Vous êtes sur la page 1sur 45

Laporan kasus

ATRESIA ANI
Asiyah Uswatun Nisa
Pembimbing : dr. Tubagus Odih,
Sp. BA

PENDAHULUAN

Atresia Ani adalah kelainan kongenital


yang dikenal sebagai imperforate anus
meliputi anus, rektum atau keduanya.
1 dari 5000 kelahiran, dengan
perbandingan laki-laki dan perempuan 7 :
3.
Etiologi : masih belum jelas, salah satunya
adalah faktor genetik.

Klasifikasi Pena , berdasarkan


1. jenis kelamin
2. keperluan dilakukan kolostomi
Letak : tinggi, intermediet, rendah

TINJAUAN
PUSTAKA

Definisi
Atresia ani atau anus imperforata
merupakan suatu kelainan malformasi
kongenital dimana tidak lengkapnya
perkembangan embrionik pada bagian
anus tertutupnya anus secara abnormal
atau dengan kata lain tidak ada lubang
secara tetap pada daerah anus.
Anus imperforata ini dapat meliputi bagian
anus, rektum, atau bagian diantara
keduanya

Epidemiologi

1 dari 5000 kelahiran


Laki-laki > perempuan.
Laki-laki fistula rektouretra
Perempuan fistula rektovestibuler

Pratomo, RS Sajito (2003) :


laki-laki : perempuan 21:19
letak lesi tinggi sebanyak 77%, sedangkan letak
lesi rendah sebanyak 23%.

Boocock dan Donna, Manchester :


letak rendah > letak tinggi.

Dewi Anggraini, RSUD Arifin Achmad


(2008-2010) :
Laki-laki > perempuan 1,6 : 1.

Etiologi
Etiologi : tidak diketahui banyak faktor
faktor genetik, riwayat saudara dengan
riwayat malformasi anorektal
meningkatkan resiko terjadinya atresia ani
yaitu 1 dalam 100 kelahiran.
insiden umum yakni 1 dalam 4000 - 5000
kelahiran.

Mutasi gen pada :


- Sindrom Townes-Broks
- Sindrom Currarino
- Sindrom Pallister-Hall
(masing-masing memiliki autosom
dominan yang diturunkan)
Selain itu, resiko malformasi anorektal
juga meningkat pada :
trisomi 21 (sindrom Down).

Patofisiologi
Malformasi anorektal terjadi akibat
gangguan pertumbuhan, fusi dan
pembentukan anus dari tonjolan
embriogenik. Keadaan ini akibat kegagalan
penurunan septum anorektal pada
kehidupan embrional dimana tidak
lengkapnya proses perkembangan anus
dan rektum.

Pada saat kloaka akan berdiferensiasi


menjadi saluran urogenital dan saluran
anorektal, terjadi kegagalan pertumbuhan
sehingga pemisahan kloaka tidak terjadi
secara sempurna.
Fistula urogenital - anorektal sehingga
feses akan keluar di tempat lain seperti ke
vesika urinaria, uretra ataupun vagina.

Laki-laki : fistula vesika urinaria


(rektovesika)
fistula uretra (rektouretra)
Pr :
fistula vagina (rektovagina)
Pada bayi fistula menyebabkan urin +
mekonium infeksi meningkat

Kloaka persisten

fistula

Fistula rectovestibuler

Klasifikasi
Berdasarkan letak lesi :
1. Lesi letak rendah rektum menembus
muskulus levator ani sehingga jarak kulit dan
ujung rektum paling jauh 1 cm.
2. Lesi intermediet rektum mencapai muskulus
levator ani tapi tidak menembusnya.
3. Lesi letak tinggi apabila tidak mencapai
tingkat muskulus levator ani dengan jarak
antara ujung buntu rektum sampai kulit
perineum lebih dari 1 cm.

Klasifikasi Pena keperluan kolostomi


Laki-laki:

Penatalaksaan

Fistula perineal (kutaneus)

Tanpa kolostomi

Fistula rektouretra

Kolostomi + PSARP

Bulbar

Kolostomi + PSARP

Prostatika

Kolostomi + PSARP

Fistula rektovesika
Malformasi

anorektal

fistula

Kolostomi + PSARP
tanpa Kolostomi + PSARP
Kolostomi + PSARP

Atresia rektum
Perempuan:

Penatalaksanaan

Fistula perineal (kutaneus)

Tanpa kolostomi

Fistula vestibuler

Kolostomi + PSARP

Fistula rektovagina

Kolostomi + PSARP

Kloaka persisten

Kolostomi + PSARP

Malformasi

anorektal

fistula
Atresia rectum

tanpa Kolostomi + PSARP


Kolostomi + PSARP

Diagnosis
Gambaran klinis
1.Mekonium tidak keluar dalam 24 jam pertama setelah kelahiran.
2.Tidak dapat dilakukan pengukuran suhu rektal pada bayi atau
termometer tertahan jaringan.
3.Mekonium keluar melalui sebuah fistula atau anus yang salah
letaknya.
4.Distensi bertahap dan adanya tanda-tanda obstruksi usus (bila
tidak ada fistula).
5.Bayi muntah-muntah pada umur 24-48 jam.
6.Pada pemeriksaan rectal touch terdapat adanya membran
anal.
7.Perut kembung

Pemeriksaan penunjang
Foto polos : wangensteen atau
invetogram

Radiografi : barium enema

Tatalaksana
1. Tatalaksana awal NGT dan IV line
2. Kolostomi
3. PSARP

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

Nama
: T / By. H
RM
: 8786XX
Umur
: 8 bulan
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat
: Indragiri hilir

ANAMNESIS
Keluhan utama
Rencana operasi pembuatan anus

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien lahir pada tanggal 15 Januari 2015
di rumah ditolong oleh bidan kampung
secara spontan pada pagi hari. Keadaan
setelah lahir langsung menangis, tidak
merintih, tidak ada sesak, tidak ada BAB,
dilakukan IMD. Sisa ketuban jernih. Orang
tua pasien mengatakan bahwa sejak lahir
anaknya belum ada BAB.

RPS (cont...)
Pasien sering tampak seperti mengedan
hingga mukanya menjadi tampak
kemerahan. Keluhan muntah tidak ada.
Malam hari orang tua pasien memeriksa
bagian anus anaknya dan baru menyadari
bahwa anaknya tidak memiliki lubang
anus. Pasien kembali dibawa ke bidan
keesokan harinya dan dirujuk ke RSUD
Arifin Achmad.

RPS (cont...)
Pasien kemudian dirawat di ruang perina
dan menjalani operasi pembuatan saluran
BAB sementara oleh dokter bedah anak
dan sejak itu pasien rutin kontrol ke poli
bedah anak RSUD AA untuk direncanakan
pembuatan lubang anus.
Orang tua pasien mengatakan bahwa
akhir-akhir ini kencing anaknya seperti
bercampur dengan kotoran dan berampas.
Riwayat demam disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang mengalami
hal serupa

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis GCS 15 (E4 M6 V5)
Tanda-tanda vital
HR : 116 x/menit
RR : 32 x/menit
T : 36,7oC
CRT: < 2 detik, akral hangat
BB : 6300 gram

Pemeriksaan kepala dan leher


Dalam batas normal
Pemeriksaan thoraks
Dalam batas normal
Pemeriksaan abdomen (sistem gastrointestinal)
Status lokalis
Pemeriksaan ekstremitas
Dalam batas normal
Pemeriksaan kelenjar limfe
Dalam batas normal
Pemeriksaan anogenitalia
Status lokalis

Status Lokalis
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi
distensi (-), venektasi (-), kolostomi (+)
Auskultasi
bising usus (+) normal
Perkusi
Timpani pada semua lapangan abdomen.
Palpasi
Nyeri tekan (-) pada semua lapangan
abdomen, hepar dan lien tidak teraba.

Status Lokalis
Pemeriksaan
anogenitalia
Inspeksi : tidak
tampak adanya
anus

Pemeriksaan Laboratorium
Darah rutin (4/9/2015)

Hb
: 10,48 g/dl
Ht
: 32,84 %
Eritrosit : 3.943.000/mm3
Leukosit: 9.180 /mm3
Trombo : 360.400 /mm3

Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan Radiologis
Kesan:
Pasase kontras ke
distal lancar.
Fistula rekto-vesika
urinaria

Diagnosis
Atresia ani dengan fistula rekto-vesika
urinaria

TATALAKSANA
NON-FARMAKOLOGI
PSARP
FARMAKOLOGI:
IVFD RL 26 TPM MIKRO

PROGNOSIS
Quo ad vitam
: dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad
bonam

Follow Up (16 September


2015)
nafsu makan (+), demam (-), BAB (+) seperti biasa, BAK seperti
biasa.

Nadi : 121x/menit
suhu : 36,5 0C
RR: 30x/menit
Gastrointestinal:
Inspeksi
distensi (-), kolonostomi (+), anus (-)
Auskultasi
bising usus (+) normal
Perkusi
Timpani pada semua lapangan abdomen.
Palpasi
Nyeri tekan (-) pada semua lapangan abdomen, hepar dan lien tidak
teraba.

Atresia ani dengan fistula rekto-vesika urinaria

Follow Up (17 September


2015)
nafsu makan (+), demam (-), BAB (-), BAK seperti biasa.

Nadi 124x/menit, suhu 36,8 0C, pernafasan 32x/menit


Gastrointestinal:
Inspeksi
distensi (-), kolonostomi (+), anus (+)
Auskultasi
bising usus (+) normal
Perkusi
Timpani pada semua lapangan abdomen.
Palpasi
Nyeri tekan (-) pada semua lapangan abdomen, hepar dan lien tidak
teraba.

Post PSARP hari ke-1

IVFD RL 10 tpm
Cefotaxim 2 x 250 mg
Paracetamol 3 x 150 mg

Follow Up (18 September


2015)
nafsu makan (+), demam (-), BAB (-), BAK seperti biasa.

Nadi 120x/menit, suhu 36,5 0C, pernafasan 28x/menit


Gastrointestinal:
Inspeksi
distensi (-), kolonostomi (+), anus (+)
Auskultasi
bising usus (+) normal
Perkusi
Timpani pada semua lapangan abdomen.
Palpasi
Nyeri tekan (-) pada semua lapangan abdomen, hepar dan lien tidak
teraba.

Post PSARP hari ke-2

IVFD RL 10 tpm
Cefotaxim 2 x 250 mg
Paracetamol 3 x 150 mg

PEMBAHASAN

Anamnesis pasien mengalami kelainan kongenital


yang terkait dengan gangguan perkembangan
hindgut selama embriogenesis yakni tidak
terbentuknya anus. Didapatkan dari keluhan lubang
anus tidak ada, tidak bisa BAB dalam 24 jam
kehidupan.
Pasien berjenis kelamin laki-laki, berdasarkan
penelitian prevalensi pada laki-laki > perempuan.
Klasifikasi pena (malformasi anorektal tanpa fistula)
kolostomi
Kolostomi usia 2 hari

Orang tua pasien mengatakan akhir-akhir


ini urin pasien bercampur dengan kotoran
seperti ampas. Dari pemeriksaan radiologi
terakhir tampak pasase kontras ke distal
lancar, tampak kontras mengisi vesika
urinaria, kesan fistula rekto-vesika urinaria
atresia ani dengan fistula.
50% pasien dengan malformasi anorektal
memiliki defek urogenital.

Berdasarkan algoritma penatalaksanaan,


jika pada pemeriksaan foto rontgen
didapatkan rongga udara pada distal
rektum jaraknya kurang dari 1 cm dari
perineum dan tidak terdapat penyulit yang
lain, tindakan pembedahan devinitif dapat
dilakukan PSARP

Vous aimerez peut-être aussi