Vous êtes sur la page 1sur 33

Askep

Sindrom Steven Johnson


(Penyakit Akibat Reaksi
Hipersensitivitas)

Prevalensi rate (angka kejadian) Steven


Johnson Syndrome :
7-14 per satu juta orang, "artinya dari satu
juta orang yang diberi obat, 7-14 orang akan
mengalami kejadian Steven Johnson
Syndrome
Insidens SJS semakin meningkat di Indonesia
karena obat yang secara bebas
diperjualbelikan

Sindrom Steven Johnson adalah


sindrom kelainan kulit berupa eritema,
vesikel/bula, dapat disertai purpura yang
mengenai kulit, selaput lendir di orifisium
dan mata dengan keadaan umum bervariasi
dari baik sampai buruk (Mansjoer, A. 2000:
136).

Penyebab belum diketahui dengan pasti (idiopatik)


Kejadian Steven Johnson Syndrome lebih
diakibatkan oleh faktor alergi pasien yang
berlebihan (karakter individual pasien itu sendiri)
Bukan karena salah obat atau kualitas obat yang
tidak baik, karena obat yang beredar di
masyarakat sudah lulus uji klinis dan ijin dari
BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)

Faktor yg dianggap sbg penyebab :


infeksi
obat

(virus, jamur, bakteri, parasit)

(analgetik/antipiretik, antikonvulsan,
antibiotik dan antimalaria )

Jadi

Pasien harus tahu riwayat obatobatan yang dapat mengakibatkan alergi


untuk dirinya sebelum berobat ke dokter

diduga karena
reaksi hipersensitif tipe III dan IV.

Reaksi Hipersensitivitas
Manifestasi dan mekanisme Reaksi Hipersensitivitas
Type

Manifestasi

Faktor yang berperan

Reaksi Hipersensitivitas
cepat

Ig E

II

Ab terhadap sel

Ig G / Ig M

III

Kompleks Ab-Ag

Ig G (terbanyak) / Ig M

IV

Reaksi
Hipersensitivitas yg
diperantai sel (Tipe
Lambat)

Sel T tersensitisasi

Reaksi Tipe III


Manifestasi dan mekanisme Reaksi Hipersensitivitas

antibodi IgG dan IgM mengikat antigen yang ada


di sirkulasi darah
terbentuk kompleks antibodi-antigen
terjadi aktifitas sistem komplemen.
Akibatnya terjadi akumulasi neutrofil yang
kemudian melepaskan lisozim dan menyebabkan
kerusakan jaringan pada organ sasaran (target
organ).

Reaksi hipersensitif tipe IV


terjadi akibat limfosit T yang tersensitisasi
berkontak kembali dengan antigen yang sama
kemudian limfokin dilepaskan sebagai reaksi
radang sehingga terjadi penghancuran sel-sel
yang bersangkutan.
Reaksi timbul lebih dari 24 jam setelah tubuh
terpajan dengan antigen.

Gejala

prodromal berkisar antara 1-14


hari berupa demam, malaise, batuk,
korizal, sakit menelan, nyeri dada,
muntah, pegal otot dan atralgia yang
sangat bervariasi dalam derajat berat dan
kombinasi gejala tersebut.

Adanya trias kelainan, berupa :


a.Kelainan kulit
(eritema, vesikeldan bula. Vesikel dan
bula kemudian memecah sehingga terjadi
erosi yang luas.

b.Kelainan selaput lendir


yang tersering pada mukosa mulut (100 %)
kelainan alat dilubang genital ( 50 % ),
dilubang hidung dan anus jarang (8 %,4 % )
berupavesikel, bula, erosi, ekskoriasi,
perdarahandan kustaberwarnamerah.
Bulaterjadimendadakdalam1-14
harigejalaprodormal,

b.Kelainan Mata
konjungtivitaskataralis, blefarokonjungtivitis,
iritis, iridosiklitis, kelopakmataedema dan
sulitdibuka, padakasusberatterjadierosidan
perforasikorneayang
dapatmenyebabkankebutaan.

1.Laboratorium : leukositosis, eosinofilia,


kultur darah.
2.Histopatologi : Kelainan berupa infiltrat sel
mononuklear, oedema dan ekstravasasi sel
darah merah, degenerasi lapisan basalis.
Nekrosis sel epidermal dan spongiosis dan
edema intrasel di epidermis.
3.Imunologi : Dijumpai deposit IgM dan C3 di
pembuluh darah dermal superficial serta
terdapat komplek imun yang mengandung

Komplikasi

yang tersering ialah


bronkopneumia (80 % kasus)
Komplikasi lain
- kehilangan cairan atau darah,
- syok
- gangguan laksimasi

a.Kortikosteroid Life Saving :

deksametason, prednison
b.Antibiotik
c.Infus dan tranfusi darah
d. Topikal : untuk lesi di mulut & kulit

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan


dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke
dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara
evaporasi, rusaknya jaringan kulit akibat luka.
Infeksi berhubungan dengan hilangnya
barier/perlindungan kulit
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan
dengan adanya lendir/sputum

Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan


kulit
Gangguan integritas kulit berhungan dengan
kerusakan permukaan kulit karena destruksi
lapisan kulit
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan nyeri saat menelan
Gangguan citra tubuh : penampilan peran
berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic

Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan


dengan perpindahan cairan dari intravaskuler ke
dalam rongga interstisial, hilangnya cairan secara
evaporasi, rusaknya jaringan kulit akibat luka.
Tujuan : tidak terjadi kekurangan volume cairan
Kriteria hasil :
Haluaran urine adekuat (0,5-1,0 mg/kg BB/jam)
Urin jernih dan berwarna kuning
Membran mukosa lembab
TD normal (100-139/60-96 mmHg)
Denyut nadi (60-100 x/menit)
Kadar elektrolit serum dalam batas normal

No

Intervensi

1 Kaji dan catat turgor kulit

Rasional
Untuk mengetahui keseimbangan cairan
tubuh

2 Observasi tanda vital


Untuk memonitor keadaan umum klien
3 Monitor dan catat cairan yang Agar keseimbangan cairan tubuh klien
masuk dan keluar
terpantau
4 Timbang BB klien setiap hari

Penggantian cairan tergantung pada BB


klien

5 Berikan penggantian cairan IV yang Resusitasi


cairan
menggantikan
dihitung,
elektrolit,
plasma, kehilangan
cairan/elektrolit
dan
albumin
mencegah komplikasi
6 Awasi pemeriksaan laboratorium Mengidentifikasi kehilangan darah/
(Hb/Ht, natrium urine random)
kerusakan
SDM,
dan
kebutuhan
penggantian cairan dan elektrolit

Infeksi berhubungan dengan hilangnya


barier/perlindungan kulit
Tujuan : tidak terjadi infeksi local atau sistemik
Kriteria hasil :
Tidak ada tanda-tanda infeksi (merah, bengkak,
panas, nyeri, fungsio lesi)
Leukosit (5000 - 10000/mm3)
Kultur luka memperlihatkan jumlah bakteri yang
minimal
Suhu tubuh dalam batas normal (36,5 - 37,4 C)
RR : 16 20 x/menit
TD : 100-139/60-96 mmHh
Pols : 60 100 x/menit

No
1
2
3
4

5
6
7

Intervensi

Rasional

Monitor tanda-tanda vital

Perubahan tanda vital secara drastis


merupakan
komplikasi
lanjut
untuk
terjadinya infeksi
Observasi keadaan luka setiap hari
Untuk
mengidentifikasi
adanya
penyembuhan
Jaga agar luka tetap bersih atau steril
Menurunkan resiko inspeksi dan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi silang
Lakukan perawatan luka setiap hari Untuk mempercepat penyembuhan
(kompres luka dengan NaCl) dan bersihkan
jaringan nekrotik
Berikan perawatan pada mata
Tingkatkan asupan nutrsisi

Mata dapat membengkak oleh drainase luka


Nutrisi mempengaruhi sintesis protein dan
fotositosis
Batasi pengunjung dan anjurkan pada Untuk mencegah terjadinya kontaminasi
keluarga/pengunjung untuk mencuci tangan silang
sebelum kontak langsung dengan klien
Pantau hitung leukosit, hasil kultur dan tes Peningkatan leukosit menunjukkan infeksi,
sensitivitas
pemeriksaan
kultur
dan
sensitivitas
menunjukkan mikroorganisme yang ada dan
antibiotic yang tepat diberikan
Berikan antibiotic
Mengurangi jumlah bakteri

Bersihan jalan napas tidak efektif


berhubungan dengan adanya
lendir/sputum
Tujuan : jalan napas efektif
Kriteria hasil :
Klien tidak melaporkan sesak
Saturasi oksigen > 96%
Lendir (-)
Nafas teratur
RR 16 20 x/menit
Bunyi napas vesikuler

No
Intervensi
Rasional
1 Monitor frekuensi, irama, dan Untuk memudahkan dan
kedalaman pernapasan
intervensi selanjutnya

menentukan

Auskultasi
paru,
stridor, mengi

perhatikan Obstruksi jalan napas dapat terjadi sangat


cepat atau lambat

Ajarkan batuk efektif

Lakukan penghisapan (suction) Mengurangi lendir dan membersihkan jalan


bila
klien
tidak
bisa nafas
mengeluarkan lendir

Berikan oksigen
dilembabkan

Pertahankan jalan napas melalui Jalan napas yang paten sangat krusial untuk
pemberian posisi yang tepat fungsi respirasi/ meningkatkan ekspansi paru
(tinggikan kepala tempat tidur 15
30 derajat)

yang

Latih
batuk
efektif
penting
untuk
menghindari komplikasi yang terjadi dan
meningkatkan ekspansi paru

sudah Kelembaban akan mengencerkan sekret dan


mempermudah ekspektorat

Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan


kulit
Tujuan : nyeri dapat dikontrol/hilang
Kriteria hasil :
Klien melaporkan nyeri berkurang
Skala nyeri 0-2
Klien dapat beristirahat
Ekspresi wajah rileks
RR : 16 20 x/menit
TD : 100-139/60-96 mmHg
Pols : 60 100 x/menit

No

Intervensi

Rasional

Kaji tingkat skala nyeri 1 10, Untuk mengetahui tingkat nyeri klien dan
lokasi dan intensitas nyeri
merupakan data dasar untuk memberikan
intervensi

Kaji tanda-tanda vital (TD, RR, Untuk memonitor keadaan klien dan
Pols)
mengetahui terjadinay syok neurologik

Anjurkan dan ajarkan klien tehnik Untuk mengurangi persepsi nyeri,


relaksasi nafas dalam, distraksi, meningkatkan relaksasi dan menurunkan
imajinasi
ketegangan otot

Tingkatkan periode tidur tanpa Kekurangan tidur dapat meningkatkan


gangguan
persepsi nyeri

Kolaborasi dalam pemberian obat Membantu


analgetik
nyeri

mengurangi/menghilangkan

Gangguan integritas kulit berhungan dengan


kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan
kulit
Tujuan : integritas kulit menunjukkan regenerasi
jaringan
Kriteria hasil :
Luka mencapai penyembuhan tepat pada
waktunya dan bebas dari purulen
Tidak ada tanda-tanda infeksi (nyeri, merah,
bengkak, panas, fungsio lesi)
Kulit membaik/ terjadi regenerasi jaringan
TD : 100-139/60-96 mmHg
Pols : 60 100 x/menit
Suhu : 36,5- 37, 4 C

No

Intervensi

Rasional

Kaji ukuran, warna luka, perhatikan Memberikan informasi dasar tentang


jaringan nekrotik dan kondisi kondisi luka
sekitar luka

Berikan perawatan luka yang tepat Meningkatkan


pemulihan
dan tindakan kontrol infeksi
menurunkan risiko infeksi

Berikan lingkungan yang lembab Lingkungan yang lembab memberikan


dengan kompres
kondisi optimum bagi penyembuhan luka

Dorong klien untuk istirahat

Tingkatkan masukan nutrisi, protein Untuk


meningkatkan
pembentukan
dan karbiohidrat
granulasi yang normal dan kesembuhan

Berikan obat sistemik

dan

Untuk mendukung pertahanan tubuh

Memperlancar terapi dan mempercepat


proses penyembuhan

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan nyeri saat menelan
Tujuan : nutrisi klien terpenuhi
Kriteria hasil :
Tidak terjadi penurunan BB/BB ideal
Nafsu makan meningkat
Lesi di bibir/mulut tidak ada
Makanan yang disediakan 80% dihabiskan

No
1

Intervensi
Rasional
Anjurkan
keluarga
untuk Untuk meningkatkan nafsu makan dan memberikan
membersihkan mulut klien sebelum rasa
dan sesudah makan

Kaji terhadap malnutrisi dengan Memberikan pengukuran objektif terhadap status


mengukut tinggi dan BB, usia, nutrisi
protein serum, hematokrit

Berikan makan dan makanan kecil Membantu mencegah distensi gaster


sedikit tapi sering
meningkatkan pemasukan
Berikan tambahan suplemen untuk Membantu memenuhi kebutuhan nutrisi klien
memberikan kebutuhan nutrisi

dan

Kolaborasi dengan ahli gizi untuk Agar kebutuhan nutrisi klien terpenuhi
menentukan kebutuhan nutsi klien

Kolaborasi dengan tim medis Memberikan dukungan nutrisi bila klien tidak bisa
tentang makanan pengganti (enteral mengkonsumsi jumlah yang cukup banyak peroral.
/parenteral)

Awasi pemeriksaan laboratorium Indicator kebutuhan nutrisi dab keadekuatan diet


(albumin,
serum,
kreatinin,
transferin, nitrogen urea urine

Gangguan citra tubuh : penampilan peran


berhubungan dengan krisis situasi, kecacatan,
kejadian traumatic
Tujuan : terjadi perbaikan penampilan peran
Kriteria hasil :
Klien tidak berperasaan negative tentang
dirinya
Klien menyatakan penerimaan situasi diri
Klien tidak takut/malu berinteraksi dengan
orang lain
Klien bicara dengan keluarga terdekat tentang
situasi/ perubahan yang terjadi

No

Intervensi

Rasional

Kaji makna kehilangan/perubahan


pada pasien/orang terdekat
Terima dan akui ekspresi frustasi,
ketergantungan, marah, kedukaan.
Perhatikan perilaku menarik diri dan
penggunaan penyangkalan
Bersikap realistis dan positif selama
pengobatan,
pada
penyuluhan
kesehatan dan menyusun tujuan
dalam keterbatasan

Episode
traumatic
mengakibatkan
perubahan tiba-tiba
Penerimaan perasaan sebagai respons
normal terhadap apa yang terjadi
membantu perbaikan

Meingkatkan
kepercayaan
dan
mengadakan hubungan antara pasien dan
perawat

Berikan harapan dalam parameter Meningkatkan perilaku positif dan


situasi individu
memberikan kesempatan untuk menyusu
tujuan dan rencana untuk masa depan
berdasarkan realita
Berikan penguatan positif terhadap Kata-kata penguatan dapat mendukung
kemajuan dan dorong usaha untuk terjadinya perilaku koping positif
mengikuti tujuan rehabilitasi
Dorong interaksi keluarga
dengan tim medis rehabilitasi

dan Mempertahankan
/membuka
garis
komunikasi dan memberikan dukungan
terus-menerus pada pasien dan keluarga

Vous aimerez peut-être aussi