Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Terapi
SINGGIH ARTO
102012005
ANAMNESIS
batuk,
sputum,
hemoptisis,
nyeri dada,
dispnea,
mengi.
PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
TUBERCULOSIS PARU
Gejala klinis : demam, keringat
malam, lesu, bb, anoreksia,
malaise, batuk >2mngu, sesak
pasien
yang belum pernah
napas, nyeri dada, batuk
darah*
mendapat pengobatan
dengan OAT atau sudah
pernahdinyatakan
menelan OAT
kurang
Pasien
sembuh
dari
satu bulan. yg komplit,
dgn pengobatan
telah
menjalani
tapi
pasien
kembali
berobat
BTA positif
yang
masih
tetap
pengobatan>1
dan
dan
ditemukan
BTAbulan
+
positif
atau kembali
menjadi
tidak
mengambil
obatke-5
2
positif
pada
akhir bulan
(satu
BTA
masih
positif
setelah
bulan
berturut-turut
atau
bulan
sebelum
akhir
selesai
pengobatan
ulang
lebih
sebelum
masa
pengobatan)
atau akhir
dengan
pengobatanselesai.
pengobatannya
pengobatan.
kategori 2 dengan
pengawasan yang baik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Infiltrat/ konsolidasi/
kesuraman di apex
Ada kavitas
PEMERIKSAAN SPUTUM
Pewarnaan Ziehl-neelsen
Atau dengan Kinyoun Gabett
Bilasan lambung
PEMERIKSAAN TUBERKULIN
seseorang individu sedang/ pernah
mengalami infeksi M. tuberculosis, M.
bovis, dan Mycobacteria patogen
lainnya, vaksinasi BCG
reaksi alergi tipe lambat. 0,1 cc tuberkulin PPD
0-5mm
Terinfeksi/pernah, walaupun
pernah vaksin
6-9mm
Positif palsu:
1. Penyakit tbc lanjut
2. Morbili
3. Hodgkin
4. Sarkoidosis
5. Obat imunosupresif
(Purified Protein
Derivative)
EPIDEMIOLOGI
Indonesia adalah negeri dengan
prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia
setelah China dan India
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis
batang aerob yang tidak membentuk
spora
inhalasi basil yang mengandung
droplet nuclei
PATOFISIOLOGI
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
Isoniazid
Rifampicin
Ethambutol
Streptomycin
Prirazinamid
Obat sekunder :
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain masih dalam
penelitian yaitu makrolid dan
amoksilin + asam klavulanat
Beberapa obat berikut ini
belum tersedia di Indonesia
antara lain : oKapreomisin
oSikloserino
oPAS (dulu tersedia)
oDerivat rifampisin dan INH o
Thioamides (ethionamide dan
prothionamide)
PROGNOSIS
Ketika pengobatan dengan regimen
tertentu telah selesai + DOT = angka
kekambuhan berkisar dari 0% hingga
14%
TB-MDR TB-XDR
TB-TDR
PENYEBAB RESISTENSI
1. Pemakaian obat tunggal dalam
pengobatan tuberculosis.
2. Penggunaan paduan obat yang
tidak adekuat,
3. Pemberian obat yang tidak teratur,
4. Penggunaan obat kombinasi yang
pencampurannya tidak dilakukan
secara baik
MEKANISME RESISTENSI
Pada INH :
Pada Rifampicin :
peroksidase .
adanya asam
amino gen
katalase
peroksidase (katG)
atau promotor
pada lokus gen
yang dikenal
sebagai inhA.
Mutasi missense
atau delesi katG
berkaitan dengan
berkurangnya
aktivitas katalase
adanya
permeabilitas
barier atau
adanya mutasi
dari RNA
polymerase
tergantung DNA.
Rifampisin
mengahambat
RNA polymerase
tergantung DNA
dari
mikobakterium
Pada
Pirazinamid :
Kebanyakan
kasus resistensi
pyrazinamide
ini berkaitan
dengan mutasi
pada gen pncA,
yang
menyandikan
pyrazinamidase
DIAGNOSIS MDR-TB
Anamanesis
kultur basil tahan asam (BTA) tetap
positif setelah terapi 3 bulan atau
kultur kembali positif setelah terjadi
konversi negatif
PENATALAKSANAAN MDR-TB
1. Grup pertama, pirazinamid dan ethambutol
2. Grup kedua, obat injeksi bersifat bakterisidal,
kanamisin (amikasin), jika alergi digunakan
kapreomisin, viomisin.
3. Grup ketiga, fluorokuinolon, obat bekterisidal
tinggi, misal levofloksasin.
4. Grup empat, obat bakteriostatik lini kedua, PAS
(paraaminocallicilic acid), ethionamid, dan sikloserin.
5. Grup kelima, obat yang belum jelas efikasinya,
amoksisilin, asam klavulanat, dan makrolid baru
(klaritromisin).
KESIMPULAN
Thnx
gbu
Have a nice day
SINGGIH ARTO