi Listrik Perkapita
Akses Air Minum Layak
Akses Sanitasi Layak
Kondisi mantap jalan nasional
Pengembangan jalan nasional
Pembangunan jalan baru *
Pengembangan jalan tol *
panjang jalur kereta api
Pengembangan pelabuhan
Dwelling Time Pelabuhan
Jumlah bandara
On-time Performance penerbangan
Kab/Kota yang dijangkau Broadband
Jumlah Dermaga Penyeberangan
Pangsa Pasar Angkutan Umum

ARAH KEBIJAKAN:
1. Menjamin ketahanan sumber daya air domestik
melalui optimalisasi bauran sumber daya air
domestik
2. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang
dilakukan di tingkat nasional, provinsi,
kabupaten/kota, dan masyarakat
3. Mempercepat pembangunan transportasi dengan
penguatan industri nasional untuk mendukung
Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas
nasional dalam kerangka mendukung kerjasama
regional dan global.
4. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan
Kota.
5. Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi
radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas.
6. Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband
termasuk di daerah perbatasan negara.
7. Mendorong tingkat literasi dan inovasi TIK.
8. Meningkatkan peranan Energi Baru Terbarukan
dalam Bauran Energi
9. Meningkatkan Aksesibilitas Energi

Perkotaan

*) Kumulatif 5 Tahun

Slide - 26

RASIO ELEKTRIFIKASI DAN ENERGI


YANG DIKONSUMSI PER KAPITA TAHUN 2013

WILAYAH

SUMATERA

Penduduk
(1.000)

Rumah
Tangga
(1.000)

Pelanggan
RT
(1.000)

KWh Jual

Persen
terhadap
Indonesia

KWh
(1.000)

Persen
terhadap
Indonesia

Rasio
kWh
Elektrifkasi
jual/kapita
(%)

53.539,0

13.056,4

9.917

19,78

25.739

13,95

75,95

480,75

141.985,6

38.193,2

31.655

63,13

137.029

74,28

82,88

965,09

BALI & NUSA TENGGARA

13.721,1

3.480,9

2.203

4,39

5.687

3,08

63,30

414,49

KALIMANTAN

14.751,4

3.674,4

2.617

5,22

6.988

3,79

71,23

473,74

SULAWESI

18.216,9

4.262,2

3.019

6,02

7.266

3,94

70,83

398,85

6.604,1

1.537,2

733

1,46

1.773

0,96

47,72

268,46

LUAR JAWA

106.832,5

26.011,3

18.461

36,82

49.463

26,81

70,97

463,00

JAWA

141.985,6

38.193,3

31.655

63,13

138.081

74,85

82,88

972,50

INDONESIA

248.818,1

64.204,3

50.145

100,00

184.482

100,00

78,10

741,44

JAWA

MALUKU & PAPUA

Sumber: Statistik Listrik, 2013 (BPS)

Slide - 27

4. SASARAN PEMBANGUNAN
DIMENSI PEMERATAAN
INDIKATOR

2014
(Baseline)

2019

ARAH KEBIJAKAN:

Menurunkan kesenjangan antar kelompok ekonomi


Tingkat Kemiskinan (%)

11,25%

5% - 6%

Tingkat Pengangguran Terbuka

5,72%

4,0 % - 5,0 %

Meningkatkan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi


produktif masyarakat kurang mampu
Cakupan pada 40% penduduk miskin
o Kepemilikan akte lahir
(2012)

61,3%

80%

o Akses air bersih

55,7%

100%

o Akses sanitasi layak

20,24%

100%

o Akses penerangan

52,3%

100%

Meningkatkan Rumah Tangga Miskin (RTM) produktif


o RTM memiliki ketrampilan
(dalam suatu wilayah)

--

30%

o RTM berkerja (dalam suatu


wilayah)

--

25%

o RTM berwirausaha (mandiri)


(dalam suatu wilayah)

--

30%

1. Mengembangkan sistem perlindungan sosial


yang komprehensif;
2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat
kurang mampu dan rentan;
3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan
bagi masyarakat miskin melalui penyaluran
tenaga kerja dan pengembangan kewirausahaan.
Agenda ini perlu didukung oleh basis data
perencanaan yang handal dalam satu sistem
informasi yang terpadu yang menjadi forum
pertukaran data dan informasi bagi seluruh
pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah,
serta penguatan kapasitas aparat pemerintah di
tingkat pusat dan daerah dalam hal perencanaan
dan penganggaran yang lebih berpihak pada
masyarakat miskin.

Slide - 28

4. SASARAN PEMBANGUNAN
DIMENSI PEMERATAAN
INDIKATOR

2014
(Baseline)

2019

ARAH KEBIJAKAN:

Peningkatan daya saing tenaga kerja


Penyediaan lapangan kerja (20152019)
Persentase tenaga kerja formal

10 juta
(rata-rata 2 juta
per tahun)
40,5%

51,0%

Pekerja formal

29,5 juta

62,4 juta

Pekerja Informal

1,3 juta

3,5 juta

Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan

Meningkatkan kualitas dan keterampilan pekerja


Jumlah pelatihan
Jumlah sertifikasi

1.921.283*
576.887*

2.170.377**
863.819**

Jumlah tenaga kerja keahlian


menengah yang kompeten

30,0%

42,0%

Kinerja lembaga pelatihan milik


negara menjadi berbasis kompetensi

5,0%

25,0%

Pertumbuhan kontribusi UMKM dan


koperasi thd pembentukan PDB

6,0%

6,5% - 7,5%

Pertumbuhan produktvitas UMKM

3,7%

5,0% - 7,0%

--

1 juta unit

52,0%

55,0%

1. Meningkatkan kualitas SDM;


2. Meningkatkan akses pembiayaan dan perluasan
skema pembiayaan;
3. Meningkatkan nilai tambah produk dan
jangkauan pemasaran;
4. Mempercepat penguatan kelembagaan usaha;
5. Mendorong terwujudnya kemudahan, kepastian,
dan perlindungan usaha;

6. Memperbaiki iklim ketenagakerjaan dan


menciptakan hubungan industrial yang harmonis;
7. Meningkatkan akses terhadap layanan
pendidikan dan pelatihan keterampilan.

Peningkatan daya saing UMKM dan koperasi

Pertambahan jumlah wirausaha baru


(pusat dan daerah)
Partisipasi anggota koperasi dalam
permodalan

* 2011-2014

** 2015-2019

Slide - 29

5. SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (1)
Baseline
2014

Sasaran
2019

Peran Wilayah dalam Pembentukan PDB Nasional

2013

Proyeksi 2019

Sumatera

23,8

24,6

Jawa

58,0

55,1

Bali Nusa Tenggara

2,5

2,6

Kalimantan

8,7

9,6

Sulawesi

4,8

5,2

Maluku - Papua

2,2

2,9

Sasaran Pokok
Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah

Keterangan :
Asumsi target pertumbuhan PDB Nasional 8% di tahun 2019
Perhitungan proyeksi masih menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2000.
Perhitungan proyeksi dapat berubah dengan adanya perubahan harga konstan tahun dasar 2010.

Slide - 30

PERAN WILAYAH/PULAU DALAM


PEMBENTUKAN PDB NASIONAL 1978-2013 (persen)
(Atas dasar Harga Berlaku)
PULAU

1978

1983

1988

1993

1998

2003

2008

2013

Sumatera

27,6

28,7

24,9

22,8

22,0

22,4

22,9

23,8

Jawa

50,6

53,8

57,4

58,6

58,0

60,0

57,9

58,0

Kalimantan

10,2

8,7

8,9

9,2

9,9

8,9

10,4

8,7

Sulawesi

5,5

4,2

4,1

4,1

4,6

4,0

4,3

4,8

Bali dan Nusa Tenggara

3,1

2,8

3,0

3,3

2,9

2,8

2,5

2,5

Maluku dan Papua

2,9

1,8

1,7

2,0

2,5

1,8

2,0

2,2

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

100,0

Total
Sumber: BPS

Pergeseran peran wilayah/pulau dalam pembentukan PDB Nasional masih relatif kecil
atau bahkan tidak ada perubahan (stagnant)
Slide - 31

PERKEMBANGAN GOLONGAN PENDAPATAN (GINI RATIO)


MENURUT WILAYAH/PULAU TAHUN 2008-2013
Provinsi

2008

2009

2010

2011

2012

Provinsi

2013

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Nusa Tenggara

Sumatera
Aceh

0,27

0,29

0,30

0,33

0,32

0,34

Nusa Tenggara Barat

0,33

0,35

0,40

0,36

0,35

0,36

Sumatera Utara

0,31

0,32

0,35

0,35

0,33

0,35

Nusa Tenggara Timur

0,34

0,36

0,38

0,36

0,36

0,35

Sumatera Barat

0,29

0,30

0,33

0,35

0,36

0,36

Riau

0,31

0,33

0,33

0,36

0,40

0,37

Kalimantan Barat

0,31

0,32

0,37

0,40

0,38

0,40

Kalimantan Tengah

0,29

0,29

0,30

0,34

0,33

0,35

Kepulauan Riau

0,30

0,29

0,29

0,32

0,35

0,36

Kalimantan Selatan

0,33

0,35

0,37

0,37

0,38

0,36

Jambi

0,28

0,27

0,30

0,34

0,34

0,35

Kalimantan Timur

0,34

0,38

0,37

0,38

0,36

0,37

Sumatera Selatan

0,30

0,31

0,34

0,34

0,40

0,38

Kep. Bangka Belitung

0,26

0,29

0,30

0,30

0,29

0,31

Sulawesi Utara

0,28

0,31

0,37

0,39

0,43

0,42

Bengkulu

0,33

0,30

0,37

0,36

0,35

0,39

Gorontalo

0,34

0,35

0,43

0,46

0,44

0,44

Lampung

0,35

0,35

0,36

0,37

0,36

0,36

Sulawesi Tengah

0,33

0,34

0,37

0,38

0,40

0,41

Sulawesi Selatan

0,36

0,39

0,40

0,41

0,41

0,43

Sulawesi Barat

0,31

0,30

0,36

0,34

0,31

0,35

Sulawesi Tenggara

0,33

0,36

0,42

0,41

0,40

0,43

Maluku

0,31

0,31

0,33

0,41

0,38

0,37

Maluku Utara

0,33

0,33

0,34

0,33

0,34

0,32

Papua

0,40

0,38

0,41

0,42

0,44

0,44

Papua Barat

0,31

0,35

0,38

0,40

0,43

0,43

0,35

0,37

0,38

0,41

0,41

0,41

Jawa-Bali
DKI Jakarta

0,33

0,36

0,36

0,44

0,42

0,43

Jawa Barat

0,35

0,36

0,36

0,41

0,41

0,41

Banten

0,34

0,37

0,42

0,40

0,39

0,40

Jawa Tengah

0,31

0,32

0,34

0,38

0,38

0,39

DI Yogyakarta

0,36

0,38

0,41

0,40

0,43

0,44

Jawa Timur

0,33

0,33

0,34

0,37

0,36

0,36

Bali

0,30

0,31

0,37

0,41

0,43

0,40

Kalimantan

Sulawesi

Maluku Papua

INDONESIA

Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat, BPS


Catatan : Berdasarkan Susenas Maret
(1 : Hanya Dilakukan pengumpulan data KOR di Ibukota Propinsi
(2 : Tidak digunakan untuk estimasi angka Indonesia
Slide - 32

PERKEMBANGAN GOLONGAN PENDAPATAN (GINI RATIO) PROVINSI


MENURUT KELOMPOK GINI RATIO TAHUN 2008-2013
RATIO GINI
< 0,35

0,35 - 0,40

> 0,40

PROVINSI
Kep. Bangka Belitung
Maluku Utara
Aceh
Sumatera Utara
Jambi
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Tengah
Sulawesi Barat
Sumatera Barat
Kepulauan Riau
Lampung
Jawa Timur
Nusa Tenggara Barat
Kalimantan Selatan
Riau
Kalimantan Timur
Maluku
Sumatera Selatan
Bengkulu
Jawa Tengah
Banten
Bali
Kalimantan Barat
Jawa Barat
Sulawesi Tengah
Sulawesi Utara
DKI Jakarta
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Papua Barat
DI Yogyakarta
Gorontalo
Papua

2008
0,26
0,33
0,27
0,31
0,28
0,34
0,29
0,31
0,29
0,30
0,35
0,33
0,33
0,33
0,31
0,34
0,31
0,30
0,33
0,31
0,34
0,30
0,31
0,35
0,33
0,28
0,33
0,36
0,33
0,31
0,36
0,34
0,40

2009
0,29
0,33
0,29
0,32
0,27
0,36
0,29
0,30
0,30
0,29
0,35
0,33
0,35
0,35
0,33
0,38
0,31
0,31
0,30
0,32
0,37
0,31
0,32
0,36
0,34
0,31
0,36
0,39
0,36
0,35
0,38
0,35
0,38

2010
0,30
0,34
0,30
0,35
0,30
0,38
0,30
0,36
0,33
0,29
0,36
0,34
0,40
0,37
0,33
0,37
0,33
0,34
0,37
0,34
0,42
0,37
0,37
0,36
0,37
0,37
0,36
0,40
0,42
0,38
0,41
0,43
0,41

2011
0,30
0,33
0,33
0,35
0,34
0,36
0,34
0,34
0,35
0,32
0,37
0,37
0,36
0,37
0,36
0,38
0,41
0,34
0,36
0,38
0,40
0,41
0,40
0,41
0,38
0,39
0,44
0,41
0,41
0,40
0,40
0,46
0,42

2012
0,29
0,34
0,32
0,33
0,34
0,36
0,33
0,31
0,36
0,35
0,36
0,36
0,35
0,38
0,40
0,36
0,38
0,40
0,35
0,38
0,39
0,43
0,38
0,41
0,40
0,43
0,42
0,41
0,40
0,43
0,43
0,44
0,44

2013
0,31
0,32
0,34
0,35
0,35
0,35
0,35
0,35
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
0,36
0,37
0,37
0,37
0,38
0,39
0,39
0,40
0,40
0,40
0,41
0,41
0,42
0,43
0,43
0,43
0,43
0,44
0,44
0,44
Slide - 33

5. SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (2)

Indikator

2014
(Baseline)

2019

Pembangunan Perdesaan

Pembangunan Perdesaan

Penurunan desa tertinggal


(sampai dengan 5,000 desa)

Peningkatan desa mandiri


(paling sedikit 2,000 desa)

36,531 desa
tertinggal (2011)

31,531 desa
tertinggal

2,294 desa
mandiri (2011)

4,294 desa
mandiri

Ekonomi Perbatasan (Pusat


Kegiatan Strategis
Nasional/PKSN)

1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum sesuai


dengan kondisi geografis Desa
2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan
usaha ekonomi masyarakat Desa
3. Pembangunan Sumber Daya Manusia, peningkatan
Keberdayaan, dan pembentukan Modal Sosial
Budaya Masyarakat Desa
4. Penguatan Pemerintahan Desa

Pengembangan Kawasan Perbatasan


o Pengembangan Pusat

ARAH KEBIJAKAN:

3 (111 lokasi
prioritas)

10 (187 lokasi
priorias)

5. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan


Hidup Berkelanjutan, serta Penataan Ruang
Kawasan Perdesaan
6. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan
untuk mendorong keterkaitan desa-kota.
Pengembangan Kawasan Perbatasan

o Peningkatan keamanan dan


kesejahteraan masyarakat
perbatasan

12 pulau-pulau
kecil terluar
berpenduduk

92 pulau kecil
terluar/terdepan

1. Penguatan pelayanan imigrasi dan Penegasan


batas wilayah negara
2. Peningkatan Kesejahteraan masyarakat

Slide - 34

5. SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (3)
2014
(Baseline)

2019

Jumlah Daerah Tertinggal

113

22 (termasuk 9 DOB)

o Kabupaten terentaskan

70

100

7,1% *

7,35%

Indikator

o Rata-rata pertumbuhan
ekonomi di daerah
tertinggal
o Persentase penduduk
miskin di daerah tertinggal
o Indeks Pembangunan
Manuasia (IPM) di daerah
tertinggal

o Kawasan Industri
o Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan
Bebas (KPBPB)

* rata-rata 2010-2014

Pengembangan Daerah Tertinggal


1. Pengembangan perekonomian masyarakat lokal

2. Pemenuhan standar pelayanan minimal untuk


pelayanan publik dasar
3. Peningkatan aksesibilitas daerah
4. Pembangunan Tekno Park

16,64%

12,5%
Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di
Luar Jawa

68,46

71,5

Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa

o Kawasan Ekonomi Khusus


(KEK) di Luar Jawa

ARAH KEBIJAKAN:

14

n.a.

13

1. Percepatan Industrialisasi/hilirisasi pengolahan


SDA (a) menciptakan nilai tambah; (b)
menciptakan kesempatan kerja baru, terutama
industri manufaktur, industri pangan, industri
maritim, dan pariwisa.
2. Percepatan pembangunan
konektivitas/infrastruktur
3. Pengembangan SDM dan Iptek
4. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
5. Pemberian insentif fiskal dan non fiskal

Slide - 35

MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN


DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN DESA

Kemen Desa, PDT & Transmigrasi;


Kemendagri;
Kemen PU & Pera;
BNPP
Pembangunan
Pemda
Kawasan
Perbatasan

Kemen Desa, PDT &


Transmigrasi;
Kemendagri;
Kemen PU & Pera;
Pemda

Kemen Keuangan;
Kemendagri;
Kementerian
Sektor & Lembaga
Pemda

Pembangunan
Daerah
Tertinggal dan
Pulau-Pulau
Terpencil

Pengurangan
overhead cost
(biaya rutin)
untuk
dialokasikan
bagi pelayanan
publik

Pembangunan
Desa dan
Kawasan
Perdesaan

BAPPENAS : KOORDINASI
PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

MEMBANGUN
INDONESIA DARI
PINGGIRAN
DENGAN
MEMPERKUAT
DAERAH-DAERAH
DAN DESA

Penataan
Daerah
Otonomi Baru

Pengembangan
Tata Kelola
Pemerintahan
Daerah dan
Otonomi
Daerah

Kemen Desa, PDT &


Transmigrasi;
Kemen Keuangan;
Kemendagri;
Pemda;
Desa

Kemen Keuangan;
Kemendagri;
Pemda

Kemen Keuangan;
Kemendagri;
DPR & DPRD;
Pemda
Slide - 36

5. SASARAN PEMBANGUNAN
KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (4)

Indikator

2014
(Baseline)

2019

Pembangunan Kawasan Perkotaan

ARAH KEBIJAKAN:
1. Pembangunan metropolitan di Luar Jawa
sebagai PKN dan pusat investasi;

o Pembangunan Metropolitan di
Luar Jawa sebagai PKN dan
Pusat Investasi

o Optimalisasi 20 kota otonomi


berukuran sedang di Luar Jawa
sebagai PKN/PKW dan
penyangga urbanisasi di Luar
Jawa

43 kota
belum
optimal
perannya

20
dioptimalkan
perannya

o Penguatan 39 pusat
pertumbuhan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat
Kegiatan Wilayah (PKW)

--

39
pusat
pertumbuhan
yang
diperkuat

o Pembangunan 10 Kota Baru


Publik

--

10
Kota Baru

2+ 5(usulan
baru)

2. Optimalisasi 20 kota otonomi berukuran


sedang di Luar Jawa sebagai PKN/PKW dan
penyangga urbanisasi di Luar Jawa;
3. Penguatan 39 pusat pertumbuhan sebagai
pusat kegiatan lokal atau pusat kegiatan
wilayah dari 132 pusat pertumbuhan
berstatus PKW.

Slide - 37

PEMBANGUNAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI


DI LUAR JAWA
Kemen Perindustrian
Kemen Agraria dan TTR
Pemerintah Daerah

* Penyediaan
lahan
kawasan
industri
* SDA

Kemen Ristek-Dikti
Kemen Pertanian
Kemen Perikanan
BPPT
Pemda

Science dan
Techno Park
BAPPENAS :
KOORDINASI
PERENCANAAN
MENKO : KOORDINASI
PELAKSANAAN

Penyediaan Tenaga
Terampil (BLK,
SMK, Politeknik)

Kemen Dik-Nas
Kemen Tenaga Kerja

konektivitas

Kemen PU/Pera
Kemen
Perhubungan
Kemen ESDM

Industrialiasi di
luar jawa
Kemen Keuangan
Insentif fiskal Kemen
dan non fiskal
Perindustrian

Mensosialisasikan
mental
Kewirausahaan

BKPM
BKPD
Pemda
Kemendagri

ikim investasi
PTSP
* Perda
bermasalah

Slide - 38

SEBARAN 13 KAWASAN INDUSTRI PRIORITAS


WILAYAH LUAR JAWA
Kawasan Industri Kuala
Tanjung

Industri Aluminium ,
CPO

Kawasan Industri
Landak

Kawasan Industri Palu

Industri Karet, CPO

Kawasan Industri
Ketapang
Industri Alumina

Industri Rotan, Karet,


Kakao (agro) dan
Smelter

Industri Agro dan


Logistik

Kawasan Industri Buli


Industri Smelter
Ferronikel,
Stainless steel, dan
downstream stainless steel

Kawasan Industri Batu Licin


Industri Besi Baja

Kawasan Industri
Teluk Bintuni
Industri Migas dan
Pupuk

Kawasan Industri Sei


Mangkei
Industri Pengolahan
CPO

Kawasan Industri
Tanggamus
Industri Maritim dan
Logistik

Kawasan Industri
Teluk Bitung

Kawasan Industri
Bantaeng

Industri Smelter
Ferronikel,
Stainless steel, dan
downstream stainless steel

Kawasan Industri
Morowali
Industri Smelter
Ferronikel,
Stainless steel, dan
downstream stainless steel
Kawasan Industri
Konawe
Industri Smelter Ferronikel,
Stainless steel, dan
downstream stainless steel
Slide - 39

DISTRIBUSI KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK)


2015-2019
KEK SEI MANGKEI
Kabupaten Simalungun,
Sumut
Industri pengolahan
Kelapa Sawit
Industri pengolahan karet
Pupuk & aneka industri
Logistik
Pariwisata

KEK Maloy Batuta Trans


Kalmantan (MBTK)
Kabupaten Kutai Timur,
Kaltim
Industri Kelapa Sawit
Logistik

KEK PALU
Kota Palu, Sulawesi Tengah
Industri Manufaktur
Industri Agro berbasis kakao,
karet, rumput laut, rotan
Industri pengolahan Nikel, Biji
Besi, Emas
Logistik

Sumber: Kemenko Perekonomian (2014)

Pariwisata
Industri pengolahan
perikanan
Bisnis & logistik

KEK BITUNG
Kota Bitung, Sulawesi Utara

KEK TANJUNG API-API


Kab. Banyuasin, Sumatera
Selatan
Industri Pengolahan Karet
Industri Pengolahan Sawit
Industri Petrokimia

KEK MOROTAI
Kab. Pulau Morotai,
Maluku Utara

KEK TANJUNG LESUNG


Kab. Pandeglang, Banten
Pariwisata

KEK MANDALIKA
Kab. Lombok Tengah, NTB
Pariwisata

Industri Pengolahan Perikanan


Industri agro berbasis kelapa
dan tanaman obat
Aneka industri
Logistik
Slide - 40

6. SASARAN POLHUKHANKAM
Indikator
POLITIK & DEMOKRASI
Tingkat Partisipasi Politik Pemilu
Indeks Demokrasi Indonesia
PENEGAKAN HUKUM
Indeks Penegakan Hukum
Indeks Persepsi Korupsi (IPK)
Indeks Perilaku Anti Korupsi
TATA KELOLA DAN REFORMASI BIROKRASI
Kualitas Pelayanan Publik
- Integritas Pelayanan Publik (Pusat)
- Integritas Pelayanan Publik (Daerah)
Indeks Reformasi Birokrasi
PERTAHANAN DAN KEAMANAN
Tingkat Pemenuhan MEF

Kontribusi industri pertahanan DN terhadap MEF

2014
(Baseline)

2019

75,11%
62,63 *

80%
75

n.a.
32
3,63

75%
50
4

7,37
6,82
33,48

9
8,0
83,48

30%
10%

60%
20%

*2012
Slide - 41

Pembangunan Techno Park dan Science Park


SASARAN : Terbangunnya 100 Techno Park di daerah-daerah
kabupaten/kota, dan Science Park di setiap provinsi.
ARAH KEBIJAKAN :
Pembangunan Tecno Park diarahkan berfungsi sebagai:

pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil
(pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk
diterapkan dalam skala ekonomi;
tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke
masyarakat luas;

Pembangunan Science Park diarahkan berfungsi sebagai:

penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat, peneliti dari lembaga litbang
pemerintah, dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi;
penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di Techno Park;
sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian lokal.

Slide - 42

PEMBANGUNAN SCIENCE AND TECHNO PARK


Menuju Bangsa Berdaya Saing

PRESIDEN

TIM PENGARAH:
Menteri PPN/Bappenas;
Menteri Ristek dan Dikti;
Menteri Pertanian;
Menteri Kelautan dan Perikanan;
Menteri Perindustrian; dsb

BPPT
National Science and Techno Park

Puspitek Serpong (BPPT, LIPI, BATAN)

PROVINSI/
KELOMPOK
PROVINSI

KABUPATEN/
KOTA

Techno
Park

Techno
Park

Science Park

Science Park

Science Park

Techno
Park

Techno
Park

Techno
Park

Techno
Park

Techno
Park

Techno
Park

Techno
Park

Slide - 43

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

IV. TINDAK LANJUT

Slide - 44

TINDAK LANJUT
1.

Sesuai amanat peraturan perundangan dan menindaklanjuti sidang kabinet hari ini,
mohon izin agar kami bersama seluruh Menteri dan Kepala Lembaga untuk
menyerasikan Rancangan Rencana Strategis masing-masing Kementerian/Lembaga
(Renstra K/L) terhadap Rancangan Awal RPJMN 2015-2019.

2.

Kementerian PPN/Bappenas akan melanjutkan proses penyusunan RPJMN dengan


melakukan Musrenbang Regional RPJMN 2015-2019 ke 5 wilayah, yaitu :
i.
ii.
iii.
iv.
v.

Palu (Sulawesi)
Ambon (Maluku dan Papua)
Mataram (Jawa, Nusa Tenggara, dan Bali)
Belitung (Sumatera)
Tarakan (Kalimantan)

6 Desember 2014
8 Desember 2014
10 Desember 2014
13 Desember 2014
15 Desember 2014

3.

Musrenbang Nasional (Musrenbangnas)

18 Desember 2014

4.

Penetapan RPJMN 2015-2019 dengan Peraturan Presiden (Perpres) harus dilakukan


pada bulan Januari 2015 (3 bulan setelah pelantikan Presiden)

5.

Kementerian/Lembaga agar membahas Alokasi Anggaran Program dan Kegiatan


pembangunan dengan Kementerian PPN/Bappenas

Slide - 45

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/


BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

TERIMA KASIH

Slide - 46

LAMPIRAN

RASIO BELANJA PEGAWAI TERHADAP TOTAL BELANJA


KABUPATEN/KOTA MENURUT 20 PERINGKAT TERENDAH
DAN TERTINGGI TAHUN 2013
No.
Urut
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

20 Peringkat Terrendah Rasio Belanja Pegawai


Terhadap Total Belanja (%)
Provinsi
Sumatera Selatan
Sulawesi Tenggara
Sumatera Selatan
Sulawesi Tenggara
Papua Barat
Papua
Papua
Papua Barat
Papua Barat
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Papua
Papua
Papua Barat
Kalimantan Utara
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Kalimantan Timur
Gorontalo
Papua

Kab/Kota
Kab. Musi Rawas Utara
Kab. Konawe Kepulauan
Kab. Penukal Abab Lematang Ilir
Kab. Kolaka Timur
Kab. Tambrauw
Kab. Mamberamo Raya
Kab. Puncak
Kab. Maybrat
Kab. Teluk Bintuni
Kab. Kutai Timur
Kab. Kutai Kartanegara
Kab. Supiori
Kab. Lanny Jaya
Kab. Teluk Wondama
Kab. Nunukan
Kab. Kutai Barat
Kab. Paser
Kota Bontang
Kab. Natuna
Kab. Nduga

20 Peringkat Tertinggi Rasio Belanja Pegawai


Terhadap Total Belanja (%)
2013 (%)
1,27
3,14
3,83
6,60
12,30
15,91
17,03
21,33
21,81
22,52
23,60
24,13
24,55
24,89
25,04
25,18
25,27
25,75
26,04
26,25

Provinsi
Jawa Tengah
Maluku
Jawa Barat
Sumatera Utara
DI. Yogyakarta
Jawa Timur
Aceh
Jawa Tengah
NTT
DI. Yogyakarta
Jawa Tengah
NTB
Sumatera Utara
Jawa Tengah
Jawa Barat
Jawa Timur
Jawa Timur
Aceh
Jawa Tengah
Sumatera Barat

Kab/Kota
Kab. Purworejo
Kota Ambon
Kab. Kuningan
Kab. Simalungun
Kab. Gunung Kidul
Kab. Magetan
Kab. Bireuen
Kab. Kebumen
Kota Kupang
Kab. Kulon Progo
Kab. Klaten
Kab. Bima
Kota Pematang Siantar
Kab. Karanganyar
Kab. Sumedang
Kab. Ponorogo
Kab. Tulungagung
Kab. Aceh Barat
Kab. Wonogiri
Kab. Padang Pariaman

2013 (%)
70,75
70,43
69,23
68,81
68,76
68,53
68,42
67,85
67,52
67,52
67,26
67,02
66,80
66,72
66,70
66,70
66,60
66,28
66,17
65,97

Sumber : DJAPK, 2014


Catatan: Data APBD Menurut Format SAP (21 November 2014)
Slide - 48

Vous aimerez peut-être aussi