Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Laporan Kasus
Bag. Ilmu Kesehatan Mata
Fak. Kedokteran Univ.
Muhammadiyah Makassar
Identitas
Pasien
Nama
: Tn. Jufri
Umur
: 40 thn
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: BTN Ana Gowa
Pekerjaan
: Koki rumah makan
Tanggal pemeriksaan : 24 Januari
2014
Anamnesis
Keluhan Utama
: Penglihatan kabur
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan penglihatan kabur pd kedua mata namun
terasa lebih kabur di mata sebelah kiri.
Keluhan dialami sejak 1 bln yll, kabur dialami
secara perlahan-lahan bersamaan dgn
membesarnya daging semacam selaput
Daging yg tumbuh di mata kanan & kiri pasien
sejak tahun 8 tahun yll.
Mata terasa terganjal, berair, & merah terutama
saat terkena asap.
Pemeriksaan
Fisik
Status generalis
Keadaan Umum
: Sedang
Kesadaran/GCS : Composmentis/E4V5M6
Pemeriksaan Tanda-tanda vital
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Nadi
: 82x/i
Frekuensi Napas : 20x/i
Suhu
: 36,6oC
OD
Palpebra
Silia
Apparatus
Lakrimalis
Konjungtiva
Palpebra
Konjungtiva bulbi
Bola mata
Kornea
Edema (-)
Normal, sekret (-)
Lakrimasi (-)
Pemeriksaan
Oftalmologi
OS
Edema (-)
Normal, sekret (-)
Lakrimasi (-)
temporal
Normal
Coklat, Kripte (+)
Bulat, Sentral
Jernih
Gerakan normal ke segala arah
Pemeriksaan Palpasi
Palpasi
Tensi Okuler
Nyeri tekan
Massa tumor
Glandula
OD
Tn
(-)
(-)
Tidak ada
OS
Tn
(-)
(-)
Tidak ada
preaurikuler
pembesaran
pembesaran
onometri
Visus
: VOD : 20/20
VOS : 20/20
DISKUSI
Identifikasi
masalah
Poin masalah yang terjadi pada
pasien ini adalah :
Penglihatan kabur
Mata terasa terganjal, berair, dan
sering merah
Ditemukan jaringan pada mata
bagian nasal dan temporal ODS
Penglihatan kabur
Mata kabur o/ kelainan mulai dari segmen
anterior, posterior dan jaras visual neurologic
Letak kerusakannya dapat terjadi kekeruhan atau
gangguan pada media, perdarahan dalam vitreus,
gangguan fungsi retina, nervus optikus atau jaras
visual intracranial atau pembentukan fibrovasular.
Pada pasien tidak didapatkan kekeruhan lensa, TIO
yang tinggi, ataupun perdarahan.
Pada pasien ditemukan adanya pembentukan
fibrovaskular yang menutupi hampir mengenai pupil
yang mana merupakan media refraksi.
PEMBAHA
SAN
Anatomi
Konjungtiva
Pterygium
Definisi
:
Pterigium berasal dari Yunani yaitu Pteron
berarti sayanp
Pterigium
merupakan
pertumbuhan
fibrovaskuler pada subkonjungtiva dan tumbuh
menginfiltrasi permukaan kornea, umumnya
bilateral di sisi nasal, biasanya berbentuk
segitiga dengan kepala/apex menghadap ke
sentral kornea dan basis menghadap lipatan
semilunar
pada
cantus
Epidemiologi
Pterigium tersebar di seluruh dunia, tetapi lebih
banyak di daerah iklim panas dan kering
Beberapa penelitian menyatakan bahwa terdapat
hubungan antara peningkatan prevalensi dan
daerah yang terkena paparan ultraviolet lebih tinggi
di bawah garis lintang
Prevalensi pterigium meningkat pada usia dekade 2
dan 3 kehidupan. Insiden tertinggi pada usia 2049thn
Pterigium rekuren sering terjadi pada usia muda
dibanding usia tua.
PR = LK berhubungan dengan merokok, lebih sering
terpapar
lingkuangan
luar
rumah,
ataupun
Etiologi
Usia
Lingku
ngan
Sinar
UV
Geneti
k
Etio
logi
Infeksi,
dll
Patofisiologi
- Paparan
UV
- Iritasi
kronik
mata
Pelepasan
sitokin
berlebihan
TGF-
VEGF
regulasi
kolagen
migrasi sel
angiogenesis
Degenerasi kolagen
elastoid
+
Jaringan fibrovaskular
subepithelial
Merusak
membran bowman
+
Peradangan
Pterygium
Klasifikasi:
Pterigium dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu :
Berdasarkan perjalanan penyakit.
1). Progresif Pterigium : tebal dan vascular dengan beberapa
infiltrate di kornea di depan kepala pterigium (disebut cap
dari pterigium)
2). Regresif Pterigium : tipis, atrofi, sedikit vascular. Akhirnya
menjadi bentuk membrane tetapi tidak pernah hilang.
Berdasarkan Tipe Pterigium
1). Tipe I : Pterygium kecil, dimana lesi hanya terbatas pada
limbus atau menginvasi kornea pada tepinya saja.
2). Tipe II: pterygium tipe primer advanced atau ptrerigium
rekuren tanpa keterlibatan zona optik.
3). Tipe III : pterygium tipe primer advanced atau ptrerigium
Klasifikasi
Berdasarkan Stadium
Derajat I
Jika pterigium terbatas pada limbus kornea
Derajat II
jika pterygium sudah melewati limbus dan belum mencapai
pupil, tidak lebih dari 2 mm melewati kornea.
Derajat III
jika pterygium sudah melebihi stadium II tetapi tidak
melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya
normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm).
Derajat IV
jika pertumbuhan pterygium sudah melewati pupil sehingga
mengganggu penglihatan.
Diagnosis
Anamnesis:
Pterygium
Penatalaksanaan :
Konservatif :
- Penyuluhan pada pasien u/
mengurangi
iritasi
maupun
paparan sinar UV dgn kacamata
pemberian
air
mata
buatan/topical lubricating drops
Tindakan Operatif
Indikasi
Operasi
Menurut Ziegler
Mengganggu Visus
Mengganggu
pergerakan bola
mata
Perkembangan
progresif
Mendahului op.
intraoculer
kosmetik
Menurut Guilemo
Pico
Progresif, resiko
rekuren > luas
Mengganggu visus
Mengganggu
pergerakan bola
mata
Masalah kosmetik
Di depan apeks PT
terdpt Gray Zone
Pd PT dan kornea
trdpt nodul Punctat
Terjadi kongesti
secara periodik
Komplikasi Intra-operatif:
Nyeri,
iritasi, kemerahan, graft oedema,
corneoscleral dellen (thinning), dan
perdarahan subkonjungtival dapat terjadi
akibat tindakan eksisi dengan
conjunctival autografting
Pasca-operatif:
Komplikasi pasca eksisi adalah sebagai berikut:
Prognosis
Penglihatan dan kosmetik pasien setelah
dieksisi adalah baik.
Rasa tidak nyaman pada hari pertama
post operasi dapat ditoleransi,
kebanyakan pasien setelah 24 jam
postop dapat beraktivitas kembali.
Pasien dengan rekuren pterigium dapat
dilakukan eksisi ulang dan graft dengan
autograft atau transplantasi membrane
Terima
Kasih