Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PUBLIK
Present by : Taufik Nurohman
Program Studi Ilmu Politik Fisip
Universitas Siliwangi
Model-model Formulasi
Model Elite
Kebijakan
Model Kelompok
Model Kelembagaan
Model Proses
Model Rasionalisme
Model Inkremental
Model Teori Permainan
Model Pilihan Publik
Model Sistem
Model Mixed Scanning
Model Elit
Kebijaksanaan negara tidak memantulkan kebutuhankebutuhan rakyat tetapi lebih banyak mengutamakan
kepentingan elit, oleh karena itu perubahan terhadap
kebijakan lebih banyak dilakukan secara lamban dan
bertahap (inkremental) daripada bersifat revolusioner.
Untuk mencapai stabilitas dan menghindari terjadinya
revolusi, bergeraknya kelompok non-elit ke posisi elit
dibuat secara lamban dan harus dikendalikan secara
kontinyu karena hal itu dipandang dapat membahayakan
kepentingan elit.
Elit secara aktif selalu berusaha agar dapat
mempengaruhi massa yang sifatnya pasif dan apatis. Elit
lebih banyak mempengaruhi melalui para administrator
dan selanjutnya para administrator yang menjabarkan
kebijaksanaan pemerintah kepada masyarakat.
Model Kelompok
Model kelembagaan
Model Proses
Identifikasi Masalah
Melaksanakan pengidentifikasian
atas masalah-masalah yang ada
Agenda Setting
Perumusan Kebijakan
Legitimasi Kebijakan
Implementasi Kebijakan
Evaluasi Kebijakan
Model Rasionalisme
Model Inkremental
Model Sistem
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
Tuntutan
MASUKAN
INPUT
Dukungan
keputusan
SISTEM
POLITIK
Tindakan
KELUARAN
OUTPUT
Feedback/Umpan Balik
LINGKUNGAN
LINGKUNGAN
Model Mixed-scanning
Tahap-Tahap Formulasi
Winarno (2002:80-84) membagi tahapan Formulasi
kebijakan
A. Perumusan Masalah
Mengenali dan merumuskan masalah
mengidentifikasi problem yang akan dipecahkan,
kemudian membuat perumusan yang sejelasjelasnya terhadap problem tersebut.
B. Agenda Kebijakan
Tidak semua permasalahan akan masuk dalam
agenda kebijakan. Masalah-masalah tersebut saling
berkompetisi antara satu dengan yang lain. Hanya
masalah-masalah tertentu saja yang pada akhirnya
akan masuk dalam agenda kebijakan.
C. Pemilihan Alternatif Kebijakan
Setelah permasalahan dapat didefinisikan dengan baik
dan para perumus kebijakan sepakat untuk memasukan
masalah-masalah tersebut dalam agenda kebijakan,
maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan
masalah. Di sini para perumus kebijakan akan
berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan kebijakan
yang dapat diambil untuk memecahkan permasalahan.
D. Penetapan Kebijakan
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan
diambil sebagai cara untuk memecahkan masalah kebijakan,
maka tahap yang paling akhir dalam pembuatan kebijakan
adalah menetapkan kebijakan yang dipilih tersebut sehingga
mempunyai kekuatan hukum yang mengikat (Winarno,
2002:84).
Tipe-Tipe Golongan/Aktor
yang Terlibat Dalam
Formulasi
Kebijakan
Golongan Rasionalis
Golongan rasionalis mempunyai ciri dalam melakukan
pilihan alternatif kebijakan selalu menempuh metodemetode atau langkah-langkah yang terstruktur, yaitu:
mengidentifikasi masalah, merumuskan tujuan dan
menyusunnya dalam jenjang tertentu, mengidentifikasi
semua alternatif kebijakan, meramalkan dan
memprediksikan akibat-akibat dari setiap alternatif,
membandingkan akibat-akibat tersebut dengan selalu
mengacu pada tujuan dan memilih alternatif yang
terbaik. Golongan aktor rasionalis ini identik dengan
perencana dan analis kebijakan professional dan terlatih.
Golongan teknisi
Golongan teknisi adalah aktor yang dilibatkan karena
bidang keahliannya atau spesialisasinya, dengan tujuan
yang sudah ditetapkan oleh pihak lain. Peran yang
dimainkan adalah sebagai seorang spesialis atau ahli
yang dibutuhkan tenaganya untuk menangani bidangbidang tertentu.
Golongan Inkrementalis
Golongan inkrementalis menurut Solichin Abdul Wahab
(1997:30) dapat diidentikan dengan para politisi, karena
cenderung memiliki sikap kritis namun acap kali
tidaksabaran terhadap gaya kerja para perencana dan
teknisi walaupun sebenarnya mereka sangat tergantung
pada mereka.