Vous êtes sur la page 1sur 27

Referat Mata

Miopia dan
Penatalaksanannya

Oleh: Yenny Ardiani


Pembimbing dr. Fatin Hamamah ,
SpM
SMF LAB PENYAKIT MATA RSUD JOMBANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014

Latar belakang

Latar belakang

Anatomi dan Fisiologi

Media Refrakta

Definisi
Miopia merupakan kelainan
refraksi mata, dimana sinar
sejajar yang dating dari
jarak tak terhingga
difokuskan di depan retina
oleh mata dalam keadaan
tanpa akomodasi, sehingga
pada retina didapatkan
lingkaran difus dan
bayangan kabur (Hartono,
2007).

Etiologi

Faktor Resiko
Genetik
Lingkungan
Aktifitas yang sering dengan
penglihatan dekat
Penerangan yang kurang baik

Epidemiologi
Prevalensi miopi bervariasi dengan usia dan
faktor lainnya.
- Meningkat pada usia sekolah sekitar 20-25%
dan dewasa muda sekitar 25-35% (Goss,
2010).
Bentuk miopia ini terdiri dari :
- Miopia sederhana (usia sekolah miopia) pada
usia 10 - 12 tahun. Biasanya miopia tidak
bertambah saat usia 20 tahun dan refraksi
jarang melebihi 6 dioptri.
- Miopia yang patologis dimana gangguan ini
sebagian besar keturunan dan berlangsung
terus menerus secara independen dari
pengaruh eksternal

Klasifikasi Miopia

Gejala dan Tanda Klinis


Gejala utamanya adalah kabur saat melihat jauh
Sakit kepala (jarang),
Sering disertai dengan juling dan celah kelopak mata
yang sempit.
Kebiasaan mengerinyitkan
Sering menggosok-gosok mata secara tidak disadari
Mendekati atau mendekatkan obyek untuk dapat
mengamatinya
Jelas saat melihat dekat
Bola matanya mungkin lebih menonjol dengan kamera
okuli anterior yang lebih dalam.
Pupil relatif lebih lebar, badan kaca bisa tampak keruh.
Floaters
Kekeruhan juga mungkin ditemukan pada posterior
lensa.

Diagnosis

Kacamata
Sebagai contoh bila penderita dikoreksi dengan -3.00

memberikan tajam penglihatan 6/6, dan demikian juga


bila diberi -3.25 maka sebaiknya diberikan lensa koreksi
-3.0 agar utuk memberikan istirahat mata dengan baik
Variasi koreksi yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut (Hartono, 2007):
Untuk miopia ringan-sedang, diberikan koreksi penuh yang
harus dipakai terus menerus baik untuk penglihatan jauh
maupun dekat. Untuk orang dewasa, dimana kekuatan
miopinya kira-kira sama dengan derajat presbiopinya,
mungkin dapat membaca dengan menanggalkan
kacamatanya
Pada miopia tinggi, mungkin penglihatan jauh diberikan
pengurangan sedikit dari koreksi penuh (2/3 dari koreksi
penuh) untuk mengurangi efek prisma dari lensa yang tebal.
Untuk penderita >40 tahun, harus dipikirkan derajat
presbiopinya sehingga diberikan kacamata dengan koreksi
penuh untuk jauh, untuk dekatnya dikurangi derajat
presbiopinya.

Lensa Kontak
Lensa kontak ada dua macam yaitu :
Lensa kontak lunak (soft lens) : disusun oleh
hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan
vinyl copolymer
Keuntungan : nyaman, singkat masa adaptasi
pemakaiannya, mudah memakainya, dislokasi lensa
yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu.
Kerugian lensa : memberikan ketajaman penglihatan yang
tidak maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu
mengoreksi astigmatisme, kurang awet serta perawatannya
sulit.

Lensa kontak keras : disusun dari PMMA


(polymethylmetacrylate)
Keuntungan: memberikan koreksi visus yang baik, bisa
dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta
mampu mengoreksi astigmatisme kurang dari 2 dioptri.
Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama,
serta memberikan rasa yang kurang nyaman

Bedah Refraktif Kornea


Keratotomi merupakan tindakkan
meratakan kornea bagian sentral melalui
insisi radial hampi seluruh ketebalan
kornea.
Keratomileus ini pada tahun 1961
dilaporkan oleh Barraquer dari Columbia
bahwa keratomileus miopia-autograf
kornea lamellar diambil, dibentuk ulang
dengan cryolate (didatarkan), dan
dijahitkan kembali pada tempatnya.

LASIK

Pada Laser in situ keratomileousis (LASIK),


suatu mikrotom bermotor atau laser
femtosecond (all-laser LASIK, Intralasik)
digunakan untuk memotong lapisan tipis
kornea berbentuk diskus, yang kemudian
dilipat ke belakang.
Teknik-teknik ablasi permukaan yaitu,
Keratektomi fotorefraktif (PRK) hanya epitel
kornea yang diangkat sebelum terapi laser.
Laser epithelial keratectomy (LASEK), dan epiLASIK epitel diangkat dengan alkohol encer
kemudian mikrokeratom, dan diposisikan kembali
setelah terapi laser.

Indikasi

LASIK

a. Ingin terbebas dari kacamata dan


lensa kontak
b. Kelainan refraksi:
- Miopia sampai -1.00 sampai
dengan - 13.00 dioptri.
c. Usia minimal 18 tahun
d. Tidak sedang hamil atau menyusui
e. Tidak mempunyai riwayat penyakit
autoimun
f. Mempunyai ukuran kacamata atau
lensa kontak yang stabil 6 bulan
g. Tidak ada kelainan mata, yaitu
infeksi, kelainan retina, katarak,
glaukoma dan ambliopia
h. Telah melepas lensa kontak (Soft
contact lens) selama 14 hari atau 2
(dua) minggu dan 30 (tiga puluh)
hari untuk lensa kontak (hard
contact lens)

Kontraindikasi
Adapun usia < 18 tahun
/ usia dibawah 18 tahun
dikarenakan refraksi
belum stabil,
sedang hamil atau
menyusui,
kelainan kornea atau
kornea terlalu tipis
riwayat penyakit
glaucoma,
penderita diabetes
mellitus
mata kering
penyakit autoimun,
kolagen, pasien
monocular, kelainan
retina atau katarak

Resiko LASIK
a. Kelebihan/Kekurangan Koreksi (Over atau under
correction). Diketahui setelah pasca tindakan LASIK
akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal
ini dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang /
Re-LASIK (enhancement) setelah kondisi mata stabil
dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah
tindakan.
b. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan
terjadi selama seminggu setelah tindakan dan akan
hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus
mungkin diperlukan semacam lubrikan tetes mata.
c. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi
pasien dengan pupil mata yang besar dan pasien
dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan
berkurang seiring dengan berjalannya waktu.
Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan sering
membaik setelah 1-3 bulan.

Bedah Refraktif Lensa

Bedah refraktif lensa merupakan tindakan


ekstraksi lensa jernih, biasanya diikuti dengan
implantasi intraokuler (Saleh, 2006)
Pengangkatan lensa bening dan implan lensa
fakik. Tindakan pengangkatan lensa kristalina
(pengangkatan lensa bening) banyak
dianjurkan untuk mengoreksi miopia tinggi
dan presbiopia, tetapi terdapat beberapa
resiko bermakna, terutama ablation retina
pada miopia tinggi. Dilakukan pula insersi
lensa intraocular tanpa pengangkatan lensa
kristalina (implant lensa fakik), tetapi sering
menimbulkan kerusakan endotel kornea dan
memicu katarak (Eva, 2009)

Secara umum PRK digunakan untuk


miopia rendah
LASIK untuk miopia sedang
Sedangkan pengangkatan lensa
jernih dianjurkan untuk miopia tinggi.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada


penderita miopia antara lain yaitu :
untuk orang muda supaya miopinya tidak
bertambah maka harus dijaga kesehatan
umum dan matanya
Diusahakan cukup tidur, pekerjaan dekat dikurangi,
banyak bekerja diluar. Jangan membaca terus
menerus, kacamata harus sering dipakai,
penerangan lampu yang baik, dari atas dan
belakang. Membaca dalam posisi kepala tegak,
jangan membungkuk.

Selain itu pada miopia tinggi harus hati-hati


dalam berolahraga berat karena kemungkinan
bisa terjadi ablation retina (Hartono, 2007)

Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul pada
pasien dengan miopia adalah
terjadinya ablasi retina dan juling.
Selain itu dapat terjadi glaucoma
sudut terbuka.

Daftar Pustaka

Eva PR, Whitcher JP. 2007. Anatomy & Embryology of The Eye: Vaughan dan Asbury Oftalmologi
Umum. Edisi 17. Jakarta:EGC. Pp 15, 368, 370
Eva PR, Whitcher JP. 2009. Optik dan Refraksi. In: Vaughan dan Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. .
Jakarta:EGC . Pp 8-14, 393-397
Eva PR, Whitcher JP. 2009. Kornea In: Vaughan dan Asbury Oftalmologi Umum. Edisi 17. .
Jakarta:EGC . Pp 147-148
Fowler JH. 2002. Reffractive Errors. Opthalmology. MCCQE review notes. Pp 7-8
Goss DA, Grosvenor TP, Keller JT et al. 2010. Care of The Patient with Myopia. Optometric Clinical
Guidline. American Optometric Association. Pp 7-8
Hartono, Hernowo AT, Sasongko MB. 2007. Anatomi dan Fisiologi Penglihatan In: Ilmu Kesehatan
Mata. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Pp 16-27
Hartono, Yudono RH, Hernowo AT. 2007. Refraksi. In: Ilmu Kesehatan Mata. Pp 149-160. Yogyakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada
Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Anatomi dan Fisiologi Mata . Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Pp 1-9
Ilyas S, Yulianti SR. 2011. Tajam Penglihatan dan Kelainan Refraksi Penglihatan Warna. Ilmu Penyakit
Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Pp 76-77
Irwana O, Rahman A, Faradilla N et al. 2009. Miopia Tinggi. Files of DrsMed. Pekanbaru: Faculty of
Medicine-University of Riau. Pp 8-13
Johnstone P. 2008. Myopia. Ministry of Defence. Dundee : Ninewells Hospital and Medical School. Pp
2-7
Lang GK. 2000. Reffractive Errors. Opthalmology. New York : Thieme Stuttgart. Pp 339-340
Ming ALS, Constable IJ. 2011. Refractive Error In: Color Altlas of Opthalmology. World Science. Pp
140-141
Saleh TT, Suryani PT. 2006. Miopia In: Pedoman Diagnosis dan Terapi BAG/SMF Ilmu Penyakit Mata.
Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Pp 173-175

Vous aimerez peut-être aussi