Vous êtes sur la page 1sur 38

Aspek agama etik budaya dan hukum

pada penanganan pasien gagal nafas

C-3

PENATALAKSANAAN
Langkah pertama (harus)
Menguasai dan membebaskan jalan
nafas.
Tujuannya :
Agar jalan nafas bebas dari sumbatan
(karena lidah, posisi, lender, benda
asing, dsb) sehingga dengan demikian
O2 dapat lewat dengan lancer.

Caranya?

1. Mengatur posisi
2. Eksistensi kepala topang leher (tidak
dikerjakan apabila ada dugaan patah tulang
leher)
3. Eksistensi kepala angkat dagu
4. Perasat tiga cara;
5. Eksistensi kepala
6. Dorong rahang bawah ke depan
7. Buka mulut

8. Menguasai jalan nafas dengan alat.


9. Pasang pipa orofaringeal ( guidel )
10.Pasang pipa nasofaringeal
11.Pasang pipa endotracheal ( intubasi )
12.Menguasai jalan nafas dengan operatif
13.Krikotirotomi
14.Trakheostomi

Indikasi Intubasi dengan pipa endotracheal

Sumbatan jalan nafas bagian atas yang


tidak bisa di bebaskan dengan
mengatur posisi atau alat sederhana.
Tidak ada reflek pertahanan jalan nafas
( mis : pada gangguan kesadaran )
Untuk membersihkan lender jalan nafas
yang produktif.
Hypoxemia yang refraktur
Memerlukan alat Bantu nafas

Indikasi krikotirotomi / trakheostomi

Bila penguasaan jalan nafas bagian


atas dengan menggunakan alat
sederhana atau pipa endotrakheal
gagal ( acute trakheostomi )
Bila penguasaan jalan nafas bagian
atas dengan menggunakan pipa
endotrakheal memerlukan waktu
lebih lama dari 7 hari ( elektif
trakheostomi )

Langkah kedua
Menilai fungsi ventilasi paru
Bila gangguan ventilasi ( lihat criteria pada
pemeriksaan dan spirometer ) dan analisa gas
darah menunjukkan hasil yang PaCO2 > 60
mmHg dan PH darah < 7,2 serta PaO2 tidak
membaik dengan cara I, maka lakukan bantuan
ventilasi.
Tujuannya : memperbaiki ventilasi paru
sehingga menghasilkan PaCO2 : 40 45 mm Hg
dan PH darah : 7,35 7,45.

Caranya :
*Tanpa alat
Dari mulut ke mulut
Dari mulut ke hidung
Dari mulut ke alat
*Dengan alat sederhana : AMBU baG
*Dengan alat canggih : ventilator.

Langkah Ketiga
pemberian O2
tujuannya : memberikan fraksi inspirasi oksigen
( FiO2 ) yang cukup sehingga menghasilkan PaO2
yang memadai ( acceptable ) untuk pasien yang
bersangkutan atau saturasi oksigen ( SaO2 ) > 90%.
Tekanan parsial oksigen dalam arteri ( PaO2 )
dipengaruhi oleh kondisi pasien (termasuk umur).
Secara kasar hubungan antara umur dan PaO2 yang
memadai adalah sbb :
PaO2= 100 ( 0,3 X umur )
Caranya :
Cara pemberian O2 akan berpengaruh terhadap FiO2

Langkah Keempat
memberikan cairan infuse NaCl 0,9 %
atau lainnya dan melakukan
resusitasi jalan siatem
cardiovascular.

Langkah Kelima
memantau keadan pasien
ingat ! jangan biarkan pasien gawat nafas
lepas dari pemantauan.
Tujuan :
mengikuti perembangan pasien lebih lanjut agar
setiap perubahan yang menjurus ke arah jelek
segera dapat diantisipasi sedini mungkin.
Yang di pantau:
Tingkat kesadaran
Tekanan darah
Nadi ( kwalitas dan kuantitas )
Pernafasan
Produksi urine
Analisa gas darah

Ingat ! di dalam pemantauan,


yang labih berharga adalah nilai
kecenderungan (trend) bukan
nilai nominalnya.

PENUTUP

Gawat nafas merupakan kegawatan medis


yang harus sedini mungkin di identifikasi dan
segera di tanggulangi dengan cepat dan
tepat. Dari uraian di atas dapat di fahami
bahwa di dalam mengidentifikasi dan
penatalaksanaannya di perlukan pengetahuan
yang mendasar karena mempunyai tujuan
yang mendasar pula.bukan sekedar rutinitas.
Oleh karena itu diperlukan dedikasi yang
tinggi.

Masalah yang sering terjadi


Dokter yang menolong justru dituntut untuk mengganti rugi.
Pertolongan yang diberikan dianggap dapat mengakibatkan
cacat/ memperlambat proses penyembuhan. Misalnya
penggunaan ETT, trakeotomi
Dari aspek agama. Pemberian nafas bantuan dari mulut ke
mulut dapat menimbulkan isu kontroversi sendiri. Misalnya
tidak bolehnya bersentuhan laki-laki dan perempuan dalam
agama islam.
Dari aspek budaya: banyak masyrakat yang tahu tapi tidak
paham mengenai masalah pemberian nafas buatan. Adegan
degan pemberian nafas buatan sudah banyak di telivisi,
namun memberikan informasi yang kurang terhadap
masyarakat awam sehingga menimbulkan isu budaya
tersendiri.

GAGAL NAFAS
Pengertian
Menurut Joy M. Black (2005), gagal napas adalah
suatu keadaan yang mengindikasikan adanya
ketidakmampuan sistem respirasi untuk memenuhi
suplai oksigen untuk proses metabolisme atau tidak
mampu untuk mengeluarkan karbondioksida.
Gangguan pertukaran gas menyebabkan
hipoksemia primer, oleh karena kapasitas difusi CO2
jauh lebih besar dari O2 dan karena daerah yang
mengalami hipoventilasi dapat dikompensasi
dengan meningkatkan ventilasi bagian paru yang
normal.

Etiologi
Penyebab gagal napas biasanya tidak berdiri
sendiri melainkan merupakan kombinasi dari
beberapa keadaan, dimana penyebeb
utamanya adalah :
Gangguan ventilasi
Gangguan neuromuskular
Gangguan/depresi pusat pernapasan
Gangguan pada sistem saraf perifer, otot
respiratori, dan dinding dada
Gangguan difusi alveoli kapiler
Gangguan kesetimbangan ventilasi perfusi (V/Q
Missmatch)

Klasifikasi
Klasifikasi gagal napas berdasarkan
hasil analisa gas darah :
Gagal napas hiperkapneu
Gagal napas hipoksemia

Klasifikasi gagal napas berdasarkan


lama terjadinya :
Gagal napas akut
Gagal napas kronik

Klasifikasi gagal napas berdasarkan


penyebab organ :
Kardiak
Nonkardiak

Kardiak
Penyakit yang menyebabkan disfungsi miokard :
Infark miokard
Kardiomiopati
Miokarditis
Penyakit yang menyebabkan peningkatan LVEDV dan
LVEDP :
Meningkatkan beban tekanan : aorta stenosis,
hipertensi, dan coartasio aorta
Meningkatkan beban volume : mitral insufisiensi, aorta
insufisiensi, ASD, dan VSD.
Hambatan pengisian ventrikel : mitral stenosis dan
trikuspid insufisiensi.

Mekanisme Gagal Nafas


Beberapa mekanisme yang menyebabkan
hipoksemia dapat bekerja secara sendiri
atau bersama-sama
Tekanan partial O2 yang dihirup (FiO 2) menurun
Hipoventilasi
Gangguan Difusi
Ketidakseimbangan (mismatch) ventilasi/perfusi
(V/Q) regional
Shunt
Pencampuran (admixture) darah vena desaturasi
dengan darah arterial

Manifestasi Klinis
Biasanya non spesifik
Hipoksemia
Hiperkarbia
Asidemia

Tanda utama
Penggunaan otot bantu napas
Takipnea
Takikardia
Menurunnya tidal volume
Pola napas irreguler atau terengah-engah(gasping)
Gerakan abnomen yg paradoksal

Pemeriksaan Diagnostik
Analisa Gas Darah
Membedakan gambaran kemajuan
hipoksemia
Hb dibawah 12%?
pH dibawah 7.35 atau diatas 7.45?
PaO2 dibawah 80 atau diatas 100
mmHg?
PaCO2 dibawah 35 atau diatas 45
mmHg?

Sinar X (foto thoraks)


Melihat keadaan patologik dan atau kemajuan
proses penyakit yg tidak diketahui

Tes fungsi paru


Menunjukan complain paru dan volume paru
menurun

EKG
Melihat bukti bukti regangan jantung di sisi kiri
atau kanan atau menunjukan disritmia

Pemeriksaan Saturasi Oksigen

Penatalaksanaan
Pembukaan Jalan Nafas
Oksigenasi
Bronkhodilator
Agonis beta-adrenergik
Efektif diberikan dalam bentuk inhalasi

Kortikosteroid
menurunkan inflamasi jalan napas

Fisioterapi Dada dan Nutrisi


Pemantauan Hemodinamik

KAIDAH BIOETIK
BENEFICENCE
Digunakan untuk meminimalisasi akibat
negatif
Contoh
Pengobatan harus dengan dosis yg benar
Alogaritma pengbatan harus dipegang
Diagnosis dan pemeriksaan harus tepat
sasaran mengingat penyakit paru paru
memiliki banyak keadaan klinis yg sejenis

Non-Maleficence
Hindari kemungkinan untuk menyakiti pasien
atau melakukan hal yg lebih banyak akibat
buruknya
Px fisik berhubungan dengan radiologi harus
dijadwalkan dengan tepat
Untuk pasien TBC pemilihan obat harus
sesuai dengan indikasi dan kontra indikasinya
Pada pasien gagal napas, pemberian obat yg
tepat akan membantu

Autonomy
Pasien mendapatkan penjelasan penuh
terhadap pengobatan yg akan ia dapatkan
dan juga penjelasan penuh tentang resiko
penyakit yg ia alami
Pada pasien gagal napas, apabila harus
dilakukan suatu tindak segera dokter harus
melakukan informed concent secara jelas
pada keluarga pasien agar keluarga dapat
memutuskan kesediaannya

Justice
Apabila ada pasien dengan gagal napas datang,
langsung dilayani dan dirawat dengan
pengobatan yg sesuai sampai keadaanya stabil
Dalam hal pemberian obat, meski obat memiliki
beragam harga, harus memilih obat yg dapat
dijangkau oleh pasien dan memiliki efek yg
paling baik
Tidak memandak status social pasien saat
merawatnya, semua pasien mendapatkan hak
yg sama

ASPEK HUKUM (KODEKI)


Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan
menggunakan segala ilmu dan keterampilannya untuk
kepentingan pasien. Dalam hal ini, jika ia tidak
memiliki kemampuan melakukan suatu pemeriksaan
atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia
wajib merujuk pasien yang mempunyai keahlian dalam
penyakit tersebut
Penjelasan: dalam hal ini, dokter haruslah bersikap
professional dalam menangani dan merawat pasien,
apabila dokter tersebut tidak mampu menangani
suatu penyakit, dalam kasus ini pada henti nafas,
pasien wajib dirujuk ke dokter yang memiliki
kemampuan dalam bidang tersebut untuk mencegah
dampak negative pada pasien (non maleficence)

Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan
kesempatan pada pasien agar senantiasa
dapat berhubungan dengan keluarga dan
penasehatnya dalam beribadat, dan atau
dalam masalah lainnya

Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala
sesuatunya tentang seorang pasien,
bahkan setelah pasien itu meninggal dunia

Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan
darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain yang
mampu dan bersedia memberikannya

SINDROM GAWAT NAPAS AKUT


Definisi
Sindrom gawat napas akut (dewasa)
(ARDS) adalah bentuk khusus gagal
napas yang ditandai dengan
hipoksemia yang jelas dan tidak
dapat ditangani dengan penanganan
konvensional

Penyebab

Sepsis
Pneumonia virus yang berat
Trauma yang berat
Cedera kepala
Cedera dada yang langsung
Emboli lemak
Cedera aspirasi
Inhalasi asap

Pembahasan
Berhubungan dengan pasal di atas dengan sindrom
gawat napas terapi serta penatalaksanaan yang
dilakukan harus segera, karen sindrom ini apabila
penanganannya tidak tepat akan menimbulkan
kematian. Sehingga sebagai dokter kita harus
menanganinya dengan sangat segera.
Pada pembahasan pasal 13, banyak dokter yang enggan
melakukan karena sering terjadi, bahwa dokter yang
menolong justru dituntut untuk mengganti kerugian.
Pertolongan yang diberikannya dianggap
mengakibatkan cacat, atau memperlambat proses
penyembuhan.

Hal ini sangat disayangkan karena mengingat


kegawatdaruratan yang dialami pasien ini
dapat meregang nyawanya. Sebagai dokter
disini kita diminta untuk mempertajam skill
kita agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diharapkan. Karena banyak dokter di Indonesia
yang tinggal di daerah terpencil dan jauh dari
teman sejawatnya, hal inilah yang menuntut
dokter untuk mempertajam kemampuannya,
terlebih lagi dalam melakukan pertolongan
pertama pasien kegawatdaruratan.

KESIMPULAN
Gagal napas terjadi apabila paru tidak lagi dapat memenuhi
fungsi primernya dalam pertukaran gas, yaitu oksigenasi darah
arteria dan pembuangan karbondioksida. ada beberapa
tingkatan dari gagal napas, dan dapat terjadi secara akut atau
secara kronik.
Prioritas dalam penanganan gagal napas berbeda-beda
tergantung pada faktor etiologi nya, tetapi tujuan primer
penanganan adalah sama pada semua pasien, yaitu menangani
sebab gagal napas dan bersamaan itu memastikan ada ventilasi
yang memadai dan jalan napas yang bebas.
Tujuan pertama dari terapi adalah memastikan bahwa
hipoksemia, asidemia, dan hiperkapnia tidak mencapai taraf
yang membahayakan. PaO2 sebesar 40 mmHg atau pH sebesar
7,2 atau kurang sangat sulit ditoleransi oleh orang dewasa dan
dapat mengakibatkan gangguan pada otak, ginjal, jantung,
serta dapat terjadi disritmia jantung

Terapi serta penatalaksanaan yang dilakukan harus


segera, karen sindrom ini apabila penanganannya tidak
tepat akan menimbulkan kematian. Sehingga sebagai
dokter kita harus menanganinya dengan sangat segera.
Pada pembahasan pasal 13, banyak dokter yang enggan
melakukan karena sering terjadi, bahwa dokter yang
menolong justru dituntut untuk mengganti kerugian.
Pertolongan yang diberikannya dianggap mengakibatkan
cacat, atau memperlambat proses penyembuhan. Hal ini
sangat disayangkan karena mengingat kegawatdaruratan
yang dialami pasien ini dapat meregang nyawanya.
Tetapi karena banyak dokter di Indonesia yang tinggal di
daerah terpencil dan jauh dari teman sejawatnya, hal
inilah yang menuntut dokter untuk mempertajam
kemampuannya, terlebih lagi dalam melakukan
pertolongan pertama pasien kegawatdaruratan.

Vous aimerez peut-être aussi